Pembahasan
Berdasarkan Tabel 4.4 Diperoleh sebagian besar Sresponden pemberian asinya termasuk Baik
sebanyak 56,7%(17 orang).Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat pekerjaan dan sebagian
besar ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 60%(18 orang).
Semakin banyaknya ibu yang bekerja mencari nafkah cenderung untuk tidak menyusui bayinya
,mereka dapat melakukan hal tersebut ketika berada dirumah yaitu sebelum berangkat dan setelah
pulang dari bekerja.(syahmin mohyi,2004).
Berdasarkan data diatas bahwa pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sangat mempengaruhi
kelancaran pemberian asi karena ibu lebih banyak meluangkan waktu untuk memberikan asi kepada
bayinya dibandingkan dengan ibu yang bekerja atau wanita karier.Disamping itu perlu adanya
dukungan suami maupun keluarga lain dalam rumah akan sangat membantu berhasilnya seorang ibu
untuk menyusui.
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa seluruh responden pemberian asinya termasuk Baik
yaitu sebanyak 100%(30 orang).Hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan tingkat
pendidikan responden sebagian besar adalah SMA(46,7%)
Sesuai tinjauan pustaka , peneliti mengutip bahwa pendidikan berhubungan dengan pembangunan
dan perubahan kelakuan (Rini,2008)
Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula pengetahuan ,dimana dalam pendidikan itu
terjadi proses pertumbuhan ,perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa ,lebih baik
dan lebih matang sehingga memudahkan dalam dirinya untuk mengambil suatu keputusan
terutama keputusan yang baik untuk bayinya yaitu tetap menyusui bayinya .
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diperoleh bahwa hampir seluruh responden pemberian asinya
termasuk Baik yaitu sebanyak 80%(24 orang).Usia responden sangat mempengaruhi hal tersebut
karen usia responden sebagian besar usia antara 21-25(63,3%).
Sesuai tinjauan pustaka ,peneliti mengutip bahwa umur adalah variabel yang selalu diperhatikan
didalam penyelidikan epidemiologi ,angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua
keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.(Notoatdmodjo,2005)
Dengan demikian, umur sangat mempengaruhi minat responden untuk mengikuti kegiatan-kegiatan
penyuluhan dari pada responden yang usianya belum matang ,jadi responden lebih cepat menerima
informasi.
Dengan pendidikan yang tinggi mempengaruhi pola fikir seseorang untuk bertindak dan mengambil
keputusan yang sebaik-baiknya sehingga muncul sifat kedewasaan ,disamping itu hal yang
mempengaruhi baik cukupnya pemberian asi adalah pengalaman dan pengalaman yang membuat
responden tidak memberikan susu formula,pengalaman tersebut bisa diperoleh dari keluarga,
teman dan petugas kesehatan.
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui sebagian besar responden pemberian asinya Cukup yaitu
sebanyak 56,7%(17 orang) .Usia responden sangat mempengaruhi hal tersebut karena usia
responden sebagian besar usia antara 21-25(63,3%).
Sesuai tinjauan pustaka ,peneliti mengutip bahwa umur adalah variabel yang selalu diperhatikan
didalam penyelidikan epidemiologi ,angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua
keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.(Notoatdmodjo,2005)
Umur membuat seseorang lebih dewasa dan menentukan sikap mana yang baik dan tidak baik.Akan
tetapi, melaksanakan pemberian asi secara eksklusif sangat tidak mudah untuk melakukannya, perlu
adanya kesadaran dan keinginan dari ibu sendiri serta adanya dukungan dari keluarga untuk
kelancaran proses menyusui.
BAB 5
A. Simpulan
Berdasaran hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor sosial budaya(ibu bekerja) sebagian besar responden pemberian asi eksklusif
pada bayi usia 0-6 bulan tergolong Baik (66,7%)
3. Faktor-faktor sosial budaya(meniru teman) hampir seluruh responden pemberian asi eksklusif
pada bayi usia 0-6 bulan tergolong Baik (80%)
4. Faktor-faktor promosi susu sebagian besar responden pemberian asi eksklusif pada bayi usia 0-
6 bulan tergolong Baik (66,7%)
5. Faktor-faktor penerangan tenaga kesehatan sebagian besar responden pemberian asi eksklusif
pada bayi usia 0-6 bulan tergolong Cukup (56,7%)
B. Saran
1. Bagi Institusi
42
Diharapkan lebih meningkatkan pemberian informasi tentang pemberian asi eksklusif pada ibu yang
mempunyai bayi usia 0-6 bulan melalui penyuluhan-penyuluhan dan media cetak yang ditempelkan
di tempat –tampat umum sehingga tangkat penerimaan dan pengetahuan ibu akan menjadi lebih
baik
2. Bagi Peneliti
Untuk peneliti selanjutnya perlu dikembangkan instrument penelitian sehingga penelitian dapat
lebih memuaskan
3. Bagi Masyarakat
BAB III
PEMBAHASAN
ASI merupakan malanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi baru
lahir. ASI dapat memenuhikebutuhan bayi akan energi dan giziselama 4-6 bulan
halinikemungkinan dipengaruhioleh.
olahan lain.
d. Para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena tugas-tugas
sosial, makasusu sapiadalah satu-satunya jalankeluar dalampemberian
e. Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol kepada anak sebagai salah
mengikutiperkembangan zaman.
hilang.
merasa sakit sewaktu bayinya menyusu, luka-luka pada putting susu yang sering
menganjurkan ibu menyusuibayinya, demikian juga ibu yang gizinya tidak baik
yang sehatdan gizinya baik. Disamping itu juga karena faktor dari pihak bayi
seperti bayi lahir sebelum waktunya (prematur) atau bayi lahir dengan berat
Memburuknya gizi anak dapat juga terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai
cara – cara pemberian ASI kepada anaknya. Berbagai aspek kehidupan kota telah
hidupnya akan lebih baik pada ibu- ibu yangberpendidikan rendah.Hal inikarena
Pakisttan dimana tingkat kematian anak pada ibu –ibu yang lama pendidikannya
5 tahun adalah 50 % lebih rendah daripada ibu – ibu yangbuta huruf. Demikian
Faktor lain yang berpengaruh terhadap pemberian ASI adalah sikap ibu
adalah sikap sementara petugas kesehatan dari berbagai tingkat yang tidak
hamil,ibu bersaliin, ibu menyusuidan bayibaaru lahir. Disamping itu juga sikap
sementara penaggungjawab ruang bersaliiin dan perawatan dirumah sakit,
rumah bersalinn yang berlangsung memberikan susu botol pada bayi baru lahir
sakit/klinikbersalin.
ibusaatini.
- Motivasiuntuk menyusui.
Di daerah pedesaan menyusui anak terlihat sebagai suatu proses yang normal,
Kebiasaan itu adpat diciptakan suatu kondisi dan gairah bagi para gadis yang
yang harusdihindarkan.
hakekatnyamemberikanfasilitaskemudahanpengadaansusu, murahserta
mendatangkan keuntungan bagihubungan ibu dan anak dan terutama karena hal
BAB IV
4.1. KESIMPULAN
- Air SusuIbu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi yang harusdiberikan
4.2. SARAN
dan menyusuikepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil tentang gizi dan
B. Pembahasan
Sebelum membahas hasil penelitian lebih lanjut, terlebih dahulu peneliti penguraikan
tentang pelaksanaan penelitian di rumah Bidan Praktek Swasta pada bulan Pebruari – Maret
1. Faktor Ibu
Dari hasil penelitian faktor ibu mempunyai angka 50 (45,45%). Faktor ibu terdiri dari
pengetahuan dan kondisi fisik ibu. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
Berdasarkan hasil penelitian responden yang berusia diatas 23 tahun sebanyak 9 orang
(40,90%), sehingga di usia dewasa lebih sulit menyerap suatu pengetahuan dibandingkan
dengan usia remaja, jadi ibu yang mempunyai usia lebih muda biasanya lebih mudah untuk
mengubah sikap dan tingkah lakunya. Hasil penelitian jumlah responden yang paling banyak
informasi sehingga semakin banyak pengalaman yang dimiliki, untuk dapat menerima atau
menyerap informasi yang didapat lebih mudah bagi yang berpendidikan lebih tinggi
(Nursalam, 2001).
Hasil pengamatan atau observasi pada saat penelitian didapatkan dari kondisi fisik ibu
yang juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara dini. Dari kondisi fisik ibu diantaranya
puting datar atau tenggelam, ibu kelelahan sehabis melahirkan dan ASI belum keluar. Puting
datar atau tenggelam dapat diatasi dengan menggunakan pompa puting agar puting menonjol
dan dapat di cekap oleh mulut bayi, upaya ini dapat dimulai sejak kehamilan 37 minggu dan
biasanya hanya perlu dibantu 5-7 hari (Hulliana Mullyana, 2003).
Di Bidan Praktek Swasta, ibu yang melahirkan mempunyai puting datar maupun
menonjol (normal) juga tidak memberikan ASI secara dini, seharusnya para ibu tahu
pentingnya ASI dini, sejak kehamilan informasi tentang ASI dan cara merawat puting puting
yang datar guna mempersiapkan proses menyusui kelak, untuk itu para ibu harus aktif ke
posyandu, puskesmas. Dan untuk petugas kesehatan (Bidan) diharapkan lebih aktif dalam
memberikan penyuluhan dan bimbingan tentang ASI dan cara merawat payudara menuju
kesuksesan pemberian ASI secara ekslusif.
Pada hari-hari pertama kelahiran, bayi belum memerlukan cairan atau makanan,
sehingga belum diperlukan pemberian susu formula ataupun cairan lain. Sebelum ASI keluar
”cukup” (cairan prelactal feeding). Bayi pada 30 menit pertamakelahiran harus di susukan
pada ibunya bukan untuk pemberian nutrisi melainkan untuk belajar menyusu atau
menghisap puting susu dan juga untuk mempersiapkan ibu untuk mulai memproduksi ASI.
Gerakan reflek menghisap pada bayi baru lahir akan mencapai puncaknya pada waktu
20-30 menit pertama, sehingga apabila terlambat refleks menghisap ini akan berkurang dan
tidak akan kuat lagi sampai beberapa jam kemudian. Dalam hal ini pengetahuan ibu perlu
2. Faktor Pendukung
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhirendahnya
pemberian ASI secara dini di Bidan Praktek Swasta adalah faktor pendukung, yaitu sebesar
53 orang (48,18%). Faktor pendukung terdiri dari dukungan keluarga, suami dan peran
petugas kesehatan. Ayah (suami) mempunyai peran untuk menentukan kelancaran reflek
pengeluaran ASI yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Suami dapat
berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI dengan jalan memberikan dukungan secara
emosional.
Peran petugas kesehatan (Bidan) juga sangat mempengaruhi pemberian ASI secara dini,
dimana ibu ditolong dalam melahirkan juga sangat menentukan cara pemberian ASI yang
baik. Penyuluhan oleh bidan tentang pemberian ASI yang pertama keluar sangat diperlukan
pada saat persalinan, tetapi sekarang ini suami diharuskan mendampingi ibu (istri) pada saat
persalinan, ini diharapkan agar suami memberikan dukungan yang sangat penting bagi ibu
Selain itu pengetahuan ibu dan keluarga (suami) tentang ASI perlu ditingkatkan untuk
memberikan dukungan agar ibu mempunyai motivasi dan kemauan untuk memberikan ASI
secara dini. Apabila pihak keluarga tidak mengetahui tentang ASI, maka tidak akan
bisa memberikan dukungan dan penjelasan untuk segera menyusui bayi setelah dilahirkan .
Selain dukungan dari keluarga, dukungan dari petugas kesehatan (Bidan) juga sangat
mempengaruhi pemberian ASI secara dini, terkadang bidan kurang memberikan penjelasan
tentang ASI pada ibu post partum, setelah menolong persalinan bayi diberikan kepada ibu
begitu saja padahal bidan juga sangat menentukan keberhasilan menyusui dini. Seharusnya
bidan membantu, mendampingi dan membimbing ibu post partum dalam proses menyusui,
penjelasan yang benar kepada keluarga dan ibu post partum juga sangat menentukan dalam
B. Pembahasan
Semakin banyaknya ibu yang bekerja mencari nafkah cenderung untuk tidak menyusui
bayinya ,mereka dapat melakukan hal tersebut ketika berada dirumah yaitu sebelum
Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sangat mempengaruhi kelancaran pemberian asi
karena ibu lebih banyak meluangkan waktu untuk memberikan asi kepada bayinya
dibandingkan dengan ibu yang bekerja atau wanita karier.Disamping itu perlu adanya
dukungan suami maupun keluarga lain dalam rumah akan sangat membantu berhasilnya
Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula pengetahuan ,dimana dalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan ,perkembangan atau perubahan kearah yang lebih
dewasa ,lebih baik dan lebih matang sehingga memudahkan dalam dirinya untuk mengambil
suatu keputusan terutama keputusan yang baik untuk bayinya yaitu tetap menyusui bayinya .
Sesuai tinjauan pustaka ,peneliti mengutip bahwa umur adalah variabel yang selalu
kegiatan-kegiatan penyuluhan dari pada responden yang usianya belum matang ,jadi
Dengan pendidikan yang tinggi mempengaruhi pola fikir seseorang untuk bertindak
,disamping itu hal yang mempengaruhi baik cukupnya pemberian asi adalah pengalaman dan
Sesuai tinjauan pustaka ,peneliti mengutip bahwa umur adalah variabel yang selalu
Umur membuat seseorang lebih dewasa dan menentukan sikap mana yang baik dan
tidak baik.Akan tetapi, melaksanakan pemberian asi secara eksklusif sangat tidak mudah
untuk melakukannya, perlu adanya kesadaran dan keinginan dari ibu sendiri serta adanya
Perwatan Pyudara
Berdasarkan hasil penelitian (lihat tabel 4.5) menunjukan bahwa sebagian besar
Ketidaklancaran produksi ASI ini terjadi banyak terjadi akibat dari perawatan payudara yang
Ketidaklancaran produksi yang terjadi tersebut dapat diketahui dari tanda-tanda ASI
yang tidak lancar, seperti: ASI tidak dapat keluar secara spontan dan memerlukan alat bantu,
sebelum disusukan payudara terasa lembek, bayi kencing kurang dari 8x/hari, dan berat bayi
Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi kelancaran produksi ASI tersebut, antara
lain: perawatan payudara, makanan, faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan, berat lahir
bayi, umur kehamilan saat melahirkan, stress dan penyakit. Perawatan payudara yang
dan oksitosin, hormon prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI dan hormon oksitosin
berpengaruh terhadap produksi ASI, apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan
pola makan teratur maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar. Pada faktor isapan anak
atau frekuensi penyusuan ini maka paling sedikit bayi disusui 8x/hari, karena semakin sering
bayi menyusu pada payudara ibu maka produksi dan pengeluaran ASI akan semakin lancer.
Berat lahir bayi pada BBLR mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah di
banding dengan bayi yang berat lahirnya normal, karena perbedaan berat tersebut
mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI. Umur
kehamilan saat melahirkan mempengaruhi kemampuan menghisap bayi sehingga produksi
ASI yang dihasilkan tidak optimal. Stres dan penyakit dapat mengganggu produksi ASI
sehingga dalam hal ini ibu sebaiknya dalam kondisi yang rileks dan nyaman (Weny
Untuk mengatasi masalah ketidaklancaran produksi ASI, maka anjurkan pada ibu nifas
untuk makan makanan yang bergizi sehingga kebutuhan nutrisinya dapat terpenuhi dengan
baik, anjurkan ibu nifas minum air putih yang banyak agar ibu nifas tidak mengalami
dehidrasi sehingga suplai ASI dapat berjalan lancar dan ibu nifas harus banyak istirahat agar
4.2.3 Hubungan Perawatan Payudara Dengan Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Nifas
Hubungan perawatan payudara dengan kelancaran produksi ASI pada ibu nifas diukur
dengan menggunakan perhitungan nilai uji Eksak Fisher, menunjukan bahwa p=0,033 dan α=
0,05. Karena p< α, maka H1 di terima yang artinya ada hubungan antara perawatan payudara
dengan kelancaran produksi ASI pada ibu nifas di Polindes Flamboyan “Ny. Miftakhul
Pada ibu nifas sebaiknya melakukan perawatan payudara secara teratur karena selain
untuk memelihara kebersihan puting, perawatan payudara juga dapat memperlancar produksi
berurutan. Pada ketidaklancaran produksi yang terjadi tersebut dapat diketahui dari tanda-
tanda ASI yang tidak lancar, seperti: ASI tidak dapat keluar secara spontan dan memerlukan
alat Bantu, sebelum disusukan payudara tersa lembek, bayi kencing kurang dari 8x/hari, dan
Perawatan payudara merupakan suatu usaha yang dilakukan agar kondisi payudara baik,
demi mencapai keberhasilan menyusui. Perawatan payudara sebaiknya dilakukan dua kali
sehari pada waktu mandi pagi dan sore hari. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara
maka lakukan pengurutan payudara secara perlahan, kompres air hangat sebelum menyusui
bayi karena panas dapat merangsang aliran ASI kemudian kompres air dingin setelah
menyusui untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan. Perawatan payudara tersebut
hormon prolaktin dan oksitosin. Hormon prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI,
2010). Adapun kriteria untuk mengetahui lancarnya produksi ASI pada ibu nifas, antara lain:
ASI yang banyak merembes keluar melalui puting, ASI keluar secara spontan tanpa
penggunaan alat bantu, Sebelum disusukan payudara terasa tegang, Bayi kencing sering
sekitar 8x sehari, Berat bayi naik sesuai dengan umur, dan jika ASI cukup bayi akan tertidur
selama 3-4 jam (www.Blogspot.com: 2010). Selain itu beberapa makanan yang di sinyalir
dapat mengganggu produksi ASI yaitu: produk olahan yang berbahan susu, biji-bijian dan
kacang-kacangan, makanan pedas dan makanan yang mengandung gas. Kandungan protein
alergenik pada produk-produk olahan berbahan susu dapat masuk ke ASI dan menghasilkan
gejala-gejala sakit perut pada bayi. Pada biji-bijian yang paling alergenik adalah gandum,
jagung dan kacang tanah. ASI akan terasa berbeda setelah ibu mengkonsumsi makanan
pedas, sehingga dapat menimbulkan protes dari lambung bayi atau sakit perut. Makanan yang
mengandung gas dapat membuat bayi banyak mengeluarkan gas pula (www.ask.com: 2010).
Untuk mengatasi masalah perawatan payudara yang kurang tersebut, maka pada ibu
nifas yang malas melakukan perawatan payudara sebaiknya diberikan motivasi mengenai
pentingnya perawatan payudara dan pada tiap kali kunjungan ibu nifas dianjurkan untuk
menerapkan langkah perawatan payudara. Bagi ibu nifas yang menganggap bahwa langkah-
langkah dalam perawatan payudara teralu rumit maka sebaiknya mengajarkan tiap-tiap
langkah dalam melakukan perawatan payudara sampai ibu nifas benar-benar mengerti,
memahami dan mampu melakukan perawatan payudara secara mandiri. Sedangkan untuk
mengatasi masalah ketidaklancaran produksi ASI, maka anjurkan pada ibu nifas untuk makan
makanan yang bergizi sehingga kebutuhan nutrisinya dapat terpenuhi dengan baik, anjurkan
ibu nifas minum air putih yang banyak agar ibu nifas tidak mengalami dehidrasi sehingga
suplai ASI dapat berjalan lancar dan ibu nifas harus banyak istirahat agar kondisinya tetap
Kelancaran ASI
Sebagian faktor yang mempengaruhi kelancaran ASI adalah frekuensi ibu menyusui. Semakin sering
ibu menyusui, semakin lancar pengeluaran ASI. Kriteria kelancaran ASI sendiri dilihat dari ciri-ciri bayi
yang cukup ASI yaitu bayi akan terlihat puas setelah menyusui, bayi akan tertidur pulas dan tidak
menangis, bayi tampak sehat dan terdapat kenaikan berat badan rata-rata 500 gram setiap bulannya.
Frekuensi menyusui juga tergantung pada jumlah ASI serta nafsu makan si bayi. Tujuan dari
penelitian adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara frekuensi ibu menyusui pada bayi usia 0-6
bulan dengan kelancaran ASI. Metode penelitian ini adalah survey dengan pendekatan cross
sectional dengan jumlah sampel 50 responden. Teknik sampling yang digunakan menggunakan
teknik consecutive sampling. Berdasarkan penelitian dari 50 responden didapatkan frekuensi ibu
menyusui berkategori cukup dengan kelancaran ASI lancar sebanyak 36 orang (72%), sedangkan
sebagian kecil frekuensi menyusui berkategori cukup dengan kelancaran ASI tidak lancar sebanyak 3
orang ( 6%). Dari hasil uji korelasi spearman rank diperoleh rho hitung = 0,623 (p-value = 0,000)
dimana p-value lebih kecil dari α = 0,01, sehingga terdapat korelasi antara frekuensi ibu menyusui
pada bayi usia 0-6 bulan dengan kelancaran ASI. Kesimpulan dari penelitian adalah semakin sering
frekuensi ibu menyusui, maka produksi atau pengeluaran ASI juga semakin lancar.
baik/normal.
KB HORMONAL
Air susu ibu sedikit atau berkurang bahakan kadang – kadang sampai berhenti sama sekali.
Disebabkan oleh faktor esterogen yang menekan produksi prolaktin yanga sangat berguna
merangsang air susu ibu . dengan demikian kadar prolaktin rendah dan menyebab kna
produksi air susu ibu berkurang.
Efek samping Pil, Suntik dan Implant Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui
Alat Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui yang sebaiknya dihindari adalah Pil, Implant
dan Suntik KB yang mengandung hormon progesterone dan estrogen. Hal ini
dikarenakan dapat menimbulkan efek samping berkurangnya produksi ASI pada Ibu
Menyusui. Apabila anda tetap ingin menggunakan metode Pil gunakan saja pil KB
yang hanya mengandung turunan hormon progesteron (mini pil).
Mini pil ini biasanya tidak mempengaruhi Produksi ASI. Efektifitas Mini Pil KB bisa
dikombinasikan dengan pemberian ASI eksklusif. Dan setelah anda berhenti
menyusui silahkan mengganti mini pil dengan pil yang mengandung hormon
progesterone dan estrogen.
Alat Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui yang sering dipilih adalah kombinasi pemberian
ASI eksklusif dengan metode KB sederhana seperti penggunaan kondom,
diafragma, atau Mencegah Kehamilan dengan Sistem Kalender. Namun apabila
anda tidak lagi menyusui segera ganti metode KB dengan metode efektifitas yang
lebih tinggi, seperti Kontrasepsi Mantap, AKDRatau spiral.
Ringkasan: