Anda di halaman 1dari 12

5.

1 Review Literatur (buku teks dan hasil penelitian)


Review literatur dari penelitian yang sedang dilakukan terhadap topik khusus
atau pertanyaan terhadap suatu bagian dari keilmuan. Tinjauan teori diperlukan
merupakan analisis berupa kritik (membangun maupun menjatuhkan) untuk
menegaskan landasan teoritis penelitian yang akan dilakukan. Secara garis besar
sumber teori dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu acuan umum, terutama
terdapat pada buku- buku teks, dan acuan khusus, yang berupa laporan hasil
penelitian yang terutama terdapat dalam jurnal professional. Teori yang dipilih paling
tidak harus memenuhi tiga unsur, yaitu relevansi, kelengkapan materi, dan
kemutakhiran. Relevansi artinya teori yang digunakan sebagai referensi sesuai
dengan bidang kajian penelitian. Kelengkapan berkaitan dengan berbagai pendekatan
yang tercermin dalam bebagai teori dalam mempelajari persoalan yang sama.
Kemutakhiran berkaitan dengan dimensi waktu.

Tujuan Literatur Review adalah untuk:


1. Membentuk sebuah kerangka teoritis untuk topik atau bidang penelitian
2. Menejelaskan definis, kata kunci dan terminology
3. Menentukan studi, model, studi kasus yang mendukung topik
4. Menentukan lingkup penelitian (Rahyuda, 2016: 80)

Langkah-langkah dalam Literatur Review

Langkah 1: Membaca tulisan-tulisan ilmiah terkait. Langkah ini terdiri atas


beberapa tahap, antara lain:

Tahap 1
Perhatikan struktur dan teks misalnya daftar isi, abstrak heading dan sub-

headings, untuk melihat apakah teks itu cocok untuk tujuan


anda. Tahap 2
Jika teks terlihat cocok untuk tujuan anda maka baca dengan lebih detail
untuk mencari penelitian tertentu yang akan mendukung Literatur Review.
(Rahyuda, 2016: 81)

Langkah 2: mengevaluasi semua tulisan ilmiah yang dibaca


Tulisan ilmiah berkualitas adalah jurnal elektronis dan database. Hati-hati dalam
melakukan google search yang menghasilkan side yang tidak qualified dan
pastikan dari mana asal dan sumber riset. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam mengevaluasi tulisan ilmiah:

1
1. Akurasi, Pastikan apakah literatur ini akurat dengan cara mengecek apakah
penelitian yang sama diacu di sumber lain atau apakah sumber ini tidak
konsisten dengan sumber lain. Dan pastikan literatur berasal dari sumber
terpercaya.
2. Objektivitas
a. Apakah ada bukti bias dalam atikel? Misalnya, apakah anda akan percaya
riset dari pabrik rokok yang menyatakan bahwa merokok tidak
membahayakan kesehatan?
b. Apakah statistik sesuai dengan publikasi lain? Jika tidak, apakah argumen
(metode, rancangan penelitian dll) yang diapaki dasar cukup meyakinkan?
c. Bagaimana anda mengetahui kalau data yang dimuat adalah benar? Data
pendukung apa yang tersedia?
3. Kemutakhiran
a. Pastikan kapan tanggal publikasi material
b. Pastikan apakah mungkin ada informasi yang lebih terbaru dan
menimbulkan keraguan atau menentang beberapa temuan yang sudah ada.
4. Cakupan
a. Informasi dan literatur yang tersedia harus lengkap dan mencangkup
bidang yang diteliti
b. Pastikan apakah ada penelitian yang lebih lanjut yang tidak disebut atau
secara sengaja dihilangkan dari penemuan? (Rahyuda, 2016: 82)

Langkah 3: Buat ringkasan publikasi-publikasi tersebut. Buatlah catatan saat

membaca literature mengenai:


1. Apakah poin/teori/masalah utama yang diangkat dalam teks misalnya buku
atau artikel?
2. Rangkum poin utama yang diajukan pengarang
3. Catat detail kuotasi atau halaman referensi yang dianggap mungkin berguna
dalam Literature Review
4. Pastikan anda memiliki semua informasi seperti pengarang, tanggal dan
tahun, judul buku, sumber, penerbit buku atau jurnal, halaman, tujuan
penelitian, hipotesis, metode penelitian, material, desain eksperimen, dan hasil
atau data
5. Catat bagaimana pengarang menggunakan materi asal
6. Apa kesimpulan yang dibuat oleh pengarang?
7. Poin apa yang mendukung kesimpulan?

2
8. Tulis juga pendapat anda tentang bacaan tersebut (Rahyuda, 2016: 82)

Langkah 4: Gabungkan menjadi satu cerita ilmiah yang lengkap mengenai

suatu permasalahan. (Rahyuda, 2016: 83)


1. Sumber-sumber Literatur Review, Sumber-sumber literatur dapat berupa
sumber utama yang berasal dari jurnal, laporan penelitian, informasi dari
wawancara/email, sumber lanjutan yang merupakan analisa terhadap sumber
utama dan sumber yang berasal dari komunitas professional. ( Rahyuda, 2016:
83)
2. Cara Membaca Sumber
a. Skimming
b. Paragraph Statement
c. Document Statement

5.2 Deskripsi Teori

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis bukan


sekedar pendapat pakar atau penulis buku dan hasil-hasil penelitian yang relevan
dengan variabel yang diteliti. Deskripsi teori setidaknya berisi tentang penjelasan
variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan
mendalam dari berbagai referensi sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi
terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.
Berikut ini adalah beberapa jenis sumber bacaan yang dapat digunakan untuk
memperoleh teori-teori yang relevan diantaranya: (a) Buku Teks; (b) Jurnal; (c)
Periodical; (d) Yearbook; (e) Buletin; (f) Circular; (g) Leaflet; (h) AnnualReview; (i)
OffPrint; (j) Reprint; (k) RecentAdvance; (l) Bibliografi; (m) Handbook; (n) Manual.
Hasil penelitian yang relevan bukan berarti sama dengan yang akan diteliti,
tetapi masih dalam lingkup yang sama. Secara teknis, hasil penelitian yang relevan
dengan apa yang akan diteliti dapat dilihat dari : permasalahan yang diteliti, waktu
penelitian, tempat penelitian, sampel penelitian, metode penelitian, analisis, dan
simpulan.

5.3. Langkah-langkah Mendeskripsikan Teori

Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai


berikut:

3
1. Terdapat nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya
2. Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, journal ilmiah,

laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi) yang banyak dan relevan dengan setiap
variabel yang diteliti.
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel
yang diteliti (untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian, lihat judul
penelitian permasalah, teori yang digunakan, tempat penelitian, sampel
sumber data, teknik pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan saran yang
diberikan).
4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
bandingkan antara satu sumber dengan sumber lainnya dan pilih definisi yang
sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Baca seluruh isi topik buku sesuai dengan variabel yang akan diteliti, lakukan
analisis, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap
sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk
tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau
yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.

5.4 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori


berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting. Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan
antarvariabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variable moderator
dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variable itu ikut dilibatkan
dalam penelitian. Pertautan antarvariabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam
bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu, pada setiap penyusunan paradigma
penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir.
Kerangka berpikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam
penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Penelitian yang berkenaan
dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan hipotesis yang berbentuk
komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam rangka menyusun hipotesis
penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka perlu dikemukakan

4
kerangka berpikir. Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar
bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis.
Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang
menjadi obyek permasalahan. Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa
meyakinkan sesama ilmuwan, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun
suatu kerangka berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi,
kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun
dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.

5.5 Langkah-langkah Penyusunan Kerangka Berfikir


1. Menetapkan variabel yang diteliti
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau
obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau
satu obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981).
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka dapat dirumuskan disini
bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Macam-
macam variabel ada 5 yaitu: variabel independen, variabel dependen, variabel
moderator, variabel intervening, dan variabel kontrol. Untuk menentukan
kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka
berpikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus ditetapkan terlebih dahulu
variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakah
nama setiap variabel, merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang
akan dikemukakan.
2. Membaca Buku dan Hasil Penelitian (HP)
Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca buku-
buku dan hasil penelitian yang relevan. Artinya relevan adalah buku-buku
yang dibaca itu sesuai dengan penelitian yang ditelitinya. Buku-buku yang
dibaca dapat berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian
yang dapat dibaca adalah, laporan penelitian, jurnal ilmiah, skripsi, tesis dan
disertasi.
3. Deskripsi teori dan HP
Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori-teori
yang berkenaan dengan variabel yang diteliti, seperti yang telah dikemukakan,
deskripsi teori berisi tentang, definisi terhadap masing-masing variabel yang
diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variabel, dan kedudukan antara
variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian. Deskripsi teori dalam
suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (bukan sekedar
pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan
dengan variabel yang diteliti. Deskripsi teori paling tidak berisi tentang
penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan

5
uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang
lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan
diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.
4. Analisis Kritis terhadap Teori dan HP
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan
hasil penelitian yang telah dikemukaka. Dalam analisis ini peneliti akan
mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betul-
betul sesuai dengan obyek penelitian atau tidak, karena sering terjadi teori-teori
yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian di dalam negeri. Dari
berbagai macam bacaan buku yang telah dibaca, perlu adanya analisis kritis,
apalagi buku yang dibaca jurnal ilmiah internasional. Karena terkadang teori
yang digunakan diluar negeri tidak sama persis dengan teori yang digunakan di
dalam negeri. Sehingga perlu adanya analisis kritis terhadap teori yang dibaca.
5. Analisis Komparatif terhadap Teori dan HP
Analisi komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu
dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain.
Melalui analisis komparatif ini peneliti dapa memadukan antara teori satu
dengan teori yang lain, atau mereduksi bila dipandang luas.
6. Sintesa kesimpulan
Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian
yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya peneliti dapat
melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara
variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir
yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis.
7. Kerangka Berpikir
Setelah sintesa atau kesimpulan sementara dapat dirumuskan maka selanjutnya
disusun kerangka berpikir. Kerangka berpikir yang dihasilkan dapat berupa
kerangka berpikir yang asosiatif/huubungan maupun komparatif/perbandingan.
Kerangka berpikir asosiatif dapat menggunakan kalimat: jika begini maka akan
begitu; jika guru kompeten, maka hasil belajar akan tinggi. Jika kepemimpinan
kepala sekolah baik, maka iklim sekolah akan baik. Jika kebijakan pendidikan
dilaksanakan secara baik dan konsisten, maka kualitas SDM di Indonesia akan
meningkat pada gradasi yang tinggi.
8. Hipotesis
Hipotesis adalah gabungan dari “hipo” artinya “dibawah” dan “tesis” artinya
“kebenaran”. Secara keseluruhan “hipotesis” berarti “dibawah kebenaran”,
kebenaran yang masih berada dibawah (belum tentu benar) dan baru dapat
diangkat menjadi suatu kebenaran jika memang telah disertai dengan bukti-
bukti. Berdasarkan kerangka berpikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis.
Bila kerangka berpikir berbunyi “jika guru kompeten, maka hasil belajar akan
tinggi”, maka hipotesisnya berbunyi “ada hubungan yang positif dan signifikan
antara kompetensi guru dengan hasil belajar” Bila kerangka berfikir berbunyi
“karena lembaga pendidikan A menggunakan teknologi pembelajaran yang
tinggi, maka kualitas hasil belajar akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan
lembaga pendidikan B yang teknologi pembelajarannya rendah,” maka
hipotesisnya berbunyi “terdapat perbedaan kualitas hasil belajar yang signifikan

6
antara lembaga pendidikan A dan B, atau hasil belajar lembaga pendidikan A
lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga pendidikan B”.
Selanjutnya Uma Sekaran (1992) mengemukakan bahwa, kerangka berpikir yang baik,
memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan.
b. Diskusi dalam kerangka berpikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan
pertautan/hubungan antar variabel yang diteliti, dan ada teori yang mendasari.
c. Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar variabel
itu positif atau negatif, berbentuk simetris, kausala atau interaktif (timbal balik)
d. Kerangka berpikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram
(paradigma penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka berpikir yang
dikemukakan dalam peneltian.
Agar peneliti benar-benar dapat menyusun kerangka berpikir secara ilmiah (memadukan
antara asumsi teoretis dan asumsi logika dalam memunculkan variabel) dengan benar, maka
peneliti harus intens dan eksten menelurusi literatur-literarur yang relevan serta melakukan
kajian terhadap hasil penelitian-penelitian terdahulu yang relevan, sehingga uraian yang
dibuatnya tidak semata-mata berdasarkan pada pertimbangan logika. Untuk itu, dalam
menjelaskan kerangka teoretisnya, peneliti mesti merujuk pada literatur atau referensi serta
laporan-laporan penelitian terdahulu. Selanjutnya secara sederhana penyusunan kerangka
berpikir dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut:
i. Menentukan paradigma atau kerangka teoretis yang akan digunakan, kerangka
konseptual dan kerangka operasional variabel yang akan diteliti.
ii. Memberikan penjelasan secara deduktif mengenai hubungan antarvariabel penelitian.
Tahapan berpikir deduktif meliputi tiga hal yaitu: (a) Tahap penelaahan konsep
(conceptioning), yaitu tahapan menyusun konsepsi-konsepsi (mencari konsep-konsep
atau variabel dari proposisi yang telah ada, yang telah dinyatakan benar). (b) Tahap
pertimbangan atau putusan (judgement), yaitu tahapan penyusunan ketentuan-ketentuan
(mendukung atau menentukan masalah akibat pada konsep atau variabel dependen). (c)
Tahapan penyimpulan (reasoning), yaitu pemikiran yang menyatakan hal-hal yang
berlaku pada teori, berlaku pula bagi hal-hal yang khusus.
iii. Memberikan argumen teoritis mengenai hubungan antar variabel yang diteliti. Argumen
teoritis dalam kerangka pemikiran merupakan sebuah upaya untuk memperoleh jawaban
atas rumusan masalah. Dalam prakteknya, membuat argumen teoritis memerlukan kajian
teoretis atau hasil-hasil penelitian yang relavan. Hal ini dilakukan sebagai petunjuk atau
arah bagi pelaksanaan penelitian. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, oleh karena
argumen teoritis sebagai upaya untuk memperoleh jawaban atas rumusan masalah, maka
hasil dari argumen teoritis ini adalah sebuah jawaban sementara atas rumusan masalah
penelitian. Sehingga pada akhirnya produk dari kerangka pemikiran adalah sebuah
jawaban sementara atas rumusan masalah (hipotesis).
iv. Merumuskan model penelitian. Model adalah konstruksi kerangka pemikiran atau
konstruksi kerangka teoretis yang diragakan dalam bentuk diagram dan atau persamaan-
persamaan matematik tertentu. Esensinya menyatakan hipotesis penelitian. Sebagai suatu
kontruksi kerangka pemikiran, suatu model akan menampilkan: (a) jumlah variabel yang
diteliti, (b) prediksi tentang pola hubungan antar variabel, (c) dekomposisi hubungan
antar variabel, dan (d) jumlah parameter yang diestimasi.

7
5.6 Bentuk-bentuk Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua variabel


atau lebih. Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan (declarative) dan
menggabungkan secara umum maupun khusus antara variabel satu dengan variabel
lainnya.
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah
penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplansinya, maka bentuk rumusan masalah
penelitian ada tiga, yatiu rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif
(pebandingan), dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis
penelitian juga ada tiga, yaitu hipotrsis deskriptif, komparatif dan asosiatif atau
hubungan.
1. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
deskriptif. Rumusan hipotesis deskriptif lebih didasarkan pada pengamat
pendahuluan terhadap objek yang diteliti. Contoh:
1) Rumusan Masalah Deskriptif
a. Berapa daya tahan lampu pijar merk X?
b. Seberapa tinggi semangat kerja karyawan di PT Y?
c. Seberapa tinggi disiplin dan produktivitas pegawai swasta?
2) Hipotesis Deskriptif
Daya tahan lampu pijar merk X = 600 jam. Ini merupakan hipotesis nol,
karena daya tahan lampu yang ada pada sampel diharapkan tidak berbeda
secara signifikan dengan daya tahan lampu yang ada pada populasi.

8
Hipotesis alternatifnya adalah daya tahan lampu pijar merk X ≠ 600 jam.
“Tidak sama dengan” ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari 600
jam.
3) Hipotesis Statistik (hanya ada bila berdasarkan data
sampel) Ho : μ = 600
Ha : μ ≠ 600 atau > 600 atau < 600
μ : adalah nilai rata-rata populasi yang di hipotesiskan atau ditaksir

2. Hipotesis Komparatif
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama, tetapi populasinya atau
sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
Contoh:
1) Rumusan Masalah Komparatif
Bagaimanakah produktivitas kerja karyawan PT X b≥ila dibandingkan
dengan PT Y?
2) Hipotesis Komparatif
Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut dapat dikemukaan tiga

model hipotesis nol sebagai


berikut: Hipotesis nol:
a. Ho : Tidak terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan di
PT X dan PT Y atau terdapat persamaan produktivitas antara
karyawan PT X dan Y.
b. Ho : Produktivitas karyawan PT X lebih besar atau sama dengan (≥)
PT Y (“lebih besar atau sama dengan” paling sedikit).
c. Ho : Produktivitas karyawan PT X lebih kecil atau sama dengan (≤)
PT Y (“lebih kecil atau dengan” paling besar).
3) Hipotesis Statistik dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Ho : μ1 = μ2
Ha : μ1 ≠ μ2
b. Ho : μ1 ≥ μ2
Ha : μ1 ≤ μ2
c. Ho : μ1 ≤ μ2
Ha : μ1 ≥ μ2
μ 1 : rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT X
μ 2 : rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT Y
3. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis Asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
1) Rumusan Masalah Asosiatif

9
Adakah hubungan antara tinggi badan pelayan toko dengan barang terjual?
2) Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tinggi badan
pelayan toko dengan barang yang terjual.
3) Hipotesis Statistik
Ho : ϱ = 0 (0 berarti tidak ada hubungan)
Ha : ϱ ≠ 0 (“tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang (-) dari
nol berarti ada hubungan)
ϱ = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.

5.7 Merumuskan Hipotesis


Merumuskan hipotesis bukanlah hal yang mudah. Ada tiga penyebab
kesukaran dalam memformulasikan hipotesis yaitu: (1) tidak adanya kerangka teori
atau pengetahuan tentang kerangka teori yang terang; (2) kurangnya kemampuan
untuk menggunakan kerangka teori yang sudah ada; dan (3) gagal berkenalan dengan
teknik-teknik penelitian yang ada untuk dapat merangkaikan kata-kata dalam
membuat hipotesis secara benar.
Dalam merumuskan hipotesis, maka harus dipikirkan bahwa: pertama,
hipotesis yang dirumuskan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih juga akan
dijumpai dalam penelitian lainnya. Kedua, hubungan yang direka sebaiknya
berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teori.
Maka, beberapa petunjuk dalam merumuskan hipotesis dapat diberikan
sebagai berikut: (1) hipotesis harus dirumuskan secara jelas dan padat secara spesifik;
(2) hipotesis sebaiknya dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan; (3)
hipotesis sebaiknya menyatakan hubungan antardua lebih variabel yang dapat diukur;
(4) hipotesis hendaknya dapat diuji; dan (5) hipotesis sebaiknya mempunyai kerangka
teori.
Berikut ini adalah contoh hipotesis yang dirumuskan secara sederhana:
“Petani padi yang masuk BIMAS berproduksi lebih tinggi”. Dapat dilihat terdapat
suatu hubungan antara satu variabel “petani padi BIMAS” dan variabel yang lain
“produksi padi”. Karena kedua variabel tersebut dapat diukur, maka pengujian
hipotesis juga dapat dikerjakan. Hipotesis dapat dinyatakan secara eksplisit, yaitu
pernyataan-pernyataan hubungan dinyatakan dengan tegas satu per satu. Dapat juga
dinyatakan secara implisit, yaitu hipotesis merupakan pernyataan tersirat dalam
banyak hal-hal yang diterangkan di dalam permasalahan ataupun dalam menceritakan
pentingnya studi yang sedang dilakukan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Rahyuda, Ketut. 2016. Metode Penelitian Bisnis. Denpasar : Udayana University Press
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Hartono, J. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis Cetakan Keempat. Yogyakarta: BPFE

11
12

Anda mungkin juga menyukai