Anda di halaman 1dari 2

Abstrak

Ema Erfina
Pendidikan Islam Berbasis Kearifan Lokal
Pascasarjana Program Doktor Universitas Islam Malang

Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki karakter kuat bersumber dari nilai-
nilai yang digali dari budaya masyarakatnya. Nilai-nilai kearifan lokal bukanlah
penghambat kemajuan di era global, namun menjadi kekuatan transformasional yang
luar biasa dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai modal
keunggulan kompetetif dan komparatif suatu bangsa. Oleh karena itu, penggalian
nilai-nilai kearifan lokal merupakan langkah strategis dalam upaya membangun
karakter bangsa. Sebagai lembaga pendidikan, dunia pondok pesantren
mempunyai kekhasan dan keunikan tersendiri dibandingkan sekolah atau
lembaga pendidikan lainnya. Pesantren tidak sekadar dimaknai sebagai lembaga
pendidikan berbasis keagamaan yang mengajarkan nilai-nilai Islami, namun juga
berperan penting dalam menjaga nilai-nilai budaya dan kerarifan lokal. Penelitian ini
bertujuan mengungkap berbagai ragam kearifan lokal dalam kaitannya dengan
membina keberagaman melalui pembelajaran yang tidak hanya terpusat pada aspek
ritual, namun juga menyentuh aspek sosial budaya. Penelitian ini merupakan
penelitian diskriptif kualitataif, subyek dalam penelitian ini adalah pengasuh
pesantren, pengurus, ustadz/ ustadzah, warga pesantren, wali santri di Pondok
Pesantren Babussalam Kalibening Mojoagung Jombang dan Pondok Pesantren
Mambaul Quran wates Magersari Mojokerto.Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah pengamatan (observasi partisipan), wawancara, dan dokumentasi.
Teknik analisis data berlangsung secara simultan yang dilakukan bersamaan dengan
proses pengumpulan data, dengan alur tahapan : pengumpulan data, display data,
reduksi data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi. Pemerikasaan keabsahan data
menggunakan teknik triangulasi, member check, dan diskusi dengan kolega.
Dengan menggunakan teori “Dialegtika Islam dan Budaya Lokal“ yang di cetuskan
Geertz dan dipertajam dengan teori An-Nahlawi maka penelitian ini menunjukkan
beberapa kesimpulan. Pertama berbagai butir kearifan lokal yang ditemukan antara
lain: dari segi edukasi yaitu: taqrar, syawir, takhassus, sorogan, bandongan,
muhadharah; dari segi tradisi antara lain: pepujian, ro’an, barian, suroan,
muludan, rejeban, sa’banan, khataman, dibaiyyah, barzanji, manaqiban, tahlilan,
istighosahan, dan selametan; dari segi kesenian yaitu patrolan, terbang jidoran, seni
hadrah, ludrukan, al-banjari, marawis, seni bela diri atau pencak silat. Makna
substantif dari berbagai tradisi kearifan lokal jika dikaitkan dengan multikulturalisme
antara lain: pertama, dapat membentengi para santri dari gejala disintegrasi bangsa,
serta dipakai landasan untuk hidup saling berdampingan dalam sebuah masyarakat
yang majemuk. Kedua, akan menumbuhkan kecintaan serta kesadaran generasi muda
akan pentingya melestarikan kearifan lokal dalam bingkai Islam. Ketiga,
terbentuknya jaringan yang kokoh dalam ikatan kultural, tanpa ada ikatan formal
struktural untuk tetap melestarikan kearifan lokal dalam bingkai Islam. Berbagai
ragam kearifan lokal jika di kaitkan dengan benang multikulturalisme, terdapat
banyak nilai-nilai multikultralisme yang terkandung di dalamnya diantaranya adalah:
nilai musawah ( persamaan), ta’awun ( gotong royong, ukhuwah ( persaudaraan),
takaful ijtima’ (solidaritas sosial). Dan jika dikaitkan dengan metode membina
keberagaman seperti pembiasaan, peneladanan, targib wa tarhib serta ibrah dan

1
mauidzah. maka menjadikan para santri memiliki kesadaran dan cara pandang yang
luas terhadap kebinekaan yang terdapat di negara Indonesia. Indoktrinasi nilai-nilai
agama dengan menggunakan metode pembelajaran keberagaman yang berbasis
kearifan lokal akan menciptakan santri memiliki jiwa multikulturalisme.

Anda mungkin juga menyukai