Anda di halaman 1dari 67

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persaingan bisnis di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan yang pesat.
Semakin bertambahnya jumlah perusahaan baru dari hari ke hari membuat
persaingan dunia bisnis di Indonesia menjadi ketat. Perusahaan-perusahaan yang
bergerak baik di bidang jasa, manufaktur, maupun dagang saling bersaing untuk
dapat bertahan dan menjadi yang terbaik. Hal ini mendorong masing-masing
perusahaan untuk melakukan berbagai inovasi dan strategi bisnis agar terhindar dari
kebangkrutan.
Sebuah perusahaan didirikan dengan tujuan untuk mencapai keuntungan
maksimal atau laba yang sebesar-besarnya dan mengoptimalkan nilai perusahaan.
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan. Nilai
perusahaan mencerminkan aset yang dimiliki oleh perusahaan. Nilai perusahaan
dapat dinilai dari harga sahamnya yang stabil dan mengalami kenaikan dalam jangka
panjang. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Semakin
tinggi nilai perusahaan mengindikasikan kemakmuran pemegang saham. Harga
saham di pasar modal terbentuk berdasarkan kesepakatan antara permintaan dan
penawaran investor, sehingga harga saham merupakan fair price yang dapat
dijadikan sebagai proksi nilai perusahaan (Hasnawati, 2005a dan 2005b).

Nilai perusahaan ditentukan oleh profitabilitas perusahaan. Profitabilitas


merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan oleh manajemen
perusahaandalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang
dihasilkan perusahaan. Laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan
keputusan investasi yang dilakukan perusahaan. Salah satu ukuran kinerja
perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah laba
yang dihasilkan oleh perusahaan (Subramanyam, 1996 dalam Rachmawati et al.
2007). Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang bagus
sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat
(Sujoko dan Soebintoro,2007).
Optimalisasi nilai perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan juga dapat
dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dalam hal ini satu
keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya
dan berdampak pada nilai perusahaan (Fama dan French, 1998). Menurut Hasnawati
(2005b), manajemen keuangan menyangkut penyelesaian atas keputusan penting
yang diambil perusahaan, antara lain keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan
kebijakan dividen. Hasnawati (2005) menemukan bahwa keputusan investasi,
keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen secara parsial berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.

Keputusan investasi merupakan faktor penting dalam fungsi keuangan


perusahaan. Fama (1978) dalam Susanti (2010) menyatakan bahwa nilai perusahaan
semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi. Pendapat tersebut dapat diartikan
bahwa keputusan investasi itu penting, karena untuk mencapai tujuan perusahaan
dapat dicapai melalui kegiatan investasi perusahaan. Investasi modal merupakan
salah satu aspek utama dalam keputusan investasi selainpenentuan komposisi aktiva.
Keputusan pengalokasian modal ke dalam usulan- usulan investasi yang manfaatnya
akan direalisasikan di masa yang akan datang harus dipertimbangkan dengan cermat.
Akibat ketidakpastian di masa yang akan datang, manfaat yang diperoleh menjadi
tidak pasti, sehingga usulan investasi tersebut mengandung risiko. Keputusan
pengalokasian modal ke dalam usulan investasi harus dievaluasi dan dihubungkan
dengan risiko dan hasil yang diharapkan (Hasnawati, 2005a). Dengan demikian
dapat disimpulkan apabila dalam berinvestasi perusahaan mampu menghasilkan
keuntungan dengan menggunakan sumber daya perusahaan secara efisien, maka
perusahaan akan memperoleh kepercayaan dari calon investor untuk membeli
sahamnya. Dengan demikian semakin tinggi keuntungan perusahaan semakin tinggi
nilai perusahaan, yang berarti semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh
pemilik perusahaan.

Keputusan investasi akan berimbas pada sumber dan pembiayaannya. Sumber


pendanaan dapat diperoleh dari internal atau eksternal perusahaan. Selain itu sumber
pendanaan bisa berasal dari hutang atau modal sendiri. Menurut Brigham dan
Gapenski (1996), nilai perusahaan dapat ditingkatkan melalui kebijakan hutang.
Besarnya hutang yang digunakan oleh perusahaan adalah suatu kebijakan yang
berhubungan dengan struktur modal. Mogdiliani dan Miller (1963) dalam Mulianti
(2010) menyatakan bahwa semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi nilai
perusahaan. Sebagian perusahaan menganggap bahwa penggunaan hutang dirasa
lebih aman daripada menerbitkan saham baru. Kebijakan hutang yang akan diambil
perusahaan juga berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam mengembalikan
hutangnya. Kemampuan perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan para kreditur
untuk meminjamkan dana kepada perusahaan. Di sisi lain penambahan hutang akan
meningkatkan tingkat risiko atas arus pendapatan perusahaan. Semakin besar
hutang, semakin besar pula kemungkinan terjadinya perusahaan tidak mampu
membayar kewajiban tetap berupa bunga dan pokoknya. Risiko kebangkrutan akan
semakin tinggi karena bunga akan meningkat lebih tinggi daripada penghematan
pajak. Oleh karena itu, perusahaan harus sangat hati- hati dalam menentukan
kebijakan hutangnya karena peningkatan penggunaan hutang akan menurunkan nilai
perusahaannya (Sujoko dan Soebiantoro, 2007).
Nilai perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan membayar dividen.
Para investor memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan dengan
mengharapkan pengembalian dalam bentuk dividen maupun capital gain. Seorang
investor yang tidak bersedia berspekulasi akan lebih memilih deviden daripada
capital gain (Prihantoro, 2003). Besarnya dividen ini dapat mempengaruhi harga
saham. Apabila dividen yang dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi
sehingga nilai perusahaan juga tinggi. Sebaliknya bila jika dividen yang dibayarkan
kecil maka harga saham perusahaan tersebut juga rendah. Kemampuan membayar
dividen erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Jika
perusahaan memperoleh laba yang besar, maka kemampuan membayar dividen juga
besar. Oleh karena itu, dividen yang besar akan meningkatkan nilai perusahaan
(Harjito dan Matono,2005:3).
Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan
kemakmuran pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan. Nilai
perusahaan sering dikaitkan dengan harga saham, dimana semakin tinggi harga
saham maka nilai perusahaan dan kemakmuran para pemegang saham juga
meningkat.
Nilai perusahaan sangat penting karena mencerminkan kinerja perusahaan
yang dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. Salah satu
ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan adalah laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Laba yang dihasilkan
opleh perusahaan selanjutnya akan dialokasikan untuk kegiatan investasi dan
membayar deviden kepada para pemegang saham. Keputusan investasi akan
berimbas pada sumber pendanaan yang dapat berasal dari internal atau eksternal
perusahaan.
Berdasarkan berbagai hal yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian mengenai pengaruh tingkat profitabilitas keputusan
investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan,
dengan judul:
“Analisis Pengaruh Tingkat Profitabilitas, Keputusan Investasi, Keputusan
Pendanaan, dan Kebijakan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan”
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka perumusan masalah


penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh tingkat profitabilitas, keputusan investasi, keputusan
pendanaan, dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan?

2. Bagaimana uji asumsi klasik tingkat profitabilitas, keputusan investasi, keputusan


pendanaan, dan kebijakan deviden?

3. Bagaimana cara mengatasi masalah penyimpangan uji asumsi klasik pada tingkat
profitabilitas, keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden?

1.3 Tujuan Penulisan

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diutarakan, maka dapat diketahui
bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti apakah tingkat
profitabilitas, keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden
secara signifikan mempengaruhi nilai perusahaan.

1.4 Batasan Masalah


Agar permasalahan yang dibahas dalam penulisan ini tidak menyimpang, maka
penulis membatasi pembahasan makalah ini hanya medeteksi uji asumsi klasik pada
data dan cara mengatasi uji asumsi klasik pada data tersebut.

1.5 Tinjauan Pustaka


Penelitian yang dilakukan oleh Yuniasih dan Wirakusuma (2007) menemukan
bahwa returnonasset terbukti berpengaruh positif secara statistik pada nilai
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama tahun 2005-2006. Hasnawati
(2005b) dalam penelitiannya menemukan bahwa keputusan investasi berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan sebesar 12,25%, sedangkan sisanya sebesar 87,75%
dipengaruhi oleh faktor lain seperti keputusan pendanaan, kebijakan dividen, faktor
eksternal perusahaan seperti: tingkat inflasi, kurs mata uang, pertumbuhan ekonomi,
politik, dan psychology pasar.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi dan Pawestri (2006) menyebutkan
bahwa keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Fama dan
French (1998) dalam Susanti (2010) menemukan bahwa investasi yang dihasilkan
dari kebijakan deviden memiliki informasi positif tentang perusahaan tentang masa
yang akan datang, selanjutnya berdampak positif terhadap nilai perusahaan.
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti Tahun Judul Variabel Hasil

Sri Hasnawati 2005 Implikasi Keputusan keputusan


keputusan keuangan investasi,
investasi, sebagai keputusan
pendanaan, dan variabel pendanaan,
dividen independen dan
terhadap nilai atau eksogen keputusan
perusaahaan di dan yang deviden
Indonesia digunakan secara parsial
sebagai berpengaruh
variabel positif
dependen terhadap nilai
atau eksogen perusahaan.
adalah nilai
perusahaan.
Untung 2006 Implikasi Variabel Keputusan
Wahyudi dan Struktur dpenden : pendanaan
Hartini Kepemilikan Nilai berpengaruh
Prasetyaning Terhadap Nilai perusahaan terhadap nilai
Pawestri Perusahaan perusahaan
dengan Variabel namun
Keputusan independen : keputusan
Keuangan Kepemilikan investasi dan
Sebagai Manajerial kebijakan
Variabel (Managerial dividen tidak
Intervening ownership), terpengaruh
Kepemilikan dengan nilai
Institusional perusahaan.
(Institutional
ownership),
Keputusan
Investasi,
Keputusan
Pendanaan,
Kebijakan
Dividen
Yuniasih dan 2007 Pengaruh Variabel Return on
Wirakusuma Kinerja dependen : asset terbukti
Keuangan Nilai berpengaruh
Terhadap Nilai perusahaan positif secara
Perusahaan statistik pada
Dengan Variabel nilai
Pengungkapan independen : perusahaan
Corporate ROA dengan manufaktur
Social variabel yang terdaftar
Responsibility pemoderasi di BEJ selama
dan Good CSR dan 2005-2006.
Corporate GCG
Governance
Sebagai
Variabel
Pemoderasi
Hamonangan 2006 Mekanisme Variabel Kualitas laba
Siallagan dan Corporate dependen : secara positif
Mas’ud Governance, Nilai berpengaruh
Machfoedz Kualitas Laba perusahaan terhadap nilai
dan Nilai perusahaan.
Perusahaan
Variabel
independen :
Kepemilikan
manajerial,
komisaris
independen,
komite audit,
leverage,
firm size,
kualitas laba
Sujoko dan 2007 Pengaruh variabel Kepemilikan
Ugy Struktur dependen : institusional,
Soebiantoro Kepemilikan, Nilai suku bunga
Faktor Intern, perusahaan dan
Dan dan profitabilitas
Faktor Ekstern leverage berpengaruh
Terhadap Nilai ratio negatif
Perusahaan signifikan
(Studi terhadap
Empirik Pada leverage
Variabel
Perusahaan independen : ratio,
Manufaktur dan kepemilikan pertumbuhan
Non institusional pasar,
Manufaktur di dividen,
dan
Bursa Efek ukuran
manajerial,
Jakarta) profitabilitas, perusahaan
berpengaruh
dividen,
positif
ukuran
signifikan
perusahaan,
terhadap
suku bunga,
leverage
keadaan
ratio,
pasar
Sedangkan
modal,
pertumbuhan kepemilikan
pasar, pangsa manajerial,
keadaan pasar
pasar
modal, dan
relative.
pangsa pasar
relative
menunjukkan
hasil yang
tidak
signifikan
terhadap
leverage
ratio.
Leverage
ratio
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap nilai
pasar.
1.6 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data Tingkat
Profitabilitas, Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Deviden
dan nilai perusahaan. Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh tingkat profitabilitas, keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan
kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan adalah sebagai berikut:

Flowchart

Mulai

Input Data

Menentukan model regresi


berganda

Uji menentukan koefisen regresi

Menentukan uji asumsi klasik


Apakah Uji asumsi Tidak
klasik terpenuhi ? Transformasi
Data

Ya

Menentukan uji asumsi klasik

Menentukan model terbaik

Menentukan koefisien
determinasi

Selesai
BAB II
LANDASAN TEORI

Teori Signal (Signalling Theory)

Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah

perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Brigham dan

Houston (2001) menyatakan bahwa sinyal adalah suatu tindakan yang diambil

oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk bagi investor tentang

bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan

prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan

mengusahakan modal baru dengan cara-cara lain seperti dengan menggunakan

hutang.

Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan

untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan

perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara

perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai

perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan

kreditor). Kurangnya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan

menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang

rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan

dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi

informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah
satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi

ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Wolk et al,

2000).

Nilai Perusahaan

Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu

perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga

memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama

perusahaan (Euis dan Taswan, 2002). Semakin tinggi harga saham semakin tinggi

pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya

tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan

di masa depan.

Fama (1978) dalam Wahyudi et al (2006) menyatakan bahwa nilai

perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga pasar dari saham

perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi

disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap cerminan dari

nilai aset perusahaan sesungguhnya.

Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara

maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat, untuk mencapai nilai

perusahaan yang tinggi pada umumnya para pemodal menyerahkan

pengelolaannya kepada para professional. Para professional diposisikan sebagai

manajer ataupun komisaris (Nurlela dan Islahuddin, 2008 dalam Kusumadilaga,

2010). Samuel (2000), Nurlela dan Ishaluddin (2008) dalam Kusumadilaga (2010)
menjelaskan bahwa enterprise value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value

(nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan

indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Menurut Husnan

(2000) nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon

pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Sedangkan menurut Keown (2004)

nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas

perusahaan yang beredar.

Nilai perusahaan sering diproksikan dengan price to book value (Ahmed

dan Nanda, 2000). Price to book value dapat diartikaan sebagai hasil

perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per lembar saham. Menurut

Ang (1997) secara sederhana menyatakan bahwa PBV merupakan rasio pasar

yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai

bukunya.

Keberadaan PBV sangat penting bagi investor untuk menentukan strategi

investasi di pasar modal karena melalui price to book value, investor dapat

memprediksi saham-saham yang overvalued atau undervalued (Ahmed dan

Nanda, 2000). Price to book value menggambarkan seberapa besar pasar

menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Perusahaan yang berjalan dengan

baik, umumnya memiliki rasio price to book value di atas satu, yang

mencerminkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Price to

book value yang tinggi mencerminkan tingkat kemakmuran para pemegang

saham, dimana kemakmuran bagi pemegang saham merupakan tujuan utama dari

perusahaan.
Tingkat Profitabilitas

Persaingan bisnis di Indonesia sekarang telah kompetitif dan ketat. Hal ini

mendorong para pimpinan perusahaan mendasarkan kinerja perusahaan yang

dipimpin pada financial performance. Financial performance yang baik

menunjukkan kinerja perusahaan yang sehat. Paradigma yang dianut oleh banyak

perusahaan tersebut adalah profit oriented. Perusahaan yang dapat meperoleh laba

yang besar, maka dapat dikatakan berhasil, atau memiliki kinerja finansial yang

bagus. Sebaliknya apabila laba yang diperoleh perusahaan relatif kecil, dapat

dikatakan perusahaan kurang berhasil atau kinerjanya kurang baik.

Laba yang menjadi ukuran kinerja perusahaan harus dievaluasi dari suatu

periode ke periode berikutnya dan bagaimana laba aktual dibandingkan dengan

laba yang telah direncanakan. Seorang manajer yang telah bekerja keras dan

berhasil meningkatkan penjualan sementara biaya tidak berubah, laba dikatakan

meningkat melebihi periode sebelumnya, hal ini mengisyaratkan keberhasilan

seorang manajer menaikkan laba perusahaan.

Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan

manajemen perusahaan (Brigham dan Gapenski, 1996). Dengan demikian dapat

dikatakan profitabilitas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang dilakukan pada periode akuntansi.

Profitabilitas yang tinggi menunjukan prospek perusahaan yang baik

sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan akan

meningkat (Sujoko dan Soebintoro, 2007). Investor menanamkan saham pada

sebuah perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan return, yang terdiri dari
yield dan capital gain. Semakin tinggi kemampuan memperoleh laba, maka

semakin besar return yang diharapkan investor, sehingga menjadikan nilai

perusahaan menjadi lebih baik.

Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diwakili oleh return on asset

(ROA) dan return on equity (ROE). ROA dan ROE digunakan sebagai

pengukuran rasio profitabilitas karena memiliki keunggulan yaitu mudah dihitung

dan dipahami. Ang (1997) menyatakan bahwa return on asset diukur dari laba

bersih setelah pajak (earning after tax) terhadap total aset. Hal ini mencerminkan

kemampuan perusahaan dalam penggunaan aset-aset perusahaan yang digunakan

untuk kegiatan operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan profitabilitas

perusahaan. ROA merupakan ukuran efektifitas perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk kegiatan

operasi. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin

baik, karena tingkat pengembalian investasi (return) semakin besar.

ROE merupakan rasio yang menunjukkan tingkat pengembalian yang

diperoleh pemilik atau pemegang saham atas investasi di perusahaan. ROE

membandingkan besarnya laba bersih terhadap ekuitas saham biasa. Semakin

tinggi ROE menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengembalian terhadap

investasi yang dilakukan dan semakin rendah ROE suatu perusahaan maka tingkat

pengembaliannya akan semakin rendah pula. Seorang calon investor perlu melihat

ROE suatu perusahaan sebelum memutuskan melakukan investasi supaya dapat

mengetahui seberapa banyak yang akan dihasilkan dari investasi yang

dilakukannya (Sitepu, 2010).


Keputusan Investasi

Menurut Chung dan Charoenwong (1991) esensi pertumbuhan bagi suatu

perusahaan adalah adanya kesempatan investasi yang menghasilkan keuntungan.

Jika terdapat kesempatan investasi yang menguntungkan, maka manajer berusaha

mengambil peluang-peluang tersebut untuk memaksimalkan kesejahteraan

pemegang saham karena semakin besar kesempatan investasi yang

menguntungkan maka investasi yang dilakukan akan semakin besar.

Investasi adalah pengelolaan sumber-sumber yang dimiliki dalam jangka

panjang untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Menurut Harjito dan

Martono, (2005) investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu

perusahaan ke dalam suatu aset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan

dimasa yang akan datang. Fama (1978) dalam Susanti (2010) menyatakan bahwa

nilai perusahaaan semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi. Pendapat

tersebut dapat diartikan bahwa keputusan investasi itu penting karena untuk

mencapai tujuan perusahaan hanya akan dihasilkan melalui kegiatan investasi

perusahaan.

Gaver dan Gaver, (1993) menyatakan bahwa kesempatan investasi atau

pilihan-pilihan pertumbuhan (growth option) suatu perusahaan merupakan sesuatu

yang melekat dan bersifat tidak dapat diobservasi (inherently observable). Myers

(1977) dalam Susanti (2010) memperkenalkan investment opportunity set (IOS)

pada studi yang dilakukan dalam hubungannya dengan keputusan investasi. IOS

memberi petunjuk yang lebih luas dimana nilai perusahaan tergantung pada

pengeluaran perusahaan dimasa yang akan datang. Prospek perusahaan dapat


ditaksir dari investment opportunity set ( IOS), yang didefinisikan sebagai

kombinasi antara aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan investasi

dimasa akan datang dengan net present value positif.

Gaver dan Gaver (1993) menyatakan bahwa kesempatan investasi

merupakan nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran-

pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang. Dalam hal ini

pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih

besar. Secara umum dapat dikatakan bahwa IOS menggambarkan tentang luasnya

kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat

tergantung pada pilihan expenditure perusahaan untuk kepentingan di masa yang

akan datang. Dengan demikian IOS bersifat tidak dapat diobservasi, sehingga

perlu dipilih suatu proksi yang dapat dihubungkan dengan variabel lain dalam

perusahaan, misalnya variabel pertumbuhan, variabel kebijkan dan lain-lain.

Kallapur dan Trombley, (1999) menyatakan bahwa proksi-proksi IOS dapat

digolongkan menjadi 3 jenis.

1. Proksi IOS berdasar harga (price-based proxies)

IOS berdasar harga (price-based proxies), merupakan proksi yang

menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan

dalam harga saham. Proksi yang didasari pada suatu ide yang menyatakan

bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga

pasar. Proksi yang didasari pada suatu ide yang menyataan bahwa prospek

pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga

saham dan perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih
tinggi secara relatif untuk aktiva-aktiva yang dimiliki. IOS yang didasari

pada harga akan berbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktiva yang

dimiliki dan nilai pasar perusahaan.

2. Proksi IOS berdasar investasi (investment-based proxies)

Proksi IOS berbasis pada investasi (investment-based proxies),

merupakan proksi yang percaya pada gagasan bahwa suatu level kegiatan

investasi yang tinggi berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu

perusahaan.

3. Proksi IOS berdasar pada varian (variance measures).

Proksi IOS berbasis pada varian (variance measurement) merupakan

proksi yang mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai

jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi

yang tumbuh seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aset.

Hasnawati (2005) menyatakan bahwa investment opportunity dapat diukur

melalui market to book value of assets. Rasio market to book value of assets

adalah rasio nilai buku terhadap total aset. Rasio nilai pasar terhadap nilai buku

menggambarkan biaya pendirian historis dan aktiva fisik perusahaan. Suatu

perusahaan yang berjalan baik dengan staf manajemen yang kuat dan sebuah

organisasi yang berfungsi secara efisien akan mempunyai nilai pasar yang lebih

besar atau sekurang-kurangnya sama dengan nilai buku aktiva fisiknya (Weston

dan Brigham, 1999). Rasio market to book value of assets ini berbanding lurus
dengan nilai IOS, semakin besar market value to book value of assets suatu

peusahaan, maka semakin bagus pula nilai IOSnya.

Keputusan Pendanaan

Keputusan pendanaan mengindikasikan bagaimana perusahaan membiayai

kegiatan operasionalnya atau bagaimana perusahaan membiayai aktivanya.

Riyanto (1993) mengatakan bahwa struktur finansial mencerminkan cara

bagaimana aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai, dengan demikian struktur

finansial tercermin pada keseluruhan pasiva dalam neraca. Struktur finansial

mencerminkan perimbangan antara keseluruhan modal asing (hutang) dengan

modal sendiri (ekuitas). Keputusan pendanaan bisa bersumber dari utang jangka

pendek (current liabilities) maupun utang jangka panjang (long term debt) dan

modal saham perusahaan yang terdiri dari saham preferen (preferred stock) dan

saham biasa (common stock).

Dalam memilih sumber pendanaan, apakah bersumber dari dalam atau dari

luar perusahaan, Pecking Order Theory menetapkan suatu urutan keputusan

pendanaan dimana para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan

laba ditahan, hutang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir (Mamduh,

2004). Teori ini didasarkan pada argumentasi bahwa penggunaan laba ditahan

lebih murah dibandingkan sumber dana eksternal. Penggunaan sumber dana

eksternal melalui hutang hanya akan digunakan jika kebutuhan investasi lebih

tinggi dari sumber dana internal.


Brealey dan Myers (1991) dalam Mulianti (2010), pecking order theory

menyatakan bahwa :

1. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi

perusahaan).

2. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian deviden yang

ditargetkan dengan berusaha menghindari pembayaran deviden

secara drastis.

3. Kebijakan deviden yang relatif segan untuk dirubah, disertai dengan

fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa

diduga mengakibatkan bahwa dana hasil operasi kadang-kadang

melebihi kebutuhan dana untuk investasi meskipun pada kesempatan

yang lain mungkin kurang. Apabila dana hasil operasi kurang dari

kebutuhan investasi maka perusahaan akan mengurangi saldo kas

atau menjual sekuritas yang dimiliki.

4. Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka

perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih

dahulu yaitu dimulai dari penerbitan obligasi kemudian diikuti oleh

sekuritas berkarakter opsi (obligasi konversi), baru akhirnya

penerbitan saham baru apabila masih belum mencukupi.

Sumber dana internal lebih disukai daripada sumber dana eksternal karena

dana internal memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu membuka diri lagi dari

sorotan investor luar. Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang (obligasi)
daripada ekuitas (penerbitan saham) karena biaya emisi obligasi lebih murah

daripada biaya emisi saham baru.

Pada penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur struktur

pendanaan adalah Debt to Equity Ratio (DER). DER menunjukkan perbandingan

antara pembiayaan dan pendanaan melalui hutang dengan pendanaan melalui

ekuitas (Brigham dan Houston, 2001).

Kebijakan deviden

Salah satu return yang akan diperoleh para pemegang saham adalah

dividen. Deviden merupakan bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada para

pemegang saham (pemilik modal sendiri). Menurut Sunariyah (2004: 48) dividen

adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut

atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Berdasarkan kedua pendapat

tersebut, maka dapat dikatakan bahwa dividen merupakan proporsi pembagian

laba yang diperoleh perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham

perusahaan.

Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan

keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan deviden (dividend policy)

merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun

akan dibagi kepada pemegang saham dimasa yang akan datang.

Rasio pembayaran deviden (devidend payout ratio) menentukan jumlah

laba yang akan dibagi dalam bentuk deviden kas dan laba yang ditahan sebagai

sumber pendanaan. Devidend payout ratio menunjukkkan presentase laba


perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham perusahaan berupa deviden

kas, apabila laba perusahaan yang ditahan dalam jumlah besar, berarti laba yang

akan dibayarkan sebagai deviden menjadi lebih kecil.

Aspek penting dari kebijakan deviden adalah menentukan alokasi laba

yang sesuai antara pembayaran laba sebagai deviden dengan laba yang ditahan

diperusahaan (Harjito dan Martono, 2005). Sunariyah (2003:118) menyatakan

dividen yang dibagikan kepada pemegang saham bisa berupa :

1. Dividen Tunai (cash dividend)

Dividen Tunai adalah dividen yang dibayar oleh emiten kepada para

pemegang saham secara tunai setiap lembarnya.

2. Dividen Saham (stock dividend)

Dividen saham merupakan pembayaran dividen dalam bentuk saham

yaitu berupa pemberian tambahan saham kepada pemegang saham dalam

jumlah yang sebanding dengan saham-saham yang dimiliki.

Baridwan (2004 : 233) menyatakan dividen yang dibagikan kepada para

pemegang saham dapat berbentuk :

1. Dividen yang berbentuk uang

Pembagian dividen yang paling sering dilakukan adalah dalam bentuk

uang. Para pemegang saham akan menerima dividen sebesar tarif per

lembar dikalikan jumlah lembar yang dimiliki.

2. Dividen yang berbentuk aktiva (selain kas dan saham sendiri)

Dividen yang dibagikan kadang-kadang tidak berbentuk uang tunai,

tetapi berupa aktiva seperti saham perusahaan lain atau barang-barang


hasil produksi perusahaan yang membagikan dividen tersebut. Pemegang

saham yang menerima dividen seperti ini mencatat dalam bukunya dengan

jumlah sebesar harga pasar yang diterimanya.

3. Dividen saham (stock dividen)

Penerimaan dividen dalam bentuk saham dari perusahaan yang

membagi saham disebut dividen saham. Saham yang diterima berbentuk

saham yang sama dengan yang dimiliki atau saham jenis yang lain.

Beberapa teori yang dperlukan untuk mendukung pembahasan diantaranya adalah


Statistik deskriptif, regresi linier berganda, Metode Kuadrat terkecil (MKT), pengujian
asumsi analisis regresi, dan koefisien determinasi.

Statistik Deskriptif
Statistika deskriptif merupakan “bagian dari statistika yang menitikberatkan pada
pengumpulan, penyajian, pengolahan serta peringkasan data yang mana aktivitas ini
tidak berlanjut pada penarikan kesimpulan”. Melalui statistika deskriptif, penyusunan
data dalam daftar atau tabel dan visualisasi dalam bentuk diagram atau grafik.

Regresi Linier Berganda

Analisis regresi secara konseptual merupakan metode sederhana untuk memeriksa


hubungan antara variabel (Chatterjee & Hadi, 1986). Hubungan antara variabel yang
dimaksud tersebut digambarkan dalam bentuk persamaan atau model yang
menghubungkan antara variabel dependen (𝑌) dan satu atau lebih variabel
independen (𝑋).
Variabel dependen dinotasikan dengan 𝑌 dan himpunan dari variabel-variabel
independen dinotasikan 𝑋1 , 𝑋2 , … , 𝑋𝑘 , dimana 𝑘 merupakan jumlah variabel
independen. Model regresi linier yang terdiri dari satu variabel dependen dan satu
variabel independen disebut dengan regresi linier sederhana, sedangkan model
regresi linier yang terdiri dari beberapa variabel independen dan satu variabel
dependen merupakan regresi linier berganda. Model regresi linier berganda
(Faraway, 2002):

𝑌𝑖 = 𝛽0 + 𝛽1 𝑋𝑖1 + 𝛽2 𝑋𝑖2 + ⋯ + 𝛽𝑘 𝑋𝑖𝑘 + 𝑒𝑖 (2.1)

Dengan 𝑌𝑖 merupakan nilai variabel dependen dalam observasi ke- 𝑖 ,


𝑋𝑖1 , 𝑋𝑖2 , … , 𝑋𝑖𝑘 merupakan variabel independen pada observasi ke-𝑖 dan parameter
ke- 𝑘 , dan 𝛽0 , 𝛽1 , 𝛽2 , … , 𝛽𝑘 merupakan parameter regresi yang tidak diketahui
nilainya dan akan dicari nilai estimasinya, 𝑒𝑖 merupakan galat yang berdistribusi
normal dengan mean-nya nol dan variansinya 𝜎 2 atau 𝑒𝑖 ~𝑁(0, 𝜎 2 ).
Selain menggunakan notasi pada persamaan (2.1), penggunaan matriks terhadap
regresi linier mempunyai banyak keuntungan yaitu menyajikan bentuk ringkas untuk
menangani model regresi yang memuat banyak keuntungan yaitu menyajikan bentuk
ringkas untuk menangani model regresi yang memuat banyak variabel. Persamaan
(2.1) merupakan penjabaran dari himpunan 𝑛 persamaan berikut (Faraway, 2002):

𝑌1 = 𝛽0 + 𝛽1 𝑋11 + 𝛽2 𝑋12 + ⋯ + 𝛽𝑘 𝑋1𝑘 + 𝑒1


𝑌2 = 𝛽0 + 𝛽1 𝑋21 + 𝛽2 𝑋22 + ⋯ + 𝛽𝑘 𝑋2𝑘 + 𝑒2
⋮ ⋮ ⋮⋮
𝑌𝑛 = 𝛽0 + 𝛽1 𝑋𝑛1 + 𝛽2 𝑋𝑛2 + ⋯ + 𝛽𝑘 𝑋𝑛𝑘 + 𝑒𝑛 (2.2)

Dalam bentuk matriks prsamaan (2.2) menjadi

𝑌1 1 𝑋11 𝑋12 ⋯ 𝑋1𝑘 𝛽0 𝑒1


𝑌 1 𝑋21 𝑋22 ⋯ 𝑋2𝑘 𝛽1 𝑒 2
[ 2] = [ ⋱ ⋮ ][ ⋮ ] + [ ⋮ ] (2.3)
⋮ ⋮ ⋮ ⋮
𝑌𝑛 1 𝑋𝑛1 𝑋𝑛2 ⋯ 𝑋𝑛𝑘 𝛽𝑘 𝑒𝑛
Persamaan (2.3) dapat ditulis secara sederhana sebagai berikut

𝒀 = 𝑿𝜷 + 𝒆
Keterangan:
𝒀 : merupakan vektor observasi variabel dependen yang berukuran 𝑛 × 1
𝑿:merupakan variabel independen yang berukuran 𝑛 × (𝑘 + 1)
𝜷 : merupakan vektor koefisien variabel independen yang berukuran 𝑘 × 1 dari
parameter 𝛽0 , 𝛽1 , 𝛽2 , … , 𝛽𝑘 yang tidak diketahui
𝒆 : merupakan vektor galat yang berukuran 𝑛 × 1
Uji Koefisien Regresi Linier Berganda

Uji F (Uji Overal)


Digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dan variabel
dependent, apakah variabel (X1,X2,X3,X4,X5) berpengaruh secara simultan (bersama-sama)
terhadap variabel dependen Y. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut (Ghozali,
2005)
a. Menentukan Formulasi Hipotesis
a) H0 : β1 = β2 0, artinya variabel X1, X2, X3, dan X4 tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan secara simultan terhadap variabel Y.
b) H0 : β1 = β2 ≠ 0, artinya variabel X1, X2,X3, dan X4 mempunyai pengaruh yang
signifikan secara simultan terhadap variabel Y.
b. Menentukan derajat kepercayaan 95% (α =0,05).
c. Menentukan signifikansi.
a) Nilai signifikasi (P Value) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
b) Nilai signifikasi (P Value) > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
d. Membuat kesimpulan.
a) Bila (P Value) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya variabel
independent secara simultan (bersama-sama) mempengaruhi variabel dependent.
b) Bila (P Value) > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya variabel
independent secara simultan (bersama-sama) tidak mempengaruhi variabel
dependent.

Uji t (Uji Parsial)


Digunakan untuk menguji berarti atau tidaknya hubungan variabel-variabel
independent dengan variabel dependen. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai
berikut (Ghozali, 2005).
a. Menentukan Formulasi Hipotesis
a) H0 : β = 0, artinya variabel X1, X2, X3, dan X4 tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan secara parsial terhadap variabel Y.
b) H0 : β = 0, artinya variabel X1, X2, X3, dan X4 mempunyai pengaruh yang
signifikan secara parsial terhadap variabel Y.
b. Menentukan derajat kepercayaan 95% (α =0,05)
c. Menentukan signifikansi.
a) Nilai signifikasi (P Value) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
b) Nilai signifikasi (P Value) > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
d. Membuat kesimpulan.
a) Bila (P Value) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya variabel
independent secara parsial mempengaruhi variabel dependent.
b) Bila (P Value) > 0,05 maka H0 diterima dan ditolak. Artinya variabel
independent secara parsial tidak mempengaruhi variabel dependen.

Metode Kuadrat Terkecil


Metode kuadrat terkecil merupakan suatu periode yang digunakan untuk
mengestimasi 𝛽0 , 𝛽1 , 𝛽2 , … , 𝛽𝑘 dengan cara meminimumkan jumlah kuadrat galat.
Parameter 𝛽0 , 𝛽1 , 𝛽2 , … , 𝛽𝑘 tidak diketahui dan perlu dicari nilai estimasinya
(Montgomery, Peck, & Vining, 2006). Dari persamaan (2.1) dapat ditulis (Eye &
Schuster, 1998):

𝑄(𝛽𝑗 ) = ∑𝑛𝑖=1 𝑒𝑖2 = ∑𝑛𝑖=1(𝑦𝑖 − 𝛽0 − 𝛽1 𝑋𝑖1 − 𝛽2 𝑋𝑖2 − ⋯ − 𝛽𝑘 𝑋𝑖𝑘 ) (2.5)

Pada notasi matriks jumlah kuadrat galat 𝑒𝑖2 dapat ditulis sebagai berikut

𝑒1
𝑒2
𝑒𝑖𝑇 𝑒𝑖 = [𝑒1 𝑒2 ⋯ 𝑒𝑖 ] [ ] = 𝑒12 + 𝑒22 + ⋯ + 𝑒𝑖2 = 𝑒𝑡2 (2.6)

𝑒𝑖

Berdasarkan persamaan (2.3) diperoleh

𝒆 = 𝒀 − 𝑿𝜷 (2.7)

Oleh karena itu, perkalian matriks galat menjadi (Hocking, 2003):

𝑒𝑖𝑇 𝑒𝑖 = 𝒀 − 𝑿𝜷𝑻 (𝒀 − 𝑿𝜷)

𝑒𝑖𝑇 𝑒𝑖 = 𝒀𝑻 𝒀 − 𝒀𝑻 𝑿𝜷 − 𝑿𝑻 𝜷𝑻 𝒀 + 𝑿𝑻 𝜷𝑻 𝑿𝜷

(𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑿𝑻 𝜷𝑻 𝒀 = 𝒀𝑻 𝑿𝜷)

𝑒𝑖𝑇 𝑒𝑖 = 𝒀𝑻 𝒀 − 𝟐𝒀𝑻 𝑿𝜷 + 𝑿𝑻 𝜷𝑻 𝑿𝜷 (2.8)

Untuk mencari nilai-nilai 𝛽 yaitu dengan meminimumkan jumlah kuadrat galat,


kemudian dicari turunan dari 𝑄(𝛽𝑗 ) secara parsial terhadap 𝛽𝑗 , 𝑗 = 0,1,2, … , 𝑘 dan
disama dengan nol, sehingga diperoleh persamaan normal
𝑛
𝜕𝑄 2
= −2 ∑(𝑦1 − 𝛽0 − 𝛽1 𝑋𝑖1 − 𝛽2 𝑋𝑖1 − ⋯ − 𝛽𝑘 𝑋𝑖𝑘 ) = 0,
𝜕𝛽0
𝑖=1

𝑛
𝜕𝑄
= −2 ∑(𝑦𝑖 − 𝛽0 − 𝛽1 𝑋𝑖1 − 𝛽2 𝑋𝑖2 − ⋯ − 𝛽𝑘 𝑋𝑖𝑘 𝑋𝑖1 ) = 0,
𝜕𝛽1
𝑖=1

𝜕𝑄
= −2 ∑𝑛𝑖=1(𝑦𝑖 − 𝛽0 − 𝛽1 𝑋𝑖1 − 𝛽2 𝑋𝑖2 − ⋯ − 𝛽𝑘 𝑋𝑖𝑘 𝑋𝑖2 ) = 0, (2.9)
𝜕𝛽2

⋮⋮⋮⋮

𝑛
𝜕𝑄
= −2 ∑(𝑦𝑖 − 𝛽0 − 𝛽1 𝑋𝑖1 − 𝛽2 𝛽𝑋𝑖2 − ⋯ − 𝛽𝑘 𝑋𝑖𝑘 𝑋𝑖𝑘 ) = 0,
𝜕𝛽𝑘
𝑖=1

Setelah disusun kembali dan mengganti semua parameter dengan estimatornya, maka
sistem persamaan (2.9) dapat ditulis sebagai

𝑛 𝑛 𝑛 𝑛

𝑛𝛽̂0 + 𝛽̂1 ∑ 𝑋𝑖1 + 𝛽̂2 ∑ 𝑋𝑖2 + ⋯ + 𝛽̂𝑘 ∑ 𝑋𝑖𝑘 = ∑ 𝑌𝑖


𝑖=1 𝑖=1 𝑖=1 𝑖=1

𝑛 𝑛 𝑛 𝑛 𝑛
2
𝛽̂0 ∑ 𝑋𝑖1 + 𝛽̂1 ∑ 𝑋𝑖1 + 𝛽̂2 ∑ 𝑋𝑖1 𝑋𝑖2 + ⋯ + 𝛽̂𝑘 ∑ 𝑋𝑖𝑘 𝑋𝑖1 = ∑ 𝑋𝑖1 𝑌𝑖
𝑖=1 𝑖=1 𝑖=1 𝑖=1 1

𝛽̂0 ∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖2 + 𝛽̂1 ∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖1 𝑋𝑖2 + 𝛽̂2 ∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖2 2 + ⋯ + 𝛽̂𝑘 ∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖𝑘 𝑋𝑖2 = ∑𝑛𝐼=1 𝑋𝑖2 𝑌𝑖
(2.10
)

⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮

𝑛 𝑛 𝑛 𝑛 𝑛

𝛽̂0 ∑ 𝑋𝑖𝑘 + 𝛽̂1 ∑ 𝑋𝑖1 𝑋𝑖𝑘 + 𝛽̂2 ∑ 𝑋𝑖2 𝑋𝑖𝑘 + ⋯ + 𝛽̂𝑘 ∑ 𝑋𝑖𝑘
2
= ∑ 𝑋𝑖𝑘 𝑌𝑖
𝑖=1 𝑖=1 𝑖=1 𝑖=1 𝑖=1

Persamaan (2.10) disebut dengan persamaan Normal. Jika ditulis dalam bentuk
matriks maka bentuknya menjadi
𝑛 𝑛 𝑛

𝑛 ∑ 𝑋𝑖1 ∑ 𝑋𝑖2 ⋯ ∑ 𝑋𝑖𝑘


𝑛
𝑖=1 𝑖=1 𝑖=1
∑ 𝑋𝑖1 𝑛 𝑛 𝑛
̂
𝑖=1 2
∑ 𝑋𝑖1 ∑ 𝑋𝑖1 𝑋𝑖2 ⋯ ∑ 𝑋𝑖1 𝑋𝑖𝑘 𝛽0
𝑛
𝑖=1 𝑖=1 𝑖=1 𝛽̂1
∑ 𝑋𝑖2 𝑛 𝑛 𝑛
𝛽̂2
2
𝑖=1 ∑ 𝑋𝑖1 𝑋𝑖2 ∑ 𝑋𝑖2 ⋯ ∑ 𝑋𝑖2 𝑋𝑖𝑘 ⋮
𝑖=1 𝑖=1 𝑖=1 [𝛽̂𝑘 ]
⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮
𝑛 𝑛 𝑛 𝑛
2
∑ 𝑋𝑖𝑘 ∑ 𝑋𝑖1 𝑋𝑖𝑘 ∑ 𝑋𝑖2 𝑋𝑖𝑘 ⋯ ∑ 𝑋𝑖𝑘
[ 𝑖=1 𝑖=1 𝑖=1 𝑖=1 ]
1 1 ⋯ 1 𝑌1
𝑋11 𝑋21 ⋯ 𝑋𝑛1 𝑌2
= 𝑋12 𝑋22 ⋯ 𝑋𝑛2 𝑌3
⋮ ⋮ ⋱ ⋮ ⋮
[𝑋1𝑘 𝑋2𝑘 ⋯ 𝑋𝑛𝑘 ] [𝑌𝑛 ]

(𝑿𝑻 𝑿) 𝜷 𝑿𝑻 𝒀

Atau secara lengkap jika ditulis kedalam bentuk matriks menjadi

𝑿𝑻 𝑿𝜷 = 𝑿𝑻 𝒀
(2.11
)

Pada persamaan (2.11) kedua ruasnya dikalikan invers dari matriks 𝑿𝑻 𝑿 ,


sehinggadiperoleh:

𝑿𝑻 𝑿−𝟏 𝑿𝑻 𝜷 = 𝑿𝑻 𝑿−𝟏 𝑿𝑻 𝒀

𝑰𝜷 = 𝑿𝑻 𝑿−𝟏 𝑿𝑻 𝒀

𝜷 = 𝑿𝑻 𝑿−𝟏 𝑿𝑻 𝒀

Sehingga diperoleh estimator untuk MKT adalah

𝜷 = 𝑿𝑻 𝑿−𝟏 𝑿𝑻 𝒀
(2.12
)

Pengujian Asumsi Analisis Regresi

Pengujian asumsi analisis regresi merupakan pengujian asumsi-asumsi statistik


yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier berganda yang berbasis metode
kuadrat terkecil. Uji asumsi yang dilakukan pada model regresi adalah
Uji Asumsi Normalitas
Analisis regresi linier mengasumsikan bahwa residual 𝑒𝑖 berdistribusi
Normal. Pada regresi linier klasik diasumsikan bahwa setiap 𝑒𝑖 didistribusikan
secara random dengan 𝑒𝑖 ~𝑁 (0, 𝜎 2 ) (Gujarati, 2004).
Salah satu cara untuk menguji asumsi kenormalan adalah dengan uji
Kolmogorov-Smirnov. Uji ini didasarkan pada nilai D dengan ketentuan

𝐷 = 𝑚𝑎𝑥𝐹0 𝑋𝑖 − 𝑆𝑛 𝑋𝑖 , 𝑖 = 1,2, … , 𝑛

Dengan 𝐹0 𝑋𝑖 merupakan fungsi distribusi kumulatif dari distribusi teoritis


dibawah 𝐻0. 𝑆𝑛 𝑋𝑖 merupakan distribusi frekuensi kumulatif dari observasi
sebanyak 𝑛. 𝐻0. merupakan residu yang berdistribusi normal. Selanjutnya nilai D
ini dibandingkan dengan nilai D kritis dengan signifikansi 𝛼 pada tabel
Kolmogorov-Smirnov. Apabila nilai 𝐷 > 𝐷𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka asumsi normalitas
dipenuhi.

Uji Asumsi Homoskedastisitas


Salah satu asumsi penting dalam analisis regresi adalah variansi residu
(𝑒𝑖 ) pada setiap variabel adalah homoskedastisitas (Gujarati, 2004). Tujuan dari
pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah variansi pada tiap residu 𝑒𝑖
konstan. Jika variansi pada tiap residu berbeda disebut heteroskedastisitas.
Asumsi ini dapat ditulis sebagai berikut

𝑉𝑎𝑟 𝑒𝑖 = 𝜎 2 , 𝑖 = 1,2, … , 𝑛

Salah satu cara untuk menguji kesamaan variansi yaitu dengan melihat
pola sebaran residu (𝑒𝑖 ) terhadap nilai estimasi y. Jika sebaran residu bersifat
acak (tidak membentuk pola tertentu), maka dikatakan bahwa variansi sisaan
homogen (Draper & Smith, 1981). Penjelasan tersebut dapat terlihat pada
gambar 2.1 berikut:
(a). Homoskedastisitas

(b). Heterokedastisitas
Gambar 2.1 scatter-plot Uji Homoskedastisitas dan Heterokedastisitas.
Sumber: (Gujarati, 2004)

Dari gambar 2.1(a.) terlihat bahwa pola sebaran data menyebar secara
merata dan tidak membentuk suatu pola tertentu sehingga data bersifat
homoskedastisitas. Sedangkan pada gambar 2.1 (b.) terlihat bahwa pola sebaran
data membentuk pola tertentu sehingga data bersifat heterokedastisitas.
Salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedasitas adalah dengan
pengujian korelasi rank spearman yang didefinisikan sebagai berikut (Gujarati,
2004):
6 ∑𝑛𝑖=1 𝑑𝑖 2
𝑟𝑠 = 1 −
𝑁3 − 𝑁
Dengan 𝑑𝑖 merupakan selisih antara masing-masing rank variabel
independen dengan variabel dependen dan n merupakan banyaknya data yang di
rank.

Tahapan-tahapan dalam mendeteksi heteroskedasitas adalah sebagai berikut


(Gujarati, 2004):
a. Melakukan analisi regresi dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (MKT)
untuk menghitung 𝑒𝑖 melalui nilai 𝑦𝑖 − 𝑦̂𝑖 .
b. Mengabsolutkan nilai 𝑒𝑖 , kemudian merangking nilai absolut 𝑒𝑖 dan sesuai
dengan urutan yang meningkat atau menurun dan menghitung koefisien rank
korelasi spearman yang telah diberikan sebelumnya.
c. Mengasumsikan bahwa koefisien rank korelasi populasi 𝑝𝑠 adalah nol dan n > 8,
signifikan dari 𝑟𝑠 dapat diuji dengan pengujian 𝑡 sebagai berikut:
i. 𝐻0 : 𝑟𝑠 = 0

𝐻1 : 𝑟𝑠 ≠ 0

ii. Pilih 𝛼 = 0,05

iii. Daerah kritis: 𝐻0 ditolak jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝛼 = 0,05

iv. Statistik uji


𝑟𝑠 (𝑛 − 2)
𝑡=
(1 − 𝑟𝑠2 )

dengan derajat kebebasannya adalah 𝑛 − 2 , dengan 𝑟𝑠 merupakan nilai


koefisien korelasi spearman dan merupakan banyaknya sampel. Uji signifikasi 𝑡di
atas berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna hubungan variabel
independen terhadap variabel dependen.

v. Kriteria keputusan
Jika 𝐻0 maka asumsi heteroskedastisitas dipenuhi.
Uji Asumsi Non Autokorelasi
Salah satu asumsi dari regresi linear adalah bahwa tidak adanya
autokorelasi antara serangkaian pengamatan yang diurutkan menurut waktu.
Pendeteksian autokorelasi dapat dideteksi secara grafis yaitu dengan melihat
scatter-plot residu terhadap urutan waktu. Jika sebaran residu terhadap urutan
waktu tidak membentuk pola tertentu atau bersifat acak maka dapat disimpulkan
tidak ada autokorelasi antar residual.
Untuk mendeteksi autokorelasi dapat menggunakan metode grafik, karena
metode ini paling sederhana sekaligus merupakan langkah awal untuk
mendeteksi adanya autokorelasi. Sesuai dengan definisinya, metode ini
membandingkan antara residu dengan variabel 𝑋 . Selain itu, dengan
membandingkan antara residu ke- 𝑡 dengan residu ke- (𝑡 − 1). Suatu grafik
mengindikasikan adanya autokorelasi dapat dilihat dari polanya. Suatu grafik
dikatakan mengandung autokorelasi ketika terdapat pola antara residu dengan
waktu atau antara residu ke-𝑡 sampai ke-(𝑡 − 1).

(a) Autokorelasi Positif


(b) Autokorelasi Negatif
Gambar 2.2 Grafik Autokorelasi Positif dan Autokorelasi Negatif
Pada gambar 2.2 dapat dilihat bahwa grafik membentuk pola siklus sehingga
diindikasikan terdapat autokorelasi. Hal ini juga didukung dengan grafik antara residu
ke-𝑡 dengan residu ke-(𝑡 − 1) yang menunjukkan adanya hubungan linear. Serta pada
gambar 2.2 di atas terdapatnya autokorelasi positif dan negati, dimana autokorelasi
positif terlihat pada gambar 2.2 (a), sedangkan autokorelasi negatif terlihat pada
gambar 2.2 (b) (Gujarati, 2004).
Pengujian autokorelasi secara empiris dilakukan dengan menggunakan uji
Durbin-Watson (Gujarati, 2004). Adapun langkah-langkahnya adalah
a. Melakukan perhitungan MKT untuk memperoleh nilai ,
b. Mencari besarnya nilai
∑𝑛𝑡=2(𝑒𝑖 − 𝑒𝑖−1 )2
𝑑=
∑𝑛𝑡=2 𝑒𝑖2

c. Untuk ukuran sampel 𝑛 dan , 𝑘 = 𝑝 − 1 dengan 𝑝 merupakan banyaknya


parameter sehingga diperoleh nilai kritis 𝑑𝐿 dan 𝑑𝑈 ,
d. Untuk statistik d dari Durbin-Watson dapat dilihat pada tabel d.

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah (Gujarati, 2004):


a. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound 𝑑𝑈 dan (4 − 𝑑𝑈 ) ,
maka koefisien aoutokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.

b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (𝑑𝐿 ),
maka koefisien aoutokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi
positif.

c. Bila nilai DW lebih besar daripada (4 − 𝑑𝐿 ) , maka koefisien autokorelasi


lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

d. Bila nilai DW terletak antara batas atas (𝑑𝑈 )dan batas bawah (𝑑𝐿 ) dan jika
nilai DW terletak antara (4 − 𝑑𝑈 ) dan (4 − 𝑑𝐿 ), maka hasilnya tidak dapat
disimpulkan.

Uji Asumsi Non Multikolinearitas


Kolinearitas terjadi karena terdapat korelasi yang cukup tinggi di antara
variable independen. 𝑉𝐼𝐹 (Variance Inflation Factor) merupakan salah satu cara
untuk mengukur besarnya kolinearitas dan didefinisikan sebagai berikut
(Montgomery, Peck, & Vining, 2006):

1
𝑉𝐼𝐹 =
1 − 𝑅𝑗2

dengan 𝑅𝑗2 merupakan koefisien determinasi yang dihasilkan dari regresi variabel
independen. Nilai VIF menjadi semakin besar jika terdapat korelasi yang
semakin besar diantara variabel independen. Jika nilai VIF lebih dari 10, maka
multikolinearitas memberikan pengaruh yang serius pada estimasi metode
kuadrat terkecil (Hair, Black, Babin, & Anderson, 2010).
Koefisien Determinasi (𝑹𝟐 )
Koefisien determinasi atau biasa disebut dengan 𝑅 2 merupakan salah satu
ukuran yang sederhana dan sering digunakan untuk menguji kualitas suatu
persamaan garis regresi (Gujarati, 2004). Nilai koefisien determinasi memberikan
gambaran tentang kesesuaian variabel independen dalam memprediksi variabel
dependen. Semakin besar nilai 𝑅 2 , maka semakin besar variasi variabel dependen
(Y) yang dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen (X). Sebaliknya,
semakin kecil nilai 𝑅 2 , maka semakin kecil variasi variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh variasi variabel independen.
Sifat dari koefisien determinasi adalah (Gujarati, 2004):
a. 𝑅 2 merupakan besaran yang non-negatif
b. Batasnya adalah 0 ≤ 𝑅 2 ≤ 1
Apabila nilai koefisien determinasi semakin besar atau mendekati 1,
menunjukkan adanya hubungan yang sempurna. Sedangkan apabila nilai koefisien
determinasinya sebesar 0 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen.

BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar

karena perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara

maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat (Hasnawati, 2005a dan

200b). Nilai perusahaan diproksikan Price to Book Value (PBV). Price to book

value dapat dirumuskan sebagai berikut :

Harga saham
PBV =
Nilai buku per lembar saham

PBV merupakan ukuran nilai yang diberikan pasar keuangan kepada

manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus

tumbuh (Brigham dan Houston, 2001). Nilanya diperoleh melalui perbandingan

antara harga pasar per lembar saham dengan nilai buku per lembar saham.

Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel bebas atau tidak terikat oleh variabel

lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah :

32
Tingkat Profitabilitas

Tingkat profitabilitas dalam penelitian ini didefinisikan sebagai laba yang

dihasilkan perusahaan, laba berasal dari penjualan dan keputusan investasi yang

dilakukan perusahaan. Tingkat profitabilitas diproksikan ROA (Return on Asset)

dan ROE (Return on Equity). ROA dan ROE dirumuskan sebagai berikut :

Laba bersih setelah pajak


ROA =
Total asset

Laba bersih setelah pajak


ROE =
Total ekuitas

ROA merupakan tingkat pengembalian atas aset-aset yang digunakan

untuk menghasilkan pendapatan (Keown et al, 2002). Perhitungannya dengan

menghubungkan laba bersih setelah pajak ke total aset.

ROE merupakan tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham

yang diukur dengan membandingkan laba bersih setelah pajak terhadap total

ekuitas.

Keputusan Investasi

Keputusan investasi didefinisikan sebagai kombinasi antara aktiva yang

dimiliki (assets in place) dan pilihan investasi di masa yang akan datang dengan

net present value positif (Myers, 1977). Keputusan investasi dalam penelitian ini

diproksikan market to book value of assets. Rasio market to book value of assets
adalah rasio nilai buku terhadap total aset. Rasio market to book value of assets

diformulasikan sebagai berikut :

Total Asset - Total Ekuitas + (Jumlah Lembar


Saham Beredar x Closing Price)

MBVA =

Total Asset

Keputusan Pendanaan

Keputusan pendanaan didefinisikan sebagai keputusan yang menyangkut

komposisi pendanaan yang dipilih oleh perusahaan (Hasnawati, 2005a).

Keputusan pendanaan diproksikan melalui Debt to Equity Ratio (DER). DER

dapat dirumuskan sebagai berikut :

Total Hutang
DER =
Total Ekuitas

DER menunjukkan perbandingan antara pembiayaan dan pendanaan

melalui hutang dengan pendanaan melalui ekuitas (Brigham dan Houston, 2001).

Kebijakan Deviden

Kebijakan deviden dalam penelitian ini didefinisikan sebagai laba yang

dibagikan perusahaan kepada pemegang saham atas saham yang dimilikinya.

Kebijakan dividen diproksikan melalui Dividend Payout Ratio (DPR). DPR dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Deviden per Lembar Saham


DPR =
Laba per Lembar Saham
DPR menunjukkan perbandingan antara deviden per lembar saham dengan

laba per lembar saham.

Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2010. Sampel penelitian ini

diperoleh dengan metode purposive sampling, dengan kriteria perusahaan

manufaktur dalam kondisi aktif pada saat penelitian dan membagikan dividen kas

berturut-turut dari tahun 2009-2010.

Populasi dan sampel dalam penelitian hanya diambil dari perusahaan

manufaktur karena menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Wijaya (2010)

industri-industri dengan regulasi yang tinggi seperti public utilities atau bank akan

mempunyai debt equity ratio yang tinggi yang se-ekuivalen dengan tingginya

risiko yang melekat pada industri yang bersangkutan daripada non regulated

firms. Kriteria lainnya adalah laporan keuangan perusahaan sampel tidak

menunjukkan adanya saldo total ekuitas yang negatif dan atau mengalami

kerugian selama tahun 2009-2010, karena saldo ekuitas dan laba yang negatif

sebagai penyebut menjadi tidak bermakna (Subekti, 2000).

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa

nilai Return on Asset dan besarnya nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) dari bank.

Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan


dalam penelitian ini seluruhnya adalah data sekunder, yaitu data yang tidak

didapat langsung dari bank tetapi diperoleh dalam bentuk data yang telah

dikumpulkan, diolah dan dipublikasikan oleh pihak lain.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan untuk pembuatan penelitian ini adalah:

1. Dokumentasi penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan

literature yang ada hubungannya dengan pembuatan penelitian dengan

tujuan untuk mendapatkan landasan teori dan teknik analisa dalam

memecahkan masalah.

2. Pengumpulan data laporan nilai Return on Asset dan besarnya nilai Loan to

Deposit Ratio (LDR) dari beberapa bank.

Metode Analisis Data

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan metode-metode statistik yang digunakan untuk

menggambarkan data yang telah dikumpulkan. Statistik deskriptif memberikan

gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata, standar

deviasi, varian, maksimum, minimum, range, kurtosis, dan skewness (Ghozali,


2005). Dengan statistik deskriptif, kumpulan data yang diperoleh akan tersaji

dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi inti dari kumpulan data

yang ada.

Berikut adalah statistik deskriptif dari sampel penelitian.


Nilai Tingkat Keputusan Keputusan Kebijakan
Perusahaan Profitabilitas Investasi Pendanaan Deviden
(Y) (X1) (X2) (X3) (X4)
N 100 100 100 100 100
Mean 114,4119 29,9302 61,3812 88,5595 83,2365
Maximum 165,56 43,24 95,11 114,86 128,13
Minimum 78,70 22,05 33,41 65,80 38,36
Std. Dev. 11,86085 3,58216 11,13461 7,64264 13,55143
Skewness 2,4772 2,5851 0,7718 1,9626 -1,6099
Kurtosis 8,4833 2,6611 2,1674 2,9038 4,6862
Tabel 3.1 deskripsi data

Berdasarkan tabel 3.1 dapat diketahui berbagai deskripsi mengenai variabel-


variabel yang digunakan dalam penelitian. Variabel yang memiliki nilai terendah adalah
variabel tingkat profitabilitas sebesar 22,05, sedangkan nilai tertinggi sebesar 43,24.
Kemudian diperoleh nilai rata-rata pada variabel tingkat profitabilitas 29,9302 dan nilai
standar deviasi sebesar 3,58216. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai rata-rata
(mean) menunjukkan sebaran nilai tingkat profitabilitas baik. Nilai skewness pada
variabel tingkat profitabilitas sebesar 2,5851 yang berarti data tersebut tidak normal,
karena nilai skewness dikatakan normal apabila nilainya berada pada rentang -2 sampai 2.
Variabel keputusan investasi nilai terendah sebesar 33,41. Sedangkan nilai
tertinggi sebesar 95,11. Kemudian diperoleh rata kompetisi sebesar 61,3812 dan nilai
standar deviasi sebesar 11,13461. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai rata-rata
(mean) menunjukkan sebaran nilai kompetisi baik. Nilai skewness pada variabel
keputusan investasi sebesar 0,7718 yang berarti data tersebut normal, karena nilai
skewness dikatakan normal apabila nilainya berada pada rentang -2 sampai 2.
Variabel keputusan pendanaan nilai terendah sebesar 65,80. Sedangkan nilai
tertinggi sebesar 95,11. Kemudian diperoleh rata kompetisi sebesar 88,5595 dan nilai
standar deviasi sebesar 11,13461. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai rata-rata
(mean) menunjukkan sebaran nilai kompetisi baik. Nilai skewness pada variabel
keputusan pendanaan sebesar 1,9626 yang berarti data tersebut normal, karena niali
skewness dikatakan normal apabila nilainya berada pada rentang -2 sampai 2.
Variabel kebijakan deviden nilai terendah sebesar 38,36. Sedangkan nilai tertinggi
sebesar 128,13. Kemudian diperoleh rata kompetisi sebesar 83,2365 dan nilai standar
deviasi sebesar 13,55143. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai rata-rata (mean)
menunjukkan sebaran nilai kompetisi baik. Nilai skewness pada variabel kebijakan
deviden sebesar -1,6099 yang berarti data tersebut normal, karena niali skewness
dikatakan normal apabila nilainya berada pada rentang -2 sampai 2.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel bebas dan variabel terikat keduanya memiliki distribusi normal atau tidak

(Ghozali, 2005). Model regresi yang baik adalah memiliki data berdistribusi

normal. Untuk menguji apakah terdapat distribusi yang normal atau tidak dalam

model regresi maka digunakanlah uji Kolmogorof Smirnov dan analisis grafik.

Dasar pengambilan keputusan analisis statistik dengan Kolmogorov-

Smirnov Z (1-Sample K-S) adalah (Ghozali, 2005):

1. Apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05, maka Ho ditolak.

Hal ini berarti data residual terdistribusi tidak normal.

2. Apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05, maka Ho

diterima. Hal ini berarti data residual terdistribusi normal.

Dasar pengambilan keputusan dengan analisis grafik adalah (Ghozali,

2005):

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi

normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola


distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Uji

multikolonieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor

(VIF), dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Jika nilai tolerance di atas 0,1 dan nilai VIF di bawah 10, maka tidak

terjadi masalah multikolinearitas, artinya model regresi tersebut baik.

2. Jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 dan nilai VIF di atas 10, maka

terjadi masalah multikolinearitas, artinya model regresi tersebut

tidak baik.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan

ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari

autokorelasi. Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya

autokorelasi adalah dengan Uji Durbin Watson (DW Test). Uji ini hanya

digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan


mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada

variabel lagi diantara variabel bebas.

Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,

maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas.

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas akan dilakukan melalui

penglihatan grafik plot antar nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu

ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi dilakukan dengan melihat ada

tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Dasar

pengambilan keputusan sebagai berikut (Ghozali, 2005) :

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Analisis dengan menggunakan plots memiliki kelemahan yang cukup

signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin

sedikit jumlah pengamatan semakin sulit menginterpretasikan hasil grafik plot.

Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang dapat menjamin keakuratan hasil.
Salah satu uji statistik yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas adalah Uji Park. Uji Park mengemukakan metode bahwa

varaince (s2) merupakan fungsi dari variabel-variabel independen yang

dinyatakan sebagai berikut :

LnU2i = α + þLnXi + vi

Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel

dependen, maka ada indikasi terjadi Heteroskedastisitas. Apabila probabilitas

signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5%, maka tidak ada satupun variabel

independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel nilai Absolut

Ut (AbsUt) (Gozali, 2005).

Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda dimaksudkan untuk menguji pengaruh simultan

dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Analisis regresi dapat

memberikan jawaban mengenai besarnya pengaruh setiap variabel independen

terhadap variabel dependennya.

Dalam penelitian ini model regresi berganda yang akan dikembangkan

adalah sebagai berikut :

Y = α + β1ROA + β2ROE + β3MBVA + β4DER + β5DPR + e

Keterangan :

Y = Nilai perusahaan

α = Konstanta
β =Koefisien regresi dari masing-masing variabel

independen

ROA dan ROE = Tingkat profitabilitas digambarkan melalui ROA dan

ROE

MBVA = Keputusan investasi digambarkan melalui MBVA

DER = Keputusan pendanaan digambarkan melalui DER

DPR = Kebijakan deviden digambarkan melalui DPR

Pengujian Hipotesis

Pengujian terhadap masing-masing hipotesis yang diajukan dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut: Uji signifikansi (pengaruh nyata) variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y) secara parsial dilakukan dengan

menggunakan uji-t sementara pengujian secara bersama-sama dilakukan dengan

uji-F pada level 5% (α = 0,05) (Ghozali, 2005).

Uji statistik F

Uji F digunakan untuk menguji signifikasi koefisien regresi secara

keseluruhan dan pengaruh variabel bebas secara bersama-sama.

1. Apabila F hitung < F tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya

tidak ada pengaruh antara variabel bebas secara simultan terhadap

variabel terikat.

2. Apabila Fhitung > F tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya

ada pengaruh antara variabel bebas secara simultan terhadap

variabel
terikat. Uji F dapat dilakukan hanya dengan melihat nilai signifikansi

F yang terdapat pada output hasil analisis regresi yang menggunakan

versi 17.0. jika angka signifikansi F lebih kecil dari α (0,05) maka

dapat dikatakan bahwa adapengaruh yang signifikan antara variabel

bebas terhadap variabel terikat secara simultan.

Uji statistik t

Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara linier

antara variabel bebas dan variabel terikat.

1. Jika t hitung < t tabel maka Ho ditolak dan menerima Ha, artinya tidak

ada pengaruh antara variabel bebas secara parsial terhadap variabel

terikat.

2. Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan menerima Ha, artinya ada

pengaruh antara variabel bebas secara parsial terhadap variabel

terikat. Uji t dapat dilakukan hanya dengan melihat nilai signifikansi t

masing-masing variabel yang terdapat pada output hasil analisis

regresi yang menggunakan versi 13.0. jika angka signifikansi t lebih

kecil dari α (0,05) maka dapat dikatakan bahwa ada pengaruh yang

signifikan antara variable bebas terhadap variabel terikat.

Koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien


determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-

variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel independen amat terbatas. Nilai

yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap

jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu

variabel independen, maka R2 akan meningkat, tidak peduli apakah variabel tersebut

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, penelitian ini

menggunakan Adjusted R2.

Dengan menggunakan nilai Adjusted R2, dapat dievaluasi model regresi mana

yang terbaik. Tidak seperti nilai R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu

variabel independen ditambahkan ke dalam model. Dalam kenyataan, nilai Adjusted R2

dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Menurut

Gujarati (dikutip oleh Ghozali, 2005), jika dalam uji empiris didapatkan nilai Adjusted R2

negatif, maka nilai Adjusted R2 dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai R2 = 1,

maka Adjusted R2 = R2 = 1 sedangkan jika nilai R2 = 0, maka adjusted R2 = (1 – K)/(n –

k). Jika k >1, maka adjusted R2 akan benilai negatif.

Analisis Data
Uji Koefisien Regresi
a. Uji Overall
Uji overall atau uji F ini digunakan untuk mengetahui variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Uji F dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan
program spss versi 24.
1. Uji Hipotesis
𝐻0 = variabel Independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen.
𝐻1 = variabel Independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
2. Tingkat Signifikansi
3. Tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 )
4. Kriteria pengujian
𝐻0 ditolak, jika 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑔. < 𝛼 = 0,05
5. Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah hasil output dari SPSS versi 24

Sum of Mean
Model Df F Sig.
Squares Square
Regression 7911.654 4 1977.914 31.235 .000b
1 Residual 6015.649 95 63.323
Total 13927.303 99
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2
Tabel 3.2 Hasil Uji Anova

Keputusan
Pada tabel 3.2 terlihat bahwa nilai 𝑆𝑖𝑔. sebesar 0,000. Dengan tingkat keyakinan 95%
( 𝛼 = 0,05 ). Karena nilai 𝑆𝑖𝑔. (0,000) < 𝛼(0,05) maka hipotesis nol penelitian ditolak
karena nilai 𝑆𝑖𝑔. lebih kecil dari 𝛼 yang artinya variabel independenberpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen.

b. Uji Parsial
Uji parsial atau uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap
dependen secara parsial. Uji t dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS
versi 24.
1. Uji Hipotesis
𝐻0 = variabel Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
secara parsial.
𝐻1 = variabel Independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara
parsial.
2. Tingkat Signifikansi
3. Tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 )
4. Kriteria pengujian
𝐻0 ditolak, jika 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑔. < 𝛼 = 0,05
5. Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah hasil output dari SPSS versi 24

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 24.995 11.180 2.236 .028
X1 -.287 .226 -.087 -1.268 .208
1 X2 .276 .107 .260 2.585 .011
X3 .780 .120 .503 6.479 .000
X4 .143 .096 .164 1.500 .137
a. Dependent Variable: Y
Tabel 3.3 Coefficientsa
Keputusan
Pada tabel 3.3 terlihat bahwa nilai 𝑆𝑖𝑔pada variabel X2 dan X3 sebesar 0,011 dan 0,000.
Dengan tingkat keyakinan 95% ( 𝛼 = 0,05 ). Karena nilai 𝑆𝑖𝑔 variabel X2 dan X3 <
𝛼(0,05)maka hipotesis nol penelitian ditolak. karena nilai 𝑆𝑖𝑔. lebih kecil dari 𝛼 maka
variabel independenberpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen secara
parsial.

Hasil Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik dilakukan untuk memastika bahwa hasil estimasi tidak bias dan
konsisten. Pengujian tersebut meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, dan
uji heterokedastisitas.
Uji Normalitas Residual
Uji normalitas residual bertujuan unutk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau
mendekati distribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis grafik
dan juga menggunakan uji kolmogorov-smirnov dengan melihat dari nilai Kolmogorov-smirnov z
dan nilai Asymp.Sig nya.

Gambar 3.1 Hasil Uji Normalitas Residual

Berdasarkan gambar 3.1 terlihat bahwa titik-titik yang ada mendekati garis diagonal. Jika
distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
mengikuti garis diagonalnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model fit atau baik dan
dapat dinyatakan pula bahwa distribusi data residual normal.
Pengujian normalitas residul berikutnya dengan menggunakan uji statistic dengan
menggunakan kolmogorov-smirnov test, dengan melihat nilai kolmogorov-smirnovdan
Asymp.Sig nya yang dapat dilihat padat tabel 3.4.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 100
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 7.79513507
Absolute .069
Most Extreme Differences Positive .069
Negative -.044
Kolmogorov-Smirnov Z .695
Asymp. Sig. (2-tailed) .720

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
Tabel 3.4 Hasil Uji Normalitas Residual

Dilihat dari tabel 3.4, terlihat bahwa Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,695 dan nilai
Asymp.sig. sebesar 0.720. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa niai Asymp.Sig (0,720)
> 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa distribusi data residual normal. Selain itu juga, dengan
demikan uji normalitas residual yang dilakukan dengan analisis grafik maupun uji dengan
kolmogorov-Smirnov Z, dapat disimpulkan bahwa kedua metode ini menunjukkan kearah hasil
yang baik dan data yan telah di perhitungakan dapat dikatakan distribusi data residual normal.

Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
1. Uji hipotesisi Variabel X1
a. Uji Hipotesis
𝐻0 = Tidak terjadi Multikolinieritas
𝐻1 = Terjadi Multikolinieritas
b. Tingkat Signifikansi
Tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 )
c. Kriteria pengujian
𝐻0 ditolak, jika 𝑉𝐼𝐹 > 10
d. Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah hasil output dari SPSS versi 24

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Collinearity Statistics


Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 24.995 11.180 2.236 .028

X1 -.287 .226 -.087 -1.268 .208 .974 1.027

1 X2 .276 .107 .260 2.585 .011 .451 2.216

X3 .780 .120 .503 6.479 .000 .755 1.324


X4 .143 .096 .164 1.500 .137 .381 2.625

a. Dependent Variable: Y
Tabel 3.4 Uji Multikolinieritas antara variabel dependen dengan variabel independen

Keputusan
Pada tabel 3.4 terlihat bahwa nilai 𝑉𝐼𝐹pada variabel X1 sebesar 1,027. Dengan
tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 ). Karena nilai 𝑉𝐼𝐹variabel X1 < 10maka hipotesis nol
penelitian gagal ditolak. Sehingga variabel X1 tidak terjadi Multikolinieritas.

2. Uji hipotesisi Variabel X2


a. Uji Hipotesis
𝐻0 = Tidak terjadi Multikolinieritas
𝐻1 = Terjadi Multikolinieritas
b. Tingkat Signifikansi
Tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 )
c. Kriteria pengujian
𝐻0 ditolak, jika 𝑉𝐼𝐹 > 10
d. Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah hasil output dari SPSS versi 24 pada
tabel 3.4

Keputusan
Pada tabel 3.4 terlihat bahwa nilai 𝑉𝐼𝐹pada variabel X2 sebesar 2.216. Dengan
tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 ). Karena nilai 𝑉𝐼𝐹 variabel X2 < 10maka hipotesis
nol penelitian gagal ditolak. Sehingga variabel X2 tidak terjadi Multikolinieritas.

3. Uji hipotesisi Variabel X3


a. Uji Hipotesis
𝐻0 = Tidak terjadi Multikolinieritas
𝐻1 = Terjadi Multikolinieritas
b. Tingkat Signifikansi
Tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 )
c. Kriteria pengujian
𝐻0 ditolak, jika 𝑉𝐼𝐹 > 10
d. Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah hasil output dari SPSS versi 24 pada tabel 3.4
Keputusan
Pada tabel 3.4 terlihat bahwa nilai 𝑉𝐼𝐹pada variabel X3 sebesar 1,324. Dengan
tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 ). Karena nilai 𝑉𝐼𝐹 variabel X3 < 10maka hipotesis
nol penelitian gagal ditolak. Sehingga variabel X3 tidak terjadi Multikolinieritas.

4. Uji hipotesisi Variabel X4


a. Uji Hipotesis
𝐻0 = Tidak terjadi Multikolinieritas
𝐻1 = Terjadi Multikolinieritas
b. Tingkat Signifikansi
Tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 )
c. Kriteria pengujian
𝐻0 ditolak, jika 𝑉𝐼𝐹 > 10
d. Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah hasil output dari SPSS versi 24 pada tabel 3.4
Keputusan
Pada tabel 3.4 terlihat bahwa nilai 𝑉𝐼𝐹pada variabel X4 sebesar 2,625. Dengan
tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 ). Karena nilai 𝑉𝐼𝐹 variabel X4 < 10maka hipotesis
nol penelitian gagal ditolak. Sehingga variabel X4 tidak terjadi Multikolinieritas.

Uji Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk menguji suatu model apakah antara variabel pengganggu
masing-masing variabel bebas saling mempengaruhi. Adapun hasil pengujian autokorelasi adalah
sebagai berikut:
1. Uji Hipotesis Autokorelasi
a. Pengambilan Keputusan
Tidak terjadi autokorelasi jika dU < DW < (4-dU)
Terjadi autokorelasi positif jika DW < dL
Terjadi autokorelasi negatif jika DW > (4 – dU)
Tanpa Keputusan jika (4 – dU) < DW < (4 – dL)
b. Tingkat Signifikansi
Tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 )
c. Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah hasil output dari SPSS versi 24

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate

1 .754a .568 .550 7.95755 2.094

a. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2


b. Dependent Variable: Y

Tabel 3.5 Uji Autokorelasi antara variabel independen dengan variabel dependen.

Keputusan
Pada tabel 3.5 terlihat bahwa nilai Durbin-Watson adalah 2,094 akan
dibandingkan dengan tabel Durbin-Watson dimana nilai dL sebesar 1,5922 dan nilai
dU sebesar 1,7582 maka keputusan yang dapat diambil adalah data tidak terjadi
autokorelasi karena nilai Durbin-Watson antara nilai dU dan (4-dU) yaitu nilai Durbin-
Watson lebih besar dari dU dan lebih kecil dari (4 – dU).
.

Uji Heteroskedastisitas
Uji Heterokedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidak
samaan varians. Adapun hasil uji statistik Heterokedasitas yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Uji hipotesis Variabel X1
a. Uji Hipotesis
𝐻0 = Tidak terjadi heteroskedastisitas
𝐻1 = Terjadi heteroskedastisitas
b. Tingkat Signifikansi
Tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 )
c. Kriteria pengujian
𝐻0 ditolak, jika 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑔. < 𝛼 = 0,05
d. Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah hasil output dari SPSS versi 24

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Collinearity Statistics


Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 3.521 6.897 .511 .611

X2 -.026 .066 -.057 -.396 .693 .451 2.216

1 X4 -.047 .059 -.124 -.792 .430 .381 2.625

X1 -.290 .140 -.204 -2.076 .041 .974 1.027

X3 .187 .074 .280 2.511 .014 .755 1.324

a. Dependent Variable: abs_RES1

Tabel 3.6 Hasil Uji penyimpangan Heteroskedastisitas

Keputusan
Pada tabel 3.6 terlihat bahwa nilai 𝑆𝑖𝑔pada variabel X1 sebesar 0,041. Dengan
tingkat keyakinan 95% ( 𝛼 = 0,05 ). Karena nilai 𝑆𝑖𝑔 variabel X1 < 𝛼(0,05) maka
hipotesis nol penelitian ditolak. Sehingga variabel X1 terjadi Heteroskedastisitas

2. Uji hipotesisi Variabel X2


a. Uji Hipotesis
𝐻0 = Tidak terjadi heteroskedastisitas
𝐻1 = Terjadi heteroskedastisitas
b. Tingkat Signifikansi
Tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 )
c. Kriteria pengujian
𝐻0 ditolak, jika 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑔. < 𝛼 = 0,05
d. Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah hasil output dari SPSS versi 24 pada tabel 3.6
Keputusan
Pada tabel 3.6 terlihat bahwa nilai 𝑆𝑖𝑔pada variabel X2 sebesar 0,693. Dengan
tingkat keyakinan 95% ( 𝛼 = 0,05 ). Karena nilai 𝑆𝑖𝑔 variabel X2 > 𝛼(0,05) maka
hipotesis nol penelitian gagal ditolak. Sehingga variabel X2 tidak terjadi
Heteroskedastisitas.

3. Uji hipotesisi Variabel X3


a. Uji Hipotesis
𝐻0 = Tidak terjadi heteroskedastisitas
𝐻1 = Terjadi heteroskedastisitas
b. Tingkat Signifikansi
Tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 )
c. Kriteria pengujian
𝐻0 ditolak, jika 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑔. < 𝛼 = 0,05
d. Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah hasil output dari SPSS versi 24 pada tabel 3.6
Keputusan
Pada tabel 3.6 terlihat bahwa nilai 𝑆𝑖𝑔pada variabel X3 sebesar 0,014. Dengan
tingkat keyakinan 95% ( 𝛼 = 0,05 ). Karena nilai 𝑆𝑖𝑔 variabel X3 < 𝛼(0,05) maka
hipotesis nol penelitian ditolak. Sehingga variabel X3 terjadi Heteroskedastisitas.

4. Uji hipotesisi Variabel X4


a. Uji Hipotesis
𝐻0 = Tidak terjadi heteroskedastisitas
𝐻1 = Terjadi heteroskedastisitas
b. Tingkat Signifikansi
Tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 )
c. Kriteria pengujian
𝐻0 ditolak, jika 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑔. < 𝛼 = 0,05
d. Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah hasil output dari SPSS versi 24 pada tabel 3.6
Keputusan
Pada tabel 3.6 terlihat bahwa nilai 𝑆𝑖𝑔pada variabel X4 sebesar 0,430. Dengan
tingkat keyakinan 95% ( 𝛼 = 0,05 ). Karena nilai 𝑆𝑖𝑔 variabel X4 > 𝛼(0,05) maka
hipotesis nol penelitian gagal ditolak. Sehingga variabel X4 tidak terjadi
Heteroskedastisitas

Dari uji asumsi klasik diatas terdapat salah satu uji asumsi yang tidak terpenuhi yaitu Uji
Heteroskedastisitas. Maka dari itu untuk menindaklanjuti penyimpangan asumsi tersebut
dilakukan proses transformasi data pada variabel yang mengandung heteroskedastisitas.

Transformasi data
Pada variabel X1 dan X3 yang mengandung heteroskedastisitas dilakukan proses
transformasi yang mana, data yang ditransformasi menggunakan transformasi LAG. Untuk
melihat hasil transformasi dilakukan uji asumsi klasik sebagai berikut:
1. Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
a. Uji hipotesisi Variabel LAG X1
1. Uji Hipotesis
𝐻0 = Tidak terjadi Multikolinieritas
𝐻1 = Terjadi Multikolinieritas
2. Tingkat Signifikansi
Tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 )
3. Kriteria pengujian
𝐻0 ditolak, jika 𝑉𝐼𝐹 > 10
4. Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah hasil output dari SPSS versi 24

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Collinearity Statistics


Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF


(Constant) 60.951 14.372 4.241 .000

X2 .222 .136 .202 1.628 .107 .420 2.379

1 X4 .380 .108 .436 3.515 .001 .420 2.382

LAG_X1 -.350 .272 -.104 -1.286 .201 .991 1.009

LAG_X3 .211 .125 .136 1.694 .094 .993 1.007

a. Dependent Variable: Y

Tabel 3.7 Uji Penyimpangan Multikolinieritas Setelah Transformasi

Keputusan
Pada tabel 3.7 terlihat bahwa nilai 𝑉𝐼𝐹 pada variabel LAG X1 sebesar 1,009.
Dengan tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 ). Karena nilai 𝑉𝐼𝐹 variabel X1 < 10maka
hipotesis nol penelitian gagal ditolak. Sehingga variabel LAG X1 tidak terjadi
Multikolinieritas.
b. Uji hipotesisi Variabel X2
1. Uji Hipotesis
𝐻0 = Tidak terjadi Multikolinieritas
𝐻1 = Terjadi Multikolinieritas
2. Tingkat Signifikansi
Tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 )
3. Kriteria pengujian
𝐻0 ditolak, jika 𝑉𝐼𝐹 > 10
4. Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah hasil output dari SPSS versi 24 pada tabel 3.7
Keputusan
Pada tabel 3.7 terlihat bahwa nilai 𝑉𝐼𝐹pada variabel X2 sebesar 2.379. Dengan
tingkat keyakinan 95% ( 𝛼 = 0,05 ). Karena nilai 𝑉𝐼𝐹 variabel X2 < 10 maka
hipotesis nol penelitian gagal ditolak. Sehingga variabel X2 tidak terjadi
Multikolinieritas.
c. Uji hipotesisi Variabel LAG X3
1. Uji Hipotesis
𝐻0 = Tidak terjadi Multikolinieritas
𝐻1 = Terjadi Multikolinieritas
2. Tingkat Signifikansi
Tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 )
3. Kriteria pengujian
𝐻0 ditolak, jika 𝑉𝐼𝐹 > 10
4. Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah hasil output dari SPSS versi 24 pada tabel 3.7
Keputusan
Pada tabel 3.7 terlihat bahwa nilai 𝑉𝐼𝐹 pada variabel LAG X3 sebesar 1,007.
Dengan tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 ). Karena nilai 𝑉𝐼𝐹 variabel X3 < 10maka
hipotesis nol penelitian gagal ditolak. Sehingga variabel LAG X3 tidak terjadi
Multikolinieritas.
d. Uji hipotesisi Variabel X4
1. Uji Hipotesis
𝐻0 = Tidak terjadi Multikolinieritas
𝐻1 = Terjadi Multikolinieritas
2. Tingkat Signifikansi
Tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 )
3. Kriteria pengujian
𝐻0 ditolak, jika 𝑉𝐼𝐹 > 10
4. Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah hasil output dari SPSS versi 24 pada tabel 3.7
Keputusan
Pada tabel 3.7 terlihat bahwa nilai 𝑉𝐼𝐹pada variabel X4 sebesar 2,382. Dengan
tingkat keyakinan 95% ( 𝛼 = 0,05 ). Karena nilai 𝑉𝐼𝐹 variabel X4 < 10 maka
hipotesis nol penelitian gagal ditolak. Sehingga variabel X4 tidak terjadi
Multikolinieritas.

2. Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk menguji suatu model apakah antara variabel pengganggu
masing-masing variabel bebas saling mempengaruhi. Adapun hasil pengujian autokorelasi
adalah sebagai berikut:
a. Uji Hipotesis Autokorelasi
1. Pengambilan Keputusan
Tidak terjadi autokorelasi jika dU < DW < (4-dU)
Terjadi autokorelasi positif jika DW < dL
Terjadi autokorelasi negatif jika DW > (4 – dU)
Tanpa Keputusan jika (4 – dU) < DW < (4 – dL)
2. Tingkat Signifikansi
Tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 )
3. Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah hasil output dari SPSS versi 24

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate

1 .628a .394 .368 9.45420 1.830

a. Predictors: (Constant), LAG_X3, X2, LAG_X1, X4


b. Dependent Variable: Y

Tabel 3.8 Hasil Uji Autokorelasi Setelah Transformasi.

Keputusan
Pada tabel 3.8 terlihat bahwa nilai Durbin-Watson adalah 1,830 akan
dibandingkan dengan tabel Durbin-Watson dimana nilai dL sebesar 1,5922 dan nilai
du sebesar 1,7582, maka keputusan yang dapat diambil adalah data tidak terjadi
autokorelasi karena nilai Durbin-Watson antara nilai dU dan (4-dU) yaitu nilai
Durbin-Watson lebih besar dari dU dan lebih kecil dari (4 – dU).

3. Heteroskedastisitas
Uji Heterokedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians. Adapun hasil uji statistik Heterokedasitas yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Uji hipotesisi Variabel X1
1. Uji Hipotesis
𝐻0 = Tidak terjadi heteroskedastisitas
𝐻1 = Terjadi heteroskedastisitas
2. Tingkat Signifikansi
Tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 )
3. Kriteria pengujian
𝐻0 ditolak, jika 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑔. < 𝛼 = 0,05
4. Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah hasil output dari SPSS versi 24

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Collinearity Statistics


Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 20.828 9.261 2.249 .027

X2 .030 .088 .053 .342 .733 .420 2.379

1 X4 -.058 .070 -.129 -.832 .408 .420 2.382

LAG_X1 -.323 .175 -.186 -1.842 .069 .991 1.009

LAG_X3 -.014 .080 -.018 -.173 .863 .993 1.007

a. Dependent Variable: abs_RES2

Tabel 3.9 Hasil Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas Setelah Transformasi

Keputusan
Pada tabel 3.9 terlihat bahwa nilai 𝑆𝑖𝑔 pada variabel LAG X1 sebesar 0,069.
Dengan tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 ). Karena nilai 𝑆𝑖𝑔 variabel LAG X1 >
𝛼(0,05)maka hipotesis nol penelitian gagal ditolak. Sehingga variabel X1 tidak
terjadi Heteroskedastisitas

b. Uji hipotesisi Variabel X2


1. Uji Hipotesis
𝐻0 = Tidak terjadi heteroskedastisitas
𝐻1 = Terjadi heteroskedastisitas
2. Tingkat Signifikansi
Tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 )
3. Kriteria pengujian
𝐻0 ditolak, jika 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑔. < 𝛼 = 0,05
4. Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah hasil output dari SPSS versi 24 pada tabel 3.9

Keputusan
Pada tabel 3.9 terlihat bahwa nilai 𝑆𝑖𝑔pada variabel X2 sebesar 0,733. Dengan
tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 ). Karena nilai 𝑆𝑖𝑔 variabel X2 > 𝛼(0,05)maka
hipotesis nol penelitian gagal ditolak. Sehingga variabel X2 tidak terjadi
Heteroskedastisitas

c. Uji hipotesisi Variabel LAG X3


1. Uji Hipotesis
𝐻0 = Tidak terjadi heteroskedastisitas
𝐻1 = Terjadi heteroskedastisitas
2. Tingkat Signifikansi
Tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 )
3. Kriteria pengujian
𝐻0 ditolak, jika 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑔. < 𝛼 = 0,05
4. Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah hasil output dari SPSS versi 24 pada tabel 3.9
Keputusan
Pada tabel 3.9 terlihat bahwa nilai 𝑆𝑖𝑔 pada variabel LAG X3 sebesar 0,863.
Dengan tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 ). Karena nilai 𝑆𝑖𝑔 variabel LAG X3 >
𝛼(0,05)maka hipotesis nol penelitian ditolak. Sehingga variabel LAG X3 tidak
terjadi Heteroskedastisitas

d. Uji hipotesisi Variabel X4


1. Uji Hipotesis
𝐻0 = Tidak terjadi heteroskedastisitas
𝐻1 = Terjadi heteroskedastisitas
2. Tingkat Signifikansi
Tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 )
3. Kriteria pengujian
𝐻0 ditolak, jika 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑔. < 𝛼 = 0,05
4. Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah hasil output dari SPSS versi 24 pada tabel 3.6
Keputusan
Pada tabel 3.6 terlihat bahwa nilai 𝑆𝑖𝑔pada variabel X4 sebesar 0,408. Dengan
tingkat keyakinan 95% (𝛼 = 0,05 ). Karena nilai 𝑆𝑖𝑔 variabel X4 > 𝛼(0,05)maka
hipotesis nol penelitian gagal ditolak. Sehingga variabel X4 tidak terjadi
Heteroskedastisitas
Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara bersama-sama pengaruh
variabel indenpenden tingkat profitabilitas, keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan
kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan. Dalam uji F ini, nilai yang digunakan nilai Sig yang
terdapat dalam tabel anova yang disajikan dalam tabel 3.11. Dalam pengujian ini peneliti
menentukan kesimpulan dengan cara melihat nilai sig dibandingkan dengan nilai signifikansi
yaitu sebesar 0.05.
ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Regression 5165.945 4 1291.486 13.959 .000b


1 Residual 8697.003 94 92.521

Total 13862.948 98

a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), LAG_X3, X4, X1, LAG_X2
Tabel 3.11 Hasil Pengujian Simultan (Uji F)

Hipotesis nol (Ho) yang digunakan dalam pengujian ini adalah tidak adanya pengaruh
antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Sedangkan
hipotesis alternatif (H1) yang digunakan adalah terdapat adanya pengaruh antara variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Berdasarkan atas hasil tabel 3.11,
menunjukkan nilai sig pada table anova dengan nilai signifikansi yaitu 0.05 , dapat dilihat
bahwa nilai sig. pada table anova 0,0000 memiliki nilai yang lebih kecil dibanding nilai
signifikan yang telah ditetapkan yakni 0.05. dari hasil sig tersebut dapat diartikan bahwa
hipotesis alternatif diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara
variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)


Uji t ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh secara parsial (individu) variabel-
variabel indenpenden tingkat profitabilitas, keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan
kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan.Pengujian ini menggunakan tabel coefficients yang
akan disajikan dalam tabel 3.12

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 62.956 15.293 4.117 .000

X1 -.256 .276 -.077 -.928 .356

1 X4 .525 .072 .601 7.238 .000

LAG_X2 -.055 .093 -.051 -.593 .555

LAG_X3 .214 .135 .138 1.584 .117

a. Dependent Variable: Y

Tabel 3.12 Hasil Uji Parsial (Uji t)

Dari hasil pengujian pada tabel 3.12 nilai unstandardized coefficient (B) , maka persamaan
regresi yang telah dibentuk dapat dinyatakan sebagai berikut :

𝑌 = 62,956 − 0,256𝑋1 – 0,055𝐿𝐴𝐺_𝑋2 + 0,214𝐿𝐴𝐺_𝑋3 + 0,525𝑋4

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 3.12 ditemukan hasil nilai signifikansi untuk
varibael kebijakan deviden (X4) memiliki nilai sig sebesar 0.00. Taraf sigifikansi yang
digunakan sebesar 5% atau 0,05 maka variabel bebas yaitu kebijakan deviden (X4) secara
individu memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu nilai perusahaan.

Pengujian Variabel yang Mempengaruhi


Berdasarkan atas hasil pengujian yang terdapat dalam tabel 3.12 terdapat nilai sig yang
kurang dari tingkat signifikan 0,05 adalah variabel X4 (variabel kebijakan deviden) dimana nilai
𝑠𝑖𝑔 nya sebesar 0,000. Maka H0 ditolak yang menunjukkan bahwa variabel kebijakan deviden
mempengaruhi nilai suatu perusahann. Karena variabel yang mempengaruhi kinerja perusahaan
hanya variabel kebijakan deviden. Didapat model terbaik dari persamaan regresi adalah sebagai
berikut :

𝑌 = 62,956 + 0,525𝑋4
Dari persamaan yang didapat , dapat disimpulkan apabila fungsi-fungsi manajemen
meningkat maka meningkat pula kinerja perusahaan. Dan apabila kebijakan deviden menurun
maka menurun pula nilai perusahaan.

Koefisien Korelasi dan Determinasi


Koefisien korelasi linear berganda adalah angka indeks yang digunakan untuk mengukur
keeratan hubungan antara dua variabel. Sedangkan koefisien determinasi memiliki fungsi untuk
menjelaskan sejauh mana kemampuan variabel independen terhadapvariabel dependen. Hasil
olahan statistik yang dibantu program SPSS versi 24.0 menunjukkan bahwa:

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .590a .348 .341 9.62955
a. Predictors: (Constant), X4
b. Dependent Variable: Y

Tabel 3.10 Uji Korelasi Dan Determinasi Antara Variabel Independen X4 Dengan
Dependen.

Uji koefisien korelasi (R) antara variabel independen X4 dengan variabel dependen Y
didapat sebesar 0,590 sedangkan variabel independen mampu menjelaskan variabel
dependen sebesar 34,1%, sedangkan yang 65,9% sisanya dijelaskan variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model ini (tidak diteliti). Hasil uji koefisien determinasi tersebut
memberikan makna, bahwa masih terdapat variabel independen lain yang mempengaruhi
variabel dependen nya. Untuk itu perlu pengembangan penelitian lebih lanjut, terkait dengan
topik ini.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tentang pengaruh tingkat profitabilitas, keputusan investasi,


keputusan pendanaan, dan kebijakan devidenterhadap nilai perusahaan, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut Dari hasil pengujian yang dilakukan pada tabel 3.6 variabel
independen yang terdapat asumsi klasik adalah variabel X1 (Tingakat Profitabilitas) dan X3
(Keputusan Pendanaan). Karena data terdapat asumsi klasik maka peneliti melakukan
transformasi data untuk mneghilangkan asumsi klasik yang terjadi. Dengan mentransformasi
variabel X1 dan X3 dengan menggunakan transformasi lag. Didapat hasil pengujian pada
tabel 3.7, 3.8, dan 3.9 data tidak mengandung asumsi klasik. Maka didapat model terbaik
pada tabel 3.12 yaitu variabel yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah variabel
kebijakan deviden.
DAFTAR PUSTAKA

Budi Purbayu Santosa, & Hamdani Muliawan. (2007). Statistika Deskriptif dalam Bidang
Ekonomi dan Niaga. Jakarta; Erlangga.

Chatterjee, S., & Hadi, A.S. (1986). Influential Observations, High Leverage Points, and Outliers
in Linear Regression. Statistical Science, Vol. 1, Nomor 3, Hlm. 379-393.

Draper, N. R., & Smith, H. (1981). Applied Regression Analysis. 2th Ed. New York: Jhon Wiley
& Sons.

Eye, A. V., & Schuster, C. (1998). Regression Analysis for Social Sciences. California:
Academic Press.

Faraway, J. J. (2002). Practical Regression and ANOVA Using R. Chapman Hall.

Gujarati, D. N. (2004). Basic Econometrics. 4th Ed. New York: McGraw-Hill.

Hocking, R. R. (2003). Methods and Aplications of Linear Model: Regression and The Analysis
of Variance. 2th Ed. Canada: John Wiley & Sons.

Montgomery, D. C., Peck, E. A., & Vining, G. G. (2006). Introduction to Linear Regression
Analysis. 4th Ed. Canada: John Wiley & Sons.

https://rowlandpasaribu.files.wordpress.com/2012/09/uji-asumsi-klasik.pdf (diunduh pada


tanggal 20 Desember 2017 jam 20.00 WIB).

http://andrasupriatna.blogspot.co.id/2012/03/pengertian-perusahaan-secara umum.html(diunduh
pada tanggal 20 Desember 2017 jam 20.00 WIB).

http://lppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2010-
20072013142515.pdf(diunduh pada tanggal 20 Desember 2017 jam 15.00 WIB).
http://eprints.undip.ac.id/35784/1/PRAPASKA.pdf(diunduh pada tanggal 18 Desember 2017 jam
15.00 WIB).

Anda mungkin juga menyukai