Anda di halaman 1dari 15

HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM

Di susun oleh :

ARIZA HASNA
11010112140379

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam.
Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat
dikaji melalui berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang
selama empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik
itu menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik,
ekonomi dan budaya.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang hukum jual beli
menurut islam, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi,
referensi, dan berita. Alhamdulillah makalah ini di susun oleh penulis dengan lancar berkat
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas
Diponegoro. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jau dari
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.

Semarang, 2 Desember 2012

Penyusun

Ariza Hasna
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………..

BAB I. A. PENDAHULUAN …………………………………………………………….

1. LATAR BELAKANG ………………………………………………………..


2. RUMUSAN MASALAH ……………….........................................................
3. TUJUAN ………………………………………………………………………..

BAB II. B. PEMBAHASAN ……………………………………………………………..

1. PENGERTIAN JUAL BELI ……………………………………………………


2. HUKUM JUAL BELI ……………………………………………………………
3. RUKUN DAN SYARAT JUAL BELI …………………………………………..
4. MACAM-MACAM JUAL BELI ………………………………………………
5. SYARAT SAH JUAL BELI ……………………………………………………..

BAB III. SEBAB-SEBAB YANG DILARANG DALAM JUAL BELI ……………………

BAB IV. KHIYAR …………………………………………………………………………..

BAB V. PENUTUP …………………………………………………………………………..

1. KESIMPULAN …………………………………………………………………..
2. SARAN ……………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………..

BAB I

A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG

Manusia dijadikan Allah SWT sebagai makhluk sosial yang saling


membutuhkan antara satu dengan yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
manusia harus berusaha mencari karunia Allah yang ada dimuka bumi ini sebagai
sumber ekonomi. Allah SWT berfirman : “Dan Carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah”.

Kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan


bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuatbaiklah (kepada orang lain)
sebagai mana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.”(QS Az Zumar : 39)

Jual beli dalam bahasa Arab terdiri dari dua kata yang mengandung makna
berlawanan yaitu Al Bai’ yang artinya jual dan Asy Syira’a yang artinya Beli.
Menurut istilah hukum Syara, jual beli adalah penukaran harta (dalam pengertian
luas) atas dasar saling rela atau tukar menukar suatu benda (barang) yang dilakukan
antara dua pihak dengan kesepakatan (akad) tertentu atas dasar suka sama suka
(lihat QS Az Zumar : 39, At Taubah : 103, hud : 93

2. RUMUSAN MASALAH
 Apa itu jual beli?
 Apa saja hukum-hukum jual beli?
 Apa saja macam-macam jual beli?
 Apa saja rukun dan syarat sah jual beli?
 Kapan jual beli itu dilarang?
 Apa itu khiyar?
3. TUJUAN
 untuk mengetahui, makna, landasan hukum, rukun, Syarat, ragam, hikmah
dan anjuran jual beli
 menambah wawasan dalam masalah jual beli
BAB II

B. PEMBAHASAN
1) PENGERTIAN JUAL BELI
Secara etimologis, jual beli berarti menukar harta dengan harta. Sedangkan, secara
terminologi, jual beli memiliki arti penukaran selain dengan fasilitas dan kenikmatan.

Menjual adalah memindahkan hak milik kepada orang lain dengan harga,
sedangkan membeli yaitu menerimanya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jual beli adalah suatu akad yang
dilakukan oleh pihak penjual dan pembeli.

2) HUKUM JUAL BELI


Banyak ayat/hadis yang menerangkan tentang/hokum jual-beli. Jual-belisebenarnya
dalam islam adalah boleh tapi jual-beli akan berubah hukumnya menjadisunah, wajib,
haram, atau mahkru.Barikut ini adalah contoh:

 Jual-beli hukumnya wajib


misalnya jika pada suatu saat para pedagangmenimbun beras, sehingga stok beras di
pasaran sedikit yangmengakibatkan hargannya melambung tinggi, maka pemerintah
bolehmemaksa para pedangan untuk menjual beras yang ditimbunyasebelum harga
terjadi kenaikan harga. Menurut hokum isalam parapedangang tersebut , wajib menjual
beras yang ditimbun sesuai denganketentuan pemerintah.

 Jual-beli hukumnya haram


misalnya jual beli yang tidak memenuirukun dan syarat dan jual beli yang
mengandung unsure penipuan.

 Jual-beli hukumnya mahkruh


apabila barang yang diperjual-belikan ituhukumnya mahkru misalnya rokok dan
makanan berbau.Orang yang berusaha di bidang jual-beli harus mengetahui hal-hal
yangberkaitan dengan jual-beli tersebut. Hal ini bertujuan agar jual-beli tersebut tidak
adayang dirugikan, baik dari pihak pejual/pembeli.Jual beli hukumnya adalah mubah.
Artinya, hal tersebut diperolehkansepanjang suka sama suka, Allah berfirman.
An-Nisa : 29
Dalam tawar-menawar dan tidak ada kesesuaian harga antara penjual dan pembeli,
maka si penjual boleh memili akan meneruskan jual-beli tersebut atau tidak. Apabila telah
terjadi akad jual-beli dilaksanakan dan terjadi pembayaran, kemudian keduanya
meninggalkan tempat akad, maka keduanya tidak boleh membatalkan jual-beli yang telah
disepakati.Al-Qur’an telah menjelaskan hokum jual-beli secara eksplisit sebagai berikut:
Al-Baqarah : 275

3) RUKUN DAN SYARAT JUAL-BELI


Apa tang dimaksud dengan rukun dan syarat jual-beli? Rukun dan syarat jual-beli
adalah ketentuan-ketentuan dalam jual beli yang harus dipenui agar jual belinya dihukumi
sah menurut syara’ (hukum islam).

 Orang yang melaksanakan akad jual-beli (penjual/pembeli)


 Syarat yang harus dimiliki oleh penjual dan pembeli adalah:
1. Berakal, jual-belinya orang gila atau akalnya rusak jual-beli diangap rusak.
2. Balig, jual belinya anak kecil yang belum balig dihukimi tidak sah, namun
adabeberapa barang yang boleh dulakukan oleh anak kecil
seperti:permen,kue,dan kerupuk.
3. Berhak menggunakan hartanya.

 Sigat atau ucapan ijab dan Qabul.


Ulama fiqh sepakat, bahwa unsur utama dalam jual beli adalahkerelaan antara
penjual dan pembeli. Karena kerelaan itu beradadalam hati, maka harus diwujudkan
melalui ucapan ijab (dari pihakpenjual) dan kabul (dari pihak pembeli). Adapun syarat-
syarat ijab kabul adalah :

1. Orang yang melakukan ijab harus akil balig


2. Qabul harus sesuai dengan ijab
3. ijab dan Qabul harus dalam satu majelis.

 Barang yang diper jual belikan


 Barang yang diperjual belukan adalah barang yang halal
 Barang itu ada manfaatnya
 Barang itu ada di tempat
 Barang itu merupahkan milik si penjual
 Barang itu dikertahui oleh si penjual dan pembeli.

4) MACAM-MACAM JUAL BELI


Jual beli dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain ditinjau draisegi sah
atau tidak sah terlarang atau tidak terlarang.

 Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang terpenui rukun-rukun
dan syarat-syaratnya.

 Jual beli yang terlarang dan tidak sah(bathil) yaitu jual beli yang salah satuatau
seluruh rakunya tidak terpenui atau jual beli itu pada dasar dan sifatnyatidak
disyariatkan(tidak sesuai isalam).
 Jual beli yang sah tetapi terlarang(fasid). Ada beberapa contoh jual beli yang
hukumnya sah, tidak membatalkan akad jual beli. Tetapi dilarang islam karena
sebab-sebab lain misalnya:
 merugikan si penjual, pembeli, dan orang lain.
 mempersulit peredaran barang.
 merugikan kepentingan umum

5) SYARAT SAH JUAL BELI


Agar jual beli dapat dilaksanakan secara sah dan memberi pengaruh yang tepat,
harus dipenuhi beberapa syaratnya terlebih dahulu. Syarat-syarat ini terbagi dalam dua
jenis, yaitu syarat yang berkaitan dengan pihak penjual dan pembeli, dan syarat yang
berkaitan dengan objek yang diperjualbelikan.
Pertama, yang berkaitan dengan pihak-pihak pelaku, harus memiliki kompetensi
untuk melakukan aktivitas ini, yakni dengan kondisi yang sudah akil baligh serta
berkemampuan memilih. Dengan demikian, tidak sah jual beli yang dilakukan oleh anak
kecil yang belum nalar, orang gila atau orang yang dipaksa.
Kedua, yang berkaitan dengan objek jual belinya, yaitu sebagai berikut:
 Objek jual beli harus suci, bermanfaat, bisa diserahterimakan, dan merupakan milik
penuh salah satu pihak.
 Mengetahui objek yang diperjualbelikan dan juga pembayarannya, agar tidak
terhindar faktor ‘ketidaktahuan’ atau ‘menjual kucing dalam karung’ karena hal
tersebut dilarang.

 Tidak memberikan batasan waktu. Artinya, tidak sah menjual barang untuk jangka
waktu tertentu yang diketahui atau tidak diketahui.
BAB III

SEBAB-SEBAB DILARANGNYA JUAL BELI


Larangan jual beli disebabkan karena dua alasan, yaitu:
1. Berkaitan dengan objek
2. Tidak terpenuhniya syarat perjanjian, seperti menjual yang tidak ada, menjual anak
binatang yang masih dalam tulang sulbi pejantan (malaqih) atau yang masih dalam
tulang dada induknya (madhamin).
3. Tidak terpenuhinya syarat nilai dan fungsi dari objek jual beli, seperti menjual
barang najis, haram dan sebagainya.
4. Tidak terpenuhinya syarat kepemilikan objek jual beli oleh si penjual, seperti jual
beli fudhuly.

JUAL BELI YANG BERMASALAH


1. Jual Beli yang Diharamkan
a) Menjual tanggungan dengan tanggungan
Telah diriwayatkan larangan menjual tanggungan dengan tanggungan sebagaimana
tersebut dalam hadits Nabi dari Ibnu ’Umar Ra. Yaitu menjual harga yang ditangguhkan
dengan pembayaran yang ditangguhkan juga. Misalnya, menggugurkan apa yang ada pada
tanggungan orang yang berhutang dengan jaminan nilai tertentu yang pengambilannya
ditangguhkan dari waktu pengguguran. Ini adalah bentuk riba yang paling jelas dan paling
jelek sekali.

b) Jual beli disertai syarat


Jual beli disertai syarat tidak diijinkan dalam hukum Islam. Malikiyah menganggap
syarat ini sebagai syarat yang bertentangan dengan konsekuensi jual beli seperti agar
pembeli tidak menjualnya kembali atau menggunakannya.
Hambaliyah memahami syarat sebagai yang bertentangan dengan akad, seperti
adanya bentuk usaha lain, seperti jual beli lain atau peminjaman, dan persyaratan yang
membuat jual beli menjadi bergantung, seperti ”Saya jual ini kepadamu, kalau si Fulan
ridha.”
Sedangkan Hanafiyah memahaminya sebagai syarat yang tidak termasuk dalam
konsekuensi perjanjian jual beli, dan tidak relevan dengan perjanjian tersebut tapi
bermanfaat bagi salah satu pihak.

c) Dua perjanjian dalam satu transaksi jual beli


Tidak dibolehkan melakukan dua perjanjian dalam satu transaksi, namun terdapat
perbedaan dalam aplikasinya sebagai berikut:
1. Jual beli dengan dua harga; harga kontan dan harga kredit yang lebih mahal.
Mayoritas ulama sepakat memperbolehkannya dengan ketentuan, sebelum berpisah,
pembeli telah menetapkan pilihannya apakah kontan atau kredit.
2. Jual beli ’Inah, yaitu menjual sesuatu dengan pembayaran tertunda, lalu si penjual
membelinya kembali dengan pembayaran kontan yang lebih murah.

3. Menjual barang yang masih dalam proses transaksi dengan orang atau menawar
barang yang masih ditawar orang lain. Mayoritas ulama fiqih mengharamkan jual
beli ini. Hal ini didasarkan pada larangan dalam hadits shahih Bukhari dan Muslim,
”Janganlah seseorang melakukan transaksi penjualan dalam transaksi orang lain.

4. Menjual anjing. Dalam hadits Ibnu Mas’ud, Rasulullah telah melarang mengambil
untung dari menjual anjing, melacur dan menjadi dukun (HR. Bukhari).

2. Jual Beli yang Diperdebatkan


 Jual beli ’Inah. Yaitu jual beli manipulatif agar pinjaman uang dibayar dengan lebih
banyak (riba).
 Jual beli Wafa. Yakni jual beli dengan syarat pengembalian barang dan pembayaran,
ketika si penjual mengembalikan uang bayaran dan si pembeli mengembalikan
barang.
 Jual beli dengan uang muka. Yaitu dengan membayarkan sejumlah uang muka
(urbun) kepada penjual dengan perjanjian bila ia jadi membelinya, uang itu
dimasukkan ke dalam harganya.

 Jual beli Istijrar. Yaitu mengambil kebutuhan dari penjual secara bertahap, selang
beberapa waktu kemudian membayarnya. Mayoritas ulama membolehkannya,
bahkan bisa jadi lebih menyenangkan bagi pembeli daripada jual beli dengan tawar
menawar.
BAB IV

KHIYAR

Secara bahasa, khiyar artinya: Memilih, menyisihkan, dan menyaring. Secara umum
artinya adalah menentukan yang terbaik dari dua hal (atau lebih) untuk dijadikan orientasi.
Sedangkan menurut istilah ulama fiqih, khiyar artinya: Hak yang dimiliki orang yang
melakukan perjanjian usaha untuk memilih antara dua hal yang disukainya, meneruskan
perjanjian tersebut atau membatalkannya.

Khiyar ini sangat penting dalam transaksi untuk menjaga kepentingan,


kemaslahatan dan kerelaan kedua belah pihak yang melakukan kontrak serta melindungi
mereka dari bahaya yang mungkin menimbulkan kerugian bagi mereka. Dengan demikian
khiyar disyariatkan oleh Islam untuk memenuhi kepentingan yang timbul dari transaksi
bisnis dalam kehidupan manusia.
Hikmah-hikmah yang mengharuskan melakukan khiyar, dapat disimpulkan sebagaimana
berikut:

1. Untuk membuktikan dan mempertegas adanya kerelaan dari pihak-pihak yang


terikat dalam perjanjian.
2. Supaya pihak penjual dan pembeli merasa puas dalam urusan jual beli.
3. Untuk menghindarkan terjadinya penipuan dalam urusan jual beli
4. Untuk menjamin kesempurnaan dan kejujuran bagi pihak penjual dan pembeli.

Adapun macam-macam khiyar adalah:


1. khiyar majelis ialah khiyar yang berlangsung selama penjual dan pembelimasih
berada di tempat.
2. khiyar syarat ialah yang dijadikan syarat pada waktu akad jual beli.
3. khiyar aib’ ialah pembeli mempunyai hak pilih, untuk mengurungkan akad jual
belinya karena terdapat cacat pada barang yang di belinya

BAB V
A. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Allah Swt mensyari’atkan jual beli sebagai bagian dari bentuk ta’awun
(saling menolong) antar sesama manusia, juga sebagai pemberian keleluasaan,
karena manusia secara pribadi mempunyai kebutuhan berupa sandang, pangan,
papan dsb. Kebutuhan seperti ini tak pernah putus selama manusia masih hidup.
Tak seorangpun dapat memenuhi seluruh hajat hidupnya sendiri, karena itu
manusia dituntut berhubungan satu sama lain dalam bentuk saling tukar barang.
Manusia sebagai anggota masyarakat selalu membutuhkan apa yang dihasilkan
dan dimiliki oleh orang lain. Oleh karena itu jual beli adalah salah satu jalan
untuk mendapatkannya secara sah. Dengan demikian maka akan mudah bagi
setiap individu untuk memenuhi kebutuhannya.
Berikut ini adalah hikmah jual beli,antara lain:
1. Jual beli dapat menata struktur kehidupan ekonomi masyarakat yang
menghargai hak milik orang lain.
2. Penjual dan pembeli dapat memenuhi kebutuhannya atas dasar kerelaan.
3. Masing-masing pihak merasa puas, baik ketika penjual melepas barang
dagangannya dengan imbalan, maupun pembeli membayar dan
menerima barang.
4. Dapat menjauhkan diri dari memakan atau memiliki barang yang haram
atau secara bathil.
5. Penjual dan pembeli mendapat rahmat Allah Swt. Bahkan 90% sumber
rezeki berputar dalam aktifitas perdagangan.
6. Menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan.
2. SARAN
Allah telah memberikan petujuk bagi umat manusia untuk melakukan jual
beli yang baik yaitu jual beli yang sudah diatur dalam Al-quran dan sunnahnya.
Alangkah baiknya manusia melakukan prosedur jual beli yang sudah ditetapkan
oleh Allah, agar dalam perekonomian manusia mendapat manfaat serta berkah.
DAFTAR PUSTAKA
 http://www.scribd.com/doc/25078457/Hukum-Jual-Beli-Islam
 http://www.sarjanaku.com/2011/08/jual-beli-dalam-islam-pengertian-
hukum.html
 http://www.slideshare.net/AnggitaLestari/hukum-jual-beli-dalam-islam-
13760474#btnNext
 http://aikochi-sinichi.blogspot.com/2011/01/jual-beli-dan-hikmah-jual-
beli.html

Anda mungkin juga menyukai