Anda di halaman 1dari 25

1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu cabang dari filsafat ialah kajian mengenai filsafat ilmu. Filsafat
ilmu ini merupakan penerusan pengembangan dari filsafat pengetahuan. Interaksi
anatara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat
berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Dan juga sebaliknya, ilmu tidak
dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Pembahasan filsafat ilmu
sangat penting karena akan mendorong manusia untuk lebih kreatif dan inovatif.
Filsafat ilmu memberikan spirit bagi perkembangan dan kemajuan ilmu dan
sekaligus nilai-nilai moral yang terkandung pada setiap ilmu baik pada tataran
ontologis, epistemologi maupun aksiologi. Secara umum, tujuan dari filsafat ilmu
yaitu untuk membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta
mencoba menemukan nilai dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu
keseluruhan. Sedangkan manfaat kita mempelajari filsafat ilmu adalah untuk
memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori
sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah.
Membahas tentang filsafat ilmu, maka dapat dikatakan bahwa ilmu
memiliki dampak yang besar bagi kehidupan. Dimana kita tahu bahwasanya ilmu
dan kehidupan merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama lain. Semua
manusia di muka bumi pasti secara langsung maupun tidak langsung mempelajari
ilmu. Filsafat ilmu hadir sebagai slaah satu satu sarana pemikiran mempelajari
ilmu. Di dalam mempelajari filsaat ilmu, terkandung berbagai makna dan cara
untuk mencoba memahami ilmu itu sendiri lebih dalam. Tujuannya tidak lain
adalah untuk dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan itu sendiri. Karena memang
pada dasarnya, untuk mencapai suatu kehidupan yang baik dan benar, diperlukan
suatu pedoman dan dasar, yaitu ilmu itu sendiri.
Manusia dikaruniai akal pikiran dan keinginan untuk selalu ingin
mengetahui dan mencari kebenaran. Untuk itu manusia selalu berupaya
menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahamannya dari berbagai segi
2

kenyataan yang ingin dicari tahu kebenarannya. Apabila manusia telah


menemukan suatu kebenaran, hal tersebut dapat digunakan sebagai dasar yang
akan membawa mereka untuk memperbaiki kehidupan. Jadi ilmu itu sendiri
amatlah penting bagi kehidupan sehari-hari. Ilmu boleh diumpamakan pelita yang
menerangi kegelapan hidup manusia. Kita haruslah sadar bahwa ilmu itu adalah
sumber segala yang kita ada sekarang.
Selain itu juga yang terpenting, ilmu dan kemahiran yang ada pada
seseorang itu juga dapat memberikan manfaat kepada orang lain. Dalam
kehidupan terdapat satu hal yang tidak bisa kita pisahkan yakni alam. Alam selalu
memiliki keteraturan yakni segala fenomena alam dapat dipelajari dan diamati
oleh manusia dan akan memberikan manfaat bagi manusia yang mau mempelajari
gejala dan keteraturannya. Hal ini juga akan melahirkan pengetahuan yang
tentunya sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sehingga jika kita
hubungkan, ternyata antara filsafat, ilmu, kehidupan, dan alam adalah suatu seklus
yang saling berhubungan satu sama lain. Oleh karena itu melalui makalah ini,
penulis akan mencoba membahas mengenai hubungan antara filsafat dan ilmu,
ilmu dan kehidupan, serta kehidupan dan alam. Lalu bagaiman implikasi terhadap
pemahaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dibut
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu filsafat dan Ilmu ?
2. Apa kaitan antara ilmu dan kehidupan?
3. Apa hubungan kehidupan dan alam?

C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah dan latar belakang, maka tujuan disusun
sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami keterkaitan antara filsafat dan ilmu
2. Memahami kaitan antara ilmu dan kehidupan
3. Memahami keterkaitan antara kehidupan dan alam
3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat dan Ilmu
1. Pengertian Filsafat
Istilah “filsafat” dalam bahasa Indonesia memiliki padanan falsafah (Arab),
phylosophy (Inggris), philosophia (Latin), philosophie (Jerman, Belanda,
Perancis). Semua istilah itu bersumber pada istilah Yunani philosophia. Istilah
Yunani philein berarti “mencintai”, sedangkan philos berarti “teman”. Selanjutnya
istilah sophos berarti “bijaksana”, sedangkan sophia berarti “kebijaksanaan”. Ada
dua arti secara etimologik dari filsafat yang sedikit berbeda. Pertama, apabila
istilah filsafat mengacu pada asal kata philein dan sophos, maka artinya mencintai
hal-hal yang bersifat bijaksana (bijaksana sebagai kata sifat). Kedua, apabila
filsafat mengacu pada asal kata philos dan sophia, maka artinya adalah teman
kebijaksanaan (kebijaksanaan dimaksudkan sebagai kata benda).
Menurut sejarah, Phytagoras (572-497 SM) adalah orang yang pertama kali
memakai kata philosophia. Ketika beliau ditanya apakah ia sebagai orang yang
bijaksana, maka Pythagoras dengan rendah hati menyebut dirinya sebagai
phylosophos, yakni pencinta kebijaksanaan (lover of wisdom). Banyak sumber
yang menegaskan bahwa sophia mengandung arti yang lebih luas dari
kebijaksanaan. Dengan demikian asal mula kata filsafat itu sangat umum, yang
initinya adalah mencari keutamaan mental (the pesuit of mental excelence).

2. Hubungan Filsafat dengan Ilmu


Meskipun secara historis antara ilmu dan filsafat pernah merupakan suatu
kesatuan, namun dalam perkembangannya mengalami divergensi, dimana
dominasi ilmu lebih kuat mempengaruhi pemikiran manusia, kondisi ini
mendorong pada upaya untuk memposisikan keduanya secara tepat sesuai dengan
batas wilayahnya masing-masing, bukan untuk mengisolasinya melainkan untuk
lebih jernih melihat hubungan keduanya dalam konteks lebih memahami
khazanah intelektual manusia.
Harold H.Titus mengakui kesulitan untuk menyatakan secara tegas dan
ringkas mengenai hubungan antara ilmu dan filsafat, karena terdapat persamaan
4

sekaligus perbedaan antara ilmu dan filsafat, disamping dikalangan ilmuwan


sendiri terdapat perbedaan pandangan dalam hal sifat dan keterbatasan ilmu,
dimikian juga dikalangan filsuf terdapat perbedaan pandangan dalam memberikan
makna dan tugas filsafat. Adapun persamaan (lebih tepatnya persesuaian) antara
ilmu dan filsafat adalah bahwa keduanya menggunakan berfikir reflektif dalam
upaya menghadapi/memahami fakta-fakta dunia dan kehidupan, terhadap hal-hal
tersebut baik filsafat maupun ilmu bersikap kritis, berpikiran terbuka serta sangat
konsen pada kebenaran, Disamping perhatiannya pada pengetahuan yang
terorganisir dan sistematis. Sementara itu perbedaan filsafat dengan ilmu lebih
berkaitan dengan titik tekan, dimana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu
lebih bersifat analitis dan deskriptif dalam pendekatannya, ilmu menggunakan
observasi, eksperimen dan klasifikasi data pengalaman indra serta berupaya untuk
menemukan hukum-hukum atas gejala-gejala tersebut.
Sedangkan filsafat berupaya mengkaji pengalaman secara menyeluruh
sehingga lebih bersifat inklusif dan mencakup hal-hal umum dalam berbagai
bidang pengalaman manusia, filsafat lebih bersifat sintetis dan sinoptis dan
kalaupun analitis maka analisanya memasuki dimensi kehidupan secara
menyeluruh dan utuh, filsafat lebih tertarik pada pertanyaan kenapa dan
bagaimana dalam mempertanyakan masalah hubungan antara fakta khusus dengan
skema masalah yang lebih luas, filsafat juga mengkaji hubungan antara temuan-
temuan ilmu dengan klaim agama, moral serta seni. Dengan memperhatikan
ungkapan di atas nampak bahwa filsafat mempunyai batasan yang lebih luas dan
menyeluruh ketimbang ilmu, ini berarti bahwa apa yang sudah tidak bisa dijawab
oleh ilmu, maka filsafat berupaya mencari jawabannya, bahkan ilmu itu sendiri
bisa dipertanyakan atau dijadikan objek kajian filsafat (Filsafat Ilmu), namun
demikian filsafat dan ilmu mempunyai kesamaan dalam menghadapi objek
kajiannya yakni berfikir reflektif dan sistematis, meski dengan titik tekan
pendekatan yang berbeda. Dengan demikian, Ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat
empiris dan dapat dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban terhadap
masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh Ilmu dan jawabannya bersifat
5

spekulatif, sedangkan Agama merupakan jawaban terhadap masalah-masalah


yang tidak bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya bersifat mutlak/dogmatis.
Menurut Sidi Gazlba (1976), Pengetahuan ilmu lapangannya segala sesuatu
yang dapat diteliti (riset dan/atau eksperimen) ; batasnya sampai kepada yang
tidak atau belum dapat dilakukan penelitian. Pengetahuan filsafat : segala sesuatu
yang dapat dipikirkan oleh budi (rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan
nisbi; batasnya ialah batas alam namun demikian ia juga mencoba memikirkan
sesuatu yang diluar alam, yang disebut oleh agama “Tuhan”. Sementara itu Oemar
Amin Hoesin (1964) mengatakan bahwa ilmu memberikan kepada kita
pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmat. Dari sini nampak jelas bahwa ilmu
dan filsafat mempunyai wilayah kajiannya sendiri-sendiri. Meskipun filsafat ilmu
mempunyai substansinya yang khas, namun dia merupakan bidang pengetahuan
campuran yang perkembangannya tergantung pada hubungan timbal balik dan
saling pengaruh antara filsafat dan ilmu, oleh karena itu pemahaman bidang
filsafat dan pemahaman ilmu menjadi sangat penting, terutama hubungannya yang
bersifat timbal balik, meski dalam perkembangannya filsafat ilmu itu telah
menjadi disiplin yang tersendiri dan otonom dilihat dari objek kajian dan
telaahannya.

3. Definisi Filsafat Ilmu


Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan)
yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu
merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun
secara metodologis ilmu tidak membeda-bedakan antara ilmu-ilmu alam dengan
ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan teknis yang bersifat khas, maka
filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-
ilmu sosial. Pembagian ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan
filsafat ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini lebih merupakan pembatasan masing-
masing bidang yang ditelaah, dan tidak mencirikan cabang filsafat secara otonom.
Ilmu memang berbeda dari pengetahuan-pengetahuan secar afilsafat, namun tidak
terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial,
dimana keduanya mempunyai ciri-ciri keilmuan yang sama.
6

Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab


beberapa pertanyaan mengenai apa yang dikaji oleh pengetahuan itu (ontologis),
bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut (epistemologis), serta untuk
apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan (aksiologi). Semua
pengetahuan apakah itu ilmu, seni atau pengetahuan apa saja pada dasarnya
mempunyai ketiga landasan ini. Yang berbeda adalah materi perwujudannya serta
sejauh mana landasan dari ketiga aspek ini diperkembangkan dan dilaksanakan.
Dari semua pengetahuan maka ilmu merupakan pengetahuan yang aspek
ontologis, epistemologis dan aksiologisnya telah jauh lebih berkembang
dibandingkan dengan pengetahuan–pengetahuan lain dan dilaksanakan secara
konsekuen dan penuh disiplin. Dari pengetahuan inilah sebenarnya berkembang
pengertian ilmu sebagai disiplin yakni pengetahuan yang mengembangkan dan
melaksanakan aturan-aturan mainnya dengan penuh tanggung jawab dan
kesungguhannya.
Selanjutnya John Losee dalam bukunya yang berjudul, A Historical Introduction
to the Philosophy of Science, Fourth edition, mengungkapkan bahwa: The
philosopher of science seeks answers to such questions as:
 What characteristics distinguish scientific inquiry from other types of
investigation?
 What procedures should scientists follow in investigating nature?
 What conditions must be satisfied for a scientific explanation to be correct?
 What is the cognitive status of scientific laws and principles?
Dari ungkapan tersebut terdapat sebuah konsep bahwa tugas dari pemikir
filsafat ilmu itu untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan persoalan yang
menyangkut: pertama, apa yang menjadi perbedaaan ilmiah karakteristik type
masing-masing ilmu antara satu ilmu dengan ilmu lainnya melalui peneliti-an.
Kedua, prosedur apa yang harus dilakukan secara ilmiah dalam melakukan
penelitian atas kenyataan yang terjadi di alam, ketiga apa yang mestinya dilakuk-
an dalam mendapatkan penjelasan ilmiah untuk melakukan penelitian dan
eksperimen itu, dan keempat apakah teori itu dapat diambil sebagai konsep dan
7

prinsip-prinsip ilmiah. Sehingga sketsa filsafat ilmu dapat di gambarkan dalam


bentuk tabel sebagai berikut:
Level Discipline Subject-matter
2 Philosophy Analysis of the Procedures and
of Science Logic of Scientific
Explanation
1 Science Explanation of Facts
0 Facts

Dengan memperhatikan tabel diatas secara jelas ditampilkan bahwa filsafat


ilmu menempati level ke-2 sedangkan ilmu (science) pada level pertama dan
semuanya pada satu pangkal pokok yakni fakta (kenyataan) menjadi basis utama
bangunan segala disiplin ilmu. Kalau ilmu itu menjelaskan Fakta sementara
filsafat ilmu itu subyek materinya adalah menganalisa prosedur-prosedur logis
dari ilmu (Analysis of the Procedures and Logic of Scientific Explanation).

4. Fungsi dan Manfaat Filsafat Ilmu


Cara kerja filsafat ilmu memiliki pola dan model-model yang spesifik
dalam menggali dan meneliti dalam menggali pengetahuan melalui sebab
musabab pertama dari gejala ilmu pengetahuan. Di dalamnya mencakup paham
tentang kepastian , kebenaran, dan obyektifitas. Cara kerjanya bertitik tolak pada
gejala – gejala pengetahuan mengadakan reduksi ke arah intuisi para ilmuwan,
sehingga kegiatan ilmu – ilmu itu dapat dimengerti sesuai dengan kekhasannya
masing-masing disinilah akhirnya kita dapat mengerti fungsi dari filsafat ilmu (C.
Verhaak dkk, 1995).
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu,
fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara
keseluruhan, yakni :
 Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
 Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap
pandangan filsafat lainnya.
8

 Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan


dunia.
 Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
 Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek
kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
Jadi, Fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam
memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali
kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa
filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu
berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan
theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil
ataupun besar secara sederhana.

B. Ilmu dan Kehidupan


1. Pengertian Ilmu, Apa itu ilmu ?
Ketika kita mencoba mencari pengertian dari ilmu, terdapat berbagai macam
dan pendapat mengena definisi ilmu itu sendiri. Pengertian ilmu menurut kamus
besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1988) memiliki dua pengertian, yaitu :
a. Ilmu diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerapkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) tersebut, seperti
ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi dan sebagainya.
b. Ilmu diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian, tentang soal duniawi,
akhirat, lahir, bathin, dan sebagainya, seperti ilmu akhirat, ilmu akhlak, ilmu
bathin, ilmu sihir, dan sebagainya.
Sedangkan pengertian ilmu menurut beberapa ahli adalah :
a. Menurut Nazir, Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis,
pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil – dalil tertentu
menurut kaidah – kaidah umum.
b. Menurut Shapere, konsepsi ilmu pada dasarnya mencakup tiga hal yaitu
adanya rasionalitas, dapat digeneralisasi dan dapat disistematisasi.
9

c. Menurut Schulz, Pengertian ilmu mencakup logika, adanya interpretasi


subjektif dan konsistensi dengan realitas sosial.
d. Menurut Minto Rahayu, Ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun secara
sistematis dan berlaku umum, sedangkan pengetahuan adalah pengalaman yang
bersifat pribadi/kelompok dan belum disusun secara sistematis karena belum
dicoba dan diuji
e. Menurut Popper, Ilmu adalah tetap dalam keseluruhan dan hanya mungkin
direorganisasi
Dari semua pendapat dan definisi tentang Pengertian Ilmu di atas kita dapat
menyimpulkan bahwa Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi
merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan
dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam
bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena
manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi. Secara Etimologi, Kata ilmu
dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui.
Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami
suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah
sosial, dan sebagainya. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan
pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan
ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu
banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
a. Objektif
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang
sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam.
Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif;
bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
b. Metodis
10

Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi


kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran.
Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran.
Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara
umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk
pada metode ilmiah.
c. Sistematis
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu
harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga
membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, dan
mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat
merupakan syarat ilmu yang ketiga.
d. Universal
Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat
umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º.
Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-
ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya
berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia.
Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus
tersedia konteks dan tertentu pula.
Jadi penulis dapat menyimpulkan Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan
yang disusun secara sistematis, yang didapat dari rasa ingin tahu manusia akan
kebenaran dengan menggunakan metode-metode tertentu.

2. Sikap Masyarakat Terhadap Ilmu


Manusia merupakan makhluk sosial dan hidup berdampingan dengan yang
lainnya. Manusia membutuhkan orang lain untuk dapat membentuk dan
mengembangkan dirinya sehingga dapat hidup secara lebih baik; lebih bijaksana
dan lebih kritis. Dan kehidupan lebih baik merupakan tujuan yang ingin dicapai
oleh manusia dalam kehidupannya. Untuk mencapai hidup secara lebih baik
manusia perlu untuk dibentuk atau diarahkan. Pembentukan manusia itu dapat
11

melalui pendidikan atau ilmu yang mempengaruhi pengetahuan tentang diri dan
dunianya, melalui kehidupan sosial atau polis, dan melalui agama. Di dalam
kehidupan bermasyarakat, ilmu dipandang merupakan sesuatu hal yang penting,
bahkan wajib dimiliki. Seseorang akan mendapatkan status sosial yang tinggi
apabila ia memiliki ilmu yang tinggi pula, karena ilmu yang dimiliki dapat
membantu meningkatkan taraf kehdupan manusia menjadi lebih baik.
Dewasa ini, ilmu dianggap sebagai hal yang kurang diprioritaskan, Semua
orang sebenarnya tahu bahawa ilmu sangat penting dan dilihat dari segi agama,
wajib untuk dicari. Tetapi masih ada negara yang mempunyai masyarakat dengan
kadar buta huruf yang tinggi di kalangan penduduknya. Negara ini juga akan
ketinggalan jauh jika dibandingkan dengan negara maju. Mereka tidak dapat
membendung atau menyelesaikan masalah buta huruf kerana daya kesadaran
masyarakat untuk kepentingan mencari ilmu amatlah kurang dan lemah. Salah
satu faktor yang menyebabkan hal tersebut, adalah kemiskinan. Namun
kemiskinan bukanlah faktor tunggal yang menghambat berkurangnya antusias
masyarakat di dalam ilmu itu sendiri. Faktor lainnya adalah argumentasi dan cara
pandang maupun pemikiran masyarakat itu sendiri.
Seiring dengan meningkatnya globlisasi, pertumbuhan perekonomian,
politik, dan pertumbuhan di segala bidang ikut meningkat. Hal tersebut
mendorong masyarakat untuk melakukan segala macam usaha dan upaya
bagaimana bertahan hidup dan melangsungkan kehidupannya. Ilmu tidak lagi
dipandang sebagai satu-satunya dasar menjalankan kehidupan. Ilmu yang
dimaksud di sini adalah ilmu secara akademis. Manusia dengan tingkat finansial
rendah, dalam hal ini masyarakat kecil yang terjerat dengan kemiskinan, mulai
mencari jalan lain dan dasar lain untuk menopang kehidupannya. Ilmu akademis
bukan lagi menjadi hal yang wajib. Mereka akhirnya mencoba mencari ilmu yang
lain yang bisa didapatkan dengan mudah, yaitu Kemahiran dan pengalaman. Di
dalam situasi yang mendesak, manusia akan dapat mengeluarkan kemampuan
maksimalnya, dan dari kebiasaan maka kemampuan dasar yang dimiliki akan
semakin terasah. Hal tersebutla yag disebut kemahiran dan pengalaman. Kedua
hal tersebut yang pada akhirnya dijadikan dasar baru pengganti ilmu akademik.
12

Sikap masyarakat tehadap ilmu, berubah dari masa ke masa ditinjai dari
situasi yang dihadapi juga sudut pandang pribadi masyarakat itu sendiri. Bagi
masyarakat yang secara sukses menjalankan kehidupannya, mendapatkan pekerjaa
yang sesui dengan ilmu akademis yang telah diambilnya, maka masyarakat
tersebut akan menganggap bahwa ilmu merupakan suatu hal yang penting di
dalam kehidupannya. Tanpa ilmu, dia tidak akan memperoleh jalan menuju
kesuksesan hidup. Ilmu dipandangnya sebagai suatu hal dasar yang wajib dimiliki
untuk mendapatkan kehidupan yang baik. Sikap dia terhadap ilmu akan sangat
membanggakan. Dia akan berusaha terus mencari ilmu setinggi-tingginya karena
sangat berpengaruh bagi tingkat khualitas hidupnya yang lebih baik.
Namun bagi masyarakat yang lain, dimana masyarakat tersebut juga
menganggap pencarian ilmu itu sebagai sesuatu yang penting, namun belum
berhasil mengaplikasikannya maka anggapan masyarakat tersebut akan
pentingnya ilmu, akan memudar dan mempengaruhi sikapnya dalam menilai ilmu
itu sendiri. Sebagai contoh, seorang sarjana di bidang khusus, kemudian, dia
memperoleh pekerjaan di bidang lain yang bertolak belakang dengan ilmu
akademis yang telah dipelajarinya selama ini. Dia akan memandang ilmu bukan
satu-satunya hal yang paling dasar dan mutlak dimiliki yang mempengaruhi
kehidupannya. Dua contoh di atas menunjukkan sikap masyarakt terhadap ilmu.
Ilmu memang sampai kapanpun akan dianggap sebagai hal yang penting dan
dasar untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, namun sikap masyarakt
terhadap ilmu, sangat bergantung pada bagaimana situasi dan kondisi yang
mereka hadapi, serta peranan padangan pribadi masyarakat terhadap ilmu.
Pandangan tersebut biasanya dipengaruhi oleh bagaimana segala bentuk ilmu
yang telah dipelajari berpengaruh bagi pribadi kehidupan masyarakat itu sendiri.

3. Fungsi Ilmu dalam Kehidupan Sehari-hari


Fungsi ilmu dalam kehidupan memang sangat penting karena dengan ilmu
maka hidup menjadi lebih mudah dan terarah. Lahirnya dan berkembangnya Ilmu
telah banyak membawa perubahan dalam kehidupan manusia, terlebih lagi dengan
makin intensnya penerapan Ilmu dalam bentuk teknologi yang telah menjadikan
manusia lebih mampu memahami berbagai gejala serta mengatur kehidupan
13

secara lebih efektif dan efisien. Hal itu berarti bahwa ilmu mempunyai dampak
yang besar bagi kehidupan manusia, dan ini tidak terlepas dari fungsi dan tujuan
ilmu itu sendiri di dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu digunakan sebagai dasar dari
manusia untuk mengatasi masalah dalam kehidupannya.
Pengetahuan termasuk dalam hal iini ilmu, pada dasarnya memiliki tiga
landasan pengembangan, yaitu ontologis epistemologis dan aksiologis. Ontologis
membahas tentang apa yang ingin diketahui atau dengan kata lain merupakan
suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. (ruang lingkup). Epistemologis
membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk
memperoleh pengetahuan. Bagaimana batas dan ruang lingkup sebuah konsep
mempertajam sesuatu. Aksiologis merupakan bagian dari kebunaan ilmu dan
membahas tentang manfaat pengetahuan yang diperoleh manusia dari
pengetahuan yang diperolehnya.
Manfaat ilmu bagi manusia tidak terhitung jumlahnya.. Dari waktu ke waktu
ilmu telah mengubah manusia dan peradabannya. Kehidupan manusia pun
menjadi lebih dinamis dan berwarna. Dengan ilmu, manusia senantiasa: mencari
tahu dan menelaah bagaimana cara hidup yang lebih baik dari sebelumnya,
manusia juga menemukan sesuatu untuk menjawab setiap keingintahuannya dan
menggunakan penemuan-penemuan untuk membantu dalam menjalani aktivitas
sehari-hari. Manusia pun menjadi lebih aktif mengfungsikan akal untuk senantiasa
mengembangkan ilmu yang diperoleh dan yang dipelajarinya. Selain itu berkat
ilmu, manusia menjadi tahu sesuatu dari yang sebelumnya tidak tahu. Selain itu
juga dapat melakukan banyak hal di berbagai aspek kehidupan dan menjalani
kehidupan dengan nyaman dan aman
Ditijau dari segi agama, orang yang berilmu akan ditinggikan derajatnya,
mendapat seluruh kebaikan dan mendapat pahala yang tidak terputus. Dalam
kehidupan ini, kita tidak pernah lepas dari ujian dan permasalahan. Namun, hanya
orang berilmu yang dapat menyelesaikan dengan baik. Bahkan, dengan ilmu
tersebut tak jarang orang berilmu mengajarkannya kepada orang lain sehingga ia
mendapatkan kebaikan yang banyak. Jadi fungsi ilmu memang tidak lepas dari
kehidupan sehari-hari. Dimanapun dan kapanpun serta bahkan pada situasi sekecil
14

apapun, implikasi pemanfaatan ilmu akan terlihat secara nyata di dalam kehidupan
kita. Segala ilmu kita manfaatkan dan kita aplikasikan untuk memperoleh
kemudahan-kemudahan mengendalikan segalanya, termasuk mengendalikan alam.
Kita harus tahu bahwa ilmu sebenarnya besifat netral, tidak mengenal baik dan
buruk. Kita sebagai manusialah adalah penentunya.
Pemanfaatan ilmu di dalam kehidupan sehari-hari harus sesuai etika karena
apabila tidak menggunakan etika maka ilmu tersbut akan berubah fungsinya
menjadi penghasil bencana. Misalnya ilmu pengetahuan mengenai teknologi nulir
yag digunakan untuk menyerang negara lain. Sehingga akhirnya banyak terjadi
kerusakan ekologi dan sosial dan banyaknya koban yang ditimbulkan. Maka dari
itu fungsi ilmu dalam kehidupan sehari-hari harus diaplikasikan sejalan dengan
etika yang berlaku dalam masyarakat agar dicapai keinginan selaras dan dapat
mengembangakan kehidupan pribadi dan masyarakt dengan baik.. Sesuai dengan
salah satu pepatah Nelson Mandela yang berbunyi “knowledge and education is
the most powerful weapon. We can use to change the world”. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa dengan mempelajari dan memperoleh ilmu sebanyak-
banyaknya, kita dapat mengubah peradaban dunia menjadi lebih baik. Dan hal
tersbut dapat dimulai dengan pemanfaatan fungsi ilmu itu sendiri di dalam
kehidupan sehari-hari.

C. Filsafat Kehidupan dan Alam


Hidup berbeda dengan kehidupan, karena hidup diartikan keadaan suatu
benda yang karena kekuatan Zat yang Maha Kuasa benda itu dapat bernafas. Jadi
kata "hidup" bukan lawannya "mati", karena "mati" adalah lawannya "lahir".
Lahir adalah awal kehidupan dan mati adalah akhir kehidupan. Kehidupan adalah
seba serbi daripada hidup itu sendiri mulai dari lahir sampai dengan makhluk
hidup itu mati. Hidup akan berarti apabila dapat dimotivasi dengan baik. Berbagai
motivasi orang untuk hidup yang pada puncak tertinggi disebut cinta, yaitu
keinginan untuk bersedia didominasi dan untuk mencapainya diperlukan
pengorbanan, sedang setelah mencapainya menimbulkan kebahagiaan. Misalnya
cinta anak, cinta harta, cinta pangkat dan sebagainya. Tetapi yang kekal dan abadi
adalah cinta secara sepiritual adalah cinta Tuhan yaitu Allah.
15

Dalam kehidupan ini, tidaklah akan didapat dua manusia yang sama jalan
kehidupannya. Variasi aliran hidup ini sudah nyata terlihat sejak dalam rahim ibu.
Tiap anak lahir ke dunia mencucut jarinya, tetapi bentuknya telah dapat dibedakan
dengan anak yang lain. Untuk mempertahankan hidup, seseorang harus terus-
menerus bekerja dan tidak berhenti sejak dilahirkan, biar mati yang
menyudahinya. Demikian ini karena padanyalah berdiri kehidupan. Kehidupan itu
laksana tenunan yang bersambung menjadi kain. Sekalian makhluk di muka bumi
ini seakan-akan tidak kelihatan di dalam tenunan ini, karena sangat kecil. Tenunan
hayat yang tampak ini adalah ujung dari pangkal kain yang telah lalu, yang
bersambung tiada putus, sejak dari awal yang tiada diketahui kapankah sampai
pada akhir yang belum diketahui. Nanti setelah waktu yang telah ditentukan itu
dilalui, maka kehidupan itu pun berhenti pada suatu perhentian yang bernama "el-
maut", yaitu berhentinya perjalanan darah yang niengandung oksigen mengelilingi
badan.
Argumen pertama Aristoteles adalah, bahwa setiap tindakan selalu
mengarah pada tujuan tertentu, yakni yang baik itu sendiri di dalam bidang itu.
Misalnya memasak. Memasak punya tujuan yang utama, yakni memasak dengan
baik, sehingga menghasilkan makanan yang enak. Menyanyi juga bertujuan untuk
menyanyi dengan indah, sehingga bisa menghibur orang. Ini berlaku untuk semua
tindakan manusia. Aristoteles juga membedakan dua macam tujuan. Tujuan
pertama adalah tujuan yang ada di dalam dirinya sendiri, yakni di dalam tindakan
itu sendiri. Tujuan kedua adalah tujuan yang ada di luar tindakan itu sendiri.
Contoh tujuan kedua adalah membersihkan sepeda, supaya sepeda terlihat bagus.
Contoh tujuan pertama adalah, seperti diberikan Aristoteles, bermain alat musik
flut, yang memberikan kepuasan pada dirinya sendiri. Sebagai manusia, setiap
orang juga punya tujuan tertinggi, yakni mencapai Eudaimonia. Biasanya, kata ini
diterjemahkan sebagai kebahagiaan, atau kepenuhan hidup. Ini adalah tujuan
tertinggi dalam arti ini merupakan tujuan terakhir manusia. Tidak ada lagi selain
ini. Hidup yang bahagia dan penuh sekaligus juga adalah hidup yang bermutu
tinggi, yakni hidup yang baik. Hidup yang baik berisi tindakan baik yang
membawa kebaikan tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk orang lain. Hidup
16

yang baik juga berarti hidup yang optimal, dimana semua kemampuan yang ada
berkembang secara maksimal.
Hidup yang baik dan bahagia adalah tujuan tertinggi manusia, karena ia
tidak memiliki tujuan apapun lagi di luar dirinya. Tujuan lain, misalnya uang dan
nama besar, bukan merupakan tujuan tertinggi, karena itu hanya alat untuk
mengantar kita pada tujuan lainnya, misalnya kebahagiaan hidup atau sejahtera
bersama keluarga. Argumen ini amat penting di dalam etika Aristoteles.Pada titik
ini, ia lalu berpendapat, bahwa kebahagiaan dan kepenuhan hidup hanya dapat
ditemukan di dalam kodrat alamiah manusia yang unik, yang membedakan ia
dengan hewan maupun tumbuhan. Tumbuhan hanya memiliki dua kecenderungan,
yakni makan dan melanjutkan keturunan. Manusia dan hewan juga memilikinya.
Hewan memiliki kemampuan untuk bergerak dan bereaksi, ketika
menghadapi sesuatu. Sebagian tumbuhan memilikinya. Manusia juga
memilikinya. Namun, manusia memiliki kemampuan yang tak dimiliki oleh
hewan maupun tumbuhan, yakni berpikir dengan menggunakan akal budinya.
Kebahagiaan dan kepenuhan hidupnya bisa dicapai, jika manusia mampu
mengembangkan kemampuan akal budinya. Inilah jalan hidup seorang filsuf,
yakni jalan hidup tertinggi yang bisa diraih oleh manusia. Namun, akal budi
bukan berarti hanya mengembangkan teori untuk memahami dunia, tetapi juga
akal budi di dalam tindakan hidup sehari-hari. Dalam konteks ini, akal budi juga
bertujuan untuk mengembangkan keutamaan-keutamaan di dalam diri manusia
yang hanya bisa dimiliki oleh dirinya, dan bukan oleh hewan ataupun tumbuhan.
Keutamaan adalah karakter yang terdapat di dalam diri manusia.
Keutamaan mempengaruhi cara berpikir dan cara bertindak manusia.
Aristoteles lalu membedakan dua macam keutamaan, yakni keutamaan akal budi
dan keutamaan etis. Keutamaan akal budi mencakup dual hal, yakni
kebijaksanaan dan kecerdasan. Untuk mencapai hidup yang bahagia dan penuh,
manusia harus belajar untuk menjadi bijak sekaligus cerdas.

Kecerdasan disini tidak hanya berarti mampu berpikir abstrak, tetapi kemampuan
manusia untuk memahami keadaan di sekitarnya, lalu membuat keputusan dan
17

pertimbangan-pertimbangan yang tepat atas keadaan itu. Pada titik ini, kecerdasan
tidak dapat dilepaskan dari kebijaksanaan. Bentuk keutamaan kedua yang
dirumuskan Aristoteles adalah keutamaan etis. Ia menyebutnya sebagai
“kemampuan untuk berada di tengah”, yakni di antara dua titik ekstrem yang
berbeda.
Titik tengah disini bukanlah berarti kompromi, namun lebih dari itu, yakni
sesuatu yang lebih tinggi daripada dua titik ekstrem yang ada. Contoh lain yang
diberikan Aristoteles adalah soal keutamaan kemurahan hati. Dia suka memberi
kepada teman-temannya, dan kepada orang yang membutuhkan. Ada dua sikap
ekstrem yang ingin dilampaui oleh keutamaan ini, yakni sikap pelit dan sikap suka
menghambur-hamburkan. Kemurahan hati bukanlah kompromi dari dua sikap
jelek tersebut, melainkan jalan tengah yang melampaui keduanya.Kemurahan hati
memiliki dua keutamaan lain, yakni sikap bertanggung jawab dan kepantasan.
Dua hal inilah yang membuat sikap murah hati lebih tinggi daripada sikap pelit
dan sikap suka menghambur-hamburkan. Pola yang sama juga dapat ditemukan di
dalam keutamaan-keutamaan lainnya, yang dipandang Aristoteles sebagai jalan
tengah, seperti kejujuran, sikap dapat dipercaya, dan sebagainya.
Dari latihan dan pendidikan yang rutin, orang akan terbiasa dengan sikap
tertentu. Keutamaan lalu diperoleh sebagai hasil dari pembiasaan hidup. Lalu,
keutamaan akan menjadi bagian dari hidup orang tersebut, dan akan dilakukannya
secara tanpa sadar. Ia akan menjadi jujur, berani dan murah hati secara tanpa
sadar, setelah melalui proses pendidikan dan pembiasaan. Orang yang “bertindak”
jujur dan orang “yang” jujur adalah dua hal yang berbeda. Orang yang bertindak
jujur bisa di tempat lain akan bertindak tidak jujur. Kejujuran hanya merupakan
tindakan yang biasa berubah sewaktu-waktu. Sementara, orang yang jujur akan
selalu bertindak jujur, apapun yang terjadi. Inilah orang yang berkeutamaan,
sebagaimana dipahami oleh Aristoteles. Di dalam buku ini, fokus pemikiran
Aristoteles adalah soal manusia, dan bagaimana ia bisa sampai pada hidup yang
bermutu. Baginya, dimensi sosial manusia amatlah penting. Hidup yang bermutu
adalah hidup di dalam masyarakat secara aktif. Kebahagiaan dan kepenuhan hidup
hanya dimungkinkan dengan keberadaan orang lain, warga lain, dan keluarga.
18

Aristoteles akan mengembangkan ide ini nanti di dalam filsafat politiknya. Tiga
ide dasar Aristoteles yang amat penting untuk hidup kita. Yang pertama
adalah Eudaimonia, atau kebahagiaan dan kepenuhan hidup. Ia mengingatkan
kepada kita, apa yang sungguh penting dalam hidup ini. Bukanlah nama besar dan
uang yang sungguh menjadi tujuan manusia, melainkan kebahagiaan dan
kepenuhan hidup. Tidak ada yang lain. Ini hanya dapat dicapai, jika kita
mengembangkan kemampuan khas kita, yakni akal budi, baik dalam bentuk teori
untuk memahami alam, maupun akal budi di dalam tindakan. Bentuk nyata dari
semua ini adalah keutamaan hidup yang diperoleh melalui jalan tengah, yakni titik
sikap hidup yang melampaui ekstrem-ekstrem yang ada. Orang tidak boleh jatuh
pada sikap-sikap keras dalam hidup, melainkan harus selalu melampaui sikap-
sikap tersebut. Ini hanya dicapai, jika orang dididik untuk menjadi orang yang
berkeutamaan. Teori tidak dapat membuat orang menjadi keutamaan, melainkan
pembiasaan sikap hidup. Orang yang terbiasa berbuat baik akan menjadi orang
yang baik. Ini akan mewarnai seluruh tindakan dan sikap hidupnya.
Upaya manusia untuk meraih taraf kehidupan bermakna itu pada dasarnya
adalah respon yang merupakan manifestasi dari makna kehidupan. Ada beberapa
kecenderungan yang melahirkan makna kehidupan, yaitu:
Pertama, kecenderungan material. Kecenderungan ini memberi makna
kehidupan di dunia untuk dinikmati sepuas-pusanya, karena hanya dialami sekali,
mati merupakan sesuatu yang tidak perlu dipersoalkan sekarang. Kecenderungan
ini menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sebanyakbanyaknya uang, yang
kalau tidak sangat penting maka tidak perlu dibagi dengan orang lain.
Kedua, kecenderungan psikologis. Kecenderungan ini memberi makna
kehidupan untuk meemperoleh ketenangan psikologis, sehingga usaha mengejar
kesejahteraan material dilakuakn secukupnya, dengan dibatasi hanya mengejar
yang tidak menimbulkan rasa gelisah dan tak aman.
Ketiga, keeenderungan spiritual, yakni kesenderungan yang memberikan
makna kehidupan di dunia sekedar menumpang lewat untuk memasuki kehidupan
abadi di akhirat Hidup dalam konteks ini, hanya diisi untuk mempersiapkan diri
menuju kehidupan yang abadi dengan beribadat dan beramal dengan seluruh harta
19

kekayaan, tenaga dan pikiran yang dimilikinya. Di antara bahkan untuk kehidupan
sehari-hari dari segi material diserahkan kepada TUian yang akan memberikan
rezki melalui orang lain.
Dan keempat, kecenderungan berupa keseimbangan antara material,
psikologis dan spiritual. Orang yang memiliki kecenderungan ini berusaha untuk
mengejar kesejahteraan material dilakukan dengan gigih. Dengan keberhasilan itu
dalam setiap kesempatan, kemampuannya itu dipergunakan untuk membantu dan
menolong orang lain, sebagai wujud kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi.
Bersamaan dengan itu, kehidupannya pun dipenuhi dengan kesungguhan dan
ketekunan menjalankan ibadah kepada Tuhan.
Realitas empat kecenderungan ini menunjukkan bahwa betapa variasinya
makna hidup itu. Betapapun variasinya makna hidup bagi seseorang, yang pasti
adalah, pertanyaan tentang apa makna kehidupan mnngandaikan adanya orang
(manusia) tempat makna kehidupan itu bersandang, karena makna adalah untuk
seseorang. Seandainya tak seorang manusia pun pernah hidup di dunia ini, dunia
memang tetap memiliki karakter, sejarah, durasi, tatanan dan arah tertentu, tapi
tidak bisa memiliki makna. Jika dunia ini tidak pernah didiami manusia dan
sejarah serta durasi dunia tidak "diketahui", tapi tetap dapat dipastikan
keberadaannya.

1. Filsafat Alam
Alam ialah seluruh zat dan energi, khususnya dalam bentuk esensinya.
Alam ialah mata pelajaran studi ilmiah. Dalam skala, "alam" termasuk segala
sesuatu dari semestapada subatom. Ini termasuk seluruh hal binatang, tanaman,
dan mineral; seluruh sumber daya alam dan peristiwa (tornado, gempa bumi).
Juga termasuk perilaku binatang hidup, dan proses yang dihubungkan
dengan benda mati.
Filsafat alam (dari bahasa Latin philosophia naturalis) adalah istilah yang
melekat pada pengkajian alam dan semesta fisika yang pernah dominan sebelum
berkembangnya ilmu pengetahuan modern. Filsafat alam dipandang sebagai
pendahulu ilmu alam semisalfisika.
20

Bentuk-bentuk ilmu pengetahuan per sejarahnya berkembang di luar filsafat,


atau lebih khususnya filsafat alam. Di universitas-universitas yang lebih tua,
Kursi-Kursi Filsafat Alam yang sudah mapan kini sebagian besar dikuasai oleh
para guru besar fisika. Catatan modern ilmu pengetahuan dan ilmuwan merujuk
pada abad ke-19 (Webster's Ninth New Collegiate Dictionary menuliskan bahwa
asal mula kata "ilmuwan" adalah dari tahun 1834). Sebelumnya, kata "ilmu
pengetahuan" sekadar berarti pengetahuan dan gelar ilmuwan belumlah wujud.
Karya ilmiah Isaac Newton dari tahun 1687 dikenal sebagai Philosophiæ Naturalis
Principia Mathematica.

Filsafat Alam Menurut Thales


Tentunya dalam persoalan sejarah tentang kebenaran sesuatu bukanlah hal
yang mudah. Terutama tak ditemukan data yang dapat dijadikan sebuah rujukan.
Hal ini juga yang telah menimpa dalam kehidupan Thales, belum ada yang
mengukapkan secara jelas yang menyebutkan kapan ia lahir. Yang ada hanya
perkiraan, bahwa ia hidup pada tahun 625-545 sebelum Masehi . Sesosok yang
dilahirkan dari Grik. Ia merupakan saudagar yang banyak berlayar ke negeri
Mesir. Tak hanya itu ia juga ahli politik. Dan juga mempunyai kesempatan untuk
bejar matematika, dan astronomi. Dari kepandaian itu ia menggunkan sebagai ahli
nujum. Dan pada suatu waktu ia gunakan nujum untuk menuinjukan kapan terjadi
gerhana matahari, dan nujum terbukti yang terjadi pada tahun 585 SM .
Setelah sekilas berbicara tentang kehidupan Thales. Dan disini penulis
hendak mencoba memaparkan pemikiran. Dalam pemikiran ia banyak
memikirkan masalah Alam. Dari asal usul alam dan mencoba merasionalkan dari
adat sebelumnya yang telah lama ada dalam lingkungannya yang masih
mempercayai tahayul. Karena itu lah ia juga disebut bapak Filsafat. Dalam
berbicara alam. Ia mempercanyai bahwa alam semesta ini dapat dimengerti oleh
akal. Oleh karena itu ia menggunakan akalnya untuk mengamati alam dan
mengatakan bahwa semua adalah air. Air merupakan merupakan adalah pangkal,
pokok dan dasar (prinsip) segala-galanya. Semua terjadi dari air dan semua
kembali kepada air pula. Bagi Thales, air adalah sebab pertama dari segala yang
ada dan yang jadi. Tetapi, juga akhir dari segala yang ada dan jadi itu. Di awal air
21

di ujung air. Air itu satu air merupakan subtansi. Dan kerena air jika dipanaskan
akan menjadi uap. Uap air kalau mendingin akan menjadi air kembali.
Tentunya dalam hal ini bukan hanya merupakan asal berbicara. Namun, ada
beberapa hal yang menjadikan air tersebut menjadikan kesimpulan dari
pemikirannya. Dengan akal dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Dan
dari semua itu dijadikan untuk menyusun bangunan pemikiran tentang alam.
Dalam kehidupannya yang terletak di daerah pesisir yang selalu terjebak dengan
air yang merupakan sumber hidup. Sebagaimana ia lihat dalam kehidupan yang
mengambil dari sungai Nil. Dalam kepercayaan Thales merupakan seorang yang
anisme. Anisme merupakan kepercayaan bahwa bukan saja yang hidup yang
mempunyai jiwa, tetapi juga benda mati.

2. Jembatan antara Ilmu Pengetahuan Alam dengan Filsafat


Frank (dalam Soeparmo, 1984), dengan mengambil sebuah rantai sebagai
perbandingan, menjelaskan bahwa fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah
mengembangkan pengertian tentang strategi dan taktik ilmu pengetahuan alam.
Rantai tersebut sebelum tahun 1600, menghubungkan filsafat disatu pangkal dan
ilmu pengetahuan alam di ujung lain secara berkesinambungan. Sesudah tahun
1600, rantai itu putus. Ilmu pengetahuan alam memisahkan diri dari filsafat. Ilmu
pengetahuan alam menempuh jalan praktis dalam menurunkan hukum-hukumnya.
Menurut Frank, fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah menjembatani
putusnya rantai tersebut dan menunjukkan bagaimana seseorang beranjak dari
pandangan common sense (pra-pengetahuan) ke prinsip-prinsip umum ilmu
pengetahuan alam.
Filsafat ilmu pengetahuan alam bertanggung jawab untuk membentuk
kesatuan pandangan dunia yang di dalamnya ilmu pengetahuan alam, filsafat dan
kemanusian mempunyai hubungan erat. Sastrapratedja (1997), mengemukakan
bahwa ilmu-ilmu alam secara fundamental dan struktural diarahkan pada produksi
pengetahuan teknis dan yang dapat digunakan. Ilmu pengetahuan alam merupakan
bentuk refleksif (relefxion form) dari proses belajar yang ada dalam struktur
tindakan instrumentasi, yaitu tindakan yang ditujukan untuk mengendalikan
22

kondisi eksternal manusia. Ilmu pengetahuan alam terkait dengan kepentingan


dalam meramal (memprediksi) dan mengendalikan proses alam.
23

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keterkaitan anatara filsafat dan ilmu sangatlah erat. Namun hubungan antara
keduanya memiliki perbedaan diantaranya :
a. Filsafat mempunyai objek yang lebih luas, sifatnya universal, sedangkan
ilmu objeknya terbatas, khusus lapangannya saja.
b. Filsafat hendak memberikan pengetahuan, insight/pemahaman lebih dalam
dengan menunjukkan sebab-sebab yang terakhir. Sedangkan ilmu juga
menunjukkan sebab-sebab, tetapi yang tak begitu mendalam.
c. Filsafat memberikan sintesis kepada ilmu-ilmu yang khusus,
mempersatukan, dan mengkoordinasikannya. Lapangan filsafat mungkin
sama dengan lapangan ilmu, tetapi sudut pandangnya berlainan. Jadi,
merupakan dua pengetahuan yang tersendiri.
Fungsi dari filsafat ilmu adalah sebagai alat mencari kebenaran
mempertahankan, dan melawan atau berdiri netral, memberikan pengertian
tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia, ajaran tentang
moral dan etika yang berguna dalam kehidupan, dan menjadi sumber inspirasi
dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri,
seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
2. Ilmu dan kehidupan adalah dua hal yang saling berkaitan. Hal ini dikarenakan
ilmu digunakan sebagai dasar dari manusia untuk mengatasi masalah dalam
kehidupannya, selain itu ilmu digunakan sebagai penata hidup, peninggi derajat
manusia(secara agama), dan dapat mengubah peradaban dunia menjadi lebih
baik.
3. Keterkaitan antara kehidupan dan alam terlihat dari cara pandang kehidupan
terhadap alam, dan dan fungsi dari alam terhadap kehidupan. Alam selalu
memiliki keteraturan yakni segala fenomena alam dapat dipelajari dan diamati
oleh manusia dan akan memberikan manfaat bagi manusia yang mau
mempelajari gejala dan keteraturannya. Hal ini juga akan melahirkan
pengetahuan yang tentunya sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
24

B. Saran
Sebagai saran dari penulisan penulisan makalah ini agar dapat menjadi
referensi yang perlu ditindaklanjuti sehingga menjadi hasil pemikiran keilmuan
yang bermanfaat bagi perkuliahan Filsafat Ilmu.
25

Daftar Pustaka

Afid Burhanuddin, Ruang Lingkup Filsafat Ilmu. http://afidburhanuddin.


wordpress.com/2013/09/23/ruang-lingkup-filsafat-ilmu-2/. Diakses, pada
tanggal 20 September 2018
Alhelya, Manfaat Belajar Filsafat. http://alhelya746.blogspot.com/2013/05/
manfaat-belajar-filsafat.html. Diakses pada tanggal 21 September 2018
C. Verhaak dkk, 1995. Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Gramedia
Mustansyir, Rizal. 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Panca Budi, Manfaat dan Makna Filsafat Ilmu. http://ff.pancabudi.ac.id/
news/manfaat-dan-makna-filsafat-ilmu-.html. Diakses pada tanggal 20
September 2018
Sariono, Filsafat Ilmu dan Tujuannya .http://referensiagama.blogspot. com/2011/
01/filsafat-ilmu-dan-tujuannya.html. Diakses pada tanggal 19 September
2018
----------, Filsafat Ilmu. http://www.scribd.com/doc/23935573/FILSAFAT-ILMU.
Suriasumantri, Jujun S., 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Sinar Harapan, Cetakan XXII.

Anda mungkin juga menyukai