Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN

TUJUAN HIDUP DAN TUJUAN PENDIDIKAN SERTA KOMPONEN-KOMPONEN KEHIDUPAN


YANG BAIK

Disusun oleh:

1.MONICA (16004077)

2.RIZKA DIANA (16004063)

3.YENNI ANGRAINI PUSPITA SARI (16004082)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURAUSAN KURIKULUM TEKNOLOGI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGRI PADANG

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dan hidup di dunia ini tidak hanya sekedar untuk hidup,tetapi ada suatu tujuan
yang harus ia tempuh dalam kehidupannya.Yakni bagaimana ia dapat menempuh kesejahteraan
dalam hidupnya.Kehidupan manusia di dunia ini dikelillinmgi fenomena-fenomena alam yang
tidak terbilang,masing-masing muncul membawa maksud dan pesan tertentu.

Tujuan hidup dan tujuan pendidikan tidak boleh terpisah,artinya harus sesuai.Karena
keduanya merupakan atau kesatuan yang mengarahkan manusia kepada derajat yang lebih
tinggi,yakni untuk mencapai kebutuhan dan kesejahteraannya.Tujuan hidup yang ingin dicapai
manusia terus berkembang dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.

Dalam impilikasinya tujuan hidup dan tujuan pendidikan selalu beriringan.Namun


demikian ada hal-hal yang harus diperhatikan agar manusia tidak salah mencapai tujuan
hidupnya dan mampu mencari kebahagiannya.Selain itu pendidikan juga amat penting dalam
menentukan tujuan hidup seseorang.Dalam hal ini diperlukan prinsip hidup yang benar
1.2 Rumusan Masalah

Adapaun rumusan masalah-masalah yang dapat dirumuskan dari pemaparan di atas


yaitu :

1.Apaka itu tujuan hidup dan tujuan pendidikan?

2. Bagaimana prinsip hidup yang benar?

3.Bagaimana pentingnya kehidupan yang benar bagi kehidupan manusia?

1.3 Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan pembahasan yang telah dibuat adalah :

1.Mengetahui pengertian tujuan hidup dan tujuan pendidikan.

2.Mengetahui komponen-komponen kehidupan yang baik.


BAB II

TUJUAN HIDUP DAN TUJUAN PENDIDIKAN

2.1 TUJUAN HIDUP

Seringkali kita berpikir bahwa hidup menyodorkan terlalu banyak pertanyaan yang tak

terjawab kepada kita,tak sedikit diantara kita mencari tahu apa tujuan hidup ini.Sebagiannya

memikirkannya keras-keras,namun jawaban yang dirumuskan tak jua menentramkan

hatinya.Sebagian yang lain merenungkannya dalam nurani dalam-dalam,namun sang pikiran

penuh gelak bertanya-tanya.Bahkan ada yang seolah tak perlu untuk apa miliki tujuan dalam

hidup.Ada orang yang mengaku telah menemukan dalam akal dan budi hatinya,namun mereka

kehilangan itu saat harus melewati hidup sehari-hari.Tujuan hidup tak berada dibalik kata-

kata,seindah apapun kata itu digoreskan,melainkan dalam hidup itu sendiri yang kita temukan

sewaktu kita sungguh-sungguh menjalaninya.Dengan begitu kedua kaki kita tak segan dan tahu

kemana mesti diayunkan


Jika seseorang memakai pikirannya untuk berpikir,maka ia akan mendapat

pengertian.Jumlah berbagai pengertian ini merupakan ilmu.Maka tindakan manusia untuk

mencukupi kebutuhan hidupnya perlu berlandaskan ilmu,karena tanpa ilmu ia tidak dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya.Bila manusia tidak bertindak tanpa ilmu pengetahuan,maksud

dan tujuan tindakannya tidak akan tercapai.Umpanya orang menanak nasi,bila tanpa

pengetahuan,berasnya tidak bisa menjadi nasi. Adapun tujuan hidup manusia ialah sebagai

berikut :

1.Untuk menjadi manusia yang dapat mengabdi pada Sang Pencipta yaitu ALLAH SWT.

2.Mencari kebenaran dan keabsahan yang baik sesuai dengan filsafat dan ajaran agama yang

telah diwahyukan oleh ALLAH SWT.

3.Menjadi manusia seutuhnya dan sebagai penata sosial yang kuat serta berwibawa sehingga

mampu menjalankan visi dalam kehidupan sebagai manusia utuh.

4.Dapat mengolah alam semesta yang disesuaikan oleh ALLAH SWT dengan menggunakan akal

pikiran yang telah dianugrahkan oleh ALLAH SWT.

5.Menjadi manusia yang bahagia,kaya serta sehat jasmani dan rohani sehingga terjadi

keseimbangan kehidupan di dunia dan di akhirat.

2.2 TUJUAN PENDIDIKAN


Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tujuan pendidikan di Indonesia adalah

sebagai berikut:

1.Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertaqwa

kepada tuhan YME.Berakhlak mulia,sehat,berilmu,cakap,kreatif,mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Implikasi tujuan terhadap kehidupan adalah

untuk meningkatkan keimanan,ketaqwaan dan mempunyai akhlak yang mulia maka peserta didik

diajarkan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan agama (pendidikan agaa baik secara formal atau

sekolah maupun secara informalatau rumah tanggadan non formal atau masyarakat atau disurau

atau di mesjid).

2.Agar warga negara menjadi sehat maka pemerintah berusaha menyediakan fasilitas kesehatan

melalui penyuluhan-penyuluhan kesehatan yang mana masalah ini ditangani oleh Departemen

Kesehatan Indonesia.

3.Agar peserta didik berilm,cakap kreatif ,mandiri menjadi warga negara yagn demokratis serta

bertanggung jawab.Pemerintah berusaha meningkatkan mutu pendidikan di

Indonesia,mencanangkan wajib belajar bagi anak usia 6 sampai 12 tahun dan juga berusaha

mengadakan SD pamong,SD kecil,SMP jarak jauhdan UT Sementara adalah usaha yang

dilakukan pemerintah yang tujuannya adalaah agar warga negara Indonesia itu berilmudan

memilikikecakapan,sehingga peserta itu lebih kreatif dan lebih mandiri dan juga bertanggung

jawab atas perbuatan yang dilakukannya.

Hampir semua pakar pendidikan Islami menyatakan,bahwa tujuan pendidikan harus

sesuai dengan tujuan hidup manusia itu sendiri.Antara lain,seperti kata Hasan Langglung :
“berbicara tentang tujuan pendidikan tidak terlepas dari tujuan hidup manusia.Sebab

pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara kelanjutan

hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat”

2.3 KOMPONEN-KOMPONEN KEHIDUPAN YANG BAIK

A.PRINSIP DASAR HIDUP YANG BENAR

Agar hidup kita bahagia, perlu kita miliki beberapa prinsip hidup:

1. Menempatkan rasa aman dan harapan pada Tuhan.

2. Kita harsu memilki sasaran yang tepat dalam hidup.

3. Kita juga perlu memiliki pola pikir yang benar.

4.Berusahalah memahami orang lain dengan menempatkan diri kita sendiri pada posisi orang

yang bersangkutan.

Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak mendatangkan manfaat bagi manusia yang lain.

[Hadist Nabi].3 Poin penting dalam melakukan sesuatu:

-mulai dari diri sendiri

-mulai dari yang kecil

-mulai dari sekarang

Adapun prinsip-prinsip yang yang benar itu adalah:


 Apabila kita menghadapi masalah yang penting dan masalah yang mendesak,

selesaikanlah masalah yang mendesak terlebih dahulu, sebab hal yang penting belum

tentu mendesak.

 Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah

kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),

kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. [Q.S. Alam Nasyrah: 5-7]

 Orang sukses mempunyai kebiasaan mengerjakan hal-hal yang tidak dikerjakan oleh

orang-orang gagal. Mereka (orang-orang sukses) belum tentu suka mengerjakannya.

Namun ketidaksukaan mereka tunduk pada kekuatan tujuan mereka.

 Orang yang berbakat gagal adalah orang yang mencari-cari alasan atas kegagalannya,

sedangkan orang yang berbakat sukses adalah orang yang mencari alasan bagaimana

bangkit dari kegagalannya.

 Janganlah kita melihat tokoh dalam mencari kebenaran, tetapi selamilah kebenaran itu

sendiri niscaya kita akan mengetahui siapa tokoh di baliknya.

 Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi

(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang

kamu tidak mengetahui. [QS Al-Baqarah: 216

B. PENTING KEHIDUPAN YANG BENAR BAGI KEHIDUPAN MANUSIA DAN

PENDIDIKAN

Kita kini hidup di era yang menganut nilai relativisme, suatu masa di mana berlaku ungkapan,

“Tidak ada kemutlakan!” Dalam banyak hal, garis pemisah antara kebenaran dan kekeliruan

telah menjadi kabur, jika tidak ingin dikatakan terhapus sama sekali. Tetapi, jauh di dalam lubuk
hati, kebanyakan dari kita masih tetap dapat membedakan mana yang benar dan yang salah –

paling tidak dalam beberapa aspek kehidupan.

Misalnya, tidak ada satu pun di antara kita yang rela seseorang mengambil sesuatu yang

menjadi milik kita. Kita tidak suka dibohongi, dan ketidakjujuran cenderung

menghancurkan hubungan di tempat kerja, di rumah, dalam jalinan persahabatan, dan

dalam organisasi kemasyarakatan. Tak seorangpun dapat menerima apabila kerusakan

mesin mobil dijadikan alasan pengalih kecerobohan pengemudi mabuk yang

mengakibatkan seseorang cedera atau meninggal dunia. Kita sepakat memandang sebagai

hal yang tercela, bila seorang eksekutif menjual rahasia perusahaan demi keuntungan

pribadi. Atlet yang “bermain sabun” merekayasa skor pertandingan juga dikategorikan

melakukan tindakan yang salah. Dan masih banyak hal salah lainnya yang dapat kita

sebutkan. Mungkin tidak semua orang sependapat dalam setiap kasus, namun tampaknya

kita semua mempunyai perasaan naluriah mengenai cara yang benar menjalani hidup –

apa yang oleh Alkitab disebut sebagai, “kebenaran”.

Memandang perasaan tersebut secara positif, menyebabkan kebanyakan dari kita

sependapat bahwa menolong seseorang yang sedang menghadapi masalah kesehatan,

keuangan atau masalah-masalah lain adalah hal yang “benar”. Jika kita melihat seseorang

sedang berada dalam ancaman serangan secara fisik, adalah tindakan tepat jika kita

menolong orang tersebut. Demikian juga, kebajikan dan kasih, serta kalimat penghiburan

dan dukungan, kita anggap sebagai hal yang “benar” dan dibutuhkan.

Namun, dalam banyak aspek kehidupan masalah benar dan salah tidak selalu dapat

dengan mudah dibedakan. Lalu bagaimana kita merumuskan apa yang diperlukan untuk
membangun suatu “hidup yang benar” manakala hal yang awalnya terpisah secara jelas

dalam pola hitam-putih bergeser menjadi daerah “abu-abu” yang meragukan? Kitab

Amsal memang tidak secara eksplisit memberikan panduan rinci menghadapi setiap

kondisi, namun Kitab ini menyediakan prinsip dan panduan yang sangat membantu,

yaitu:

Hidup dengan benar ditandai oleh pemilihan jalan yang benar. Seseorang yang menjalani

kehidupan pribadi dan pekerjaannya berdasarkan standar moral dan etika yang tinggi

dapat menjadi inspirasi bagi kita. Tidak jarang kita berusaha mencontoh perilaku terpuji

para tokoh panutan karena bagi kita mereka telah meletakkan standar menjalani

kehidupan dengan benar. Seperti diungkapkan dalam Amsal 4:18-19, “Tetapi jalan orang

benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari.

Jalan orang fasik itu seperti kegelapan; mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka

tersandung.”

Hidup dengan benar berarti setia berada pada jalan yang benar. Mereka yang sudah

memutuskan untuk melakukan apa yang benar tidak terusik oleh hal-hal sepele atau

menyimpang karena memilih jalan alternatif yang tampaknya lebih menggiurkan.

Komitmen untuk hidup dengan benar menyebabkan mereka tetap berjalan di jalan yang

sempit, dan tidak memilih jalan yang lebih menarik atau menguntungkan. Sebagaimana

dicatat dalam Amsal 4:26-27, “Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala

jalanmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari

kejahatan.”
Hidup dengan benar membuahkan imbalan. Meski imbalan yang diterima tidak selalu

merupakan hasil hubungan sebab-akibat – yaitu kita menerima imbalan yang baik sebagai

hasil melakukan sesuatu yang benar – sering juga imbalan dari menjalankan hidup yang

benar kita terima dalam wujud yang kelihatan. Di samping imbalan nyata, kita juga

berkesempatan mengenyam perasaan bebas dari rasa bersalah, kepuasan karena pekerjaan

dapat diselesaikan dengan baik, dan rasa hormat dari rekan sekerja sebagai “imbalan”.

Hal ini ditulis dalam Amsal 21:21, “Siapa mengejar kebenaran dan kasih akan

memperoleh kehidupan, kebenaran dan kehormatan”.

Hidup dengan benar tidak dibangun di atas dasar perasaan. Ungkapan masa kini

berbunyi, “Jika Anda rasa baik, lakukan saja.” Emosi, tidak selalu dapat diandalkan.

Emosi tak jarang memberi arahan yang keliru. Amarah dapat menyebabkan kita

menyerang seseorang, dan itu bukan hal yang benar. Mungkin perasaan bahwa besar gaji

yang kita terima tidak memadai itu benar, tetapi tidak berarti kita diperkenankan mencuri

uang perusahaan. Amsal 16:25 mengingatkan: “Ada jalan yang disangka lurus, tetapi

ujungnya menuju maut.”

BAB III
KESIMPULAN

Agar hidup kita bahagia, perlu kita miliki beberapa prinsip hidup:

1. Menempatkan rasa aman dan harapan pada Tuhan.

2. Kita harsu memilki sasaran yang tepat dalam hidup.

3. Kita juga perlu memiliki pola pikir yang benar.

Hidup dengan benar ditandai oleh pemilihan jalan yang benar. Seseorang yang menjalani

kehidupan pribadi dan pekerjaannya berdasarkan standar moral dan etika yang tinggi dapat

menjadi inspirasi bagi kita. Tidak jarang kita berusaha mencontoh perilaku terpuji para tokoh

panutan karena bagi kita mereka telah meletakkan standar menjalani kehidupan dengan benar.

Seperti diungkapkan dalam Amsal 4:18-19, “Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar,

yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari. Jalan orang fasik itu seperti kegelapan;

mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung.”

Hidup dengan benar berarti setia berada pada jalan yang benar. Mereka yang sudah memutuskan

untuk melakukan apa yang benar tidak terusik oleh hal-hal sepele atau menyimpang karena

memilih jalan alternatif yang tampaknya lebih menggiurkan. Komitmen untuk hidup dengan

benar menyebabkan mereka tetap berjalan di jalan yang sempit, dan tidak memilih jalan yang

lebih menarik atau menguntungkan. Sebagaimana dicatat dalam Amsal 4:26-27, “Tempuhlah

jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke

kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan.”


Hidup dengan benar membuahkan imbalan. Meski imbalan yang diterima tidak selalu merupakan

hasil hubungan sebab-akibat – yaitu kita menerima imbalan yang baik sebagai hasil melakukan

sesuatu yang benar – sering juga imbalan dari menjalankan hidup yang benar kita terima dalam

wujud yang kelihatan. Di samping imbalan nyata, kita juga berkesempatan mengenyam perasaan

bebas dari rasa bersalah, kepuasan karena pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, dan rasa

hormat dari rekan sekerja sebagai “imbalan”.

Anda mungkin juga menyukai