Anda di halaman 1dari 18

TUGAS INFORMASI OBAT

Dosen: Bpk Tahoma Siregar, Drs.M.Si.Apt.

Disusun Oleh :
Fariana Dwi Maharani (15330020)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2018
TUGAS 1 . INFORMASI TENTANG OBAT

INFORMASI OBAT : DEXAMETHASON

 DEFINISI
Deksametason adalah glukokortikoid sintetik dengan aktivitas imunosupresan dan
anti-inflamasi. Sebagai imunosupresan Deksametason bekerja dengan menurunkan respon
imun tubuh terhadap stimulasi rangsang. Aktivitas anti-inflamasi Deksametason dengan jalan
menekan atau mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi dan menghambat
akumulasi sel yang mengalami inflamasi, termasuk makrofag dan leukosit pada tempat
inflamasi.
Deksametason, seperti kortikosteroid lainnya memiliki efek anti inflamasi dan anti
alergi dengan pencegahan pelepasan histamine. Deksametason merupakan salah satu
kortikosteroid sintetis terampuh. Kemampuannya dalam menaggulangi peradangan dan alergi
kurang lebih sepuluh kali lebih hebat dari pada yang dimiliki prednisone.

 NAMA & STRUKTUR KIMIA

Nama & struktur kimia : Dexamethasone. C22H29FO5

 SIFAT” BAHAN

Sifat” bahan : Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam aseton, dalam etanol,
dalam dioksan dan dalam metanol; sukar larut dalam kloroform; sangat sukar larut dalam eter.

 INDIKASI

Indikasi Dexamethasone
- Alergi (asma, dermatitis atopik, dermatitis kontak, reaksi hipersensitivitas terhadap
obat, rhinitis, serum sickness)
- Penyakit dermatologis seperti dermatitis herpetiformis, eritroderma eksfoliatif,
mikosis fungoides, pemfigus, sindrom Stevens-Johnson
- Penyakit endokrin: insufisiensi adrenokortikal; hiperplasia adrenal, hiperkalsemia
karena kanker dan tiroiditis
- Penyakit gastrointestinal: enteritis dan kolitis ulseratif
- Penyakit hematologis: anemia hemolitik, anemia hipoplastik, idiopathic
thrombocytopenia purpura (ITP) pada dewasa, aplasia sel darah merah,
trombositopenia
- Terapi untuk meningkatkan kualitas hidup (terapi paliatif) pada penderita leukemia
dan limfoma
- Penyakit sistem saraf: eksaserbasi multiple sclerosis (MS), edema sereberal
- Penyakit mata: konjungtivitis, arteritis temporal, uveitis, inflamasi okular
- Penyakit alergi pada telinga seperti otitis eksterna
- Penyakit ginjal: remisi proteinuria pada sindrom nefrotik idiopatik akibat sistemik
lupus eritematosus
- Penyakit pernapasan: Berylliosis, tuberkulosis paru, pneumonia eosinophilia
idiopatik, sarkoidosis
- Penyakit rematik: gout arthritis akut, karditis rheumatik akut, ankylosing spondylitis,
arthritis psoriasis, rheumatoid arthritis, juvenile rheumatoid arthritis,
dermatomyositis, polymyositis, systemic lupus erythematosus (SLE)
- Pencegahan Acute Mountain Sickness (ACE) akut dan High Altitude Cerebral
Edema (HACE)
- Diagnosis sindrom Cushing
- Syok
- Croup (Laringotrakeobronkitis)
- Mual dan muntah pada terapi kemoterapi

 MEKNAISME KERJA:

Dexamethasone memiliki efek terhadap metabolisme dan mampu mengubah respon imun.
Dexamethasone memiliki efek anti-inflamasi dengan efek mineralokortikoid yang minimal.
Dexamethasone menekan inflamasi dengan cara,

- menstabilisasi membran leukosit lisosomal, mencegah pelepasan asam hidrolase dari


leukosit sehingga mengurangi adesi leukosit pada endotel kapiler,
- menghambat akumulasi makrofag pada area inflamasi,
- mengurangi permeabilitas kapiler dan pembentukan edema,
- melawan aktivitas histamin dan pelepasan kinin,
- mengurangi proliferasi fibroblast, deposisi kolagen dan pembentukan jaringan parut.

 PENGGUNAAN

Dexamethasone dapat diminum sebelum atau sesudah makan.

- Minum dexamethasone sesuai dengan instruksi dokter. Jangan menghentikan atau


menambah dosis tanpa konsultasi terlebih dahulu karena dapat menyebabkan
insufisiensi adrenal.
- Dexamethasone sodium fosfat dapat diberikan melalui injeksi intravena, infus
intravena, atau injeksi intramuskular.
- Dexamethasone sodium fosfat secara lokal diinjeksikan melalui intraartikular,
intralesional, intrasynovial ataupun injeksi pada jaringan lunak.
- Kocok terlebih dahulu sebelum menggunakan tetes mata atau tetes telinga yang
berupa suspensi.
 DOSIS TERAPI

1. Pencegahan Acute Mountain Sickness dan High Altitude Cerebral Edema (HACE)
Anak-anak
Dosis: 0,15 mg/kg berat badan, setiap 6 jam
Dewasa
Dosis: 2 mg, setiap 6 jam
Alternatif dosis: sediaan oral 4 mg, setiap 12 jam

2. Edema Serebral (Peningkatan Kadar Air di Dalam Otak)


Anak-anak
Dosis: 0,2 mg/kg berat badan per hari
Dewasa
Sediaan injeksi dengan pemberian melalui intravena.
Dosis: 10 mg
Dosis selanjutnya: intramuskular 4 mg, tiap 6 jam
Durasi terapi: 2-4 hari
Lakukan pengurangan dosis secara bertahap selama 5-7 hari.

3. Tumor Otak atau Tumor Intrakranial


Dewasa
Dosis: 2 mg, 2-3 kali sehari

4. Untuk Antiinflamasi
Anak-anak
Dosis awal: 0,02-0,3 mg/kg berat badan per hari
Alternatif dosis: sediaan oral 0,6-9 mg/m2 luas permukaan tubuh per hari secara oral
dalam dosis terbagi 3 atau 4.
Dewasa
Dosis awal: sediaan oral 0,75-9 mg, 1 kali sehari
Alternatif dosis: sediaan patenteral dengan pemberian intravena, 0,5-9 mg, setiap 12
jam
5. Untuk Imunosupresi
Anak-anak
Dosis awal: 0,02-0,3 mg/kg per hari
Alternatif dosis: sediaan oral 0,6-9 mg/m2 luas permukaan tubuh per hari, 3 atau 4
dosis terbagi
Dewasa
Dosis awal: sediaan oral 0,75-9 mg, 1 kali sehari
Alternatif dosis: 0,5-9 mg pemberian injeksi intravena atau intramuskular, setiap 12
jam

6. Untuk Reaksi Alergi


 Alergi akut dan Eksaserbasi Penyakit Alergi Kronis
Dewasa
Hari ke-1: 4-8 mg pemberian melalui injeksi intramuskular
Hari ke-2 dan 3: 1,5 mg oral, 2 kali sehari
Hari ke-4: 0,75 mg oral, 1 kali sehari
Hari ke-7: tidak diberikan obat
Hari ke-8: pemeriksaan kembali

7. Mual dan Muntah Akibat Kemoterapi


Anak-anak
Dosis : 6 mg/meter2 luas permukaan tubuh, setiap 6 jam
Dewasa
 Kemoterapi Emetogenik Berat
Dosis awal: 12-20 mg sebelum kemoterapi
Dosis selanjutnya: 8 mg, 1-2 kali sehari
Durasi terapi: 2-4 hari
 Kemoterapi Emetogenik Sedang
Dosis awal: 8 mg, sebelum kemoterapi
Dosis selanjutnya: 4-8 mg
Pemberian dilakukan pada hari ke-2 dan ke-3
 Kemoterapi Emetogenik Ringan
Dosis awal: 4-8 mg, sebelum kemoterapi

8. Peradangan berikut ini:


 Bursitis (Peradangan pada kantung berisi cairan dengan sendi)
 Tendonitis (Peradangan pada tendon)
 Arthritis gout (Peradangan sendi akibat kadar asam urat berlebih)
 Epicondylitis (Peradangan pada siku)
 Osteroarthritis
 Rheumatoid arthritis
Dewasa
Sendi Besar: 2-4 mg
Sendi Kecil: 0,8-1 mg
Bursae: 2-4 mg
Selubung tendon: 0,4-1 mg
Injeksi dapat diulang 3 atau 5 kali sehari
Durasi terapi: 2-3 minggu sekali

9. Meningitis
Anak (> 6 minggu)
Dosis: sediaan injeksi intravena 0,15 mg/ke berat badan, setiap 6 jam pada hari ke-2
hingga 4 terapi antibiotik
Sediaan yang digunakan,
 Topikal: Krim

10. Inflamasi pada Mata


 Produk kombinasi: Dexamethasone, polymyxin B dan neomycin sulfate
Dewasa
- Tetes mata
Dosis: 1-2 tetes, setiap 4-5 kali sehari
- Salep mata
Dosis: dioleskan pada kantong konjungtiva, 3-4 kali sehari

11. Inflamasi pada Telinga


 Produk kombinasi: Dexamethasone, framycetin sulfate dan gramicidin
Dewasa
Dosis: 2-3 tetes, 3-4 kali sehari.

12. Inflamasi pada Kulit yang Disertai Infeksi Jamur


 Produk kombinasi: Dexamethasone dan clotrimazole
Dewasa
Dosis: Oleskan 2 kali sehari
Durasi terapi: 7 hari
Setelah itu terapi dilanjutkan dengan krim antijamur yang tidak mengandung
kortikosteroid.
 DATA FARMAKOKINETIK

Metabolisme kortikosteroid sintetis sama dengan kortikosteroid alami. Kortisol (juga


disebut hydrocortison ) memiliki berbagai efek fisiologis, termasuk regulasi metabolisme
perantara, fungsi kardiovaskuler, pertumbuhan dan imunitas. Sintesis dan sekresinya
diregulasi secara ketat oleh sistem saraf pusat yang sangat sensitif terhadap umpan balik
negatif yang ditimbulkan oleh kortisol dalam sirkulasi dan glukokortikoid eksogen (sintetis).
Pada orang dewasa normal, disekresi 10-20 mg kortisol setiap hari tanpa adanya stres. Pada
plasma, kortisol terikat pada protein dalam sirkulasi. Dalam kondisi normal sekitar 90%
berikatan dengan globulin-α 2(CBG/corticosteroid
binding globulin), sedangkan sisanya sekitar 5-10% terikat lemah atau bebas dan tersedia
untuk digunakan efeknya pada sel target.
Jika kadar plasma kortisol melebihi 20-30%, CBG menjadi jenuh dan konsentrasi
kortisol bebas bertambah dengan cepat. Kortikosteroid sintetis seperti dexamethason terikat
denganalbumin dalam jumlah besar dibandingkan CBG.Waktu paruh kortisol dalam sirkulasi,
normalnya sekitar 60-90 menit, waktu paruh dapat meningkat apabila hydrocortisone (prefarat
farmasi kortisol) diberikandalam jumlah besar, atau pada saat terjadi stres, hipotiroidisme atau
penyakit hati.Hanya 1% kortisol diekskresi tanpa perubahan di urine sebagai kortisol bebas,
sekitar 20% kortisol diubah menjadi kortison di ginjal dan jaringan lain dengan
reseptor mineralokortikoid sebelum mencapai hati. Perubahan struktur kimia
sangat mempengaruhi kecepatan absorpsi,
mulakerja dan lama kerja juga mempengaruhi afinitas terhadap reseptor, dan ikatan protein.
Prednisone adalah prodrug yang dengan cepat diubah menjadi prednisolon bentuk aktifnya
dalam tubuh.
Glukokortikoid dapat diabsorpsi melalui kulit, sakus konjungtiva, dan
ruangsinovial. Penggunaan jangka panjang atau pada daerah kulit yang luas dapat
menyebabkan efek sistemik, antara lain supresi korteks adrenal

 DETOKSIFIKASI

Pemberian dexametason juga dapat menimbulkan efek samping, untuk mengurangi efek
samping kortikosteroid adalah dengan melakukan penurunan konsumsi dosis kortikosteroid
secara perlahan-lahan (tapering off). Jika timbul diabetes, diobati dengan diet dan insulin.
Sering penderita yang resisten dengan insulin, namun jarang berkembang menjadi
ketoasidosis. Pada umumnya penderita yang diobati dengan kortikosteroid seharusnya diberi
diet protein tinggi, dan peningkatan pemberian kalium serta rendah natrium seharusnya
digunakan apabila diperlukan.

Penanganan
- Pada kondisi overdosis akut dapat dilakukan induksi muntah dan pembilasan
lambung (gastriclavage).
- Tidak ada antidot khusus, penanganan dilakukan dengan menurunkan terjadinya
gejala yang menggganggu dan mendukung fungsi normal organ vital tubuh seperti
sistem peredaran darah dan pernapasan.
 EFEK SAMPING

Efek Samping yang Mungkin Terjadi


- Timbulnya jerawat, penyembuhan luka terhambat, dan berat badan bertambah.
- Detak jantung tidak teratur, henti jantung, katarak, depresi, dan gula darah meningkat.
- Keringat berlebih, kulit kemerahan, euforia, pendarahan saluran cerna, glaukoma, dan
kerusakan hati.
- Sulit tidur, terjadinya moon face, menstruasi tidak teratur, nyeri otot, dan
osteoporosis.
-
 REAKSI OBAT TIDAK DIINGINKAN

Overdosis Dexamethasone

Gejala
- Gangguan mental berupa delusi dan halusinasi (psikosis), gelisah, mengantuk,
gangguan pendengaran, gangguan menstruasi, kejang atau lemah otot.
- Kulit kering, terasa panas dan gatal.
- Tekanan darah tinggi, infeksi, mual dan muntah, bengkak pada kaki, dan
osteoporosis.
- Radang lambung, dan refluks asam lambung.

 KONTRAINDIKASI

Hipersensitif terhadap deksametason atau komponen lain dalam formulasi; infeksi


jamur sistemik, cerebral malaria; jamur, atau penggunaan pada mata dengan infeksi virus
(active ocular herpes simplex). Pemberian kortikosteroid sistemik dapat memperparah
sindroma Cushing. Pemberian kortikosteroid sistemik jangka panjang atau absorpsi sistemik
dari preparat topikal dapat menekan hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) dan atau
manifestasi sindroma Cushing pada beberapa pasien. Namun risiko penekanan HPA pada
penggunaan deksametason topikal sangat rendah. Insufisiensi adrenal akut dan kematian
dapat terjadi apabila pengobatan sistemik dihentikan mendadak.

 INTERAKSI OBAT
- Amfoterisin-B; Glukosida Digitalis; Obat-obat yang Mengurangi Kalium Darah
(contoh: Furosemide)

Penggunaan obat-obat tersebut dengan dexamethasone dapat menyebabkan hipokalemia,


lakukan pengawasan bila harus diberikan bersamaan.

- Antikolinesterase

Penggunaan obat antikolinesterase dengan dexamethasone dapat menyebabkan lemah otot


berat pada pasien dengan myasthenia gravis. Hentikan penggunaan antikolinergik 24 jam
sebelum diberikan krtikosteroid.

- Antikoagulan Oral (Warfarin)

Pemberian warfarin bersamaan dengan dexamethasone dapat menghambat respon tubuh


terhadap warfarin. Lakukan pengamatan terhadap efek antikoagulan.

- Antidiabetes Oral

Kortikosteroid dapat meningkatkan kadar glukosa darah, diperlukan penyesuaian dosis


antidiabetes.

- Estrogen; Kontrasepsi Oral yang Mengandung Estrogen

Penggunaan estrogen bersamaan dengan dexamethasone dapat mengurangi metabolisme hati


kortikosteroid.

- Penginduksi enzim CYP3A4 (Barbiturate; Phenytoin; Carbamazepine;


Rifampin)

Obat-obat penginduksi enzim hati dapat meningkatkan metabolisme kortikosteroid, sehingga


kemungkinan diperlukan dosis yang lebih besar.

- Penghambat enzim CYP3A4 (Ketoconazole; Antibiotik Makrolida)

Obat-obat yang menghambat enzim hati dapat meningkatkan konsentrasi plasma


kortikosteroid sehingga menambah risiko terjadinya toksisitas kortikosteroid.

- Anti-inflamasi Non-Steroid (AINS)

Penggunaan AINS seperti aspirin, ibuprofen dan diklofenac bersamaan dengan


dexamethasone dapat meningkatkan risiko terjadinya efek samping terhadap saluran
pencernaan.

 INFORMASI YANG BERGUNA UNTUK PENGOBATAN


Keunggulan dari obat lain :

Deksametason dan derivatnya, deksametason sodium fosfat dan deksametason asetat,


merupakan glukokortikoid sintetik yang digunakan sebagai anti-inflamasi atau
imunosupresan. Sebagai glukokortikoid, deksametason 20-30 kali lebih poten dibanding
hidrokortison

Keamanan Dexamethasone pada Kehamilan

Kategori kehamilan C
 Uji yang memadai dan terkendali pada hewan menunjukkan munculnya efek samping
pada fetus.
 Tidak terdapat uji yang memadai dan terkendali pada wanita hamil.
 Penggunaannya harus melalui pertimbangan klinis yang ada dan serangkaian proses
analisis perbandingan manfaat-risiko obat tersebut apabila dikonsumsi oleh wanita
hamil.

Contoh pertimbangan pemberian obat:

 Kebutuhan obat dalam situasi yang mengancam jiwa ibu hamil.


 Ibu hamil menderita penyakit serius dimana obat yang lebih aman tidak efektif atau
tidak dapat digunakan.

Peringatan dan Perhatian Khusus Dexamethasone


 Hati-hati penggunaan pada pasien dengan penyakit kardiovaskular seperti hipertensi
dan riwayat serangan jantung.
 Dexamethasone dosis sedang hingga tinggi dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah dan kadar natrium serta memicu terjadinya retensi air disertai peningkatan
ekskresi kalium dan kalsium. Efek ini dapat dicegah dengan mengurangi asupan
natrium dan minum suplemen kalium.
 Penggunaan dexamethasone dapat mengakibatkan seseorang lebih rentan terkena
infeksi virus, bakteri, jamur atau cacing. Jangan berikan vaksin hidup seperti cacar
atau campak pada pasien yang menggunakan dexamethasone tanpa berkonsultasi
dengan dokter terlebih dahulu.
 Penggunaan dexamethasone dapat menyebabkan pendarahan dan luka pada saluran
cerna. Gunakan hati-hati pada pasien dengan riwayat peradangan saluran cerna
seperti ulseratif kolitis, ulkus peptik, dll.
 Kortikosteroid dapat menghambat pembentukan tulang dan meningkatkan resorpsi
tulang dikarenakan penurunan absorpsi dan peningkatan ekskresi kalsium. Efek
tersebut dapat menghambat pertumbuhan tulang pada anak dan menyebabkan
osteoporosis.
 Perhatian pada penggunaan tetes mata dexamethasone karena dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intraokular.
 Glukokortikoid seperti dexamethasone dapat terdistribusi ke dalam ASI sehingga
kemungkinan menghambat pertumbuhan bayi. Hentikan menyusui selama terapi
menggunakan dexamethasone.
 Hati-hati penggunaan pada anak dan remaja. Penggunaan dalam jangka lama dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Gunakan dosis efektif terendah.
 Gunakan dengan hati-hati pada geriatri dan gangguan fungsi hati karena rentan
mengalami efek samping dexamethasone.
 Meskipun pada umumnya dianggap aman, penggunaan jangka panjang tidak
dianjurkan pada masa pertumbuhanPenggunaan, jangka panjang pada bayi dapat
menekan kelenjar adrenal.
 Pengobatan dengan kombinasi steroid-antibiotik jangan dilakukan lebih dari 7 hari
berturut-turut.
 Kortikosteroid topikal tidak boleh digunakan pada mata merah tanpa diagnosa yang
jelas karena dapat terjadi risiko kebutaan.
 Pemberian bersamaan dengan aminoglikosida dapat menyebabkan berkurangnya
pendengaran yang tidak dapat balik bila diberikan secara sistemik atau topikal pada
kulit yang luka atau rusak.

Bentuk Sediaan Dexamethasone


 Oral: Tablet; Larutan; Larutan Konsentrat
 Topikal: Krim
 Parenteral: Larutan Injeksi; Suspensi Injeksi
 Optalmik: Salep Mata; Tetes Mata
 Otik: Tetes Telinga

Kekuatan Sediaan Dexamethasone


 Tablet: 0,5 mg; 0,75 mg; 1,5 mg; 4 mg; 6 mg
 Krim: 0,2 %
 Larutan: 0,5 mg/5 mL
 Larutan Konsentrat: 0,5 mg/0,5 mL
 Larutan Injeksi: 4 mg/mL; 10 mg/mL
 Suspensi Injeksi: 8 mg/mL
 Salep Mata: 1%, kombinasi dengan polymyxin B sulfate dan neomycin sulfate
 Tetes Mata: 1 mg/mL, kombinasi dengan polymyxin dan neomycin sulfate
 Tetes Telinga: 0,5 mg/5 mL, kombinasi dengan framycetin sulfate dan gramicidin

TUGAS 2. INFORMASI OBAT PERIHAL IBANDRONAT

 IBANDRONAT

Obat-obatan untuk pengobatan penyakit tulang


 DOSIS & FREKUENSI PEMBERIAN

- Dosis yang dianjurkan untuk pengobatan dan pencegahan adalah satu tablet yang dilapisi
film 2,5 mg sekali sehari. Atau satu tablet 150 mg sekali sebulan.
- Harus diberikan 60 menit sebelum minuman makanan pertama (selain air) pada hari itu
atau obat atau suplemen oral lainnya (termasuk kalsium)
- Tablet harus ditelan utuh dengan segelas penuh air biasa (180 hingga 240 mL) saat
pasien duduk atau berdiri dalam posisi tegak. Pasien tidak boleh berbaring selama 60
menit setelah mengonsumsi Bonviva.
- Air biasa adalah satu-satunya minuman yang harus diminum bersama Bonviva. Harap
dicatat, bahwa beberapa air mineral mungkin memiliki konsentrasi kalsium yang lebih
tinggi dan oleh karena itu tidak boleh digunakan.
- Pasien tidak boleh mengunyah atau menghisap tablet karena potensi ulkus orofaringeal.

 RUTE PEMBERIAN

Per Oral

 INDIKASI

Ibandronat diindikasikan untuk pengobatan osteoporosis pascamenopause, untuk mengurangi


risiko patah tulang dan untuk pencegahan keropos tulang pada wanita pascamenopause yang
berisiko terkena osteoporosis.

 LAIN-LAIN

Petunjuk Dosis Khusus

- Pasien dengan gangguan hati


Tidak diperlukan penyesuaian dosis

- Pasien dengan gangguan ginjal


Tidak ada penyesuaian dosis diperlukan untuk pasien dengan gangguan ginjal
ringan atau sedang di mana bersihan kreatinin sama atau lebih besar dari 30 mL /
menit.
Tidak dianjurkan untuk digunakan pada pasien dengan gangguan ginjal berat
(bersihan kreatinin <30 ml / menit).>

- Tua
Tidak diperlukan penyesuaian dosis.

- Anak-anak
Keamanan dan kemanjuran belum ditetapkan pada pasien yang berusia kurang
dari 18 tahun.

Kontraindikasi

 Dikontraindikasikan pada pasien yang diketahui hipersensitivitas terhadap


asam Ibandronic atau salah satu eksipien.
 Hipokalsemia yang tidak terkoreksi.
 Ketidakmampuan untuk berdiri atau duduk tegak selama setidaknya 60 menit.
 Tidak boleh digunakan selama kehamilan dan menyusui.

Interaksi dengan Produk Medis lainnya dan bentuk interaksi lainnya

- Interaksi Obat-Makanan
Produk yang mengandung kalsium dan kation multivalen lainnya (seperti aluminium,
magnesium, besi), termasuk susu dan makanan, kemungkinan akan mengganggu
penyerapan

- Interaksi Obat-Obat
Sangat mungkin bahwa suplemen kalsium, antasida dan beberapa obat oral yang
mengandung kation multivalen (seperti aluminium, magnesium, besi) cenderung
mengganggu penyerapan Bonviva.
TUGAS 3. OBAT YANG DI APPROVAL PADA TH 2012-2017

1. Anti Virus

Zovirax IV-Acyclovir
Serbuk infus intravena

 Komposisi :
Zovirax 250mg : kandungan ion natrium sekitar 26mg per vial

 Indikasi :
- Zovirax infus intravena memiliki indikasi untuk pengobatan infeksi hepes
simplex pada pasien immunocompromised
- Zovirax infus intravena memiliki indikasi untuk prophylaxis infeksi herpes
simplex pada pasien severely immunocompromised
- Zovirax infus intravena memiliki indikasi untuk pengobatan awal herpes
yang parah
- Zovirax infus intravena memiliki indikasi untuk pengobatan primer dan
berulang yang disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster pada pasien
immunocompromised
- Zovirax infus intravena memiliki indikasi untuk pengobatan tunggal (pada
pengobatan berulang yang disebabkan oleh infeksi virus caricella zoster)
pada pasien yang memiliki respon kekebalan yang normal
- Zovirax infus intravena memiliki indikasi untuk pengobatan herpes
simplex enchephalitis pada pasien diatas umur 6 bulan

 Kontraindikasi
Zovirax infus intravena memiliki kontraindikasi pada pasien yang
hipersensiitif terhadap acyclovir atau valaciclovir.

 Dosis
Dewasa :
- Untuk pengobatan herpes simplex (kecuali herpes enchephalitis) harus
diberikan Zovirax infus intravena 5mg/kgbb secara kontinyu selama 1
jam, diberikan setiap 8 jam (15mg/kg/bb) selama 7 hari kepada pasien
yang memiliki fungsi ginjal normal.
- Untuk pengobatan awal herpes simplex genitalis diberikan dengan dosis
yang sama selama 5 hari
- Untuk herpes simplex encephallitis 10mg/kgbb infus secara kontinyu
selama 1 jam setiap 8 jam selama 10 hari kepada pasien yang memiliki
gangguan pada fungsi ginjal
- Untuk pasien immunocompromised yang terinfeksi virus varicella zoster
harus diberikan dengan dosis 10mg/kg/bb selama 1 jam setiap 8 jam
selama 7 hari untuk pasien yang memiliki gangguan fungsi ginjal

Anak-anak
- Dosis obat zovirax infus intravena untuk anak-anak pada usia 3 bulan-12
tahun dosis dihitung berdasarkan berat badan
- Anak-anak yang terinfeksi herpes simplex harus diberikan Zovirax infus
intravena 250mg/m2 infus secara konstan selama 1 jam setiap 8 jam
(750mg/m2/hari) selama 7 hari
- Pada anak-anak immuno-compromised dengan infeksi varicella zoster
500mg/m2 selama 1 jam setiap 8 jam selama 7 hari
- Untuk anak-anak 6 bulan-12 tahun dengan herpes simplex encephallitis
lebih akurat menggunakan dosis infus pada 500mg/m 2 secara konstan
selama 1 jam setiap 8 jam selama 10 hari
- Anak-anak yang memiliki gangguan fungsi ginjal dosis dimodifikasi
dengan tepat sesuai dengan tingkat kerusakannya

 Penyimpanan
Suhu penyimpanan : Simpan dibawah suhu 30ºC
Exp. Date : Exp. date terdapat pada kemasan
 Isi Kemasan
5 vial @ 250mg
2. ANTIBIOTIK
Cravit – Levofloxacin

 Komposisi
Setiap tablet salut selaput mengandung :
Levoflixacin hemyhidrate setara dengan levofloxacin anhydrate 250mg atau
500mg
Levoflixacin hemyhidrate setara dengan levofloxacin anhydrate 750mg
Setiap mL larutan infus mengandung :
Levofloxacin hemyhidrate setara dengan levofloxacin anhydrate 5mg

 Indikasi
Cravit tablet dan injeksi diindikasikan untuk pengobatan orang dewasa (>18
tahun) dengan infeksi ringan, sedang, berat yang disebabkan oleh mikroorganisme
galur yang rentan untuk penyakit-penyakit seperti sinusitis bakterial akut,
eksaserbasi bakterial akut dari bronchitis kronik, pneuomonia nasokominal,
pneumonia yang didapat dari masyarakat, prostatis bakterial kronik, infeksi kulit
dan struktur kulit dengan komplikasi, infeksi saluran kemih dengan komplikasi,
pielonefritis akut.
Cravit njeksi diindikasikan bila pemberian secara intravena memberikan
keuntungan bagi pasien (contoh : pasien yang tidak dapat mentoleransi obat oral).

 Kontraindikasi
Cravit tidak boleh digunakan :
- Pada pasien yang hipersensitif terhadap levofloxacin obat antimikroba
quinolone atau komponen lain obat ini
- Pada pasien dengan epilepsi
- Pada pasien dengan riwayat penyakit tendon terkait pemberian
fluroquinolone
- Pada anak-anak atau remaja yang dalam masa pertumbuhan
- Selama kehamilan
- Pada wanita yang sedang menyusui
-

 Dosis
- Dosis umum Cravit tablet adalah 250 mg – 750 mg yang diberikan peroral
selama 24 jam, sesuai indikasi berdasarkan infeksi.
- Dosis umum cravit injeksi adalah 250 mg atau 500 mg diberikan secara
infus lambat selama lebih dari 60 menit setiap 24 jam atau 750 mg yang
diberikan secara infus lambat selama lebih dari 90 menit setiap 24 jam,
sesuai indikasi infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

• http://pionas.pom.go.id/obat-baru/cravit-kaptab-salut-selaput-750-mg
• http://pionas.pom.go.id/
• http://pionas.pom.go.id/monografi/ibandronat
• https://www.google.com/amp/s/www.dokterbabe.com/amp/obat/d
examethasone/
• Book-MIMS Indonesia
• Book-Farmakope Indonesia edisi IV

Anda mungkin juga menyukai