Studi Kasus
Studi Kasus
KONJUNGTIVITIS VERNAL
Pembimbing :
Dr. Hasri Darni, Sp.M
Disusun Oleh :
Ghaida Amani
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
LAPORAN KASUS
3
‐ Riwayat operasi disangkal
‐ Riwayat trauma (-)
‐ Riwayat sering terpapar dengan matahari pada kedua mata (+)
‐ Riwayat Asma (-)
4
Suhu : tidak diukur
‐ Kepala : Normocephal
‐ Mata : Status Oftalmologi
‐ THT : Tidak ada keluhan
‐ Mulut : Tidak ada keluhan
‐ Leher : Tidak ada keluhan
‐ Thoraks : Tidak ada keluhan
‐ Abdomen : Tidak ada keluhan
‐ Endokrin : Tidak ada keluhan
‐ Ekstremitas : Tidak ada keluhan
Edema (-), Hiperemis (-) Palpebra Superior Edema (-), Hiperemis (-)
Edema (-), Hiperemis (-) Palpebral Inferior Edema (-), Hiperemis (-)
5
- Cobble stone (+) - Cobble stone (+)
- Injeksi siliar (-) - Injeksi siliar (-)
- Injeksi konjungtiva (+) - Injeksi konjungtiva (+)
Conjungtiva
- Injeksi episklera (-) - Injeksi episklera (-)
- Bleeding (-) - Bleeding (-)
‐ Coklat ‐ Coklat
Jernih Jernih
6
2.4 RESUME
Pasien datang ke Poli Mata RSIJ PK dengan keluhan mata merah dan gatal
± sejak 1 bulan yang lalu. Ayah pasien mengatakan keluar cairan kental dan
lengket dipagi hari berwarna kekuningan. Ayah pasien juga mengatakan
anaknya sulit untuk melihat jarak jauh. Pasien sering terkena terik matahari.
Visus OD: 6/20 OS: 6/17,5 Pada pemeriksaan, ditemukan adanya cobble
stone pada konjungtiva tarsal dan injeksi konjungtiva okuli dextra sinistra.
2.8 PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
‐ Anti hitamin topical ED (Cendo conver)
‐ Kortikosteroid topikal ED (Cendo P-Pred)
‐ Anti histamin sistemik: Cetirizin 2 x 1 tab
7
2.9 PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
kelopak mulai tepi kelopak (margo palpebralis), melekat pada sisi dalam
melekat pada jaringan longgar dan melipat balik melapisi bola mata hingga
tepi kornea. 1
1. Konjungtiva palpebra
2. Konjungtiva forniks
3. Konjungtiva bulbi
8
Gambar 1. Anatomi Konjungtiva
9
Konjungtiva menerima persyarafan dari percabangan pertama n.
di forniks atas. Air mata mengalir dipermukaan belakang kelopak mata dan
belakang tepi kelopak. Air mata yang mengalir ke bawah menuju forniks
resiko mudah terkena mikroorganisme atau benda lain. Air mata akan
gerakan memompa kantong air mata. Hal ini dapat dilihat pada kehidupan
10
3. 2 PENDAHULUAN
Konjungtivitis merupakan radang pada konjungtiva atau radang
lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Penyakit
ini perlu mendapatkan penekanan khusus. Hal ini karena penyakit ini sering
0,1% hingga 0,5% pasien dengan masalah tersebut. Penyakit ini lebih sering
terjadi pada iklim panas (misalnya di Italia, Yunani, Israel, dan sebagian
Rusia dan Jerman). Penyakit ini tergolong penyakit pada anak, jarang terjadi
pada pasien usia di bawah 3 tahun atau di atas 25 tahun. Dari 1000 kasus
yang tercatat di literatur, 750 kasus terjadi pada pasien dengan usia 5 hingga
20 tahun.
Umumnya terdapat riwayat keluarga yang bersifat alergi atopik
konjungtivitis vernal memiliki satu atau lebih sanak keluarga yang memiliki
penyakit turunan (misalnya asma, demam rumput, iritasi kulit turunan atau
11
umumnya ditemukan pada pasien itu sendiri. Kurun waktu konjungtivitis
musim semi dan musim panas di belahan bumi utara, itulah mengapa
selatan penyakit ini lebih menyerang pada musim gugur dan musim dingin.
3. 3 DEFINISI
Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi
3. 4 KLASIFIKASI
Terdapat pertumbuhan papil yang besar ( Cobble Stone ) yang diliputi sekr
kelainan kornea lebih berat dari tipe limbal. Secara klinik, papil besar
ini tampak sebagai tonjolan bersegi banyak dengan permukaan yang rata
12
Gambar 2. Konjungtivitis Vernal Palpebra dengan Tanda cobble stone
3. 5 ETIOLOGI
13
Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh
biasanya dimulai sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20. 2
3. 6 PATOFISIOLOGI
Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya
tipe I dan IV. Pada konjungtiva akan dijumpai hiperemia dan vasodilatasi
difus, yang dengan cepat akan diikuti dengan hiperplasia akibat proliferasi
tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik dan dalam kasus yang berat
akan disertai keratitis serta erosi epitel kornea. Limbus konjungtiva juga
menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada limbus
kualitas maupun kuantitas stem cell limbus. Kondisi yang terakhir ini
14
usia muda. Di samping itu, jugaterdapat kista-kista kecil yang dengan cepat
3. 7 GAMBARAN HISTOPATOLOGIK
Tahap awal konjungtivitis vernalis ditandai oleh fase prehipertrofi.
pembentukan papil yang ditutup oleh satu lapis sel epitel dengan degenerasi
oleh Wang dan Yang menunjukkan infiltrasi limfosit dan sel plasma pada
konjungtivitis.
Dalam penelitian tersebut juga ditemukan adanya reaksi
fornix, serta pada beberapa kasus melibatkan reaksi radang pada iris dan
badan siliar. Fase vaskular dan selular dini akan segera diikuti dengan
15
papil bertangkai dengan dasar perlekatan yang luas. Kolagen maupun
menjadi 5–10 lapis sel epitel yang edematous dan tidak beraturan. Seiring
apeks sampai hanya tinggal satu lapis sel yang kemudian akan mengalami
keratinisasi.6,7
Pada limbus juga terjadi transformasi patologik yang sama berupa
pertumbuhan epitel yang hebat meluas, bahkan dapat terbentuk 30-40 lapis
besar terdiri atas eosinofil, debris selular yang terdeskuamasi, namun masih
eosinofil
3. 8 GEJALA
16
Pasien umumnya mengeluh gatal yang berlebihan dan bertahi mata
berserat, terutama bila berada dilapangan terbuka yang panas terik. Biasanya
terdapat riwayat keluarga alergi. Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan
kali. Setiap papil raksasa berbentuk poligonal, dengan atap rata, dan
terutama pada orang negro turunan Afrika, lesi paling mencolok terdapat di
limbus. Trantas dot adalah bintik-bintik putih yang terlihat di limbus pada
palpebra dan limbus, namun pannus besar jarang dijumpai. Biasanya tidak
merusak konjungtiva.1,2
17
Terjadi ptosis bilateral, kadang-kadang yang satu lebih ringan
molor).
Kelainan pada palpebra
Terutama mengenai konjungtiva palpebra superior. Konjungtiva
terdiri dari sekret yang mukoid. Papil ini permukaannya rata dengan
aktif.
Kelainan di kornea
Dapat berupa pungtat epithelial keratopati. Keratitis epithelial
difus khas ini sering dijumpai. Kadang-kadang didapatkan ulkus kornea
yang berbentuk bulat lonjong vertikal pada superfisial sentral atau para
sentral, yang dapat diikuti dengan pembentukan jaringan sikatrik yang
18
ringan. Kadang juga didapatkan panus, yang tidak menutupi seluruh
permukaan kornea, sering berupa mikropannus. Penyakit ini mungkin
juga disertai keratokonus. Kelainan di kornea ini tidak membutuhkan
pengobatan khusus, karena tidak satu pun lesi kornea ini berespon baik
terhadap terapi standar.
3. 9 DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
3. 10 PENGOBATAN
Karena konjungtivitis vernalis adalah penyakit yang sembuh
sendiri, perlu diingat bahwa medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya
1. Tindakan Umum
Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan konsultatif yang
membantu mengurangi keluhan pasien berdasarkan informasi hasil
anamnesis. Beberapatindakan tersebut antara lain:
o Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan
atau jari tangan, karena telah terbukti dapat merangsang
pembebasan mekanis dari mediator-mediator sel mast.
o Pemakaian mesin pendingin ruangan
o Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga
membawa serbuk sari
19
o Menggunakan kaca mata untuk mengurangi kontak dengan
alergen di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak justru
harus dihindari karena lensa kontak akan membantu retensi
allergen;
o Kompres dingin di daerah mata;
o Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata
juga berfungsi protektif karena membantu menghalau alergen
2. Terapi topikal
o Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi
saline steril dan mukolitik seperti asetil sistein 10%-20% tetes
mata. Dosisnya tergnatung pada kuasntitias eksudat serta beratnya
gejala. Dalam hal ini,larutan 10% lebih dapat ditoleransi daripada
larutan 20%. Larutan alkalin seperti 1-2% sodium karbonat
monohidrat dapat membantu melarutkan atau mengencerkan
musin, sekalipun tidak efektif sepenuhnya.
o Antihistamin
o NSAID (Non-Steroid Anti-Inflamasi Drugs)
o Untuk konjungtivitis vernalis yang berat, bisa diberikan steroid
topikal prednisolon fosfat 1%, 6-8 kali sehari selama satu minggu.
Kemudian dilanjutkan dengan reduksi dosis sampai ke dosis
terendah yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Bila sudah terdapat
ulkus kornea maka kombinasi antibiotik steroid terbukti sangat
efektif.
o Antibiotik broad-spectrum
3. Terapi Sistemik
o Pada kasus yang lebih parah, bisa juga digunakan steroid sistemik
seperti prednisolone asetat, prednisolon fosfat, atau deksamethason
fosfat 2-3 tablet 4 kali sehari selama 1-2 minggu.
o Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat dipertimbangkan
sebagai pilihan lain, karena kemampuannya untuk mengurangi rasa
gatal yang dialami pasien. Apabila dikombinasi dengan
vasokonstriktor, dapat memberikan kontrol yang memadai
pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis.
20
4. Tindakan Bedah
BAB IV
ANALISA KASUS
21
Pada kasus ini, dilaporkan seorang anak laki-laki, usia 10 tahun, datang
dengan keluhan kedua mata terasa merah dan gatal ± sejak 1 bulan terakhir.
Keluhan keluar cairan kental dan lengket berwarna kekuningan juga dirasakan
pasien. Ayah pasien juga mengatakan anaknya sulit untuk melihat jarak jauh.
Sebelumnya pasien sudah berobat ke puskesmas, diberi obat salep mata namun
ayah pasien tidak tahu nama obat yang diberikan dari puskesmas. Namun,
walaupun sudah menggunakan obat-obat tersebut, keluhan tidak hilang. Gejala ini
pun sudah sering dirasa hilang timbul. Keluhan ini sudah dirasakan 1 tahun
terakhir namun dirasakan hilang timbul. Ayah pasien kurang mengetahui
penyebab timbulnya keluhan pada anaknya namun dari hasil anamnesis diketahui
bahwa pasien merupakan anak yang aktif bermain di luar ruangan terutama pada
siang hari.
Adanya penglihatan ganda disangkal, keluhan sakit kepala disertai rasa sakit
pada daerah mata juga disangkal, terasa ada yang mengganjal (-), bengkak (-),
sulit membuka mata (-), demam (-). Silau (-)..
Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa pada anamnesis
kasus konjungtivitis vernal didapatkan adanya keluhan seperti mata merah, gatal,
dan biasanya dipicu oleh kondisi kemarau, atau terik matahari, atau musiman.
Dari pemeriksaan status oftalmologis, didapatkan adanya penebalan di
konjungtiva tarsal superior berupa papil berbentuk polygonal dengan permukaan
yang rata. Tidak tampak kekeruhan pada kornea dan lensa. Refleks cahaya pada
kedua pupil baik, pupil isokor.
Menurut literatur inspeksi pada konjungtivitis vernal tipe palpebral
biasanya akan mengenai konjungtiva tarsal superior. Terdapat pertumbuhan papil
yang besar (cobble stone) yang diliputi secret yang mukoid. Secara klinik papil
besar ini tampak sebagai tonjolan berbentuk polygonal dengan permukaan yang
rata dengan kapiler ditengahnya. Kasus ini juga didukung dengan adanya faktor
resiko yaitu paparan sinar matahari pada mata pasien.
22
Adapun pemeriksaan tambahan yang perlu dilakukan pada kasus ini
adalah pemeriksaan laboratorium, seperti kultur untuk menilai penyebab dan
untuk menentukan pengobatan pasien.
Terapi atau penatalaksanaan pada kasus ini adalah pemberian antihistamin
topikal dan sistemik serta pemberian kortikosteroid topikal hal ini sesuai dengan
literatur.
Untuk prognosis pada kasus ini adalah baik walaupun dapat terjadi
rekurensi jika pasien tidak menghindari faktor risiko terhadap peyakit ini.
23
BAB V
KESIMPULAN
dll; obat oral (seperti antihistamin dan steroid), dan pembedahan. 1,2,6
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Jakarta: Widya Medika,
Indonesia, Edisi ke lima, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2014. Hal 179-188.
1993.Hal 332-342.
Jakarta : EGC
http://www.medicastore.com/penyakit/865/Keratokonjungtivitis_Vernalis.
25
7. PubMed Central Journal list. Vernal Keratoconjunctivitis. Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1705659/. (Diakses 23
Februari 2015)
26