Lapsus CTS
Lapsus CTS
OLEH :
Ida Ayu Arie Krisnayanti
H1A 010 038
PEMBIMBING :
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1
Gangguan yang sering mengenai nervus medianus adalah neuropati tekanan
(entrapment neuropathy). Di pergelangan tangan nervus medianus berjalan
melalui terowongan karpal dan menginnervasi kulit telapak tangan dan punggung
tangan di daerah ibu jari, telunjuk, jari tengah dan setengah sisi radial jari manis.
Pada saat berjalan melalui terowongan inilah nervus medianus paling sering
mengalami tekanan yang menyebabkan terjadinya neuropati tekanan yang dikenal
dengan istilah sindrom terowongan karpal (carpal tunnel syndrome). Sindrom
terowongan karpal (STK) adalah kerusakan dari nervus medianus yang terjadi di
dalam terowongan karpal di pergelangan tangan, yang dapat menyempit di tempat
yang dilalui nervus medianus di bawah ligamentum tranversum karpale (fleksor
retinakulum)1.
BAB II
LAPORAN KASUS
2
I. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Usia : 40 tahun
3
mengompres hangat pada tangan dan lengannya apabila nyeri hebat muncul
pada malam hari.
Pasien menyangkal riwayat bengkak dan panas di pergelangan tangan, pasien
menyangkal riwayat jatuh menumpu pada tangan, pasien menyangkal
kebiasaan tidur menumpu pada pergelangan tangan, pasien menyangkal
riwayat kelemahan anggota gerak
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya, apabila keluhan muncul pasien
hanya memijat-mijat pergelangan serta telapak tangannya dengan balsem atau
mengompres hangat.
4
Riwayat Alergi :
Riwayat alergi obat-obatan dan makanan disangkal.
III. OBJEKTIF
Status Generalis
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos Mentis
- Vital sign :
o Tekanan Darah : 120/70 mmHg
o Nadi : 88 kali/menit, iregular, kuat angkat
o Frekuensi nafas : 20 kali/menit
o Suhu : 36,7 ºC
Status Lokalis
Kepala
- Bentuk dan ukuran : normal
- Anemis : (-/-)
- Ikterus : (-/-)
- Sianosis : (-)
Thorax
1. Inspeksi:
Bentuk & ukuran: normal, simetris antara sisi kiri dan kanan
Pergerakan dinding dada simetris, jejas (-), kelainan bentuk dada (-), ictus
cordis tidak tampak
2. Palpasi:
Deviasi trakea (-)
Pengembangan dada simetris
Nyeri tekan (-), benjolan (-), krepitasi (-)
Gerakan dinding dada: simetris
3. Pulmo
5
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).
4. Cor
Perkusi : batas kanan → ICS 2 parasternal dekstra
batas kiri → ICS 4 midclavicula sinistra
Auskultasi : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
1. Inspeksi : distensi (-), jejas (-)
2. Auskultasi : bising usus (+) normal
3. Palpasi : nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba.
4. Perkusi : timpani pada seluruh kuadran abdomen
Ekstremitas
– Akral hangat : + +
+ +
– Edema : - -
- -
– Sianosis : - -
- -
STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : E4V5M6
Nervus Cranialis
N. I (olfaktorius) : Normosmia
N. II (optikus) :
6
OD OS
N. III, IV danVI
Celah kelopak mata
Ptosis : (-/-)
Exophthalmus : (-/-)
Posisi bola mata : orthoforia ODS
Pupil
Ukuran/bentuk : Ø 3 mm / bulat
Isokor/anisokor : isokor
Refleks cahaya : RCL (+/+), RCTL (+/+)
Gerakan bola mata
Paresis ke arah : Baik segala arah
Nistagmus : (-)
N. V (Trigeminus)
Sensibilitas :
N. V1 : (+)/(+), Simetris
N. V2 : (+)/(+), Simetris
N. V3 : (+)/(+), Simetris
Motorik : Kontraksi otot masseter dan temporalis (+), adekuat dan
simetris
Refleks kornea : (+/+)
7
N. VII (Fasialis) :
N. VIII (Auditorius) :
Pendengaran : Normal
Tes Rinne/Weber : tde
Fungsi vestibularis : tde
N. XI (Accecorius)
Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan : kekuatan baik
Mengangkat bahu : normal
N. XII (Hypoglosus)
Deviasi lidah : (-)
Fasikulasi : (-)
Atrofi : (-)
Tremor : (-)
Ataksia : (-)
8
Leher
Meningeal sign :
- Kaku kuduk : -/-
- Kernig sign : -/-
- Lasegue : -/-
- Brudzisnki I : -/-
Kelenjar limfe : pembesaran KGB (-)
Arteri carotis
- Palpasi : reguler, kuat angkat
- Auskultasi : bruit (-)
Kelenjar tiroid : struma (-)
Abdomen
Refleks kulit dinding perut : (+)
Kolumna Vertebralis
Inspeksi : normal
Pergerakan : normal
Palpasi : normal
Perkusi : tde
Ekstremitas
Superior Inferior
Motorik
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Kekuatan 5 5 5 5
Refleks Fisiologis
9
- Biceps : +2/+2
- Triceps : +2/+2
- Patella : +2/+2
- Achilles : +2/+2
Refleks Patologis
- Hoffman : (-/-)
- Trommer : (-/-)
- Babinsky : (-/-)
- Chaddock : (-/-)
- Gordon : (-/-)
- Schaefer : (-/-)
- Oppenheim : (-/-)
Sensibilitas
- Eksteroseptif
Nyeri : normal
Suhu : tde
Raba halus : normal
- Proprioseptif
Rasa sikap : normal
Nyeri dalam : tde
- Fungsi kortikal
Diskriminasi: normal
Stereognosis: tde
Pergerakan Abnormal yang Spontan : khorea (-), tremor (-)
Gangguan Koordinasi dan keseimbangan : (-)
Pemeriksaan Fungsi Luhur : kesan normal
PEMERIKSAAN KHUSUS
10
1. Phalen’s tes : positif
11
5. Pressure test : positif
6. Wrist extension test : positif
IV. PENUNJANG
12
Tidak dilakukan
V. RESUME
Perempuan usia 40 tahun datang ke Poliklinik RSU Provinsi NTB dengan
keluhan kesemutan pada telapak tangan kanan sejak + 2 bulan yang lalu.
Kesemutan terutama dirasakan telapak tangan kanan serta pada sisi jari
tengah, telunjuk dan ibu jari sering disertai rasa nyeri dan rasa tebal.
Kesemutan hingga nyeri hebat yang mejalar ke lengan kanan pasien sering
dikeluhkan pada malam hari kemudian membaik pada pagi hari. Keluhan
timbul lagi saat pasien melakukan pekerjaan rumah pada siang hari, untuk
mengurangi keluhan tersebut pasien biasanya mengibas-ngibaskan serta
memijat pergelangan hingga telapak tangannya degan balsem serta
mengompres hangat pada tangan dan lengannya apabila nyeri hebat muncul
pada malam hari.
Riwayat trauma tangan kanan (-), hipertensi (-), diabetes melitus (-), stroke (-)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, GCS
E4V5M6, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 88 kali/menit iregular, kuat
angkat, respirasi 20 kali/menit, suhu aksila 36,7 C. Pada pemeriksaan
neurologi tidak didapatkan gangguan, dalam batas normal. Pada pemerikaan
khusus didapatkan phalen’s tes (+), torniquet tes (+), tinel’s tes (+), flick’s tes
(+), pressure tes (+), wrist extension tes (+).
VI. ASSESSMENT
1. Diagnosis klinis : parestesia palmar dan digiti I, II, III dextra, hipoestesia
digiti I, II, II dextra
2. Diagnosis topis : nervus medianus dalam terowongan karpal
3. Diagnosis etiologi : sindrom terowongan karpal dextra
VII. PLANNING
1. DIAGNOSTIK :
- Rontgen wrist joint dextra-sinistra AP lateral
13
- Elektromyografi
2. TERAPI
a. Farmakologi
- Na Diclofenac 2 x 50 mg
- Vit B 6 (piridoksin) 3 x 50 mg
- Pregabalin 2 x 75 mg
b. Non farmakologi
- Edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang dialami dan
mekanisme penyakitnya
- Mengurangi aktivitas yang memberatkan penyakit seperti
mengangkat-angkat barang berat, mencuci baju dengan tangan,
dan menyetrika
- Istirahatkan, pijet serta kompres hangat tangan yang sakit
- Fisioterapi
VIII. PROGNOSIS
- Ad vitam : ad bonam
- Ad functionam : dubia ad bonam
14
sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan
nyeri dan sembab yang timbul terutama pada malam/pagi hari akan berkurang
setelah tangan yang terlibat digerak-gerakkan atau diurut7.
Pada kasus akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi tekanan perfusi
kapiler sehingga terjadi gangguan mikro sirkulasi dan timbul iskemik saraf.
Keadaan iskemik ini diperberat oleh peninggian tekanan intrafasikuler yang
menyebabkan berlanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi vasodilatasi
yang menyebabkan edema sehingga sawar darah saraf terganggu. Akibatnya
terjadi kerusakan pada saraf tersebut. Tekanan langsung pada safar perifer dapat
menimbulkan invaginasi Nodus Ranvier dan demielinisasi lokal sehingga
konduksi saraf terganggu7.
Gejala klinis yang dikeluhkan pada pasien ini sesuai dengan gejala khas pada
sindroma terowongan karpal yaitu;
15
Pada pemeriksaan fisik, dilakukan beberapa test provokasi khusus pada
kecurigaan STK, dan didapatkan hasil berupa phalen’s tes positif, torniquet tes
positif, tinel’s tes positif, flick’s tes positif, pressure test positif, wrist extension
test positif, sensibilitas dua titik negatif, thenar wasting negatif, pemeriksaan
fungsi otonom dalam batas normal. Dari pemeriksaan provokasi diatas Phalen test
dan Tinel test adalah test yang patognomonis untuk STK, serta pada pasien ini
belum terjadi kerusakan yang berat pada nervus medianus. Usulan pemeriksaan
radiologi diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan lain dari penyempitan
terowongan karpal seperti fraktur atau artritis dan pemeriksaan elektromyografi
(EMG) untuk mengetahui seberapa besar kelemahan motorik yang telah terjadi
pada pasien akibat kerusakan N. Medianus.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
16
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar
pergelangan tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di
dalam canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang-tulang
carpal. Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada
jari-jari tangan. Jari tangan dan otot-otot fleksor pada pergelangan tangan beserta
tendon-tendonnya berorigo pada epicondilus medial pada regio cubiti dan
berinsersi pada tulang-tulang metaphalangeal, interphalangeal proksimal dan
interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi
berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan
dalam pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti
sekitar 3 cm5.
17
Gambar 1. Anatomi Nervus Medianus
18
sisi radial di sendi interfalangeal (m.fleksor digitorum profundus sisi radial),
oposisi dan abduksi ibu jari (m.opones polisis dan m.abduktor polisis brevis).
Kawasan sensoriknya mencakup kulit yang menutupi telapak tangan, kecuali
daerah ulnar selebar 1 1/2 jari dan pada dorsum manus kawasan sensoriknya
adalah kulit yang menutupi falangs kedua dan falangs ujung jari telunjuk, jari
tengah, dan separuh jari manis. N. medianus sering terjepit atau tertekan dalam
perjalanannya melalui m.pronator teres, siku dan retinakulum pergelangan tangan.
Kelumpuhan yang menyusulnya melanda ketiga jari sisi radial, sehingga ibu jari,
jari telunjuk, dan jari tengah tidak dapat difleksikan, baik di sendi
metakarpofalangeal, maupun di sendi interfalangeal. Ibu jari tidak dapat
melakukan oposisi dan abduksi. Atrofi otot-otot tenar akan cepat menyusul
kelumpuhan tersebut5.
19
3.3 EPIDEMIOLOGI
3.4 ETIOLOGI
20
b. Trauma : dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan
tangan dan tangan. Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap
pergelangan tangan. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi
pergelangan tanganyang berulang-ulang.
c. Infeksi : tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis
d. Metabolik : amiloidosis, gout
e. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus,
hipotiroidi, kehamilan
f. Neoplasma : kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma
g. Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgia reumatika,
skleroderma, lupus eritematosus sistemik.
h. Degeneratif : osteoartritis
i. Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis,
hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.
3.5 PATOGENESIS
21
Pada STK akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi tekanan perfusi
kapiler sehingga terjadi gangguan mikro sirkulasi dan timbul iskemik saraf.
Keadaan iskemik ini diperberat oleh peninggian tekanan intrafasikuler yang
menyebabkan berlanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi vasodilatasi
yang menyebabkan edema sehingga sawar darah saraf terganggu. Akibatnya
terjadi kerusakan pada saraf tersebut. Tekanan langsung pada safar perifer dapat
menimbulkan invaginasi Nodus Ranvier dan demielinisasi lokal sehingga
konduksi saraf terganggu7.
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gangguan
motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa
parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik
(tingling) pada jari 1-3 dan setengah sisi radial jari 4 sesuai dengan distribusi
sensorik nervus medianus walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh
jari-jari8.
Terdapat dua bentuk sindrom terowongan karpal yaitu : akut dan kronis.
Bentuk akut mempunyai gejala dengan nyeri parah, bengkak pergelangan tangan,
tangan dingin, serta gerak jari menurun. Kehilangan gerak jari disebabkan oleh
kombinasi dari rasa sakit dan paresis. Bentuk kronis mempunyai gejala baik
disfungsi sensorik yang mendominasi atau kehilangan motorik dengan perubahan
atrofik. Nyeri proksimal mungkin dikeluhkan pada sidrom terowongan karpal8.
22
Apabila tidak segera ditagani dengan baik maka jari-jari menjadi kurang
terampil misalnya saat memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada tangan
juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang penderita sewaktu
menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar (oppones
pollicis dan abductor pollicis brevis) dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh
nervus medianus8.
3.7 DIAGNOSA
1. Pemeriksaan Fisik9
a. Flick's sign. Penderita diminta mengibas ngibaskan tangan atau
menggerak gerakkan jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang
akan menyokong diagnosa STK. Harus diingat bahwa tanda ini juga
dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.
b. Thenar wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya
atrofi otot-otot thenar.
c. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual
maupun dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk melakukan
abduksi maksimal palmar lalu ujung jari dipertemukan dengan ujung
jari lainnya. Dinilai juga kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut.
Ketrampilan dan ketepatan dinilai dengan meminta penderita
melakukan gerakan yang rumit seperti menulis atau menyulam.
d. Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara
maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga
dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti
STK, maka tes ini menyokong diagnosa STK.
e. Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila
dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong
diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif
untuk menegakkan diagnosa STK.
23
f. Torniquet test. Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan
tensimeter diatas siku dengan tekanan sedikit diatas tekanan sistolik.
Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong
diagnosa.
g. Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau
nyeri pada daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi
pada terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
h. Pressure test. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan
menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul
gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
i. Luthy's sign (bottle's sign). Penderita diminta melingkarkan ibu jari
dan jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita
tidak dapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif
dan mendukung diagnosa.
j. Pemeriksaan sensibilitas. Bila penderita tidak dapat membedakan dua
titik (two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6mm di daerah
nervus medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnosa.
k. Pemeriksaan fungsi otonom. Diperhatikan apakah ada perbedaan
keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah
innervasi nervus medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa STK.
Dari pemeriksaan provokasi diatas Phalen test dan Tinel test adalah test
yang patognomonis untuk STK
24
Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu
melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos
leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra.
USG, CT scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang
akan dioperasi.
4. Pemeriksaan Laboratorium7
Bila etiologi STK belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa
adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan seperti kadar gula darah, kadar hormon tiroid ataupun darah
lengkap.
3.9 PENATALAKSANAAN
1. Edukasi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari STK7,8
Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya STK harus
ditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan STK
25
kembali. Pada keadaan dimana STK terjadi akibat gerakan tangan yang
repetitif harus dilakukan penyesuaian ataupun pencegahan. Beberapa
upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya STK atau
mencegah kekambuhannya antara lain
- Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral
- Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunaknan
seluruh tangan dan jari-jari untuk menggenggam alat benda, jangan
hanya menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
- Batasi gerakan tangan yang repetitif
- Istirahatkan tangan secara periodik
- Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan
memiliki waktu untuk beristirahat
- Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan
peregangan secara teratur.
2. Terapi medikamentosa7,8
- Istirahatkan pergelangan tangan
- Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat
dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3
minggu.
- Obat anti inflamasi non steroid
- Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah
satu penyebab STK adalah defisiensi piridoksin sehingga dianjurkan
pemberian piridoksin 100 – 300 mg/hari selama 3 bulan
- lnjeksi steroid. Deksametason 1 – 4 mg 1 atau hidrokortison 10 – 25
mg atau metil prednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam
terowongan karpal dengan menggunakan jarum no. 23 atau 25 pada
lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah
medial tendon musculus palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan
dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat
dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah pemberian
3 kali injeksi.
- Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika.
- Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan
tangan.
3. Terapi operatif
26
Operasi pada terowongan karpal merupakan pilihan terapi bagi pasien
yang tidak membaik dengan penatalaksanaan konservatif. Tindakan bedah
tradisional atau “open” dengan cara transeksi melintang ligamentum kapal.
Prosedur ini memiliki tingkat keberhasilan yang sangat baik dengan
beberapa komplikasi. Metode baru berupa bedah endoskopi terwongan
karpal, namun efikasi tindakan ini masih belum terbukti baik dibandingkan
bedah tradisinal terowongan karpal8.
3.10 PROGNOSIS
Pada kasus STK ringan, dengan terapi konservatif pada umumnya prognosa
baik. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena operasi hanya
melakukan pada penderita yang sudah lama menderita STK penyembuhan post
opratifnya bertahap. Perbaikan yang paling cepat dirasakan adalah hilangnya rasa
nyeri yang kemudian diikuti perbaikan sensorik. Biasanya perbaikan motorik dan
otot – otot yang mengalami atrofi baru diperoleh kemudian. Keseluruhan proses
perbaikan STK setelah operasi ada yang sampai memakan waktu 18 bulan. Bila
setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka
dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini:
27
kembali masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik
konservatif atau operatif dapat diulangi kembali7.
BAB IV
KESIMPULAN
Sebagian kasus STK tidak diketahui penyebabnya sedangkan pada kasus yang
diketahui, penyebabnya sangat bervariasi. Namun, kebanyakan kasus STK
mempunyai hubungan yang erat dengan penggunaan tangan secara repetitif dan
berlebihan.
Gejala awal umumnya hanya berupa gangguan seperti rasa, nyeri, parestesia,
rasa tebal dan tingling pada daerah yang diinnervasi nervus medianus. Gejala-
gejala ini umumnya bertambah berat pada malam hari dan berkurang bila
28
pergelangan tangan digerak-gerakkan atau dipijat. Gejala motorik serta atrofi otot-
otot thenar hanya dijumpai pada penderita STK yang sudah berlangsung lama.
Penegakan diagnosa STK berdasarkan atas gejala klinis dan pemeriksaan fisik
yang meliputi berbagai macam tes. Pemeriksaan penunjang lainnya seperti
pemeriksaan radiologis, laboratoris dan terutama pemeriksaan neurofisiologi
dapat membantu usaha menegakkan diagnosa.
DAFTAR PUSTAKA
29
8. Brust, John C. M. Current Diagnosis and Treatment Neurology. Seccond
Edition. New York : Lange – The McGraw Hill Companies Inc. 2012
9. Campbell, William W. DeJong's The Neurologic Examination, 6th Edition.
Philadelpia : Lippincott Williams & Wilkins. 2005.
30