Program latihan CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan Pupuk Kaltim ini tidak
berkelanjutan. Misalnya hari ini perusahaan diberi dukungan, layanan / pelatihan, tetapi
perusahaan tidak melaksanaknnya. Hal ini menempatkan orang hanya sebagai objek, yang
harus diberdayakan, tetapi sebaliknya program menciptakan ketergantungan pada penerima
manfaat.
Perusahaan memandang CSR sebagai biaya tambahan dan salah satu strategi
perusahaan untuk meningkatkan produktivitas. Perusahaan berusaha agar biaya
operasionalnya meliputi biaya dari operasional murni dan kegiatan sosial. Karena perusahaan
ingin menyatukan biaya-biaya tersebut, muncullah konsep menciptakan nilai bersama atau
Creating Shared Value. Konsep tersebut merupakan strategi bisnis yang menekankan pada
pentingnya masalah sosial dan kebutuhan pada desain strategi perusahaan. CSV ini
merupakan pengembangan dari CSR.
Dari sini, kita bisa melihat konsep nilai bersama adalah kebijakan dan praktik operasi
yang meningkatkan daya saing perusahaan sambil memajukan kondisi ekonomi-sosial
masyarakat di mana ia beroperasi. Nilai yang dibagikan berfokus pada mengidentifikasi dan
memperluas hubungan antara masyarakat dan kemajuan ekonomi (Porter dan Kramer, 2011).
Dapat dinyatakan bahwa CSV adalah sebuah konsep dimana perusahaan memiliki peran
ganda dan menciptakan nilai ekonomi dan nilai sosial secara bersamaan, tanpa ada
yang disukai atau dikecualikan, memberikan solusi untuk masalah ekonomi, sosial, dan
lingkungan.
Penerapan CSR semakin penting agar publik mendorong para pihak menyusun
pedoman pengimplementasian dan pelaporan kegiatan CSR. Itu tanggung jawab perusahaan
dilaporkan melalui Laporan Keberlanjutan. Menurut Sukada (2008) laporan keberlanjutan,
sebagai salah satu bentuk laporan tunggal, adalah laporan tentang kinerja perusahaan terkait
dengan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Laporan di dokumen ini dibuat oleh
perusahaan terhubung dengan kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan. Laporan kinerja
ekonomi, sosial, dan lingkungan hanya disebut laporan keberlanjutan ketika
melaporkan kinerja dalam waktu tertentu terjaga atau memberikan dampak positif.
Implementasi CSR di Indonesia dipandu oleh pedoman internasional. Ini karena mereka
adalah bagian dari nasional pedoman dan berbasis sektor. Selain itu, peraturan yang dibuat
masih rancu dan tidak konsisten (Kalangit, 2009). Pedoman yang digunakan dalam
pengungkapan CSR ini adalah standar GRI G4 yang masing-masing indikator ini akan
terlihat jika ada relevansi dengan Menciptakan Bagikan Nilai.
Dari sini
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan praktik dari (CSV) kepada
komunitas sekitar Pupuk Kaltim dan relevansinya yang termasuk inti bisnis mereka,
dan kepatuhannya terhadap Global Reporting Initiative (GRI) Standard. Pupuk Kaltim
adalah produsen pupuk Urea terbesar di Indonesia, dan berproduksi amonia dan pupuk NPK,
yang mempraktekkan CSV dan melaporkan aktivitas mereka menggunakan pedoman GRI.
Kesimpulan
Pupuk Kaltim telah mengadopsi GRI G4 dalam laporan 2015. Hasil analisis terhadap
kepatuhan standar GRI G4, terungkap bahwa perusahaan tidak menerapkan semua aspek
Laporan Keberlanjutan. Aspek yang diungkapkan dalam Laporan Keberlanjutan tidak
disajikan secara lengkap dan komprehensif. Dalam pengungkapan standar umum banyak
indikator yang tidak dilaporkan dalam aspek pemerintahan. Penting untuk melaporkan karena
ini menunjukkan ke eksternal pihak-pihak apakah perusahaan menerapkan pemerintahan
yang baik atau tidak. Hampir semua indikator di pengungkapan standar umum tidak
memiliki relevansi dengan menciptakan nilai bersama karena itu tidak bermanfaat bagi
perusahaan dan komunitas lokal.