BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek manajemen selama 30 hari mahasiswa
keperawatan profesi ners mampu melaksanakan proses manajemen
keperawatan yang ada di Ruang Anggrek Rumkit Tingkat III Baladhika
Husada Jember
3
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi pasien
Adanya Praktik Profesi Ners Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit
diharapkan pasien merasakan pelayanan yang optimal, serta mendapat
kenyamanan dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga tercapai
kepuasan pasien yang optimal.
1.3.2 Bagi perawat
1. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
2. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan
tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
3. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
4. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.
1.3.3 Bagi rumah sakit
1. Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang perawatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan professional.
2. Dapat menganalisis masalah yang ada dengan metode SWOT serta
menyusun rencana strategi.
4
1.3.4 Mahasiswa
Mengerti dan memahami penerapan atau manajemen keperawatan yang
nyata di Rumah Sakit.
5
BAB 2 PENGKAJIAN
Gambar 2.1. Jadwal dinas perawat ruang Anggrek bulan April 2017
8
Latar
Masa Jenis Pelatihan yang
Nama STATUS Belakang
Kerja diikuti
pendidikan
Tenaga Keperawatan
Muttaqin, S.Kep, PNS S1 24 tahun K3 (Hand Hygine dan
APD)
Diklat Damkar
Bantuan Hidup Dasar
Keselamatan pasien
dan Manajemen risiko
PPGD
BHD
Marta Laut
Lilik S. S. Kep Honorer S1 3 tahun Hand hygiene dan
APD
Pemasangan infus
Diklat damkar
Penulisan Resep
BHD
BCLS
Safe intravenous
therapy
Eka Megawati. PNS D3 14 tahun BPGD
Amd. Kep Patient safety
Hand hygiene dan
APD
BHD
Diklat damkar
Safe intravenous
therapy
Ike W. S.Kep. PNS S1 BHD
Keselamatan pasien
dan manajemen
resiko
Diklat damkar
BTCLS
In House Training
TB Dots
Emergency
management
Diabetes Solution
Centre
Hand hygine dan
APD
Universal precaution
1, 9%
5, 46%
5, 45%
1, 9%
1, 9%
4, 37%
2, 18%
1, 9%
2, 18%
kinerja positif maupun negatif, akan memberi pengaruh posistif pada kinerja
personal karena dengan bertambahnya masa kerja maka pengalaman dalam
melaksanakan tugasnya semakin bertambah. Sebaiknya akan memberi
pengaruh negatif apabila semakin tambah masa kerja maka akan muncul
kebiasaan pada tenaga kerja (Suma’mur. 2014). Lama pengalaman kerja
diruang Anggrek yaitu sebanyak 5 orang perawat memiliki lama kerja > 10
tahun dan 6 orang perawat memiliki lama kerja 2-3 tahun. Rata-rata lama
pengalaman kerja di ruang Anggrek adalah 10 tahun sehingga perawat yang
ada diruang Anggrek memiliki pengalaman kerja yang cukup lama sehingga
memiliki efisiensi waktu dalam memberikan asuhan.
Berdasarkan standart Levine, untuk jumlah perawat yang berada
diruangan dibagi dalam dua bagian yaitu perawat profesional dan perawat
vokasional. Jika dilakukan perhitungan dengan standart Abdellah dan
Levine (1965) dalam Gillies (1999) didapatkan hasil:
1. 55 x 11 = 6,05% =6 orang tenaga profesional
100%
2. 45 x 11 = 4,95% = 5 orang tenaga non profesional/ vokasional
100%
Berdasarkan hasil kesepakatan Asosiasi Institusi Pendidikan Ners
Indonesia dengan kementrian kesehatan RI dalam rapat RTA AIPNI pada
13 Oktober 2016 yaitu perbandingan perawat profesional dan perawat
vokasional dalam satu ruangan yaitu 40% untuk perawat profesional dan 60
% untuk vokasional. Perhitungan tenaga perawat ruang Anggrek (tanggal 3
April 2016) berdasarkan hasil kesepakatan tersebut sebagai berikut:
1. Perawat profesional
Kebutuhan perawat profesional = 40 % dari jumlah tenaga kesehatan
= 40 % x 11
= 4,4 → 4 orang
2. Perawat vocasional
Kebutuhan perawat vocasional = 60 % dari jumlah tenaga kesehatan
= 60 % x 11
= 6.6 → 7 orang
13
KARUMKIT
Letkol CKM dr. Masri Sihombing, Sp. OT
KAINSTALWATNAP
Muttaqin, S.Kep.
KATIM 1 KATIM 2
Sri Endah S, S.Kep. Ners Eka Megawati, Amd.Kep
3) TOTAL CARE
Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu
perawat yang lebih lama
a) Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat
tidur ke kereta dorong atau kursi roda
b) Membutuhkan latihan pasif
c) Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena
(infus) atau NG tube (sonde)
d) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
e) Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
f) Dimandikan perawat
g) Dalam keadaan inkontinensia
h) 24 jam post operasi mayor
i) Pasien tidak sadar
j) Keadaan pasien tidak stabil
k) Observasi TTV setip kurang dari jam
l) Perawatan luka bakar
m) Perawatan kolostomi
n) Menggunakan alat bantu nafas (ventilator)
o) Menggunakan WSD
p) Irigasi kandung secara terus menerus
q) Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
r) Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang/ leher
s) Gangguan emosional berat, bingung dna disorientasi
Berdasarkan pengkajian selama tiga hari rata rata jam perawatan yang
dibutuhkan perhari adalah jam maka berdasarkan BOR di bulan Januari –
Maret 2017 62,04 %.
3,4 × 52 × 7 × 21 × 62,04 %
+ 25% =
40 × 40
16123,94
+ 25% = 10,07 + 0,25 = 10,32 = 10 perawat
1600
Interpretasi:
Dari tabel diatas diketahuai bahwa tugas perawat sesuai dengan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan bahwa tugas
perawat terbagi menjadi tugas utama dan tugas tambahan yang mencakup delegasi dan mandate. Namun pada pelaksanaanya di
ruang Anggrek perawat selain melakukan tugas keperawatan juga melakukan tugas non keperawatan. Tugas keperawatan
contohnya melakukan asuhan keperawatan, mendokumentasikan asuhan keperawatan, memberikan pendidikan kesehatan, hingga
melakukan kolaborasi dengan petugas kesehatan yang lain. Tugas non keperawatan misalnya melakukan proses administrasi
pasien masuk hingga pasien keluar ruaang rawat inap dan juga melakukan trasportasi pasien dikarenakan kurangnya tenaga non
keperawatan seperti petugas administrasi dan juga trasporter.
27
DIDAMPINGI :
PASIEN
1. KELUARGA
2. PIHAK BERWENANG
IGD
TRIAGE
PENDAFTARAN
PERAWATAN PASIEN
Pasien datang ke Rumah Sakit Baladhika Husada Jember bersama keluarga atau
penanggung jawab pasien, pertama kali datang ke ruang IGD kemudian dilakukan
pemeriksaan oleh petugas berupa pemeriksaan oleh dokter, pemeriksaan
penunjang, perawatan oleh perawat, hingga pemberian obat, keluarga pasien
kemudian harus melengkapi registrasi di tempat pendaftaran pasien. Setelah
registrasi selesai, maka pasien akan diberikan ruang perawatan selama dirawat
sesuai dengan keadaan dan kemampuan pasien. Setelah itu, perawat ruangan
menyiapkan ruangan, kemudian perawat IGD mengantarkan pasien ke ruangan,
sesampainya di ruang perawatan, perawat IGD melakukan timbang terima dengan
perawat ruangan untuk melanjutkan tindakan perawatan yang akan dilakukan di
ruangan. Pasien menjalani perawatan hingga pasien dinyatakan sembuh, meninggal
maupun perlu rujukan, jika pasien dinyatakan sembuh, meninggal maupun perlu
rujukan , keluarga harus menyelesaikan pembayaran perawatan di loket terpadu.
g. Alur masuk pasien dari Poli Speasialis
Alur masuk pasien dari Poli Speasialis di Rumkital Tk. III Baladhika
Husada adalah sebagai berikut :
PASIEN TEMPAT PENDAFTARAN
PERAWATAN
PASIEN
Alur masuk ruang anggrek dari poli spesialis dimulai pasien pertama
kali melakukan pendaftaran, kemudian pasien melakukan pemerikssaan
sesuai dengan poli spesialis yang akan dituju, jika pasien disarankan untuk
rawat inap, pasien kemudian melakukan pendaftaran untuk menjalani rawat
inap. Setelah itu petugas menyiapkan ruangan, kemudian perawat poli
spesialis melakukan timbang terima ke perawat ruangan untuk melanjutkan
tindakan keperawatan di ruangan dan pasien menjalani perawatan hingga
pasien dinyatakan sembuh, meninggal maupun perlu rujukan, jika pasien
dinyatakan sembuh, meninggal maupun perlu rujukan , keluarga harus
menyelesaikan pembayaran perawatan di loket terpadu.
h. Analisis masalah pada bagian ketenagaan
Analisis terkait kekuatan dan kelemahan untuk pengembangan ruang
anggrek yaitu:
1) Kurangnya tenaga non keperawatan (transporter, juru rawat, dan tenaga
administrasi) di ruangan sehingga menyebabkan tingginya beban kerja
dan jabatan yang rangkap
2) Tenaga keperawatan sudah melakukan tugas keperawatan yaitu
memberikan asuhan keperawatan, mendokumentasikan asuhan
keperawatan, memberikan pendidikan kesehatan, melakukan
kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Akan tetapi perawat juga
melakukan tugas non keperawatan seperti menjadi tenaga administrasi
seperti merinci pembiayaan pasien selama perawatan di rumah sakit,
pemberkasan atau perincian administrasi saat pasien akan pulang, dan
administrasi pengajuan klaim BPJS. Selain itu, perawat juga harus
menjadi transporter yang mengantarkan pasien melakukan
pemeriksaan radiologi.
31
Ruang Anggrek
17
Keterangan Denah:
1: Ruang pertemuan perawat dan tim medis lain
2: Nurse Station
3: Ruang Anggrek 1
4: Ruang Anggrek 2
5: Ruang Anggrek 3
6: Ruang Anggrek 4
7: Ruang Anggrek 5
8: Gudang
9: Ruang Anggrek 6
10: Ruang Anggrek 7
11: Ruang konsultasi
12: Instalasi Farmasi
13: Ruang USG
14: Toilet Petugas
15: Taman
16: Tempat duduk
17: Anggrek 8
Ruang perawatan anggrek adalah ruang perawatan interna untuk wanita.
Lokasi ruang perawatan anggrek berada di tengah rumah sakit dengan batasan
sebagai berikut: di sebelah timur berbatasan dengan ICU, sebelah utara
berbatasan dengan apotek dan ruang USG, sebelah barat berbatasan dengan
mushola, sebelah selatan berbatasan dengan ruang perawatan nusa indah.
b. Lingkungan kerja
Ruang perawat Anggrek berada diantara ruang-ruang perawatan Anggrek.
Pasien dan keluarga pasien yang ingin menemui perawat saat memerlukan
informasi maupun kebutuhan lainnya dapat menjangkau Ruang Perawat dengan
mudah. Ruang perawat Anggrek terdapat ruang kerja perawat yang sekaligus
menjadi ruang pertemuan, penyimpanan alat medis, ruangan Kepala Ruang dan
Ketua Tim. Bentuk pelayanan yang dilakukan di ruang perawatan Anggrek,
33
tempat tidur dengan kapasitas kelas 2, anggrek 8 berisi 2 tempat tidur yang
merupakan kamar isolasi untuk kasus infeksi paru. Kapasitas tempat tidur di
ruangan selama 3 hari sebagai berikut:
Tabel 2.7 Prosentase Penggunaan Tempat Tidur Selama 3 hari
APAR
Interpretasi:
Daftar fasilitas untuk pasien di ruang Anggrek sudah dapat mencukupi
kebutuhan dalam pelayanan keperawatan
Interpretasi:
Alur pengadaan barang di ruang Anggrek sudah baik terbukti dengan alur
pengadaan barang yang sudah sistematis yaitu dimulai dari pelaporan dari
42
Karumkit/Wakarumkit
Badan
pengawas
Program Kerja
SPI
Bendahara
Pembekalan
Pasien Datang
Resep Masuk
Farmasetik
Administrasi
Ada/Tidak ada
masalah
Tidak Ya
Penomeran, Etiket,
Administrasi
Penyiapan
Obat
Pengecekan Ulang
Penyerahan Obat
Dokumentas
i
Gambar 2.19 Alur Pelayanan Instalasi Farmasi
44
Unit Ruangan
Ka Instalansi
Farmasi
Barang datang
2) Katim
a. Menetapkan rencana asuhan keperawatan dan rencana tindakan
yang selanjutnya dilakukan oleh perawat pelaksana
b. Mendampingi kegiatan visite dokter
c. Memimpin kegiatan timbang terima
d. Melakukan proses pendokumentasian evaluasi keperawatan selama
shift pagi
e. Memeriksa kelengkapan dokumen asuhan keperawatan
f. Bersama dengan Karu menetapkan jadwal dinas pegawai di ruang
Anggrek
g. Melakukan supervisi kepada perawat pelaksana di Ruangan
3) Perawat Pelaksana
a) Mengikuti proses timbang terima
b) Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostic
c) Melakukan asuhan keperawatan langsung kepada pasien
d) Melakukan proses pendokumentasian evaluasi keperawatan selama
shift
e) Melengkapi dokumentasi CPPT di rekam medis (perawat pelaksana
dinas malam)
terima selama 2 hari berturut-turut, kegiatan timbang terima tidak selalu diikuti
oleh kepala ruangan. Hal ini telah diklarifikasi juga bahwa kepala ruangan
Anggrek juga merangkap jabatan sebagai Kepala Instalasi Rawat Inap dan
Sekretaris Akreditasi Rumah Sakit. Selain itu, dalam proses timbang terima
tidak dilakukan pembukaan dan terminasi. Proses timbang terima dilakukan
secara singkat dimana hanya berfokus kepada keluhan, terapi dan rencana
tindakan yang akan dilakukan pada shift selanjutnya.
Secara teori, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan timbang terima
adalah sebagai berikut:
a) Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift
b) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab
c) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
d) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
Berdasarkan standar akreditasi RS 2012 SKP.2/JCI IPSG.2 mensyaratkan agar
rumah sakit menyusun cara komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat,
lengkap, jelas, dan dapat dipahami penerima. Hal ini ditujukan untuk
meminimalkan kesalahan dan meningkatkan kualitas pelayanan dan
keselamatan pasien. Salah satu media yang dapat digunakan oleh perawat di
rumah sakit agar tercipta komunikasi yang sesuai dengan standar selama
kegiatan timbang terima adalah digunakannya metode SBAR dalam kegiatan
timbang terima. Di ruang Anggrek Rumkit Tk. III Baladhika Husada Jember
proses pendokumentasian timbang terima sudah dilakukan di lemkbar timbang
terima, akan tetapi kurang optimal dalam pengerjaannya. Sebelumnya, di ruang
Anggrek telah disosialisasikan metode timbang terima dengan menggunakan
SBAR, akan tetapi proses pelaksanaan selama proses timbang terima masih
belum direalisasikan secara kontinyu.
e. Supervisi keperawatan
Swansburg dalam Rakhmawati (2009), supervisi adalah usaha untuk
mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan
56
tugas, dimana dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
yaitu menghargai dan mengembangkan potensi setiap individu serta menerima
setiap perbedaan. Definisi lain menurut Sudjana dalam Nursalam (2011),
supervisi adalah upaya membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan
pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang
tekah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Manfaat supervisi menurut Azwar (2000) yang ditinjau dari sudut
manajemen dibagi menjadi dua yaitu:
1) Meningkatkan efektivitas kerja. Peningkatan efektivitas kerja ini
barbanding lurus dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
bawahan, serta semakin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang
harmonis dan kondusif antara atasan dengan bawahan.
2) Meningkatkan efisiensi kerja. Peningkatn efisiensi kerja ini berhubungan
dengan semakin minimalnya kesalahan yang dilakukan oleh bawahan,
dank arena itu pemakaian sumber daya (tenaga, dana, dan sarana) yang
sia-sia dapat dicegah.
Nursalam (2011), terdapat tiga kegunaan dari supervisi yaitu:
1) Meningkatkan kemampuan supervisor dalam memberikan layanan
kepada para pelaksanan kegiatan (perawat).
2) Meningkatkan kemampuan pelaksana kegiatan.
3) Hasil supervisi berguna dalam penyusunan pedoman atau petnjuk
pelaksanaan layanan professional bagi pelaksanan kegiatan.
Terdapat beberapa unsur pokok yang ada pada supervisi (Azwar, 2000) yaitu:
1) Pelaksanan
Pelaksanan atau yang bertanggung jawab melaksanakan supervisi adalah
atasan yaitu mereka yang memiliki kelebihan dalam organisasi. Kelebihan
yang dimaksud sering dikaitkan dengan status kedudukan yang lebih tinggi
dalam organisasi (supervisor) dan karena itu fungsi supervisi memang lebih
dimiliki oleh atasan. Namun untuk keberhasilan supervisi, yang lebih
diutamakan dalam pengetahuan dan/atau keterampilan. Pelaksana supervisi
sebaiknya memnuhi syarat berikut (Azwar, 1996).
57
5) Teknik
Pada dasarnya kegiatan supervisi identik dengan teknik penyelesaian
masalah (problem solving). Bedanya terletak pada pengumpulan data pada
supervisi berdasarkan pengamatan langsung (direct observation) serta cara
penyelesaian masalah dilakukan secara langsung bersama di tempat (on the
spot).
g. Discharge Planning
Hasil observasi yang telah dilakukan di dapatkan bahwa discharge planning
telah dilakukan oleh perawat ruang anggrek sesuai dengan format yang berlaku
di Rumkit Tk. III Baladhika Husada Jember, yaitu:
2. Identitas pasien
3. Diagnosa medis
4. Data pasien saat pulang
5. Diet saat dirawat
6. Obat-obatan selama di rawat dan yang dibawa pulang
7. Hasil pemeriksaan penunjang
62
8. Penyuluhan kesehatan
9. Kontrol poli
10. Persetujuan
Namun untuk pendokumentasian di dalam form discharge planning
masih ada beberapa yang belum dilengkapi yaitu data terkait kondisi pasien
saat pasien pulang. Mekanisme kegiatan discharge planning di ruang
Anggrek Rumkit Tk. III Baladhika Husada dilakukan pada saat pasien akan
pulang. Ketika pasien akan pulang, perawat akan memanggil salah satu
anggota keluarga untuk datang ke kantor perawat untuk selanjutnya diberi
informasi terkait program pengobatan berkelanjutan yang akan dijalani oleh
pasien setelah keluar dari RS. Beberapa informasi yang dipaparkan antara
lain: jumlah obat dan dosis obat yang seharusnya dikonsumsi oleh pasien
pada saat di rumah, uraian tentang perawatan berkelanjutan di rumah,
informasi terkait solusi bagi pasien dan keluarga apabila selama perawatan
di rumah terjadi atau muncul keluhan yang sama, serta jadwal kontrol ke
poli. (Hasil validasi yang dilakukan didapatkan bahwa program discharge
planning dilakukan oleh perawat)
Menurut PMK No.10 tahun 2015 tentang standar pelayanan
keperawatan di RS Khusus bahwa organisasi pelayanan keperawatan
bekerjasama dengan tim kesehatan lain menyusun dan mengembangkan tata
kelola pasien pasien yang pulang, meninggal atau pasien yang akan
melakukan kunjungan ulang dan kunjungan rumah sesuai dengan kondisi
dan peraturan berlaku. Indikator tersebut antara lain:
1) Ada SPO resume pasien pulang.
2) Ada dokumen discharge planning pasien.
3) Ada kriteria pasien untuk dinyatakan boleh pulang.
4) Ada alur pasien pulang.
5) Pasien menerima tata kelola pulang, meninggal dan kunjungan
ulang.
6) Ada perawat yang melakukan kunjungan dengan kompetensi
perawat klinik maternitas III.
63
h. Pengelolaan Obat
Hasil observasi didapatkan bahwa di ruang anggrek RS Baladhika
Husada Jember, antara lain:
1) Pengadaan obat
Sistem distribusi obat untuk rawat inap adalah ODD (One
Dailing Dose), kelebihan dari sistem ini yaitu dapat mengurangi
risiko biaya obat karena dapat mengontrol sudah berapa jumlah obat
yang digunakan dan jika pasien boleh pulang dapat langsung diganti
dengan IP (individual praescription). Sedangkan sistem distribusi
obat untuk gawat darurat adalah floor stock, dimana semua obat yang
dibutuhkan pasien tersedia dalam ruang tersebut atau pada setiap pos
perawatan pasien.
Pengadaan obat dilakukan oleh perawat ruangan apabila
persediaan obat yang ada di ruangan telah habis. Alur pengadaan
obat di ruang anggrek Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada
Jember (RS DKT Jember) adalah sebagai berikut.
Penggunaan obat di ruangan obat habis digunakan pengadaan
obat mengambil obat dari apotek obat tersedia di ruangan
penggunaan obat di ruangan obat habis digunakan pengadaan
obat kembali dan seterusnya.
64
c) BENAR dosis
Dosis obat yang diberikan kepada klien harus sesuai dengan
kondisi klien. Dosis yang diberikan dalam batas yang
direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan. Perawat harus
teliti dalam menghitung dosis obat yang akan diberikan secara
akurat, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
kesesuaian jumlah obat dan dosis obat yang diresepkan atau
diminta, pertimbangan berat badan klien (mg/KgBB/hari), jika
ragu-ragu dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh
perawat lain.
d) BENAR rute
Sebelum pemberian obat, perawat perlu memperhatikan dengan
benar rute pemberian obat tersebut. Perawat haru memastikan
kesesuaian rute pemberian obat yang tercantum dalam anjuran
dokter dengan rute pada saat pemberian obat tersebut. Jika
diperlukan perawat harus memberi tanda atau instruksi rute pada
obat tertentu yang akan diberikan kepada pasien
e) BENAR waktu
Prinsip benar waktu harus menjadi perhatian bagi perawat.
Dalam hal ini kesesuaian interval waktu pemberian obat harus
diperhatikan untuk meminimalkan munculya efek samping
pemberian obat akibat interval waktu yang salah. Setiap obat
memiliki waktu paruh yang berbeda-beda oleh karena itu
penting sekali untuk memperhatikan waktu pemberian obat
sesuai dengan anjuran dokter. Selain itu, pemberian obat
tertentu yang diberikan sebelum makan harus benar-benar
diperhatikan kesesuaian pemberiannya. Obat yang harusnya
diberikan sebelum makan harus diberikan pada saat sebelum
makan untuk meminimalkan efek samping yang tidak
diinginkan akibat kesalahan waktu dalam pemberian obat.
f) BENAR dokumentasi
67
i. Dokumentasi Keperawatan
Hasil observasi didapatkan bahwa dokumentasi keperawatan di ruang
anggrek RS Baladhika Husada Jember terdiri dari lembar pengkajian awal
medis pasien rawat inap, lembar skrining awal gizi pasien dewasa, lembar
rencana awal gizi, lembar catatan perkembangan gizi, lembar persetujuan
perawatan, lembar pengkajian awal rawat inap, lembar tanda-tanda vital,
observasi lembar cairan infuse, lembar kontrol pemberian obat, lembar catatan
perkembangan pasien terintegrasi, lembar asuhan keperawatan berupa
pendokumentasian implementasi dan evaluasi dalam satu format catatan
perkembangan, evaluasi menggunakan SOAP, lembar komunikasi dengan
telepon dan elektronik lain, resume keperawatan, discharge planning.
Pendokumentasian dilakukan setiap pergantian shif dinas dan dilaporkan ketika
timbang terima. Berdasarkan observasi mulai tanggal 3-4April 2017 didapatkan
bahwa rincian urutan format pendokumentasian pasien di ruang anggrek RS
Baladhika Husada Jember sebagai berikut:
Tabel 2.11 Daftar Dokumentasi Keperawatan Ruang Anggrek
Form Tentang Di isi Tidak di isi
Hak dan kewajiban pasien √
01 Assesmen medis gadar √
68
Gambar 2.51. Rekonsiliasi Obat dan Daftar Obat yang Dipakai Dari
Rumah
nanti akan disampaikan kepada direktur Rumkit dan setelah itu baru dibuat
kebijakan.
Indikator mutu berdasarkan Pedoman Upaya Peningkatan Mutu
Pelayanan Rumah Sakit Tk. III Baladhika Husada tahun 2015 yang ditetapkan
berdasarkan SK Kepala Rumkit Tk. III Baladhika Husada tahun 2015 yang
berkaitan dengan upaya peningkatan mutu pelayanan di RS Tk. III Baladhika
Husada yaitu:
1) Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan
proses.
2) Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok
daripada untuk perorangan.
3) Dapat digunakan untuk membandingkan dengan rumah sakit lain, baik
di dalam maupun di luar negeri.
4) Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih
untuk dimonitor.
5) Didasarkan pada data yang ada.
Di RS Tk. III Baladhika Husada Jember terdapat salah satu alur komplain
yang berkaitan erat dengan kepuasan pasien. Alur pelaporan pada saat terjadi
tindakan keperawatan yang kurang sesuai dapat diketahui oleh pasien
maupun keluarga pasien karena telah dipublikasikan ke dalam bentuk poster
yang ditempel pada beberapa bagian dinding Ruang Anggrek Rumkit Tk. III
Baladhika Husada sebagai berikut.
86
g) SAK melena
h) SAK struma
i) SAK comotio serebri atau cedera kepala
j) SAK hernia
k) SAK urolithyasis
l) SAK fraktur
m)SAK cholelithiasis
4) Standart asuhan kebidanan
a) SAK pada partus spotan
b) SAK pada partus spontan cemas
c) SAK seksiocaesaria
d) SAK partus prematurus Imminent
e) SAK premature rupture membrane
f) SAK pendarahan post partum
g) SAK pada kasus abortus Imminens
h) SAK pada kasus preeklamsi berat
i) SAK pada kasus mioma uteri
j) SAK pada kasus cysta ovarii
k) SAK pada kasus KET
6) Sasaran 6
Pengkajian awal pasien risiko jatuh di Ruang Anggrek sudah dilakukan dan
berdasarkan format pengkajian yang baku yaitu menggunakan Skala Morse
(untuk dewasa) dan Humpty Dumpty (untuk anak-anak). Tempat tidur di
Ruang Anggrek sudah cukup sesuai dengan standar patient safety. Dari 23
kapasitas tempat tidur di Ruang Anggrek, terdapat 20 tempat tidur pasien
yang memiliki siderail, namun terdapat 3 tempat tidur yang memiliki siderail
dalam kondisi rusak. Selain itu, sudah terdapat protap pencegahan pasien
dengan resiko jatuh pada masing-masing meja pasien sebagai sarana
pencegahan terjadinya kejadian cedera akibat jatuh.
selama 2 hari berturut-turut, kegiatan timbang terima tidak diikuti oleh kepala
ruangan dan protap timbang terima tidak dilakukan dengan runtut. Selain itu,
dalam proses timbang terima perawat dan personel yang ada di ruangan tidak
melakukan perkenalan kepada pasien. Proses timbang terima dilakukan secara
singkat dimana hanya berfokus kepada keluhan, terapi dan rencana tindakan
yang akan dilakukan pada shift selanjutnya.
Di ruang Anggrek Rumkit Tk. III Baladhika Husada Jember, telah
disosialisasikan metode timbang terima dengan menggunakan SBAR, akan
tetapi proses pelaksanaan selama proses timbang terima masih belum
direalisasikan secara kontinyu dan belum pernah mengadakan diskusi (diskusi
refleksi kasus). Dalam poin program keselamatan pasien utamanya risiko jatuh,
proses identifikasi pasien yang berisiko jatuh beserta tingkatannya masih belum
jelas (seperti pemakaian gelang untu identifasi pasien yang memiliki risiko
jatuh tinggi).
TOI (hari) 2 2 1
Standar ideal TOI* 1-3 hari 1-3 hari 1-3 hari
BTO 5,70 4,93 6,08
Standar ideal BTO* 40-50 40-50 40-50
Tabel 2.18 Data BOR, ALOS, TOI dan BTO Ruang Anggrek Rumah
Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember
Bulan
Kriteria Januari Februari Maret 2017
2017 2017
Jumlah Tempat Tidur 21 21 21
BOR (%) 73,8% 53,33% 59%
Standar ideal BOR* 60-85 60-85 60-85
Pergerakan BOR
ALOS (hari) 5 4 4
Standar ideal ALOS* 6-9 hari 6-9 hari 6-9 hari
TOI (hari) 6 6 6
Standar ideal TOI* 1-3 hari 1-3 hari 1-3 hari
BTO 50 50 50
Standar ideal BTO* 40-50 40-50 40-50
*Standar Depkes RI (2005)
ALOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
memberikan gambaran tingkat efisiensi, gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan
yang lebih lanjut. Semakin lama seorang pasien dirawat maka dapat
meningkatkan biaya pasien dan menggambarkan mutu pelayanan yang kurang
baik. ALOS Ruang Anggrek masih berada di bawah standar ALOS menurut
Depkes RI tahun 2005 yaitu 6-9 hari.
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah
diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat
efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi
pada kisaran 1-3 hari. Rata-rata tempat tidur tidak ditempati di ruang Anggrek
pada bulan Januari sampai maret 2017 masih belum sesuai standar (1-3 hari).
d. Tingkat kepuasan pasien tahun 2017 dan yang terbaru
Tingkat kepuasan pasien dinilai dari tujuh komponen yaitu sebagai berikut.
112
60
50
40
30
20
10
JAN FEB
STANDAR 100 100
HASIL/PERSEN 83 85
60
50
40
30
20
10
JAN FEB
STANDAR 100 100
HASIL/PERSEN