KPD
6 Jam Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala
(Case Report)
Disusun oleh :
Fadhilah Fanny
1518012202
Pembimbing :
dr. Ratna Dewi PS, Sp.OG
1
KATA PENGANTAR
Pertama saya ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“G1P0A0 Hamil 38 Minggu Inpartu Kala I Fase Laten Dengan KPD 6 Jam JTH
Preskep” tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan laporan kasus ini
adalah sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Ratna Dewi PS, Sp.OG yang telah
meluangkan waktunya untuk saya dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Saya
menyadari banyak sekali kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bukan hanya untuk saya, tetapi juga bagi siapa pun yang
membacanya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
3
DAFTAR GAMBAR
4
BAB I
LAPORAN KASUS
STATUS OBSTETRI
1.1 IDENTIFIKASI
Nama : Ny. SM
Umur : 26 tahun
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Lampung Selatan
Suami : Tn. HS
Umur : 32 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan suami : Wiraswasta
Agama : Islam
1.2 ANAMNESIS
5
2. Riwayat Penyakit Sekarang
± 6 jam yang lalu os mengeluh keluar air-air, jernih dan tidak berbau
sebanyak 3 x ganti kain. Riwayat perut mules yang menjalar ke pinggang
semakin lama semakin sering dan kuat (+), riwayat keluar darah dan lendir
(+), riwayat keputihan (-), riwayat trauma (-), riwayat koitus (-), riwayat
diurut-urut (-), riwayat minum jamu (-). Os mengatakan hamil cukup bulan
dan masih merasakan gerakan janin.
3. Riwayat haid
Menarche : 15 Thn
Siklus haid : 28 Hari
Lamanya : + 7 Hari
Banyaknya : 3 x ganti pembalut
Warnanya : Merah Kehitaman
Baunya : Normal
Dismenore : Kadang-kadang
HPHT : 5-01-2016
TP : 12-10-2016
4. Riwayat perkawinan
Pernikahan pertama selama 1 tahun
(Usia saat menikah 25 tahun)
6. Riwayatpenyakit
a. Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada.
6
b. Riwayat penyakit dalam keluarga
Hipertensi (-), DM (-)
7. Riwayat operasi
Tidak ada.
8. Riwayat kontrasepsi
Tidak ada.
9. Riwayat antenatal
a. Selama hamil diperiksa di dan oleh bidan secara rutin
b. Keluhan : mual muntah pada trimester pertama
c. Imunisasi : tidak ada
I. Status Present
KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
TekananDarah : 120/80mmHg
Nadi : 110 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 37,80C
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan saat ini : 62 kg
BB sebelum hamil : 53 kg
7
Mulut : gigi geligi lengkap, karies dentis (-)
Leher : JVP tidak meningkat, pulsasi vena leher tidak
terlihat
Thoraks
Mammae : Inspeksi membesar dan tegang, hiperpigmentasi
aerolla (+)
Jantung : Inspeksi ictus cordis tidak terlihat, palpasi ictus
cordis teraba di ICS 6 linea midclavicularis
sinistra, Auskultasi bunyijantung I-II (+/+) reguler,
murmur (-), gallop (-), kesan : batasjantung normal.
Paru : Inspeksi paru simetris saat statis dan dinamis,
palpasi paru fremitus vokal dan taktil simetris,
perkusi paru sonor (+/+), Auskultasi vesikuler
(+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Peruttampakmembesar, striae gravidarum (+), bekas
operasi (-)
Palpasi : Nyeritekanulu hati (-),hepar dan lien sulit dinilai
Perkusi : Nyeri ketuk (-)
Auskultasi : Bising usus (+) , cembung
Ekstremitas :
Superior : akral hangat
Inferior : akral hangat
Reflek patella (+/+)
1. Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Besar sesuai usia kehamilan, Linea nigra +, Striae
gravidarum +.
Palpasi :
8
Leopold 1 : TFU 3jbpx (32 cm), teraba satu bagian besar, bulat,
tidak melenting dan lunak, kesan bokong.
Leopold 2 : Letak memanjang, punggung kanan
Leopold 3 : Teraba massa bundar, melenting dan keras, kesan
kepala.
Leopold 4 : Kedua tangan divergen, kepala janin telah masuk PAP.
Penurunan 4/5.
His 2x/10’/15” DJJ=152x
TBJ : (30-13) x 155 = 2635 gram
Inspekulo:
Portio : Livide
OUE : terbuka
Flour : (-)
Fluxus : (+) ketuban aktif
Lakmus test : (+)
Pemeriksaan Dalam :
Portio : Lunak
Pendataran : 30%
Pembukaan : 2 cm
Ketuban : (-), jernih, bau (-)
Bagian terendah : Kepala
Penurunan : Hodge I-II
Penunjuk : belum dapat dinilai
Posisi : Medial
2.Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium tanggal 21 Oktober 2016.
-
Hemoglobin : 11,2 gr/dl
-
Leukosit : 16.600/ul
-
Eritrosit : 4,2
9
-
Hematokrit : 25%
-
Trombosit : 198.000/mm3
USG = AFI 8,5
3. Resume
± 6 jam yang lalu os mengeluh keluar air-air, jernih dan tidak berbau
banyaknya 3x ganti kain.. Riwayat perut mules yang menjalar ke pinggang
semakin lama semakin sering dan kuat (+), riwayat keputihan (-), riwayat
trauma (-), riwayat koitus (-), riwayat diurut-urut (-), riwayat minum jamu
(-). Os mengatakan hamil kurang bulan dan masih merasakan gerakan
janin.
10
1.4 Diagnosis
G1P0A0 Hamil 38 minggu Inpartu Kala I Fase Laten dengan KPD 6 jam, JTH
preskep
Prognosis
Ibu
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Anak
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
1.5 Penatalaksanaan
11
Follow Up
G1P0A0 Hamil 38 minggu Inpartu Kala I Fase Laten
21/10/2016 dengan KPD 6 jam, JTH preskep
16.00 WIB
TD: 120/80 mmHg T/ Observasi his, TVI, DJJ
HR: 110x/m IVFD RLgtt xx/mnt
T: 37,8C Akselerasi dengan oksitosin 5 IU
His 2x/10’/15’’ Inj. Ampisilin 3x1
Ø 2 cm Kosongkan VU
DJJ 152x/menit Cek Lab DR,UR
HI-II Evaluasi menggunakan partograf WHO modifikasi
Ketuban(-) R/ partus pervaginam
Fluxus (+) aktif
Lakmus test (+)
Lab:
Hb : 11,2 g/dl
Leukosit : 16.600 /ul
AFI 8,5
Ø lengkap
HIII+
22.30 WIB Lahir spontan neontus hidup laki – laki , BB 3000 gr,
PB 50 cm, A/S 6/8 FT AGA
22.35WIB Plasenta lahir lengkap
12
13/10/2016 Keadaan ibu dan bayi baik, pasien dan bayi
01.00 WIB dipindahkan ke ruang perawatan
13/10/2016 S : tidak ada keluhan
07.00 WIB
O:
St. Present : KU : Baik
Sens : CM
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36.50c
St. Obstetri :
TFU 2 jbp, kontraksi baik, perdarahan aktif (-), lokhia
rubra (+), ASI (+)(+), BAK (+), BAB (-)
P/ Mobilisasi dini
Vulva hygiene
ASI sesuai kebutuhan bayi
Amoxicillin 3x500 mg
Vit B complex 3 x1
R/ pulang
12.00 WIB Pasien dan bayi pulang dalam keadaan sehat
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Beberapa peneliti melaporkan hasil penelitian mereka dan didapatkan hasil yang
bervariasi. Insidensi KPD berkisar antara 8 - 10 % dari semua kehamilan. Hal
yang menguntungan dari angka kejadian KPD yang dilaporkan, bahwa lebih
banyak terjadi pada kehamilan yang cukup bulan dari pada yang kurang bulan,
yaitu sekitar 95 % 3, sedangkan pada kehamilan tidak cukup bulan atau KPD pada
kehamilan preterm terjadi sekitar 34 % semua kelahiran prematur.Ketuban pecah
dini (KPD) adalah selaput ketuban yang pecah sebelum adanya tanda persalinan.
Insiden KPD di Indonesia berkisar 4,5% sampai 7,6% dari seluruh kehamilan,
sedangkan di luar negeri insiden KPD antara 6% sampai 12%.1
14
2.3 Etiologi
15
4. Nutrisi yang tidak adekuat
16
6. Faktor lain
Hidramnion, gamelli, koitus, perdarahan antepartum, bakteriuria, pH
vagina di atas 4,5, stres psikologis, serta flora vagina abnormal akan
mempermudah terjadinya ketuban pecah dini.2
Berdasarkan sumber yang berbeda, penyebab ketuban pecah dini
dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
Serviks inkompeten.
Ketegangan rahim yang berlebihan : kehamilan ganda, hidramnion.
Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.
Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah
belum masuk pintu atas panggul, disproporsi sefalopelvik.
Kelainan bawaan dari selaput ketuban.
Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban
pecah.5
2.4 Patofisiologi
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion
yang sangat erat ikatannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti sel epitel,
sel mesenkim, dan sel trofoblas yang terikat erat dalam matriks kolagen. Selaput
kolagen berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap
infeksi. Membran janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan
peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin,
sitokinin, dan protein hormon yang merangsang aktivitas “matrix degrading
enzym”. 5
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus
dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu
terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh,
bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara
sintesis dan degradasi ekstraselular matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan
17
katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan
selaput ketuban pecah.
Keutuhan dari selaput ketuban tetap terjaga selama masa kehamilan oleh karena
aktivitas MMP yang rendah dan konsentrasi TIMP yang relatif lebih tinggi. Saat
mendekati persalinan keseimbangan tersebut akan bergeser, yaitu didapatkan
kadar MMP yang meningkat dan penurunan yang tajam dari TIMP yang akan
menyebabkan terjadinya degradasi matriks ektraseluler selaput ketuban.
Ketidakseimbangan kedua enzim tersebut dapat menyebabkan degradasi patologis
pada selaput ketuban. Aktivitas kolagenase diketahui meningkat pada kehamilan
18
aterm dengan ketuban pecah dini. Sedangkan pada preterm didapatkan kadar
protease yang meningkat terutama MMP-9 serta kadar TIMP-1 yang rendah.
Gangguan nutrisi merupakan salah satu faktor predisposisi adanya gangguan pada
struktur kolagen yang diduga berperan dalam ketuban pecah dini. Mikronutrien
lain yang diketahui berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini adalah asam
askorbat yang berperan dalam pembentukan struktur triple helix dari kolagen. Zat
tersebut kadarnya didapatkan lebih rendah pada wanita dengan ketuban pecah
dini. Pada wanita perokok ditemukan kadar asam askorbat yang rendah.8
Infeksi
19
Indikasi terjadi infeksi pada ibu dapat ditelusuri metode skrining klasik, yaitu
temperatur rektal ibu dimana dikatakan positif jika temperatur rektal lebih 38°C,
peningkatan denyut jantung ibu lebih dari 100x/menit, peningkatan leukosit dan
cairan vaginal berbau.9
Hormon
Pada ketuban pecah dini aterm ditemukan sel-sel yang mengalami kematian sel
terpogram (apoptosis) di amnion dan korion terutama disekitar robekan selaput
ketuban. Pada korioamnionitis terlihat sel yang mengalami apoptosis melekat
dengan granulosit, yang menunjukkan respon imunologis mempercepat terjadinya
kematian sel. Kematian sel yang terprogram ini terjadi setelah proses degradasi
matriks ekstraseluler dimulai, menunjukkan bahwa apoptosis merupakan akibat
dan bukan penyebab degradasi tersebut. Namun mekanisme regulasi dari
apoptosis ini belum diketahui dengan jelas.2
20
Peregangan Selaput Ketuban
2.5 Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Inspeksi
21
4. Pemeriksaan dengan inspekulo
5. Pemeriksaan Dalam
Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada
lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu
dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum
dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam karena pada
waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi
segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal.
Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.
Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau sudah dalam
persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan, dan bila akan
dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan), dan dibatasi sedikit
mungkin.
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Lab
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi,
bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban
mungkin juga urine atau sekret vagina.
a) Tes Lakmus (tes Nitrazin).
yaitu dengan memeriksa kadar keasaman cairan vagina. Kertas
mustard emas yang sensitive, pH ini akan berubah menjadi biru tua
pada keberadaan bahan basa. pH normal vagina selama kehamilan
22
adalah 4,5-5,5, pH cairan amniotik adalah 7-7,5. Tempatkan
sepotong kertas nitrazin pada mata pisau spekulum setelah menarik
spekulum dari vagina, jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). Darah dan infeksi
vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.9
b) Mikroskopik (tes pakis)
Dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan
kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun
pakis.9
Pemeriksaan USG
2.6 Penatalaksanaan
Konservatif
Rawat di rumah sakit.
Berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak
tahan dengan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari).
Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
Jika umur kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes
busa negatif : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 39 minggu.
23
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24
jam.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.
Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin
dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis
tunggal selama 2 hari, deksametason i.m 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4
kali.7
Aktif
Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal pikirkan
seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50µg intravaginal tiap
6 jam maksimal 4 kali.
Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan
persalinan diakhiri jika :
a. Bila skor pelvik < 5, lakukanlah pematangan serviks, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
b. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
24
Gambar. 2 Alur penatalaksanaan ketuban pecah dini.
25
Antibiotik
Ampicillin 1g secara intravena diberikan tiap 6 jam bersamaan
dengan erythromycin 250 mg tiap 6 jam selama dua hari.Diikuti
dengan pemberian antibiotik oral, amoxicillin 250mg tiap 8 jam
dan erythromycin 333 mg tiap 8 jam selama lima hari.Pemberian
antibiotik terbukti memperpanjangkan masa laten dan mengurangi
resiko infeksi seperti postpartum endometritis, chorioamnionitis,
neonatal sepsis, neonatal pneumonia, dan pendarahan
intraventricular. Pemberian antibiotik profilaksis dapat
menurunkan infeksi pada ibu. Walaupun antibiotik tidak
berfaeadah terhadap janin dalam uterus namun pencegahan
terhadap chorioamninitis lebih penting dari pada pengobatanya
sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan.10
Kortikosteroid Antenatal
Tokolitik
26
berhentihanya diindikasikan terhadap beberapa kasus diantaranya
plasenta previa dan amniotic sac prolaps. Tokolitik yang banyak
digunakan adalah betamemetik (fenoterol, ritodrine dan terbutalin),
oksitosin antagonist (astobian), Ca antagonist (Nifedipin) NO
donnors, penghambat sintesis prostaglandin (Indometasin) dan
MgSO4.
Indikasi:
Kontraindikasi:
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur,
hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden
seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal5.
1. Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode
laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi
dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34
minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada ketuban kurang dari 26
minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu. 11
27
2. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada
ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia,
pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin
terinfeksi. Pada ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih sering
daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada ketuban
pecah dini meningkat sebanding dengan lamanya periode laten. 10
3. Hipoksia dan asfiksia
2.8 Prognosis
28
BAB III
ANALISA KASUS
3.1 Permasalahan
1. Apakah diagnosis kasus ini sudah tepat?
2. Apakah penatalaksanaan kasus ini sudah tepat?
3. Apakah penyebab KPD pada kasus ini?
4. Apakah komplikasi pada kasus ini?
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan peningkatan suhu tubuh dan nadi yang
cepat. Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan penipisan dan dilatasi
serviks. Pemeriksaan vagina juga mengindentifikasikan bagian presentasi
janin dan menyingkirkan kemungkinan prolaps tali pusat. Pada pemeriksaan
dalam didapatkan ada cairan dalam vagina, selaput ketuban sudah pecah.
29
normal vagina. Kertas nitrazine menjadi biru bila terdapat cairan alkali
amnion. Bila diagnosa tidak pasti, adanya lanugo atau bentuk kristal daun
pakis cairan amnion kering (ferning) dapat membantu. Bila kehamilan belum
cukup bulan penentuan rasio lesitin-sfingomielin dan fosfatidilgliserol
membantu dalam evaluasi kematangan paru janin. Bila kecurigaan infeksi,
apusan diambil dari kanalis servikalis untuk pemeriksaan kultur serviks
terhadap Streptokokus beta group B, Clamidia trachomatis dan Neisseria
gonorea.2
Pemeriksaan leukosit darah, bila meningkat > 15.000 /mm3 kemungkinan ada
infeksi. USG untuk menentukan indeks cairan amnion, usia kehamilan, letak
janin, letak plasenta, gradasi plasenta serta jumlah air ketuban1
Konservatif
Rawat di rumah sakit.
Berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak
tahan dengan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari).
Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
Jika umur kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes
busa negatif : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 39 minggu.
30
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24
jam.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.
Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin
dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis
tunggal selama 2 hari, deksametason i.m 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4
kali.7
Aktif
Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal pikirkan
seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50µg intravaginal tiap
6 jam maksimal 4 kali.
Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan
persalinan diakhiri jika :
c. Bila skor pelvik < 5, lakukanlah pematangan serviks, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
d. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.9
31
32
3. Apakah penyebab KPD pada kasus ini?
Faktor risiko untuk terjadinya KPD, antara lain: inkompetensi servik,
ketegangan rahim yang berlebihan pada keadaan kehamilan ganda dan
hidramnion, kelainan letak seperti letak sungsang dan letak lintang,
kemungkinan kesempitan panggul, kelainan bawaan dari selaput ketuban, dan
infeksi.
Penyebab KPD pada kasus ini kemungkinan dapat juga disebabkan oleh
karena infeksi genitalia eksterna yang asimptomatik akibat higyne yang
kurang baik. Infeksi menyebabkan ketuban pecah dini dengan cara
menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban. Secara
teoritis pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas yang
terjadi pada daerah tepi robekan selaput ketuban dengan perubahan yang
besar. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat kaitannya dengan
jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena penipisan oleh infeksi atau
rendahnya kadar kolagen. Kolagen pada selaput terdapat pada amnion di
daerah lapisan kompakta, fibroblas serta pada korion di daerah lapisan
retikuler atau trofoblas, dimana sebagaian bear jaringan kolagen terdapat pada
lapisan penunjang (dari epitel amnion sampai dengan epitel basal korion).
Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan
inhibisi intrleukin-1 dan prostaglandin. Adanya infeksi dan inflamasi
menyebabkan bakteri penyebab infeksi mengeluarkan enzim protease dan
mediator inflamasi interleukin-1 dan prostaglandin. Mediator ini
menghasilkan kolagenase jaringan sehingga terjadi depolimerisasi kolagen
pada selaput korion/amnion menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan
mudah pecah spontan.3
33
4. Apakah komplikasi pada kasus ini?
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan
premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin,
meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal
mengikuti terjadinya ketuban pecah dini.
a. Persalinan prematur
34
DAFTAR PUSTAKA
2. Cunningham, FG, et al. Obstetri Williams. Edisi ke-21. 2006. Jakarta : EGC
Penerbit Buku Kedokteran.
35