Anda di halaman 1dari 6

1

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PENGGUNAAN SIKAT SEKALI PAKAI DALAM PENURUNAN


JUMLAH KOLONI KUMAN PADA SAAT SURGICAL SCRUB OLEH PERAWAT BEDAH
Oleh : Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia (HIPKABI)

ABSTRAK
Latar belakang: Surgical scrub adalah hal yang paling penting dalam mencegah terjadinya infeksi
daerah operasi, akan tetapi prosedur surgical scrub yang paling optimal dalam menurunkan jumlah
kuman masih terus didiskusikan oleh banyak peneliti di seluruh dunia. Sekarang ini beredar dipasaran
sikat yang berbeda dengan sikat yang dipakai pada tahun 1980 an dengan bulu yang lebih halus dan
lembut , telah dilumuri dengan chlorhexidine 4 % , disimpan dalam wadah yang kedap air , kedap
udara . Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektifitas penggunaan sikat baru tersebut dan
tanpa sikat oleh perawat bedah saat proses surgical scrub dalam penurunan jumlah koloni kuman.
Metode: Penelitian ini melibatkan 32 perawat bedah. Perawat secara random dibagi menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama menggunakan sikat saat surgical scrub dan kelompok kedua tanpa
menggunakan sikat. Dilakukan pengukuran jumlah koloni kuman di ujung jari tangan sebelum dan
sesaat setelah proses surgical scrub oleh petugas laboratorium. Dilakukan uji statistik non-parametrik
dependen Wilcoxon untuk melihat perbedaan penurunan jumlah kuman sebelum dan sesaat sesudah
mencuci tangan, serta uji non-parametrik Mann-Whitney untuk melihat perbedaan penurunan jumlah
koloni kuman antar kelompok yang menggunakan sikat dan yang tidak menggunakan sikat saat
surgical scrub.
Hasil: Terdapat penurunan jumlah koloni kuman yang signifikan antara sebelum dan sesaat sesudah
surgical scrub, baik pada kelompok dengan sikat (Z=-2.934, p = 0.003) maupun pada kelompok tanpa
sikat (Z=-2.521, p = 0.012). Jika dilihat berdasarkan persentase penurunan jumlah koloni kuman,
terlihat bahwa kelompok intervensi (dengan menggunakan sikat) turun lebih banyak dibandingkan
dengan kelompok kontrol (tanpa sikat) yaitu 44.67% berbanding dengan 25.93%. Tidak terdapat
perbedaan penurunan jumlah kuman yang signifikan antar kelompok yang menggunakan sikat dengan
kelompok yang tidak menggunakan sikat (Z= -1.437, p=0.151),
Kesimpulan : Penggunaan sikat dan tanpa sikat pada proses surgical scrub sebelum operasi sama-
sama efektif dalam menurunkan jumlah koloni kuman. Penggunaan sikat hanya digunakan pada kuku,
kutikel atau jika terlihat kotor, namun sikat yang digunakan harus steril dan single use.

PENDAHULUAN
World Health Organization mencatat bahwa ada sekitar 234 juta major surgeries dilakukan di seluruh
dunia setiap tahunnya1. Itu artinya jika dilihat berdasarkan jumlah tim yang berpartisipasi dalam setiap
prosedur bedah, ada puluhan juta surgical scrub yang dilakukan setiap tahunnya.
Surgical scrub adalah hal yang paling penting dalam mencegah terjadinya infeksi daerah operasi, akan
tetapi prosedur surgical scrub yang paling optimal dalam menurunkan jumlah kuman masih terus
didiskusikan oleh banyak peneliti di seluruh dunia. The Center for Disease Control and Prevention (CDC)
merekomendasikan penggunaan kail kuku (nail picks), tetapi bukan sikat, untuk membersihkan kuku
tangan selama proses surgical scrub2. The Centre for Health Protection (CHP) merekomendasikan
membersihkan bagian bawah kuku pada saat cuci tangan sebelum operasi, namun tidak spesifik

1 World Health Organization. World alliance for patient safety. Second global patient safety challenge: safe surgery saves lives. Geneva
[Switzerland]: World Health Organization; 2008. p. 4-7.
2Boyce JM, Pittet D. Guideline for hand hygiene in health care settings: recommendations of the Healthcare_Infection Control Practices

Advisory Committee and the HICPAC/SHEA/APIC/IDSA Hand Hygiene Task Force. MMWR Morb Mortal Wkly Rep 2002;51:32-4.
2

memberi rekomendasi sikat, atau alat lainnya untuk membersihkan kuku3. Pedoman WHO untuk
kebersihan tangan merekomendasikan penggunaan kail kuku untuk membersihkan kotoran di bawah
kuku selama mencuci tangan selama surgical hand preparation4. Pedoman Pencegahan Infeksi Daerah
Operasi yang dikeluarkan oleh International Federation of Perioperative Nurse merekomendasikan
untuk menyikat kuku selama proses surgical scrub5.
Di Indonesia, penggunaan sikat selama proses surgical scrub masih dilakukan untuk membersihkan
ujung jari atau saat terlihat kotor. Kelembaban yang tinggi di Indonesia memudahkan berkembangnya
kuman. Petugas kamar operasi sebelum masuk ke kamar operasi berada dalam lingkungan yang
memungkinkan berpindahnya kuman dari satu orang ke orang lain dengan mudah melalui tangan
(kendaraan umum, tempat-tempat umum yang ramai/berdesak-desakan dan kurang ventilasi serta
berdebu). Petugas merasa lebih aman dan lebih praktis untuk menghilangkan kotoran serta debu yang
melekat di tangan hanya dengan satu kali cuci tangan dengan menggunakan sikat.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektifitas penggunaan sikat dan tanpa sikat oleh
perawat bedah saat proses surgical scrub dalam penurunan jumlah koloni kuman.

METODE
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang memenuhi syarat-syarat eksperimen, terutama
terkait pengontrolan variabel, kelompok kontrol, pemberian perlakuan atau manipulasi kegiatan serta
pengujian hasil. Pada penelitian ini ada dua kelompok yang telah dianggap memiliki karakteristik yang
sama atau hampir sama yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perbedaan kedua
kelompok tersebut adalah jenis perlakuan yang diberikan. Pada kelompok eksperimen diberikan
perlakuan khusus.
Dilakukan uji statistik non-parametrik dependen Wilcoxon untuk melihat perbedaan penurunan
jumlah kuman sebelum dan sesaat sesudah mencuci tangan, serta uji non-parametrik Mann-Whitney
untuk melihat perbedaan penurunan jumlah koloni kuman antar kelompok yang menggunakan sikat
dan yang tidak menggunakan sikat saat surgical scrub.
Tempat dan Waktu Penelitian
Eksperimen dilakukan dalam ruang khusus cuci tangan di area kamar bedah dewasa Rumah Sakit
Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita pada bulan Agustus-September 2017.
Pemilihan Sampel
Penelitian ini melibatkan 32 perawat bedah yang setuju untuk berpartisipasi dan tidak melakukan
surgical scrub selama 3 hari. Responden yang sensitive terhadap chlorhexidine gluconate dan memiliki
luka di tangan diekslusi dari penelitian ini. Responden secara random dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama menggunakan sikat saat surgical scrub (kelompok intervensi) dan kelompok kedua
tanpa menggunakan sikat (kelompok kontrol). Dilakukan pengukuran jumlah koloni kuman di ujung
jari tangan sebelum dan sesaat setelah proses surgical scrub oleh petugas laboratorium. Protokol

3Centre for Health Protection. Recommendations on prevention of surgical site infection 2009. Available
from:http://www.chp.gov.hk/files/pdf/recommendations_on_prevention_of_ssi.pdf.
4 World Health Organization. WHO guidelines on hand hygiene in health care. First global patient safety challenge: clean care is safer care.

Geneva [Switzerland]: World Health Organization; 2009. p. 54-153.


5
International Federation of Perioperative Nurses. IFPN guideline for surgical hand scrubbing in the perioperative setting. Available from:
http://www.ifpn.org.uk/guidelines/1004_Surgical_Handwashing.phtml. Accessed August 26, 2011
3

surgical scrub yang digunakan sesuai dengan rekomendasi dari Himpunan Perawat Kamar Bedah
Indonesia (HIPKABI).

Cara Kerja
Alat dan Bahan
- Kelompok Intervensi (dengan menggunakan disposable scrub brush)
a) Tempat cuci tangan yang cukup dalam dan lebar untuk mencegah percikan air keluar dari area
cuci tangan.
b) Air mengalir memenuhi persyaratan, yang dapat dikendalikan dengan siku atau kaki.
c) Sikat halus dan sponge yang menggunakan antiseptik Chlorhexidine 4 % dan pembersih kuku
d) Antiseptik Chlorhexidine 4 %
- Kelompok Kontrol (tanpa menggunakan sikat)
a) Tempat cuci tangan yang cukup dalam dan lebar untuk mencegah percikan air keluar dari area
cuci tangan.
b) Air mengalir memenuhi persyaratan, yang dapat dikendalikan dengan siku atau kaki.
c) Antiseptik Chlorhexidine 4 %

Prosedur Standar
1. Rambut telah tertutup atau APD lengkap ( topi, masker, kaca mata, apron, sepatu khusus yang
tertutup )
2. Kuku jari tangan pendek, bersih dan bebas dari cat kuku.
3. Cincin dan jam tangan telah dilepaskan, gulung lengan baju 10 cm diatas siku.
4. Tidak ada luka di kulit atau kelainan pada kulit yang sedang dalam proses infeksi
5. Lakukan swab pada ujung-ujung jari sebelum mencuci tangan dan sesaat sesudah mencuci tangan

Prosedur Cuci Tangan dengan Menggunakan Sikat


1. Memilih larutan antiseptik yang tepat
2. Menjalankan keran otomatis atau membuka keran manual dengan siku tangan atau dengan
menggunakan kaki.
3. Buka kemasan sikat/spon lalu bersihkan kuku jari tangan kiri dan kanan secara bergantian dengan
menggunakan pembersih kuku dibawah air mengalir,lalu pembersih kuku dibuang
4. Membasahi tangan dan lengan di bawah air mengalir sampai 5 cm diatas siku
5. Membuka larutan antiseptik dengan siku (untuk pompa tangan) atau kaki (untuk pompa kaki)
secukupnya lebih kurang 5 ml
6. Bila menggunakan spon yang mengandung antiseptik, peras sikat spon sampai bursa keluar
mengalir ke tangan dan lengan.
7. Melumuri seluruh permukaan tangan dan lengan dengan gerakan memutar ke arah siku sampai
5 cm diatas siku dengan Chlorheiydine 4 % (spon tetap di tangan)
8. Menyikat kuku jari-jari tangan masing-masing tangan selama 1 (satu) menit.
9. Lalu membuang sikatnya dan spon tetap di tangan membilas dengan air mengalir mulai dari
tangan sampai siku sampai bersih.
10. Lumuri kembali tangan sampai ¾ lengan dengan menggunakan Chlorhexidine 4 %. Gunakan spon
untuk membersihkan tangan kiri dan kanan (mulailah menggosok telapak tangan selama 15 detik,
punggung tangan 15 detik, kemudian seluruh jari jari digosok seolah mempunyai 4 sisi,secara
berurutan selama 30 detik. Setiap masing- masing tangan satu menit lalu membuang spon
kemudian dibilas dibawah air mengalir dari tangan ke arah siku sampai bersih.
11. Lumuri kembali dengan Chlorhexidine 4 % hanya pada tangan sampai pergelangan, gosok tangan
sesuai gerakan cuci tangan prosedural selama satu menit untuk kedua tangan kemudian bilas
dibawah air mengalir dari tangan ke arah siku sampai bersih.
12. Biarkan air mengalir dari arah tangan sampai ke siku, untuk mencegah kontaminasi.
4

13. Mematikan keran dengan siku atau atau kaki jika tidak menggunakan keran otomatis
14. Pertahankan posisi tangan agar lebih tinggi dari bahu.

Prosedur Cuci Tangan Tanpa Menggunakan Sikat


1. Memilih larutan antiseptik yang tepat
2. Menjalankan keran otomatis atau membuka keran manual dengan siku tangan atau dengan
menggunakan kaki.
3. Membasahi tangan dan lengan di bawah air mengalir sampai 5 cm diatas siku
4. Mengambil larutan antiseptik dengan siku (untuk pompa tangan) atau kaki (untuk pompa kaki)
secukupnya lebih kurang 5 ml
5. Melumuri seluruh permukaan tangan dan lengan dengan gerakan memutar ke arah siku sampai
5 cm diatas siku dengan Chlorhexidine 4 % kemudian dibilas dibawah air mengalir dari tangan ke
arah siku sampai bersih
6. Lumuri kembali tangan sampai ¾ lengan dengan menggunakan Chlorhexidine 4 %. Gunakan
tangan untuk membersihkan tangan kiri dan kanan (mulailah menggosok telapak tangan selama
15 detik, punggung tangan 15 detik, kemudian seluruh jari jari digosok seolah mempunyai 4 sisi,
secara berurutan selama 30 detik ). Setiap masing- masing tangan satu menit lalu dibilas dibawah
air mengalir dari tangan ke arah siku sampai bersih.
7. Lumuri kembali dengan Chlorhexidine 4 % hanya pada tangan sampai pergelangan, gosok tangan
sesuai gerakan cuci tangan prosedural selama satu menit untuk kedua tangan kemudian bilas
dibawah air mengalir dari tangan ke arah siku sampai bersih.
8. Biarkan air mengalir dari arah tangan sampai ke siku, untuk mencegah kontaminasi.
9. Mematikan keran dengan siku atau kaki jika tidak menggunakan keran otomatis
10. Pertahankan posisi tangan agar lebih tinggi dari bahu.

HASIL

Setelah dilakukan swab tangan dan diamati pertumbuhan kuman di dalam laboratorium mikrobiologi,
dari hasil pemeriksaan 32 responden didapatkan hasil pemeriksaan mikrobiologi sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Swab Tangan Kelompok Intervensi (dengan menggunakan sikat)

Responden Pre Test Post Test Hasil Kategori


1 48 koloni 12 koloni Turun
2 Penuh Penuh Tetap Penuh
3 Penuh Penuh Tetap Penuh
4 78 koloni Steril Turun
5 Penuh Penuh Tetap Penuh
6 21 koloni 8 koloni Turun
7 Penuh 46 koloni Turun
8 Penuh 12 koloni Turun
9 Penuh 10 koloni Turun
10 Penuh 53 koloni Turun
11 Penuh 24 koloni Turun
12 Penuh Penuh Tetap Penuh
13 Penuh 4 koloni Turun
14 Penuh Penuh Tetap Penuh
15 32 koloni 18 koloni Turun
16 Penuh 76 koloni Turun
5

Dari tabel 1 di atas diketahui bahwa dari 16 responden yang melakukan cuci tangan dengan
menggunakan sikat, 11 (68.75%) diantaranya memiliki hasil penurunan jumlah koloni kuman sesaat
setelah mencuci tangan.

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Swab Tangan Kelompok Kontrol (tanpa menggunakan sikat)

Responden Pre Test Post Test Hasil Kategori


1 Penuh 57 koloni Turun
2 Penuh 66 koloni Turun
3 Penuh Penuh Tetap Penuh
4 Penuh 21 koloni Turun
5 Penuh Penuh Tetap Penuh
6 56 koloni 30 koloni Turun
7 26 koloni 11 koloni Turun
8 Penuh Penuh Tetap Penuh
9 Penuh 40 koloni Turun
10 Penuh 3 koloni Turun
11 Penuh Penuh Tetap Penuh
12 Penuh Penuh Tetap Penuh
13 Penuh Penuh Tetap Penuh
14 6 koloni Steril Turun
15 Penuh Penuh Tetap Penuh
16 Penuh Penuh Tetap Penuh

Dari tabel 2 di atas diketahui bahwa dari 16 responden yang melakukan cuci tangan tanpa
menggunakan sikat, 8 (50%) diantaranya memiliki hasil penurunan jumlah koloni kuman sesaat setelah
mencuci tangan.

Jika plate penuh diasumsikan berisi 100 koloni, maka pada derajat kepercayaan 95%, distribusi data
kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah tidak normal. Oleh karena itu, uji statistik
selanjutnya adalah dengan menggunakan uji non-parametrik.

Tabel 3. Distribusi Nilai Rata-Rata Jumlah Koloni Kuman Sebelum dan Setelah Surgical Scrub

Sebelum Setelah p Penurunan


Variabel
Surgical Scrub Surgical Scrub Value Koloni (%)
Perawat tidak menggunakan sikat
selama Surgical Scrub (kontrol 86.75 ± 7.48 64.25 ± 10.12 0.012 25.93
group)
Perawat menggunakan sikat
86.18 ± 6.77 47.68 ± 10.34 0.003 44.67
selama Surgical Scrub

Berdasarkan tabel 3 di atas diketahui bahwa ada perbedaan penurunan jumlah koloni kuman yang
signifikan sebelum dan sesaat sesudah mencuci tangan baik pada kelompok dengan sikat (p = 0.003)
maupun pada kelompok tanpa sikat (p=0.012).
Tabel 4. Distribusi Nilai Rata-Rata Hasil Penurunan Koloni Kuman Pada Kelompok Dengan
Menggunakan Sikat Dengan Kelompok Tanpa Menggunakan Sikat
6

Variabel n Mean Rank Z tabel Z hitung p-value


Perawat tidak menggunakan
sikat selama Surgical Scrub
16 14.22
(kontrol group)
1.96 -1.437 0.151
Perawat menggunakan sikat
selama Surgical Scrub 16 18.78

Dari table 4 di atas diketahui bahwa tidak ada perbedaan penurunan jumlah koloni kuman yang
signifikan antara kelompok responden yang menggunakan sikat dibandingkan dengan kelompok
responden yang tidak menggunakan sikat saat cuci tangan sebelum operasi (Z=-1.437, p = 0.151,
p>0.05).

PEMBAHASAN
Pada penelitian ini ditemukan bahwa jika dilihat berdasarkan persentase penurunan jumlah koloni
kuman, kelompok intervensi (dengan menggunakan sikat) turun lebih banyak dibandingkan dengan
kelompok kontrol (tanpa sikat) yaitu 44.67% berbanding dengan 25.93%. Meskipun tidak terdapat
perbedaan penurunan jumlah kuman yang cukup signifikan secara statistik antar kelompok yang
menggunakan sikat dengan kelompok yang tidak menggunakan sikat (Z= -1.437, p=0.151, p>0.05). Hal
ini berarti proses surgical scrub sebelum operasi baik dengan menggunakan sikat maupun tidak
menggunakan sikat, keduanya sama-sama efektif dalam menurunkan jumlah koloni kuman.
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Alcan & Korkmaz pada tahun 2012, penelitian ini menyatakan
bahwa tidak ada perbedaan penurunan jumlah kuman yang signifikan antar kelompok yang
menggunakan sikat dengan tidak menggunakan sikat saat proses surgical scrub, oleh karena itu
penelitian ini tidak merekomendasikan penggunaan sikat atau kail kuku karena tidak menambah
dekontaminasi dan dapat berisiko meningkatkan jumlah kuman akibat lesi pada kulit serta menambah
cost6. Jika jenis sikat yang dipakai adalah sikat yang yang bulunya kasar dan ujung-ujungnya tajam,
maka dapat dibenarkan apabila terjadi lesi pada kulit, serta efek pembersihannya terbatas.
Namun demikian, WHO Guideline on Hand Hygiene in Health Care menyatakan bahwa penggunaan
sikat dapat dilakukan dengan catatan hanya digunakan pada kuku, kutikel atau jika terlihat kotor,
namun sikat yang digunakan harus steril dan single use7. Sikat dengan desain khusus (ujung sikat yang
halus) sehingga tidak menimbulkan lesi/trauma pada kulit dapat dipergunakan untuk menyikat ujung
jari tangan/kutikel sehingga efektif dalam mengurangi kuman yang ada di sela-sela kuku (AORN, 2016).
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat dampak timbulnya lesi/trauma pada kulit akibat
penggunaan sikat selama proses surgical scrub.

UCAPAN TERIMA KASIH


Kami berterima kasih kepada seluruh perawat bedah, PT.Triton Manufactures dan Rumah Sakit
Jantung Harapan Kita yang telah berkontribusi dalam penelitian ini.

6A. Okgün Alcan, F. Demir Korkmaz / American Journal of Infection Control 40 (2012) p.826-9
7
World Health Organization.WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care: First Global Patient Safety Challenge Clean Care is Safer
Care. Geneva [Switzerland]: World Health Organization; 2009. p.58.

Anda mungkin juga menyukai