Laporan SPT
Laporan SPT
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam laporan ini meliputi :
1. Berapakah debit air keseluruhan yang masuk ke lokasi penambangan.
2. Berapakah dimensi paritan untuk mengalirkan debit air tambang yang masuk
ke lokasi penambangan.
3. Berapakah head pompa dan panjang pipa yang diperlukan untuk mengalirkan
air dari sump ke kolam pengendapan.
2
lapangan untuk mengetahui dengan jelas kondisi lapangan yang sesungguhnya
terkait masalah sistem penyaliran tambang.
3. Pengambilan data
Ada dua jenis data yang diambil yakni :
a) Data primer
Yaitu data yang didapat dari pengukuran langsung di lapangan seperti
pengukuran dimensi sumur dan muka air tanah, pengambilan sampel air.
b) Data sekunder
Yaitu data yang didapat secara langsung, bisa diambil dari perusahaan
seperti data curah hujan, spesifikasi pompa, dan peta lokasi penambangan.
4. Pengolahan data
Data-data yang dikumpulkan kemudian diolah melalui perhitungan yang
sistematis menggunakan rumus-rumus tertentu.
5. Pembahasan
Setelah dilakukan perhitungan, selanjutnya hasil perhitungan tersebut dibahas
dan dianalisis agar dapat dievaluasi dan disimpulkan untuk diterapkan di
lapangan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.3 Metode Penyaliran Tambang
Sumber air yang ke lokasi penambangan, dapat berasal dari air permukaan
tanah maupun air bawah tanah. Air permukaan tanah merupakan air yang terdapat
dan mengalir dipermukaan tanah. Jenis air ini meliputi air limpasan permukaan,
air sungai, rwa atau danau yang terdapat di daerah tersebut, air buangan (limbah),
dan mata air. Sedangkan air bawah tanah merupakan air yang terdapat dan
mengalir dibawah permukaan tanah. Jenis air ini meliputi air tanah. Penanganan
masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
2.3.1 Mine Drainage
Adalah upaya untuk mencegah masuknya air ke lokasi penambangan.
Hal ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan air yang berasal dari
sumber air permukaan. Beberapa metode penyaliran mine drainage :
a. Metode siemens
Sistem penyaliran inkonvensional dimana pada kedalaman lubang bor
dimasukakan casing yang bertujuan agar air mudah masuk kedalam pipa dan
kedalam lubang bor lebih dalam dari pada tinggi jenjang. Dalam penerapannya
pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan dibuat lubang bor dengan diameter
8,5 inchi dan kedalamannya dimasukan pipa ukuran 8 inchidengan ujung bawah
pipa tersebut diberi lubang-lubang. Bagian ujung ini masuk kedalam lapisan
akuifer sehingga air tanah terkumpul pada bagian ini dan selanjutnya di pompa ke
atas dan dibuang keluar daerah penambangan.
5
(Sumber : Rudy Sagoya, 1993)
6
maka air (H2O) akan terurai (H+) menuju katoda (OH-) ke anoda. H+ pada katoda
dinetralisir menjadi air dan terkumpul pada sumur lalu dihisap dengan pompa.
7
(Sumber : Rudy Sagoya, 1993)
8
Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki musim kemarau dan hujan,
sehingga Indonesia mempunyai curah hujan yang sangat tinggi. Air hujan yang
jatuh ke area tambang, termasuk kedalam air limpsan, dimana juga ditampung
pada sumurran (sump), maupun kolam pengendapan (settling pond) yang
selanjutnya akan dikeluarkan melalui pompa keluar area tambang.
Curah hujan adalah jumlah atau volume air hujan yang jatuh pada satu
satuan luas, dinyatakan dalam satuan 1 mm. Satuan ini mempunyai arti yaitu pada
setiap luasan 1m2, air hujan yang jatuh adalah 1liter. Pengamatan ccurah hujan
dilakukan oleh alat penakar hujan.
Pengolahan data curah hujan dimaksudkan untuk mendapat data curah hujan
yang siap pakai untu suatu perencanaan system penyakiran tambang. Pengolahan
data curah hujan ini dapat mengggunankan metode Gumbel, yaitu suatu metode
yang didasarkan atas distribusi normal.
Xr = X + 𝒔 (Yr-Yn)
𝒔𝒏
Keterangan :
Xr = hujan harian maksimal
X = curah hujan rata-rata
S = standar deviasi nilai curah hujan
Sn = standar deviasi dari reduksi varian, tergantung dari jumlah data (n)
Yr = nilai reduksu varian dari variable yang diharapkan terjadi pada PUH
Yn = nilai rata dari reduksi varian, tergantung pada jumlah data (n)
X =
CH
n
9
Dimana : X = Rata-rata nilai data
S =
( Xi X ) 2
(n 1)
Dimana : S = Standard deviasi
Xi = Data ke-I,
X = Rata-rata intensitas curah hujan
n = Jumlah data
Kemudian tentukan :
YN =
Yn
n
Dimana : YN = Rata-rata Yn
n = Jumlah data
c. Tentukan curah hujan rencana (CHR), dengan rumus :
CHR = X S .Sn.(Yt YN )
Dimana : CHR = Curah hujan rencana E.J. Gumbel
X = Rata-rata intensitas curah hujan
S = Standard deviasi
10
Sn = Koreksi Simpangan
Yt = Koreksi varians
YN = Rata-rata nilai Yn
Perumusan metode gumbel diatas, hanya harga curah hujan rata-rata dan
standar deviasi nilai curah hujan yang diperoleh dari hasil pengelolahan data.
Sedangkan harga-harga selain itu diperoleh dari table tetapan dalam hubungannya
dengan jumlah data dan periode ulang hujan.
2
R 24 3
I = 24 .
24 t
11
ke titik pangaliran. Air yang jatuh ke permukaan sebagian meresap kedalam tanah,
sebagian ditahan oleh tumbuhan dan sebagiannya lagi akan mengisi sungai,
puritan, permukaan bumi, kemudian mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Semua air yang mengalir di permukaan blom tentu menjadi sumber air dari suatu
system penyaliran. Kondisi ini tergantung dari daerah tangkapan hujan dan
dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain kondisi topografi, rapat tidaknya
vegetasi dll. Daerah tangkapan hujan merupakan suatu daerah yang
mengakibatkan air limpasan perpermukaan mengalir ke suatu tempat (daerah
penambangan) yang lebih rendah. Penentuan luas daerah tangkapan hujan
berdasarkan peta topografi daerah yang akan diteliti.
2.4.4 Air Limpasan
Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas
permukaan tanah menuju sungai, danau atau laut. Aliran itu terjadi karena curah
hujan yang mencapai permukaan bumi tidak terinfiltasi, baik yang disebabkan
karena intensitas curah hujan atau factor lain misalnya kelerengan, bentuk dan
kekompakan permukaan tanah serta vegetasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
antara lain:
1. Curah hujan : banyaknya curah hujan, intensitas curah hujan dan
frekuensi hujan
2. Tanah : jenis dan bentuk topografi
3. Tutupan : kepadatan, jenis dan macam vegetasi
4. Luas daerah aliran
Q = 0,278 . C . I . A
Dimana ; Q = debit air, m3/dt
C = koefesien limpasan
I = intensitas curah hujan, mm/jam
A = luas penangkap hujan, km2
12
Table 2.1 Nilai Koefisien Limpasan
Tutupan
Kemiringan Koefisien Limpasan (C)
(Jenis Lahan)
sawah, rawa 0,2
< 3%
Hutan, perkebunan 0,3
(datar)
Perumahan 0,4
Hutan, perkebunan 0,4
3% - 15% Perumahan 0,5
(sedang) Semak-semak agak jarang 0,6
Lahan terbuka 0,7
Hutan 0,6
> 15% Perumahan 0,7
(curam) Semak-semak agak jarang 0,8
Lahan terbuka daerah tambang 0,9
13
diperlukan adalah cara menghitung volume air yang masuk ke dalam tambang
dikurangi dengan volume air yang akan dipompa keluar dari dalam tambang.
14
2. Bentuk segi tiga
Sudut tengah = 900
Luas penampang basah (A) = d2
Jari – jari hidrolis (R) = d/ 2√2
Keliling basah = 2d.√2
3. Bentuk trapesium
Dalam menentukan dimensi saluran bentuk trapesium dengan luas
maksimal hidrolik, maka luas penampang basah saluran ( A), jari – jari
hodrolik ( R), kedalaman air (d), lebar dasar saluran (b), panjang sisi luar
saluran dari dasar kedalam air (d), lebar atas dasar saluran terbuka (t),
tinggi jagaan(i), sudut kemiringan dinding saluran(a), kemiringan dinding
saluran terbuka (z), memepunyai hubungan yang dapat dinyatakan sebagai
berikut:
𝒅
𝒁=
𝐬𝐢𝐧 𝒂
A = z.d2 + b.d
h = 0,5 d
I =d–h
15
Dimana : Z = kemiringan saluran terbuka (m)
d = kedalaman saluran terbuka (m)
b = lebar dari dasar saluran terbuka (m)
t = lebar dari atas saluran terbuka (m)
h = kedalam air (m)
I = tinggi jagaan (m)
2.4.7 Pompa
Pompa merupakan alat yang berfungsi untuk memindahkan atau
mengangkat zat cair dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi. Dalam suatu
sistem pemompaan terdiri dari instalasi pompa dan pipa.
Pompa yang dimiliki harus dihitung head total, daya, dan efisiensinya agar
diketahui kemampuan pompa untuk mengalirkan air dan lama waktu yang
16
dibutuhkan untuk memompa air tersebut. Selain itu juga kita harus mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pompa agar kita bisa memilih pompa
yang cocok.
1. Head total pompa
Head total diperoleh dari penjumlahan head seperti berikut :
H tot = Hs + Hf1+Hf2+Hf3+Hf4
17
c) Kerugian katup isap
Hf3 = f3 x (V2/2.g)
Dimana :
Hf4 = V2/2.g
Dimana : V = kecepatan rata rata air didalam pipa (m/s)
g = percepatan gravitasi (9,8 m/s)
18
2. Penentuan Daya Pompa
Daya pompa yang dibutuhkan bisa dihitung dengan persamaan berikut :
P = fhs/3960 e
Dimana : p = Daya pompa (HP)
f = Laju aliran cairan (gpm)
hs = Head total pompa (ft)
e = Efisiensi pompa (dinyatakan dalam desimal)
4. Pemilihan Pompa
Secara teknis pemilihan pompa dilakukan berdasarkan informasi-informasi :
a. Kecepatan air yang dipompakan.
b. Tinggi angkatan dari bak penampung ke pembuangan.
c. Tekanan head pada titik pembuangan.
d. Ketinggian tempat pengoperasian pompa.
e. Tinggi pompa di atas permukaan air yang akan dipompakan.
f. Ukuran pipa yang akan digunakan.
g. Jumlah, ukuran, jenis sambungan dan katup.
19
dari daerah penambangan maupun daerah sekitar penambangan. Nantinya air
tersebut akan dibuang menuju tempat penampung air umum seperti sungai, rawa-
rawa maupun danau.
Kolam penegendapan berfungsi untuk mengendapkan lumpur-lumpur atau
material padatan yang bercampur denga air limpasan. Selain itu juga kolam
penegendapan juga dapat berfungsi sebagai tempat pengontrol kualitas dari air
yang akan dialirkan keluar kolam penegendapan. Baik itu kandungan materialnya,
tingkat keasaman ataupun kandungan material lain yang dapat memebahayakan
lingkungan.
Adanya kolam penegendapan diharapkan semua air yang keluar dari daerah
penambang benar-benar air yang sudah memenuhi ambang batas yang diizinkan
oleh pemerintah, sehingga dapat mencegah pencemaran lingkungan dan tidak ada
komplein dari masyarakat, keempat zona tersebut sebagai berikut :
20
D. Zona keluaran, tempat keluarnya
Adalah lebar kolam A, kolam B dan kolam C, a pembatas antara kolam
satu dengan yang lainnya agar pengendapan lumpur lebih baik.
21
BAB III
HASIL PENELITIAN
Q1 = 2,105
Q2 = 3,17
Q3 = 4,63
5. Standar deviasi
Standar deviasi adalah sebaran data dalam sampel kita. Standar deviasi yang
didapat = 2,123 (lihat lampiran tugas 2)
6. Skwennes
Skwennes disebut juga ukuran kemiringan yaitu suatu bilangan yang dapat
menunjukan miring atau tidaknya suatu bentuk kurva suatu distribusi frekuensi.
Skweness adalah derajat ketidaksimetrisan suatu distribusi. Secara perhitungan,
22
skweness merupakan momen ketiga terhadap mean. Skweness yang diperoleh
dari data curah hujan adalhan = 1.419,64
7. Kurtois
Ukuran keruncingan atau yang disebut dengan kurtois adalah suatu bilangan
yang dapat menunjukan runcing tidaknya bentuk kurva distribusi frekuensi.
Kurtois adalah derajat keruncingan suatu distribusi. Kurtois dihitung dari
momen keempat terhadap mean. Kurtois yang diperoleh dari data curah hujan
selama 20 tahun = 42.575,38
8. Nilai maksimum
Nilai maksimum atau nilai terbesar dari data = 8,13
9. Nilai minimum
Nilai minimum atau nilai terendah dari data = 0
10. Range
Range adalah jarak atau jangkau data yang diperoleh dari data terbesar ke
data terkecil. Range dari data curah hujan selama 20 tahun = 8,13
11. Simpangan baku = Standar Deviasi
12. Ragam (varian)
Ragam diperolah dari hasil bagi antara standar deviasi dengan mean =
0,653
23
3.3 Perhitungan Total Kehilangan Hari Kerja
Hujan selama 20 tahun berkisaran 5479 jam atau sekitar 229 hari 4 jam,
jadi selama itu pula tidak terjadi kegiatan penambangan.
24
3.6 Perhitungan Periode Ulang Hujan (PUH)
Periode ulang hujan merupakan perkiraan berapa lama akan terjadi hujan
lagi. Dari perhitungan yang diperoleh kemungkinan akan terjadi periode ulang
hujan sebesar 20% jika TL (umur tambang) = 5 tahun.
Dari beberapa data lubang bor hasil fluks air tanah perhitungan yang di
peroleh adalah :
- GW 1 = 47,304 cm/tahun
- GW 2 = 59,918 cm/tahun
- GW 3 = -5,67 cm/tahun
25
- GW 4 = 88,30 cm/tahun
- GW 5 = 0 cm/tahun
- GW 6 = 8,83 cm/tahun
- GW 7 = -5,76 cm/tahun
- GW 8 = -17,18 cm/tahun
- GW 9 = 15,45 cm/tahun
Dari ketiga bentuk paritan ini, paritan yang lebih praktis digunakan adalah
paritan bentuk trapesium dengan alasan mampu menampung debit aliran yang
besar dan mudah dalam pembuatannya.
Volume limpasan
Volume lipasan yang di peroleh dari perhitungan = 1,81x10-4 m3
26
Volume air tanah
Volume air tanah yang di peroleh dari perhitungan = 1,67 x 10-4 m3
Volume sump actual
Volume sump yang di peroleh dari perhitungan = 0,9 m3
27
3.12 Perhitungan Kolam Pengendapan
1. Luas dan Volume kolam pengendapan
Kolam yang terdapat di areah tambang terdiri dari tujuh kolam ddengan luas
masing-masing kolam sebagai berikut :
Table 3.1 Luas dan Volume kolam pengendapan
2. Perhitungan persen (%) padatan dan persen (%) cairan untuk setiap sampel air
Sesuai data yang diambil dari lapangan, ada tiga sampel air yang di peroleh,
dengan perhitungan sebagai berikut :
1. Sampel 1
Persen cair = 99,02 %
Persen padatan = 0,98 %
2. Sampel 2
Persen cair = 97,6 %
Pesen padatan = 2,4 %
3. Sampel 3
Persen cair = 96,7 %
Persen padatan = 3,3 %
28
- Berat cair = 29.924.398,51 kg
- Vol. padatan = 0,082 m3/s
- Vol. cair = 20,78 m3/s
- Total volume = 20,86 m3/s
- Kecepatan pengendapan = 0,00415 m/s
- Luas kolam pengendapan = 5.026,98 m2
- Kedalaman kolam pengendapan = 4,43 m
- Lebar kolam pengendapam = 9,19 m
- Panjang kolam = 547,005 m
- Volume kolam = 22.269,52 m3
- Waktu pengendapan = 17,79 menit
- Kecepatan air dalam kolam = 0,51 m3/s
Dari semua data yang telah di peroleh di atas makan persen (%)
pengendapan yang diperoleh = 50,1 %. Dengan persen (%) pengendapan 50,1%
maka padatan yang berhasil diendapkan sebesar 649,29 m3/hari (dengan asumsi 1
jam hujan per harinya). Dengan demikian waktu yang diperlukan untuk
melakukan penggerukan endapan adalah selama 29 hari 6 jam.
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam melakukan penanganan terhadap air yang masuk ke dalam pit pada
lokasi penambangan, pertama-tama kita harus mengetahui seberapa banyak debit
air tersebut. Setelah menghitung jumlah debit air tersebut, selanjutnya kita akan
memindahkan air tersebut ke sebuah sumuran (sump) untuk menampung air itu
secara sementara. Untuk itu kita harus membuat sebuah saluran air (paritan) untuk
mengalirkan semua air menuju ke sumuran tersebut. Paritan harus dirancang
sesuai ketentuan agar dapat mengalirkan air secara optimal. Setelah seluruh air
sudah tertampung pada sumuran, selanjutnya air tersebut harus di keluarkan dari
lokasi penambangan menuju ke kolam pengendapan untuk di menyaring air yang
masih mengandung lumpur dan menetralkan tingkat keasaman air tersebut
sebelum akhirnya dibuang ke sungai, danau atau rawa-rawa. Untuk itu kita
memerlukan sebuah pompa dengan spesifikasi yang mampu memindahkan
seluruh air pada sumuran menuju ke kolam pengendapan.
30
serta vegetasi di lokasi penambangan. Perolehan nilai koefisien yang berbeda akan
berpengaruh dan mengakibatkan perbedaan debit limpasan di setiap daerah
tangkapan hujan. Debit air tambang yang diperhitungkan adalah air yang berasal
dari air hujan dan air limpasan yang langsung masuk ke dalam pit dan air tanah
kemudian dikurangi dengan evaprotranspirasi. Dari hasil perhitungan pada bab
sebelumnya didapat debit air tambang sebesar 4,938 𝑚3 / s.
4.2 Paritan
Paritan berfungsi untuk menampung dan mengalirkan air limpasan dan air
hujan yang berada di dalam pit menuju ke sebuah sump yang terletak pada elevasi
terendah dari pit itu sendiri. Bentuk dan dimensi paritan ada bermacam-macam
seperti segitiga, segiempat dan trapesium. Namun yang biasa digunakan adalah
bentuk trapesium dengan pertimbangan dapat mengalirkan debit air dalam jumlah
besar dan mudah dalam pembuatannya.
Dimensi paritan harus dirancang sesuai dengan daebit air tambang yang
akan di alirkan menuju sump, dengan ketentuan ukuran paritan harus mampu
menampung air yang akan dialirkan tersebut. Adapun pembuatan paritan
dirancang sesuai debit air limpasan pada setiap DTH.
Dimana : T=2m
b=1m
y = 1,5 m
Q = 195,007 𝑚3 / s
Dalam penulisan ini terdapat 4 DTH yang akan dibuat paritan yakni :
1. Paritan pada DTH 1, DTH 2, DTH 3
31
Perancangan paritan pada ketiga DTH ini untuk menampung air limpasan
yang berada pada jalan tambang di luar pit. Adapun debit limpasan pada
pada DTH1 sebesar 0,017 𝑚3 /s, DTH2 sebesar 0,384 𝑚3 / s, dan DTH3
sebesar 0,507 𝑚3 / s. Pompa yang ada memiliki debit 0,015𝑚3 / s.
2. Paritan pada DTH 4
Perancangan paritan pada ketiga DTH ini untuk menampung air limpasan
yang berada pada jalan tambang di dalam pit. Adapun debit limpasan
pada DTH 4 sebesar 5,072 𝑚3 / s. Pompa yang ada memiliki debit 0,015
𝑚3 / s.
4.3 Pompa
Penggunaan pompa di lapangan bertujuan untuk memompa dan
mengalirkan air yang berada di sump menuju ke kolam pengendapan agar air yang
ditampung di sump tidak meluap. Adapun pompa yang digunakan pada penelitian
ini yakni pompa HL 250 M dengan kapasitas 0,015 𝑚3 / s. Head maksimal pompa
adalah 118 m, dengan diameter pompa 0,25 m. Pompa ini akan mengalirkan air di
dalam sump yang berada pada elevasi -9 m di bawah permukaan laut menuju ke
kolam pengendapaan yang berada pada elevasi 54 m di atas permukaan laut.
Untuk mengalirkan air. Untuk mengalirkan air pada elevasi ini, diperlukan pipa
dengan panjang 354,83 m. Daya yang dimiliki pompa sebesar 0,626 kW dengan
efisiensi kerja pompa sebesar 24,41 %.
Dengan besar debit air tambang pada sump dan spesifikasi pompa yang
dimiliki, maka memerlukan waktu 14 jam 11 menit untuk memompa keluar air
tersebut menuju ke kolam pengendapan.
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam mengkaji sistem penyaliran tambang saya menyimpulkan bahwa :
1. Sistem Penyaliran Tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada daerah
penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan air yang
masuk ke daerah penambangan. Sesuai dengan defenisinya, Sistem
Penyaliran Tambang sangat diperlukan dalam kegiatan pertambangan agar
seluruh kegiatan pertambangan tidak terganggu oleh air yang masuk ke dalam
lokasi penambangan.
2. Air yang masuk ke dalam lokasi penambangan berasal dari air hujan, air
limpasan dan air tanah.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan air tambang yaitu curah hujan,
intensitas curah hujan, periode ulang hujan, daerah tangkapan hujan, paritan,
sumuran (sump), pompa, dan kolam pengendapan.
4. Dalam melakukan perhitungan sistem penyaliran tambang dibutuhkan data-
data lengkap dari sumber-sumber terpercaya baik data primer maupun data
sekunder agar tidak terhambat oleh kekurangan data saat melakukan
perhitungan.
5.2 Saran
Dalam mengkaji sistem penyaliran tambang saya menyarankan mulai dari
studi literatur hingga pengambilan data lapangan, harus dilakukan dengan teliti
agar tidak terjadi kekurangan data pada saat pengolahan data.
33
DAFTAR PUSTAKA
34