Anda di halaman 1dari 12

A.

PENDAHULUAN
Bila kita lihat tingkat kehidupan binatang yang sederhana yaitu ulat dan penyu,
tampaknya rasa tanggung jawab terhadap anaknya tidak ada. Kedua binatang itu setelah
bertelur sepertinya tidak mau tahu dengan nasib telur-telurnya. Telur-telurnya apakah
menetas menjadi ulat dan penyu kecil tidak diperhatikannya. Tanggung jawabnya hanya
sampai bertelur, selanjutnya tanggung jawab menetaskan dan pemeliharaannya diserahkan
kepada alam. Kita lihat anak ulat itu langsung dewasa dalam memulai hidupnya, ia
melakukannya dengan sendiri. Ia mulai memakan daun-daunan di tempat ia menetas dan
dilanjutkan kepada daun-daun disampingnya. Begitu seterusnya sampai ia dewasa. Tak
berbeda dengan penyu kecil yang baru menetas dari telur yang ditimbun pasir oleh induknya.
Ia segera keluar dan berjalan lalu berlari mencari air dan seterusnya sampai ia dewasa.
Demikianlah keadaan hidup binatang sesuai dengan tingkat kesederhanan hidupnya.
Pada makhluk manusia yang memiliki tingkat kehidupan yang sempurna dan tinggi, maka
akan ditemukan kehidupan yang jauh berbeda. Rasa tanggung jawab akan terlihat lebih besar
yang ditanggung antara sang ayah dan ibu. Mulai dari masa mengandung, melahirkan, dan
menyiapakan. Mereka akan memelihara serta mendidik si anak hingga dewasa sampai
menikah. Bahkan setelah menikah, rasa tanggung jawab orang tua masih berlanjut terhadap
cucunya yang lahir dan keselamatan anaknya bahkan kadangkala sampai mati. Namun
demikian tampaknya ada juga sebagian kecil, bahkan seakan-akan tidak ada. Misalnya ada
orang tua yang sampai hati membunuh anaknya atau memberikan kepada orang lain atau
dijual anak tersebut yang mana hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah.
Manusia seperti ini rasa tanggung jawab jasmaniahnya kecil, tapi bagi orang yang taat
kepada ajaran agamanya seperti umat islam rasa tanggung jawab ini lebih luas dan besar.
Dalam salah satu hadist yang berbunyi :
.‫روه البخاري‬. ‫ُكلُّ ُك ْم َراعٍ َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئ ُ ْو ٌل َع ْن َر ِعي ِت ِه‬
Artinya : Masing-masing kamu adalah pemimpim dan masing-masing kamu bertanggung
jawab atas orang-orang yang kamu pimpin.1
Sehubungan dengan tanggung jawab pendidikan maka makalah yang ekstra sederhana ini
akan mengupas tentang kesuksesan dalam dunia pendidikan yang terbentuk atas adanya
hubungan timbal-balik (kerja sama) antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.

1
Prof.H.M.Arifin, M.Ed., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam, 1998), hlm.259-260.

1
B. PEMBAHASAN
1. Pendidikan Pada Lingkungan Keluarga
Ditinjau dari segi hukum perkawinan, bahwa anak yang dilahirkan dalam keluarga adalah
kepunyaan kedua orang tuanya, karena pergaulan dan kehidupan rumah tangga yang mereka
bina dan tegakkan. Secara hukum telah disahkan melalui ijab qobul yang disaksikan oleh
majlis perkawinan yang sengaja dilakukan, maka anak mereka adalah tanggung jawab
mereka. Orang luar secara hukum tidak dapat mencampuri masalah intern mereka terkecuali
dalam hal-hal tertentu misalnya adanya penganiayaan, melainkan tanggung jawab kepada
anak atau kejadian yang membahayakan jiwa si anak. Mengenai hal ini diatur tersendiri dalm
peraturan perundang-undangan negara.
Sebenarnya hakikat perkawinan ini dilihat dari segi kependidikan adalah kesadaran kedua
suami istri memikul rasa tanggung jawab bersama. Sebelum keduanya melakukan
pernikahan, tanggung jawab atas diri mereka berada pada kedua orang tua masing-masing.
Sebagai mana diketahui dalam hukum islam, bahwa tanggung jawab adalah sejak anak masih
dalam kandungan sampai mengawinkannya. Bila ia telah dikawinkan maka secara hukum
islam ia sudah dewasa dan semua tanggung jawab berubah kepundaknya. Begitulah rasa
tanggung jawab ini berlaku untuk semua suami istri setelah melakukan perkawinan.
Menurut Pasal UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974, dikatakan bahwa : perkawinan adalah
ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagi suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Anak yang lahir dari perkawinan ini adalah anak yang sah dan menjadi hak dan tanggung
jawab kedua orang tuanya memelihara dan mendidiknya dengan sebaik-baiknya. kewajiban
kedua orang tuanya mendidik anak ini terus berlanjut sampai ia dikawinkan atau dapat berdiri
sendiri. Bahkan menurut Pasal 45 Ayat 2 UU Perkawinan ini, kewajiban dan tanggung jawab
orang tua akan kembali apabila perkawinan antara keduanya putus karena suatu hal. Maka
anak ini kembali menjadi tanggung jawab orang tua.2
Kewajiban mendidik ini secara tegas dinyatakan Allah dalam surat At-tahrim ayat 6,
sebagai berikut yang artinya :

“ Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan keluaragamu dari api neraka”. (QS.
At-tahrim : 6)3

2
Ibid, hlm. 27
3
Departemen Agama, Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
penerjemah Al-Quran, 1985) hlm. 951

2
Perkataan Quran di sini adalah kata kerja perintah atau fill amar yaitu suatu kewajiban
yang harus ditunaikan oleh kedua orang tua terhadap anaknya. Kedua orang tua adalah
pendidik yang pertama dan utama bagi anaknya. Karena sebelum orang lain mendidik anak
ini, kedua orang tuanyalah yang mendidik terlebih dahulu. Dan bila kita telah secara
mendalam memang benar apabila tanggung jawab pendidikan anak terletak di tangan kedua
orang tuanya dan tidak dapat dipikulkan kepada orang lain, kecuali apabila orang tua merasa
tidak mampu melakukan sendiri, maka bolehlah tanggung jawabnya diserahkan kepada orang
lain misalnya dangan cara disekolahkan.
Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua
terhadap anak antara lain sebagai berikut :

1. Memelihara dan membesarnya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk
dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum, dan perawatan agar ia dapat
hidup secara berkelanjutan.
2. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmani maupun rohani dari
berbagai gangguan penyakit atau bahkan bahaya lingkungan yang dapat
membahayakannya.
3. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi
hidupnya, sehingga apabila ia telah dewasa ia mampu berdiri sendiri dan membantu
orang lain serta melaksanakan kekhalifahannya.
4. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama
sesuai dengan ketentuan Allah sebagai tujuan akhir hidup muslim. Tanggung jawab
ini dikategorikan juga sebagai tanggung jawab kepada Allah.

Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus-menerus
perlu dikembangkan setiap orang tua, mereka juga perlu dibekali teori-teori pendidikan
modern sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan demikian tingkat dan kualitas materi
pendidikan yang diberikan dapat digunakan anak untuk menghadapi lingkungan yang selalu
berubah. Bila hal ini dapat dilakukan oleh setiap orang tua,maka generasi mendatang telah
mempunyai kekuatan mental menghadapi perubahan dalam masyarakat. Untuk dapat berbuat
demikian, tentu saja orang tua perlu meningkatkan ilmu dan keterampilannya sebagai
pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Upaya yang dapat ditempuh utuk
meningkatkan kualitas diri orang tua antara lain dengan cara belajar seumur hidup, sebagai

3
mana diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW Yaitu belajar seumur hidup dan menuntut ilmu
itu wajib bagi setiap muslim dan muslimat tanpa kecuali. Agama islam selalu meningkatkan
pemeluknya agar generasi berikutnya memiliki kualitas yang lebih baik dari generasi
sebelumnya. Konsep pendidikan ini tampaknya telah dianut oleh bangsa Indonesia sehinggan
dimasukkan kedalam GBHN.4
Kerja sama untuk mendidik anak antara suami dan istri sangat mutlak diperlukan. Bagi
suami mempunyai kelebihan ilmu dan keterampilan mendidik, harus mengajarkan kepada
istrinya dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikisn antara suami dan istri saling menutup
kelemahannya. Cara mendidik anak dengan menyerahkan sepenuhnya kepada istri rasanya
tidak tepat lagi, mengingat tugas dan tanggung jawab istri dalam kelurga sekarang tampaknya
semakin berat. Apalagi bagi keluarga yang kedua harus bekerja di luar rumah, sedang di
rumah tidak ada pembantu atau nenek atau kakeknya, sehingga jenis keluarga ini menjadi
keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. Keluarga inti atau keluarga batih
ini, di daerah perkotaan cenderung meningkat terutama di lingkungan pegawai negeri yang
mengotrak rumah atau tinggal di rumah susun.
Anak sebagai manusia kecil yang sedang menuju ke arah perkembangan yang sempurna,
tidak luput dari beberapa tingkah laku dan sikapnya yang dapat mengganggu keharmonisan
rumah tangga. Gangguan akibat pertumbuhan dan perkembangan ini adalah wajar, namun
perlu diwaspadai dan diketahui agar tidak merugikan perkembangan atau hubungann
kekeluargaan. Beberapa sifat dan sikap yang mungkin muncul itu antara lain dikemukakan
oleh Dr. Sis Heyster dalam bukunya Ilmu Jiwa Anak dan Masa Muda dan juga oleh Crijn dan
Reksosiswojo dalam pengantar praktek pengajaran dan pendidikan sebagai berikut : keras
hati, keras kepala, manja, perasaan takut, dusta , agresif (menyerang anak lain), cepat
merajuk, berkata gagap, ingin menang sendiri, menyembunyikan milik teman sendiri dan
diakui kepunyaannya, fantasi dan gangguan anak yang disebut infant terrible. Di bawah ini di
bicarakan beberapa buah saja, yaitu dusta, gagap, dan infant terrible.

a. Dusta

a) Dusta atau bohong , hampir ditampilkan oleh semua anak dalam masa
perkembangannya.Dusta ini ada yang disebut dusta sebenarnya dan ada pula dusta
semu.

4
Prof. H. MA. Zahra Idris, Dasar-dasar Pendidikan 1,(Padang: Angkasa Raya, 1987), hlm.76

4
b) Dusta sebenarnya adalah perkataan bohong yang sengaja dilakukan untuk sesuatu
keuntungan tertetu dengan sengaja merugikan orang lain.
c) Dusta semu atau dusta tidak sebenarnya adalah dusta karena tidak mampu membela
diri atau menyatakan dengan sebenarnya rasa ketakutannya.

b. Gagap

Gagap adalah ucapan yang dikeluarkan tidak lancar dan cenderung diulang-ulang
dalam cara tertentu .
c. Infant terrible
Infant terrible adalah gangguan anak-anak untuk memahami kasus-kasus yang dapat
mempengaruhi pemikiran buruk dari perkataan orang tua yang tanpa disadari orang tua
perilakunya menjadikan anak menjadi punya pemikiran buruk.5

2. Pembinaan dan Tanggung Jawab Pendidikan Sekolah


Pembinaan pendidikan yang dilakukan kepada anak dalam lingkungan keluaraga akan
membentuk sikap, tingkah laku, cara merasa, dan mereaksi anak terhadap lingkungannya .
Untuk dapat memahami usaha pembinaan dan rasa tanggung jawab pendidikan yang
dilakukan oleh sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, ada baiknya dikemukakan
pengertian yang berkaitan dengan pendidikan informal, formal, dan nonformal.
Dalam buku Administrasi Pendidikan karangan Dr. Hadari Nawawi dikatakan sebagai
berikut :
a. Pendidikan formal adalah usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja,
berencana, terarah, dan sistematis melalui suatu lembaga pendidikan yang disebut
sekolah .
b. Pendidikan informal adalah usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja,
tetapi tidak berencana, dan tidak sistematis di luar lingkungan keluarga.
c. Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja dan
berencana tetapi tidak sistematis di luar lingkungan keluarga dan sekolah.
Semua usaha yang diselenggarakan oleh ketiga lembaga pendidikan di atas, tertuju
kepada suatu tujuan umum, yaitu untuk membentuk peserta didik mencapai kedewasaannya,
sehingga ia mampu berdiri sendiri di dalam masyarakat sesuai dengan nilai dan norma yang

5
Rosyi dan Moeslihatuen, Dasar-dasar Psikologi dalam Pendidikan, (Surabaya: Bulan Bintang, 1981), hlm. 178

5
berlaku di lingkungan masyarakat. Dengan demikian semua usaha pendidikan membantu
perkembangan dirinya.
Menurut Pasal 9 Ayat 2 UU Sistem Pendidikan Nasional yang diundangkan pada
tanggal 27 Maret No 2 Tahun 1989 dinyatakan, bahwa satuan pendidikan yang disebut
sekolah merupakan bagian dari pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan.
Tanggung jawab sekolah sebagai lembaga pendidikan formal didasarkan atas tiga faktor :
a. Tanggung jawab formal
Kelembagaan pendidikan sesuai dengan fungsi, tegasnya dan mencapai tujuan
pendidikan menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
b. Tanggung jawab keilmuan
Berdasarkan bentuk,isi, tujuan dan tingkat pendidikan yang dipercaya kepadanya oleh
masyarakat sebagaimana tertuang dalam Pasal 13, 15, dan 16 Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional.
c. Tanggung jawab fungsional
Tanggung jawab yang diterima sebagai pengelola fungsional dalam melaksanakan
pendidikan oleh para pendidik yang diserahi kepercayaan dan tanggung jawab
melaksanakan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai
limpahan wewenang dan kepercayaan serta tanggung jawab yang diberikan orang tua
kepada peserta didik. Pelaksanaan tugas tanggung jawab yang dilakukan oleh para
pendidik profesional ini didasarkan atas program yang telah terstruktur.6

3. Pembinaan dan Tanggung Jawab oleh Masyarakat


Masyarakat dari segi sosiologi adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal
dalam suatu kawasan dan saling berinteraksi sesamanya untuk mencapai tujuan. Secara
kualitatif dan kuantitatif anggota masyarakat terdiri dari berbagai ragam pendidikan, profesi,
keahlian, bangsa, suku, kebudayaan, agama, lapisan sosial sehigga menjadi masyarakat yang
plural. Secara makro memang demikianlah kenyataan masyaraakt karena terdiri dari berbagai
keluarga yanga yang heterogen. Setiap anggota masyarakat secara tidak langsung telah
mengadakan kerja sama dan saling mempengaruhi untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
tujuannya. Demikianlah dinamiaka berjalan sejak dahulu sampai sekarang dan seterusnya.

6
UU Nomor 2 Tahun 1989, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Departemen Penerangan,1990), hlm. 63

6
Mereka secara fungsional dan struktural di lingkungan masing-masing bertanggung
jawab terhadap perilaku dan tingkah laku warganya secara konsepsional pendidikan oleh
kedua jenis pemimpim masyarakat ini antara lain adalah mengawasi, menyalurkan, membina,
dan meningkatkan kualitas anggotanya. Dengan demikian aktivitas masing-masing anggota
masyarakat berjalan menurut fungsinya dalam mewujudkan masyarakat yang damai.

4. Pembinaan Kerja Sama antara Orang Tua , Sekolah, dan Masyarakat


Setelah kita melihat ketiga macam tanggung jawab dan pembinaan pendidikan yang
dilakukan oleh orang tua, sekolah, dan masyarakat, tampaknya ada kesaaman rasa tanggung
jawab yang dipikul oleh ketiga macam lingkungan pendidikan ini. Mereka secara tidak
langsung telah mengadakan kerja sama yang erat di dalam praktek pendidikan. Kerja sama
yang erat itu tampak dari hal-hal berikut. Orang tua anak meletakkan dasar-dasar pendidikan
di rumah tangga, terutama dalam segi pembentukan kepribadian, nilai-nilai luhur moral dan
agama sejak kelahirannya.

5. Pengaruh Timbal Balik Antara Sekolah dan Msyarakat


1. Pengaruh Sekolah terhadap Masyarakat
Sekolah merupakan salah satu lembaga masyarakat. Di dalamnya terdapat reaksi dan
interaksi antar warganya. Warga sekolah tersebut adalah guru, murid, tenaga administrasi
sekolah serta petugas sekolah lainnya. Sebagai salah satu lembaga masyarakat maka untuk
dapat menjalankan tugasnya sekolah perlu memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
a. Menyesuaikan kurikulum sekolah dengan kebutuhan masyarakat.
b. Metode yang digunakan harus mampu merangsang murid untuk lebih mengenal
kehidupan riil dalam masyarakat.
c. Menumbuhkan sikap pada murid untuk belajar dan bekerja dari kehidupan sekitarnya.
d. Sekolah harus selalu berintegrasi dengan kehidupan masyarakat, sehingga kebutuhan
kedua belah pihak akan terpenuhi.
e. Sekolah seharusnya dapat mengembangkan masyarakat dengan cara mengadakan
pembaharuan tata kehidupan.
Dalam mengemban fungsi sekolah sebagai lembaga pengembangan masyarakat, guru
mempunyai peranan yang cukup penting selain sebagai pengajar di sekolahan ia juga sebagai
pemimpin masyarakat baik masyarakat luar sekolah maupun masyarakat dalam
sekolah.

7
Pengaruh sekolah terhadap masyarakat pada dasarnya tergantung kepada luas-tidaknya
produk serta kualitas dari produk sekolah itu sendiri. Semakin luas sebaran produk sekolah
ditengah-tengah masyarakat; lebih-lebih bila diikuti dengan tingkatan kualitas yang memadai,
tentu produk persekolahan tersebut membawa pengaruh positif dan berarti bagi
perkembangan masyarakat bersangkutan. Setidak-tidaknya ada empat yang bisa diperankan
oleh sekolah terhadap perkembangan masyarakat.
a. Keempat pengaruh tersebut adalah :Mencerdaskan kehidupan masyarakat.
Kecerdasan masyarakat dapat dikembangkan melalui pendidikan baik pendidikan
formal maupun non formal bahkan informal. Sekolah sebagai pelaksana pendidikan
dalam hal ini memegang peran penting karena programnya lebih mantap dan baku
dibanding lembaga pendidikan lainnya. Tingkat kecerdasan masyarakat dan
peradapan ekonomi sosial sangat membantu sekolah dalam mewujudkan masyarakat
yang lebih cerdas. Tingkat kecerdasan masyarakat akan sangat menentukan dalam
menghadapi tantangan.
b. Membawa virus pembaruan bagi perkembangan masyarakat.
Program pendidikan di sekolahan juga mengupayakan terjadinya transformasi
pengetahuan, pemikiran dan adanya inovasi bagi perkembangan masyarakat luas.
Kualitas hidup masyarakat meningakat bila mereka tidak statis melainkan dinamis
bermunculan adanya pembaharuan dan penemuan-penemuan yang dapat terjadi di
masyarakat maupun sekolah. Namun sudah menjadi tugas dan kewajiban sekolah
untuk menyebarluaskan hasil penemuan dan pembaharuan tersebut.
c. Melahirkan warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di
lingkungan masyarakat.
Untuk terjun ke lapangan pekerjaan diperlukan bekal matang, pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Sekolah tidak dapat terlepas dari tugas pembekalan hal tersebut. Hal ini
tercermin dalam isi kurikulum pada masing-masing lebaga pendidikan (sekolah).
Sekolah kejuruan lebih tegas batas spesialisasinya dalam membekali para muridnya
dan lebih menekankan pada skill tertentu misalnya STM pada keterampilan tehnik,
SMEA Pada keterampilan di bidang ekonomi administrasi, SMKK pada
kerumahtanggaan.
d. Melahirkan sikap-sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat, sehingga
tercipta integrasi sosial yang harmonis ditengah-tengah masyarakat.
Sikap positif dan konstruktif sungguh sangat didambakan oleh masyarakat, dan
sekolah telah membekali murid-muridnya sejak pendidikan dasar sampai perguruan

8
tinggi lawat pendidikan agama, pendidikan moral pancasila, maupun dalam bidang
studi lain. Kesadaran hidup bernegara, persatuan dan kesatuan, serta loyalitas warga
negara terhadap nusa dan bangsanya secara bertahap ditanamkan pada hati sanubari
murid-muridnya sehingga sikap positif dan konstuktif bagi masyarakat dapat
terwujud.
Di dalam Tap MPR No. IV/MPR/1978 ditegaskan bahwa pendidikan berdasar atas
pancasila dan bertujuan :
a. Meningkatan:
 Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
 Kecerdasan
 Keterampilan
b. Mempertinggi budi pekerti
c. Memperkuat kepribadian
d. Mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
2. Pengaruh Masyarakat terhadap Sekolah
Selain masyarakat selalu tumbuh dan berkembang, ia memiliki identitas atau karakter
tersendiri sesuai dengan sosial budaya dan latar belakang sosial ekonominya. Identitas dan
perkembangan masyarakat tersebut sedikit banyak akan terpengaruh terhadap sekolah.
Pengaruh tersebut baik dalam orientasi dan tujuan pendidikan maupun proses pendidikan itu
sendiri.
Dengan demikian dapat disimpulkan pengaruh peranan masyarakat terhadap sekolah :
a. Sebagai arah dalam menentukan tujuan
b. Sebagai masukan dalam menentukan proses belajar mengajar
c. Sebagai sumber belajar
d. Sebagai pemberi dana dan fasilitasi lainnya
e. Sebagai labolatorium guna pengembangan dan penelitian sekolah.
Ada yang mengatakan bahwa sekolah merupakan lembaga investasi manusia/ tenaga
yang sangat penting untuk kebutuhan dan kemajuan masyarakat. Investasi tenaga ini
diharapkan mutunya baik dan jumlahnya mencukupi. Tersebarnya lulusan sekolah yang
berkualitas dan jumlahnya memadai akan membawa pengaruh positif bagi perkembangan
masyarakat yang bersangkuatan.

9
Peranan masyarakat terhadap sekolah antara lain terutama dalam :
a. Pengawasan; Masyarakat terlibat juga dalam pengawasan terhadap sekolah (social
control). Pengawasan ini terhadap segala gerak-gerik sekolah selaku lembaga
pendidikan. Pengawasan dapat secara langsung atau lewat Badan Pembantu
Penyelenggara Pendidikan (BP3) atau lewat media massa; demikian juga masukan
hasil pengawasan.
b. Bantuan-bantuan yang berupa pembiayaan sekolah (gedung, sarana, dan prasarana)
lewat BP3 atau secara langsung perorangan/ kelompok.
c. Penyediaan tempat untuk mendirikan sekolah atau lapangan sekolah dan lain-lain
yang diperlukan sekoah.
d. Penyediaan narasumber (resorce person).
e. Masyarakat sebagai laboratorium atau sumber belajar yang sangat membantu proses
belajar mengajar.7

7
Drs.H.Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan,cet.kelima (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 84-93

10
C. Kesimpulan
Anak sebagai makhluk sosial dilahirkan dalam ketidak berdayaan. Lingkungan
keluarga yang memotori oleh ayah dan ibu adalah dua orang pertama dan utama, maka peran
keduanya sangat dominan dalam diri anak dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan yang
mewarnai kehidupan seseorang sepanjang hayatnya.
Mengingat berbagai keterbatasan kedua orang tua maka tanggung jawab pendidikan
sebagian dipercayakan kepada sekolah. Sekolah sebagai lembaga formal (resmi). Menerima
limpahan tanggung jawab ini secara sadar dan menunaikannya secara sengaja, berencana, dan
sistematis.
Kewibawaan pendidikan diperlukan oleh sekolah, agar peserta didik mematuhi dan
melaksanakan beberapa peraturan yang ada. Maka untuk menegakkan kewibawaan
pendididkan diperlukan kerja sama terpadu dari keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Masyarakat sebagai lingkungan pendidikan ketiga berperan mengawasi, mengarahakan
dan memantapkan pendidikan yang telah diterimanya dari orang tua dan sekolah. Dalam
masyarakatlah ia akan menemukan kedewasaannya yang sebenarnya melalui pengalaman
ilmu, berketerampilan dan pengalaman yang beraneka ragam.
Mengingat pentingnya hubungan timbal balik antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Maka penting untuk direalisasikan dengan berbagai bentuk dan cara pelaksanaannya guna
mencerdaskan anak bangsa.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Prof.H.M,M.Ed. dan Rasyad, Aminuddin, Dr.H. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta:

Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. 1998.

Departemen Agama. Al-Quan dan Terjemahannya. Jakarta: Yayasan Penyelenggara

Penerjemahan Al-Quran. 1985.

Idris, Prof.H.MA. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Angkasa Raya.1987.

Ihsan,Drs.H.Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2008

Rosyi dan Moeslihatun. Dasar-Dasar Psikologi dalam Pendidikan. Surabaya: Bulan

Bintang. 1981.

UU No. 2 Tahun 1985. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Kreasi Jaya. 1989.

UU No. 2 Tahun 1989. Sistem Pendidikan Nasional. Jakrta: Departemen Penerangan.1990.

12

Anda mungkin juga menyukai