Anda di halaman 1dari 3

Banking, Multi Finance and Insurance Sector

Definisi

Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki
kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran (PSAK 31). Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa
pengertian bank adalah merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas
perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan dimana kegiatan utamanya adalah menghimpun
dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya atas dasar kepercayaan yang telah
diperolehnya.

Sedangkan Multi-finance memiliki arti yaitu bisnis pembiayaan di mana perusahaan pembiayaan
menalangi terbih dahulu pembayaran ke dealer (motor, mobil, alat berat, dsb), selanjutnya customer akan
menyicil pembayaran kepada perusahaan pembiayaan tersebut yang tentunya ditambah dengan bunga,
administrasi, dan lain-lain. Multi-finance termasuk ke dalam Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB).
Bentuk-bentuk produk multifinance pun beragam, beberapa di antaranya, leasing, consumer finance,
factoring, dan pembiayaan tunai. Setiap produk memiliki skema, ketentuan, dan manfaat yang berbeda.

Dan Asuransi merupakan perjanjian antara penanggung dan tertanggung yang mewajibkan tertanggung
membayar sejumlah premi untuk memberikan penggantian atas risiko kerugian, kerusakan, kematian, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi atas peristiwa yang tak terduga.
Resiko yang dialihkan meliputi: kemungkinan kerugian material yang dapat dinilai dengan uang yang
dialami nasabah, sebagai akibat terjadinya suatu peristiwa yang mungkin/belum pasti akan terjadi
(Uncertainty of Occurrence & Uncertainty of Loss).

Audit Perbankan
Audit Perbankan yaitu Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang
independen terhadap laporan keuangan Bank yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.

Alasan Audit Perusahaan Lembaga Keuangan


Audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam
semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Kewajaran
laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam
laporan keuangan. Alasan dilakukannya audit perbankan yaitu Sebagai bahan evaluasi pelayanan wealth
management dikaitkan dengan SOP, manajemen risiko, internal control, dan pengelolaan human capital
yang mengacu aturan BI, khususnya aturan kehati-hatian dan governance dalam melindungi nasabah dan
mitigasi risiko. Wealth management adalah pengelolaan dana nasabah oleh bank baik untuk deposito yang
ditawarkan bank maupun untuk investasi produk non-bank seperti reksadana dan bancassurance. Bank
wajib mengikat kerjasama dengan manajer investasi yg mengelola produk reksadana danbancassurance.
Bentuk kerjasama antara bank dengan manajer investasi ini termasuk dalam obyek pemeriksaan BI dalam
audit wealth management. Ini untuk memastikan risiko produk tersebut tetapada di manager investasi
reksa dana dan bank assurance. Peran bank hanya sebagai channeling agent.
Peraturan

Lembaga keuangan menurut Pasal 1 UU No. 14/1967 dan diganti dengan UU No. 7/1992 menyatakan
bahwa lembaga keuangan merupakan suatu badan ataupun lembaga yang aktivitasnya untuk menarik hasil
dana dari masyarakat yang kemudian menyalurkannya kepada masyarakat kembali. Dan menurut
keputusan SK Menkeu RI no. 792 Th 1990 mengungkapkan bahwa lembaga keuangan merupakan semua
badan usaha yang berada di suatu bidang keuangan yang melakukan suatu penghimpunan dana,
menyalurkan dana kepada masyarakat yang paling utama dalam memberikan biaya investasi
pembangunan.

Selanjutnya Jasa Perbankan, Multi-Finance dan Insurance termasuk kedalam Lembaga Keuangan, dalam
hal ini Peraturan-peraturan yang mengikat dalam lembaga keuangan ini diatur dalam Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan. Dalam hal pengadministrasian disebutkan bahwa KAP ataupun AP harus terdaftar dan
memenuhi persyaratan yang disebutkan dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan. P-OJK
13/POJK.03/2017, tentang penggunaan jasa Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam Kegiatan
Jasa Keuangan, dalam Pasal 3:
1. Sebelum memberikan jasa kepada Pihak yang Melaksanakan Kegiatan Jasa Keuangan, AP dan
KAP wajib terlebih dahulu terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan.
2. Permohonan pendaftaran AP dan/atau KAP disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan dengan
memenuhi persyaratan paling kurang: a. memiliki izin yang masih berlaku dari Menteri; b. tidak
pernah dikenakan sanksi administratif berupa pembatalan Surat Tanda Terdaftar (STTD) dari
Otoritas Jasa Keuangan atau otoritas sebelumnya; dan c. tidak pernah melakukan perbuatan
tercela dan/atau dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana di bidang keuangan serta tidak
tercantum dalam daftar kredit atau pembiayaan macet.
3. Bagi AP, selain memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), ditambahkan persyaratan: a. tidak memiliki rangkap jabatan; b.
berkedudukan sebagai Rekan AP pada KAP persekutuan atau pemimpin KAP perseorangan yang
terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan; dan c. memiliki kompetensi dan pengetahuan di bidang
jasa keuangan dan industri yang menggunakan jasa AP.
4. Bagi AP yang akan memberikan jasa kepada bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3), harus memiliki pengetahuan akuntansi syariah.
5. Bagi KAP selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditambahkan
persyaratan: a. memiliki paling sedikit 1 (satu) orang Rekan AP yang terdaftar pada Otoritas Jasa
Keuangan yaitu pemimpin Rekan KAP; dan b. dalam hal KAP hanya memiliki 1 (satu) orang
Rekan AP yang terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan, KAP harus membuat surat perjanjian
kerja sama dengan KAP lain tentang pengalihan tanggung jawab apabila Rekan AP yang
bersangkutan berhalangan untuk melaksanakan tugas, dengan ketentuan bahwa KAP lain
mempunyai Rekan AP yang tercatat pada daftar AP dan KAP yang aktif pada Otoritas Jasa
Keuangan.
6. Selain persyaratan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai dengan ayat (5),
dalam hal diperlukan Otoritas Jasa Keuangan dapat meminta tambahan persyaratan pendaftaran
AP dan/atau KAP.
Selanjutnya Permohonan pendaftaran AP disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (Pasal 4). Dalam
hal AP dan/atau KAP tidak memenuhi dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud tersebut, AP
dan/atau KAP dianggap telah membatalkan permohonan pendaftaran AP dan/atau KAP kepada Otoritas
Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2). (3) Dalam hal AP dan/atau KAP
mengajukan kembali permohonan pendaftaran kepada Otoritas Jasa Keuangan, AP dan/atau KAP harus
menyampaikan kembali permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dengan disertai
dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. Apabila AP dan KAP yang permohonan
pendaftarannya disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan diberikan STTD dan dicantumkan dalam daftar AP
dan KAP pada Otoritas Jasa Keuangan, dan wajib untuk

a. menjaga kerahasiaan data dan informasi yang diperoleh dalam pemberian jasa kepada Pihak yang
Melaksanakan Kegiatan Jasa Keuangan;
b. menjalani pemeriksaan yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan atas kepatuhan terhadap
pekerjaan pemeriksaan dan penerapan pengendalian mutu atas kegiatan jasa yang diberikan oleh
AP dan/atau KAP kepada Pihak yang Melaksanakan Kegiatan Jasa Keuangan;
c. menerapkan standar akuntansi keuangan dalam pelaksanaan pemberian jasa audit atas informasi
keuangan historis tahunan, sepanjang tidak diatur lain dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan;
d. memperhatikan kesesuaian transaksi yang dilakukan oleh Pihak yang Melaksanakan Kegiatan
Jasa Keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, pada saat pelaksanaan
pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis tahunan; dan
e. mengikuti PPL khusus bagi AP, yang diselenggarakan oleh lembaga yang diakui oleh Otoritas
Jasa Keuangan, paling sedikit sesuai dengan jumlah Satuan Kredit Pendidikan Profesional
Berkelanjutan (SKP) yang wajib dipenuhi setiap tahun sebagaimana ditetapkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan.

Untuk ruang lingkup dalam proses pengauditan terdapat dalam Pasal 17 yaitu:
1. Pelaksanaan audit informasi keuangan historis tahunan oleh AP dan/atau KAP didasarkan pada
perjanjian kerja antara Pihak yang Melaksanakan Kegiatan Jasa Keuangan dengan KAP.
2. Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mencantumkan ruang lingkup audit.
3. Bank wajib mencantumkan ruang lingkup audit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada
perjanjian kerja antara bank dengan KAP.
4. Ruang lingkup audit dalam perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur lebih
lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.

Dalam hal ini KAP atau AP harus memiliki sikap yang independen dan profesional dalam memberikan
jasa kepada pihak kegiatan jasa keuangan, serta dalam penyusunan tim audit, KAP mengacu pada kode
etik profesi AP yang di jelaskan dalam pasal 18. Selanjutnya AP dan/atau KAP yang tercatat pada daftar
AP dan KAP yang aktif pada Otoritas Jasa Keuangan wajib menyampaikan laporan secara lengkap dan
benar kepada Otoritas Jasa Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai