Filsafat Ilmu
Filsafat Ilmu
BAB 1
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dibut
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu filsafat dan Ilmu ?
2. Apa kaitan antara ilmu dan kehidupan?
3. Apa hubungan kehidupan dan alam?
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah dan latar belakang, maka tujuan disusun
sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami keterkaitan antara filsafat dan ilmu
2. Memahami kaitan antara ilmu dan kehidupan
3. Memahami keterkaitan antara kehidupan dan alam
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat dan Ilmu
1. Pengertian Filsafat
Istilah “filsafat” dalam bahasa Indonesia memiliki padanan falsafah (Arab),
phylosophy (Inggris), philosophia (Latin), philosophie (Jerman, Belanda,
Perancis). Semua istilah itu bersumber pada istilah Yunani philosophia. Istilah
Yunani philein berarti “mencintai”, sedangkan philos berarti “teman”. Selanjutnya
istilah sophos berarti “bijaksana”, sedangkan sophia berarti “kebijaksanaan”. Ada
dua arti secara etimologik dari filsafat yang sedikit berbeda. Pertama, apabila
istilah filsafat mengacu pada asal kata philein dan sophos, maka artinya mencintai
hal-hal yang bersifat bijaksana (bijaksana sebagai kata sifat). Kedua, apabila
filsafat mengacu pada asal kata philos dan sophia, maka artinya adalah teman
kebijaksanaan (kebijaksanaan dimaksudkan sebagai kata benda).
Menurut sejarah, Phytagoras (572-497 SM) adalah orang yang pertama kali
memakai kata philosophia. Ketika beliau ditanya apakah ia sebagai orang yang
bijaksana, maka Pythagoras dengan rendah hati menyebut dirinya sebagai
phylosophos, yakni pencinta kebijaksanaan (lover of wisdom). Banyak sumber
yang menegaskan bahwa sophia mengandung arti yang lebih luas dari
kebijaksanaan. Dengan demikian asal mula kata filsafat itu sangat umum, yang
initinya adalah mencari keutamaan mental (the pesuit of mental excelence).
melalui pendidikan atau ilmu yang mempengaruhi pengetahuan tentang diri dan
dunianya, melalui kehidupan sosial atau polis, dan melalui agama. Di dalam
kehidupan bermasyarakat, ilmu dipandang merupakan sesuatu hal yang penting,
bahkan wajib dimiliki. Seseorang akan mendapatkan status sosial yang tinggi
apabila ia memiliki ilmu yang tinggi pula, karena ilmu yang dimiliki dapat
membantu meningkatkan taraf kehdupan manusia menjadi lebih baik.
Dewasa ini, ilmu dianggap sebagai hal yang kurang diprioritaskan, Semua
orang sebenarnya tahu bahawa ilmu sangat penting dan dilihat dari segi agama,
wajib untuk dicari. Tetapi masih ada negara yang mempunyai masyarakat dengan
kadar buta huruf yang tinggi di kalangan penduduknya. Negara ini juga akan
ketinggalan jauh jika dibandingkan dengan negara maju. Mereka tidak dapat
membendung atau menyelesaikan masalah buta huruf kerana daya kesadaran
masyarakat untuk kepentingan mencari ilmu amatlah kurang dan lemah. Salah
satu faktor yang menyebabkan hal tersebut, adalah kemiskinan. Namun
kemiskinan bukanlah faktor tunggal yang menghambat berkurangnya antusias
masyarakat di dalam ilmu itu sendiri. Faktor lainnya adalah argumentasi dan cara
pandang maupun pemikiran masyarakat itu sendiri.
Seiring dengan meningkatnya globlisasi, pertumbuhan perekonomian,
politik, dan pertumbuhan di segala bidang ikut meningkat. Hal tersebut
mendorong masyarakat untuk melakukan segala macam usaha dan upaya
bagaimana bertahan hidup dan melangsungkan kehidupannya. Ilmu tidak lagi
dipandang sebagai satu-satunya dasar menjalankan kehidupan. Ilmu yang
dimaksud di sini adalah ilmu secara akademis. Manusia dengan tingkat finansial
rendah, dalam hal ini masyarakat kecil yang terjerat dengan kemiskinan, mulai
mencari jalan lain dan dasar lain untuk menopang kehidupannya. Ilmu akademis
bukan lagi menjadi hal yang wajib. Mereka akhirnya mencoba mencari ilmu yang
lain yang bisa didapatkan dengan mudah, yaitu Kemahiran dan pengalaman. Di
dalam situasi yang mendesak, manusia akan dapat mengeluarkan kemampuan
maksimalnya, dan dari kebiasaan maka kemampuan dasar yang dimiliki akan
semakin terasah. Hal tersebutla yag disebut kemahiran dan pengalaman. Kedua
hal tersebut yang pada akhirnya dijadikan dasar baru pengganti ilmu akademik.
12
Sikap masyarakat tehadap ilmu, berubah dari masa ke masa ditinjai dari
situasi yang dihadapi juga sudut pandang pribadi masyarakat itu sendiri. Bagi
masyarakat yang secara sukses menjalankan kehidupannya, mendapatkan pekerjaa
yang sesui dengan ilmu akademis yang telah diambilnya, maka masyarakat
tersebut akan menganggap bahwa ilmu merupakan suatu hal yang penting di
dalam kehidupannya. Tanpa ilmu, dia tidak akan memperoleh jalan menuju
kesuksesan hidup. Ilmu dipandangnya sebagai suatu hal dasar yang wajib dimiliki
untuk mendapatkan kehidupan yang baik. Sikap dia terhadap ilmu akan sangat
membanggakan. Dia akan berusaha terus mencari ilmu setinggi-tingginya karena
sangat berpengaruh bagi tingkat khualitas hidupnya yang lebih baik.
Namun bagi masyarakat yang lain, dimana masyarakat tersebut juga
menganggap pencarian ilmu itu sebagai sesuatu yang penting, namun belum
berhasil mengaplikasikannya maka anggapan masyarakat tersebut akan
pentingnya ilmu, akan memudar dan mempengaruhi sikapnya dalam menilai ilmu
itu sendiri. Sebagai contoh, seorang sarjana di bidang khusus, kemudian, dia
memperoleh pekerjaan di bidang lain yang bertolak belakang dengan ilmu
akademis yang telah dipelajarinya selama ini. Dia akan memandang ilmu bukan
satu-satunya hal yang paling dasar dan mutlak dimiliki yang mempengaruhi
kehidupannya. Dua contoh di atas menunjukkan sikap masyarakt terhadap ilmu.
Ilmu memang sampai kapanpun akan dianggap sebagai hal yang penting dan
dasar untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, namun sikap masyarakt
terhadap ilmu, sangat bergantung pada bagaimana situasi dan kondisi yang
mereka hadapi, serta peranan padangan pribadi masyarakat terhadap ilmu.
Pandangan tersebut biasanya dipengaruhi oleh bagaimana segala bentuk ilmu
yang telah dipelajari berpengaruh bagi pribadi kehidupan masyarakat itu sendiri.
secara lebih efektif dan efisien. Hal itu berarti bahwa ilmu mempunyai dampak
yang besar bagi kehidupan manusia, dan ini tidak terlepas dari fungsi dan tujuan
ilmu itu sendiri di dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu digunakan sebagai dasar dari
manusia untuk mengatasi masalah dalam kehidupannya.
Pengetahuan termasuk dalam hal iini ilmu, pada dasarnya memiliki tiga
landasan pengembangan, yaitu ontologis epistemologis dan aksiologis. Ontologis
membahas tentang apa yang ingin diketahui atau dengan kata lain merupakan
suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. (ruang lingkup). Epistemologis
membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk
memperoleh pengetahuan. Bagaimana batas dan ruang lingkup sebuah konsep
mempertajam sesuatu. Aksiologis merupakan bagian dari kebunaan ilmu dan
membahas tentang manfaat pengetahuan yang diperoleh manusia dari
pengetahuan yang diperolehnya.
Manfaat ilmu bagi manusia tidak terhitung jumlahnya.. Dari waktu ke waktu
ilmu telah mengubah manusia dan peradabannya. Kehidupan manusia pun
menjadi lebih dinamis dan berwarna. Dengan ilmu, manusia senantiasa: mencari
tahu dan menelaah bagaimana cara hidup yang lebih baik dari sebelumnya,
manusia juga menemukan sesuatu untuk menjawab setiap keingintahuannya dan
menggunakan penemuan-penemuan untuk membantu dalam menjalani aktivitas
sehari-hari. Manusia pun menjadi lebih aktif mengfungsikan akal untuk senantiasa
mengembangkan ilmu yang diperoleh dan yang dipelajarinya. Selain itu berkat
ilmu, manusia menjadi tahu sesuatu dari yang sebelumnya tidak tahu. Selain itu
juga dapat melakukan banyak hal di berbagai aspek kehidupan dan menjalani
kehidupan dengan nyaman dan aman
Ditijau dari segi agama, orang yang berilmu akan ditinggikan derajatnya,
mendapat seluruh kebaikan dan mendapat pahala yang tidak terputus. Dalam
kehidupan ini, kita tidak pernah lepas dari ujian dan permasalahan. Namun, hanya
orang berilmu yang dapat menyelesaikan dengan baik. Bahkan, dengan ilmu
tersebut tak jarang orang berilmu mengajarkannya kepada orang lain sehingga ia
mendapatkan kebaikan yang banyak. Jadi fungsi ilmu memang tidak lepas dari
kehidupan sehari-hari. Dimanapun dan kapanpun serta bahkan pada situasi sekecil
14
apapun, implikasi pemanfaatan ilmu akan terlihat secara nyata di dalam kehidupan
kita. Segala ilmu kita manfaatkan dan kita aplikasikan untuk memperoleh
kemudahan-kemudahan mengendalikan segalanya, termasuk mengendalikan alam.
Kita harus tahu bahwa ilmu sebenarnya besifat netral, tidak mengenal baik dan
buruk. Kita sebagai manusialah adalah penentunya.
Pemanfaatan ilmu di dalam kehidupan sehari-hari harus sesuai etika karena
apabila tidak menggunakan etika maka ilmu tersbut akan berubah fungsinya
menjadi penghasil bencana. Misalnya ilmu pengetahuan mengenai teknologi nulir
yag digunakan untuk menyerang negara lain. Sehingga akhirnya banyak terjadi
kerusakan ekologi dan sosial dan banyaknya koban yang ditimbulkan. Maka dari
itu fungsi ilmu dalam kehidupan sehari-hari harus diaplikasikan sejalan dengan
etika yang berlaku dalam masyarakat agar dicapai keinginan selaras dan dapat
mengembangakan kehidupan pribadi dan masyarakt dengan baik.. Sesuai dengan
salah satu pepatah Nelson Mandela yang berbunyi “knowledge and education is
the most powerful weapon. We can use to change the world”. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa dengan mempelajari dan memperoleh ilmu sebanyak-
banyaknya, kita dapat mengubah peradaban dunia menjadi lebih baik. Dan hal
tersbut dapat dimulai dengan pemanfaatan fungsi ilmu itu sendiri di dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam kehidupan ini, tidaklah akan didapat dua manusia yang sama jalan
kehidupannya. Variasi aliran hidup ini sudah nyata terlihat sejak dalam rahim ibu.
Tiap anak lahir ke dunia mencucut jarinya, tetapi bentuknya telah dapat dibedakan
dengan anak yang lain. Untuk mempertahankan hidup, seseorang harus terus-
menerus bekerja dan tidak berhenti sejak dilahirkan, biar mati yang
menyudahinya. Demikian ini karena padanyalah berdiri kehidupan. Kehidupan itu
laksana tenunan yang bersambung menjadi kain. Sekalian makhluk di muka bumi
ini seakan-akan tidak kelihatan di dalam tenunan ini, karena sangat kecil. Tenunan
hayat yang tampak ini adalah ujung dari pangkal kain yang telah lalu, yang
bersambung tiada putus, sejak dari awal yang tiada diketahui kapankah sampai
pada akhir yang belum diketahui. Nanti setelah waktu yang telah ditentukan itu
dilalui, maka kehidupan itu pun berhenti pada suatu perhentian yang bernama "el-
maut", yaitu berhentinya perjalanan darah yang niengandung oksigen mengelilingi
badan.
Argumen pertama Aristoteles adalah, bahwa setiap tindakan selalu
mengarah pada tujuan tertentu, yakni yang baik itu sendiri di dalam bidang itu.
Misalnya memasak. Memasak punya tujuan yang utama, yakni memasak dengan
baik, sehingga menghasilkan makanan yang enak. Menyanyi juga bertujuan untuk
menyanyi dengan indah, sehingga bisa menghibur orang. Ini berlaku untuk semua
tindakan manusia. Aristoteles juga membedakan dua macam tujuan. Tujuan
pertama adalah tujuan yang ada di dalam dirinya sendiri, yakni di dalam tindakan
itu sendiri. Tujuan kedua adalah tujuan yang ada di luar tindakan itu sendiri.
Contoh tujuan kedua adalah membersihkan sepeda, supaya sepeda terlihat bagus.
Contoh tujuan pertama adalah, seperti diberikan Aristoteles, bermain alat musik
flut, yang memberikan kepuasan pada dirinya sendiri. Sebagai manusia, setiap
orang juga punya tujuan tertinggi, yakni mencapai Eudaimonia. Biasanya, kata ini
diterjemahkan sebagai kebahagiaan, atau kepenuhan hidup. Ini adalah tujuan
tertinggi dalam arti ini merupakan tujuan terakhir manusia. Tidak ada lagi selain
ini. Hidup yang bahagia dan penuh sekaligus juga adalah hidup yang bermutu
tinggi, yakni hidup yang baik. Hidup yang baik berisi tindakan baik yang
membawa kebaikan tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk orang lain. Hidup
16
yang baik juga berarti hidup yang optimal, dimana semua kemampuan yang ada
berkembang secara maksimal.
Hidup yang baik dan bahagia adalah tujuan tertinggi manusia, karena ia
tidak memiliki tujuan apapun lagi di luar dirinya. Tujuan lain, misalnya uang dan
nama besar, bukan merupakan tujuan tertinggi, karena itu hanya alat untuk
mengantar kita pada tujuan lainnya, misalnya kebahagiaan hidup atau sejahtera
bersama keluarga. Argumen ini amat penting di dalam etika Aristoteles.Pada titik
ini, ia lalu berpendapat, bahwa kebahagiaan dan kepenuhan hidup hanya dapat
ditemukan di dalam kodrat alamiah manusia yang unik, yang membedakan ia
dengan hewan maupun tumbuhan. Tumbuhan hanya memiliki dua kecenderungan,
yakni makan dan melanjutkan keturunan. Manusia dan hewan juga memilikinya.
Hewan memiliki kemampuan untuk bergerak dan bereaksi, ketika
menghadapi sesuatu. Sebagian tumbuhan memilikinya. Manusia juga
memilikinya. Namun, manusia memiliki kemampuan yang tak dimiliki oleh
hewan maupun tumbuhan, yakni berpikir dengan menggunakan akal budinya.
Kebahagiaan dan kepenuhan hidupnya bisa dicapai, jika manusia mampu
mengembangkan kemampuan akal budinya. Inilah jalan hidup seorang filsuf,
yakni jalan hidup tertinggi yang bisa diraih oleh manusia. Namun, akal budi
bukan berarti hanya mengembangkan teori untuk memahami dunia, tetapi juga
akal budi di dalam tindakan hidup sehari-hari. Dalam konteks ini, akal budi juga
bertujuan untuk mengembangkan keutamaan-keutamaan di dalam diri manusia
yang hanya bisa dimiliki oleh dirinya, dan bukan oleh hewan ataupun tumbuhan.
Keutamaan adalah karakter yang terdapat di dalam diri manusia.
Keutamaan mempengaruhi cara berpikir dan cara bertindak manusia.
Aristoteles lalu membedakan dua macam keutamaan, yakni keutamaan akal budi
dan keutamaan etis. Keutamaan akal budi mencakup dual hal, yakni
kebijaksanaan dan kecerdasan. Untuk mencapai hidup yang bahagia dan penuh,
manusia harus belajar untuk menjadi bijak sekaligus cerdas.
Kecerdasan disini tidak hanya berarti mampu berpikir abstrak, tetapi kemampuan
manusia untuk memahami keadaan di sekitarnya, lalu membuat keputusan dan
17
pertimbangan-pertimbangan yang tepat atas keadaan itu. Pada titik ini, kecerdasan
tidak dapat dilepaskan dari kebijaksanaan. Bentuk keutamaan kedua yang
dirumuskan Aristoteles adalah keutamaan etis. Ia menyebutnya sebagai
“kemampuan untuk berada di tengah”, yakni di antara dua titik ekstrem yang
berbeda.
Titik tengah disini bukanlah berarti kompromi, namun lebih dari itu, yakni
sesuatu yang lebih tinggi daripada dua titik ekstrem yang ada. Contoh lain yang
diberikan Aristoteles adalah soal keutamaan kemurahan hati. Dia suka memberi
kepada teman-temannya, dan kepada orang yang membutuhkan. Ada dua sikap
ekstrem yang ingin dilampaui oleh keutamaan ini, yakni sikap pelit dan sikap suka
menghambur-hamburkan. Kemurahan hati bukanlah kompromi dari dua sikap
jelek tersebut, melainkan jalan tengah yang melampaui keduanya.Kemurahan hati
memiliki dua keutamaan lain, yakni sikap bertanggung jawab dan kepantasan.
Dua hal inilah yang membuat sikap murah hati lebih tinggi daripada sikap pelit
dan sikap suka menghambur-hamburkan. Pola yang sama juga dapat ditemukan di
dalam keutamaan-keutamaan lainnya, yang dipandang Aristoteles sebagai jalan
tengah, seperti kejujuran, sikap dapat dipercaya, dan sebagainya.
Dari latihan dan pendidikan yang rutin, orang akan terbiasa dengan sikap
tertentu. Keutamaan lalu diperoleh sebagai hasil dari pembiasaan hidup. Lalu,
keutamaan akan menjadi bagian dari hidup orang tersebut, dan akan dilakukannya
secara tanpa sadar. Ia akan menjadi jujur, berani dan murah hati secara tanpa
sadar, setelah melalui proses pendidikan dan pembiasaan. Orang yang “bertindak”
jujur dan orang “yang” jujur adalah dua hal yang berbeda. Orang yang bertindak
jujur bisa di tempat lain akan bertindak tidak jujur. Kejujuran hanya merupakan
tindakan yang biasa berubah sewaktu-waktu. Sementara, orang yang jujur akan
selalu bertindak jujur, apapun yang terjadi. Inilah orang yang berkeutamaan,
sebagaimana dipahami oleh Aristoteles. Di dalam buku ini, fokus pemikiran
Aristoteles adalah soal manusia, dan bagaimana ia bisa sampai pada hidup yang
bermutu. Baginya, dimensi sosial manusia amatlah penting. Hidup yang bermutu
adalah hidup di dalam masyarakat secara aktif. Kebahagiaan dan kepenuhan hidup
hanya dimungkinkan dengan keberadaan orang lain, warga lain, dan keluarga.
18
Aristoteles akan mengembangkan ide ini nanti di dalam filsafat politiknya. Tiga
ide dasar Aristoteles yang amat penting untuk hidup kita. Yang pertama
adalah Eudaimonia, atau kebahagiaan dan kepenuhan hidup. Ia mengingatkan
kepada kita, apa yang sungguh penting dalam hidup ini. Bukanlah nama besar dan
uang yang sungguh menjadi tujuan manusia, melainkan kebahagiaan dan
kepenuhan hidup. Tidak ada yang lain. Ini hanya dapat dicapai, jika kita
mengembangkan kemampuan khas kita, yakni akal budi, baik dalam bentuk teori
untuk memahami alam, maupun akal budi di dalam tindakan. Bentuk nyata dari
semua ini adalah keutamaan hidup yang diperoleh melalui jalan tengah, yakni titik
sikap hidup yang melampaui ekstrem-ekstrem yang ada. Orang tidak boleh jatuh
pada sikap-sikap keras dalam hidup, melainkan harus selalu melampaui sikap-
sikap tersebut. Ini hanya dicapai, jika orang dididik untuk menjadi orang yang
berkeutamaan. Teori tidak dapat membuat orang menjadi keutamaan, melainkan
pembiasaan sikap hidup. Orang yang terbiasa berbuat baik akan menjadi orang
yang baik. Ini akan mewarnai seluruh tindakan dan sikap hidupnya.
Upaya manusia untuk meraih taraf kehidupan bermakna itu pada dasarnya
adalah respon yang merupakan manifestasi dari makna kehidupan. Ada beberapa
kecenderungan yang melahirkan makna kehidupan, yaitu:
Pertama, kecenderungan material. Kecenderungan ini memberi makna
kehidupan di dunia untuk dinikmati sepuas-pusanya, karena hanya dialami sekali,
mati merupakan sesuatu yang tidak perlu dipersoalkan sekarang. Kecenderungan
ini menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sebanyakbanyaknya uang, yang
kalau tidak sangat penting maka tidak perlu dibagi dengan orang lain.
Kedua, kecenderungan psikologis. Kecenderungan ini memberi makna
kehidupan untuk meemperoleh ketenangan psikologis, sehingga usaha mengejar
kesejahteraan material dilakuakn secukupnya, dengan dibatasi hanya mengejar
yang tidak menimbulkan rasa gelisah dan tak aman.
Ketiga, keeenderungan spiritual, yakni kesenderungan yang memberikan
makna kehidupan di dunia sekedar menumpang lewat untuk memasuki kehidupan
abadi di akhirat Hidup dalam konteks ini, hanya diisi untuk mempersiapkan diri
menuju kehidupan yang abadi dengan beribadat dan beramal dengan seluruh harta
19
kekayaan, tenaga dan pikiran yang dimilikinya. Di antara bahkan untuk kehidupan
sehari-hari dari segi material diserahkan kepada TUian yang akan memberikan
rezki melalui orang lain.
Dan keempat, kecenderungan berupa keseimbangan antara material,
psikologis dan spiritual. Orang yang memiliki kecenderungan ini berusaha untuk
mengejar kesejahteraan material dilakukan dengan gigih. Dengan keberhasilan itu
dalam setiap kesempatan, kemampuannya itu dipergunakan untuk membantu dan
menolong orang lain, sebagai wujud kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi.
Bersamaan dengan itu, kehidupannya pun dipenuhi dengan kesungguhan dan
ketekunan menjalankan ibadah kepada Tuhan.
Realitas empat kecenderungan ini menunjukkan bahwa betapa variasinya
makna hidup itu. Betapapun variasinya makna hidup bagi seseorang, yang pasti
adalah, pertanyaan tentang apa makna kehidupan mnngandaikan adanya orang
(manusia) tempat makna kehidupan itu bersandang, karena makna adalah untuk
seseorang. Seandainya tak seorang manusia pun pernah hidup di dunia ini, dunia
memang tetap memiliki karakter, sejarah, durasi, tatanan dan arah tertentu, tapi
tidak bisa memiliki makna. Jika dunia ini tidak pernah didiami manusia dan
sejarah serta durasi dunia tidak "diketahui", tapi tetap dapat dipastikan
keberadaannya.
1. Filsafat Alam
Alam ialah seluruh zat dan energi, khususnya dalam bentuk esensinya.
Alam ialah mata pelajaran studi ilmiah. Dalam skala, "alam" termasuk segala
sesuatu dari semestapada subatom. Ini termasuk seluruh hal binatang, tanaman,
dan mineral; seluruh sumber daya alam dan peristiwa (tornado, gempa bumi).
Juga termasuk perilaku binatang hidup, dan proses yang dihubungkan
dengan benda mati.
Filsafat alam (dari bahasa Latin philosophia naturalis) adalah istilah yang
melekat pada pengkajian alam dan semesta fisika yang pernah dominan sebelum
berkembangnya ilmu pengetahuan modern. Filsafat alam dipandang sebagai
pendahulu ilmu alam semisalfisika.
20
di ujung air. Air itu satu air merupakan subtansi. Dan kerena air jika dipanaskan
akan menjadi uap. Uap air kalau mendingin akan menjadi air kembali.
Tentunya dalam hal ini bukan hanya merupakan asal berbicara. Namun, ada
beberapa hal yang menjadikan air tersebut menjadikan kesimpulan dari
pemikirannya. Dengan akal dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Dan
dari semua itu dijadikan untuk menyusun bangunan pemikiran tentang alam.
Dalam kehidupannya yang terletak di daerah pesisir yang selalu terjebak dengan
air yang merupakan sumber hidup. Sebagaimana ia lihat dalam kehidupan yang
mengambil dari sungai Nil. Dalam kepercayaan Thales merupakan seorang yang
anisme. Anisme merupakan kepercayaan bahwa bukan saja yang hidup yang
mempunyai jiwa, tetapi juga benda mati.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keterkaitan anatara filsafat dan ilmu sangatlah erat. Namun hubungan antara
keduanya memiliki perbedaan diantaranya :
a. Filsafat mempunyai objek yang lebih luas, sifatnya universal, sedangkan
ilmu objeknya terbatas, khusus lapangannya saja.
b. Filsafat hendak memberikan pengetahuan, insight/pemahaman lebih dalam
dengan menunjukkan sebab-sebab yang terakhir. Sedangkan ilmu juga
menunjukkan sebab-sebab, tetapi yang tak begitu mendalam.
c. Filsafat memberikan sintesis kepada ilmu-ilmu yang khusus,
mempersatukan, dan mengkoordinasikannya. Lapangan filsafat mungkin
sama dengan lapangan ilmu, tetapi sudut pandangnya berlainan. Jadi,
merupakan dua pengetahuan yang tersendiri.
Fungsi dari filsafat ilmu adalah sebagai alat mencari kebenaran
mempertahankan, dan melawan atau berdiri netral, memberikan pengertian
tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia, ajaran tentang
moral dan etika yang berguna dalam kehidupan, dan menjadi sumber inspirasi
dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri,
seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
2. Ilmu dan kehidupan adalah dua hal yang saling berkaitan. Hal ini dikarenakan
ilmu digunakan sebagai dasar dari manusia untuk mengatasi masalah dalam
kehidupannya, selain itu ilmu digunakan sebagai penata hidup, peninggi derajat
manusia(secara agama), dan dapat mengubah peradaban dunia menjadi lebih
baik.
3. Keterkaitan antara kehidupan dan alam terlihat dari cara pandang kehidupan
terhadap alam, dan dan fungsi dari alam terhadap kehidupan. Alam selalu
memiliki keteraturan yakni segala fenomena alam dapat dipelajari dan diamati
oleh manusia dan akan memberikan manfaat bagi manusia yang mau
mempelajari gejala dan keteraturannya. Hal ini juga akan melahirkan
pengetahuan yang tentunya sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
24
B. Saran
Sebagai saran dari penulisan penulisan makalah ini agar dapat menjadi
referensi yang perlu ditindaklanjuti sehingga menjadi hasil pemikiran keilmuan
yang bermanfaat bagi perkuliahan Filsafat Ilmu.
25
Daftar Pustaka