Anda di halaman 1dari 11

IDENTIFIKASI RESIKO KECELAKAAN KERJA

KONTRUKSI PEMBANGUNAN LABORATORIUM


FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS TADULAKO

DISUSUN OLEH :

SYAHRIANI
N 201 16 211

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS TADULAKO
2018
1. Ringkasan Materi
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja
dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan suatu masalah penting dalam setiap proses
operasional, baik di sektor tradisional maupun modern (Bobby, 2013).
Sektor konstruksi merupakan bagian yang penting dalam
pembangunan suatu negara, dimana proyek konstruksi pembangunan gedung,
jalan, jembatan dan infrastruktur lainnya merupakan ukuran perkembangan
ekonomi negara tersebut. Keberhasilan proyek konstruksi secara tradisional
diukur dalam capaian waktu, biaya, dan kualitas; keberhasilan tersebut
dipengaruhi oleh faktor-faktor penting (Critical Success Factors, CFS). Salah
satu CFS tersebut adalah aspek keselamatan (safety) dalam pelaksanaan
proyek. Kecelakaan kerja di proyek konstruksi bisa membuat pekerjaan
berhenti, membuat rendah semangat kerja, sehingga produktifitas menurun
(Alzahrani & Emsley, 2013)
Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2010,
di seluruh dunia terjadi lebih dari 337 juta kecelakaan dalam pekerjaan per
tahun. Setiap hari, 6.300 orang meninggal karena kecelakaan kerja atau
penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan. Itu berarti 2,3 juta kematian per
tahun. Bahkan, berdasarkan data tahun 2006, di seluruh dunia, seorang pekerja
meninggal tiap 15 detik. Lebih banyak orang yang meninggal selama bekerja
daripada ketika berperang. Sedangkan menurut data Jamsostek, pada tahun
2010, tercatat 98.711 kasus kecelakaan kerja. Dari angka tersebut, 2.191
tenaga kerja meninggal dunia, dan menimbulkan cacat permanen sejumlah
6.667 orang. Jumlah klaim yang harus dibayarkan untuk kasus-kasus tersebut
mencapai lebih dari Rp 401 miliar (Wildan, 2014).
Setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang
menimbulkan korban jiwa, kerusakan materi, dan gangguan produksi. Pada
tahun 2007 menurut jamsostek tercatat 65.474 kecelakaan yang
mengakibatkan 1.451 orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap dan 58.697
orang cedera. Data kecelakaan tersebut mencakup seluruh perusahaan yang
menjadi anggota jamsostek dengan jumlah peserta sekitar 7 juta orang atau
sekitar 10% dari seluruh pekerja di Indonesia. Dengan demikian angka
kecelakaan mencapai 930 kejadian untuk setiap 100.000 pekerja setiap tahun.
Oleh karena itu jumlah kecelakaan keseluruhannya diperkirakan jauh lebih
besar. Bahkan menurut penelitian world economic forum pada tahun 2006,
angka kematian akibat kecelakaan di Indonesia mencapai 17-18 untuk setiap
100.000 pekerja (Bobby, 2013).
Tahun 2010 menunjukkan jumlah kasus kecelakaan kerja mencapai
98.711 kejadian. Sebanyak 6.647 (6,73%) tenaga kerja mengalami kecacatan
dan sebanyak 2.191 (2,22%) tenaga kerja meninggal dunia. Periode tahun
2007, sedikitnya terjadi 65.000 kasus kecelakaan kerja. Namun, hal itu
dipercaya hanya sekitar 50% dari jumlah kejadian yang sebenarnya, karena
data yang diambil berdasarkan dari jumlah klaim kepada Jamsostek.
Penyumbang terbesar dari kecelakaan kerja berasal dari kegiatan konstruksi
yang mencapai 30% dari angka kecelakaan (Suyono, 2013).
Reason (1997), menyatakan bahwa pendorong utama timbulnya
tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman adalah faktor lingkungan kerja
(enabling factors) yang memicu pekerja untuk melakukan tindakan tidak aman
(predisposing factors) (Suyono, 2013).
Faktor lingkungan kerja dapat meliputi hal-hal yang berhubungan
dengan proyek konstruksi secara langsung seperti tekanan yang berlebihan
terhadap jadwal pekerjaan, peralatan dan perlengkapan keselamatan kerja
yang tidak memadai, kurangnya pelatihan keselamatan kerja yang diberikan
pada pekerja, kurangnya pengawasan terhadap keselamatan kerja para pekerja.
Faktor lingkungan kerja dapat mendorong munculnya kesalahan dan
pelanggaran pada pihak pekerja, kesalahan dan pelanggaran tersebut dapat
berupa tindakan tidak aman dari pekerja, contohnya pelanggaran terhadap
peraturan dan prosedur keselamatan kerja, dan salah satu hasil dari tindakan
tidak aman adalah timbulnya kecelakaan kerja pada pihak pekerja (Thoyib,
2012).
2. Deskripsi Lokasi Kunjungan
Pada tanggal 29 maret 2018, kelas A fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Tadulako melakukan observasi ke Fakultas MIPA Universitas
Taduloka tepatnya di Farmasi bagian pembangunan fakultas tersebut. Kami
melakukan observasi mengenai kesehatan dan keselamatan para pekerja
konstruksi.
Bangunan yang akan di bangun adalah laboratorium fakultas MIPA
dan akan didirikan 3 tingkat. Letak pembangunan sangat strategis dengan
tempat proses belajar mengajar (kelas) yang berada tepat di tengah-tengah dan
diperkirakan jaraknya kurang lebih 5m. Pembangunan yang dilakukan
terbuka, tanpa ada batasan ataupun tempat berlindung bagi para pekerja
konstruksi.
Setelah melakukan observasi selama kurang lebih 1 jam, terdapat
banyak faktor resiko yang terdapat di lokasi tersebut dan bisa berakibat fatal
bagi para pekerja dan orang-orang di sekitar. Pembangunan yang dilakukan
secara terbuka, bisa berdampak buruk dan bisa mengganggu orang disekitar.
Seperti kebisingan dan debu-debu bisa menyebar kemana-mana
Di dalam area bangunan tersebut terdapat banyak material-material
bangunan yang berserakan. Penyusunan, penempatan dan penataan alat dan
bahan material tidak rapih dan tidak sesuai. Tidak adanya mandor konstruksi
yang membuat pekerja konstruksi bekerja secara semberono. Seperti ketika
meletakkan material, pekerja hanya membuangnya begitu saja. Hal ini bisa
memberikan dampak buruk bagi kualitas material. Serta tidak adanya tanda
atau rambu-rambu dalam area bangunan dan penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) tidak terealisir dengan baik.
3. Hasil Observasi
A. Daftar Bahaya yang di Identifika

No. Bahaya yang di Identifikasi Potensi


Bahaya
1. Area Pembangunan tidak tertutup. Ketika suhu berada di atas atau di bawah batas normal, keadaan tersebut Fisik dan
Sosial
dapat memperlambat pekerjaan dan menciptakan ketidaknyamanan bagi para pekerja dan bisa saja debu dari
hasil pekerjaan bisa menyebar serta akan terhirup oleh orang lain
2 Pekerja tidak menggunakan masker, hal ini bisa menyebabkan penyakit karena debu yang dihasilkan oleh Kimia
pasir/tanah/semen akan terhirup dan masuk ke dalam tubuh.
3. Paku yang menonjol atau tertancap di kayu yang berserakan akan menimbulkan kecelakaan ketika di injak. Fisik
4. Tumpukan besi yang di simpan begitu saja tanpa menutup ujung besi tersebut bisa menyebabkan tertusuknya
Fisik
kaki pekerja jika tidak disadari dan hati-hati
5. Pekerja tidak menggunakan sepatu atau boot. Sehingga kapan saja bisa menyebabkan kecelakaan kerja. Fisik dan
Biologi
Seperti menginjak paku yang tertancap di kayu dan bisa saja terjatuh karena licin serta tanahnya yang agak
lembab biasanya tempat para cacing dan telurnya bisa saja akan menempel di kulit kaki para pekerja
6. Beberapa pekerja tidak menggunakan sarung tangan. Fisik
7. Terdapat banyak lubang dan di tancapi besi yang ujungnya tidak tertutup. Ketika tidak disadari oleh pekerja
Fisik
akan menimbulkan resiko yang sangat besar. Jika tersandung bisa saja pekerja tersebut akan jatuh ke lubang
dan tertusuk oleh besi tersebut.
8. Kabel yang berserakan akan berpotensi bahaya. Karena jika koslet dan diinjak akan mengakibatakan Fisik
kecelakaan bagi para pekerja
9. Jalan yang dilalui pekerja tidak rata. Akan menyebabkan ketidakseimbangan dan bisa saja menyebabkan Fisik
kecelakaan
10. Pekerja meletakkan besi langsung di buang begitu saja sehingga menyebabkan kebisingan Fisik
11. Beban kerja yang tidak sesuai dengan umur. Seperti pekerjaan orang yang sudah berumur lebih berat dan
Fisik dan
dibanding yang lebih muda. Serta tidak adanya ergonomis. Misalnya mengangkat beban terlalu membungkuk. Ergonomi
12. Pakaian Tipis. Memicu terjadinya resiko. Jika tersangkut di material yang tajam bisa saja menusuk para
Fisik
pekerja konstruksi
Fisik
13. Selang berserakan
14. Terdapat banyak gundukan tanah Fisik
15. Percikan Batu yang lempar
Fisik
16. Beban gerobak yang lebih besar
Fisik
B. Analisis Resiko
10 Prioritas daftar bahaya yang terdapat di area pembangunan Fakultas Farmasi Untad Palu

No. Potensi Bahaya Deskripsi Bahaya Peluang Akibat Keterangan

Area Suhu berada di atas atau di bawah batas A 1 S


Pembangunan tidak normal, keadaan ini dapat memperlambat
1. tertutup pekerjaan dan menciptakan
ketidaknyamanan bagi para pekerja dan
debu yang dari hasil pekerjaan akan
menyebar kemana-mana.
Menimbulkan kecelakaan ketika di injak.
2. Paku
Bisa menyebabkan penyakit tetanus B 3 S
Besi yang berserakan dan Besi tersebut bisa terinjak dan tertusuk
3.
ujungnya tanpa di tutupi oleh kaki para konstruksi. A 3 T
Debu yang dihasilkan oleh
pasir/tanah/semen akan terhirup dan masuk
A 4 T
Tidak menggun kan
4. ke dalam tubuh pekerja konstruksi. Dan
masker
akan menyebabkan penyakit pernapasan

bisa saja pekerja tersebut akan jatuh ke


Terdapat banyak lubang
B 5 T
5. dan di tancapi besi yang lubang dan tertusuk oleh besi tersebut.
ujungnya tidak tertutup.
Beberapa pekerja tidak
menggunakan sarung
6. Tangan akan iritasi atau lecet C 2 M
tangan.

bisa menyebabkan kecelakaan kerja.


Pekerja tidak A 4 T
7. menggunakan sepatu atau Seperti menginjak paku yang tertancap di
boot kayu dan bisa saja terjatuh karena licin
8. Beban kerja yang tidak Dapat menyebabkan stress dan bisa
sesuai dengan umur. mengakibatkan kecelakaan kerja A 4 T
9.
Kabel yang berserakan akan berpotensi
Kabel yang berserakan bahaya. Karena jika koslet dan diinjak akan B 2 S
mengakibatakan kecelakaan bagi para
pekerja

10. Memicu terjadinya resiko. Jika tersangkut


Pakaian Tipis dan tidak di material yang tajam bisa saja menusuk A 3 T
memenuhi standar para pekerja konstruksi
C. Control Measure
Adapun control measure dari hasil Identifikasi di fakultas Farmasi Universitas
Tadulako yaitu, Agar terciptanya suata kenyamanan dan keamanan pada saat bekerja,
sebaiknya pembangunan tersebut dibatasi atau di tutupi agar tidak terkena paparan sinar
matahari langsung dan hujan. Menurut ILO, kesehatan dan kenyamanan pekerja, kelembaban
dan suhu udara yang baik dalam tempat kerja adalah penting. Panas mempengaruhi kapasitas
kerja dan mengurangi produktivitas. Panas dapat mengakibatkan kelelahan, kesalahan kerja,
dan kecelakaan. Bahaya kesehatan yang terkait dengan panas meliputi dehidrasi (kekurangan
cairan), tidak segar, keram, dan iritasi. Atap yang layak secara langsung maupun tidak
langsung dapat melindungi mereka dari sengatan matahari. Jika hujan dan atap tak dalam
keadaan baik, berisiko merusak bahan-bahan dan barang produksi.
Sebaiknya pekerja konstruksi disediakan APD seperti mengunakan masker agar
tidak menghirup debu dari pasir atau semen, memakai sarung tangan agar tangannya tidak
iritasi dan terluka, serta memakai sepatu atau boot agar tidak menginjak paku yang tertancap
di kayu dan bisa saja terjatuh karena licin. Menurut ILO, Beberapa jenis pekerjaan konstruksi
mengandung bahaya dan beresiko menimbulkan kecelakaan atau menimbulkan penyakit,
karena itu penting untuk memberikan perlindungan saat melakukan pekerjaan. Tersedianya
sarung tangan, masker dan alat pelindung diri (APD) lainnya., seperti sarung tangan untuk
menghindari kontak langsung dengan bahan kimia atau benda tajam, masker untuk
melindungi dari debu atau bakteri dan virus, dsb.
Solusi untuk paku yang berserakan, besi serta kabel yaitu sebaiknya material-
material tersebut di tata dengan baik dan ditempati ditempat yang aman. Menurut ILO,
peralatan yang jika tidak terjaga dengan baik, rentan terhadap kegagalan yang dapat
menyebabkan kecelakaan. Setiap mesin harus mempunyai satu atau lebih saklar “berhenti”
yang ditempatkan secara tepat untuk dipergunakan oleh operator dan untuk pekerja lainnya
yang bersangkutan.
Untuk menghindari pekerja dari bahaya lubang, sebaiknya di berikan tanda rambu-
rambu agar pekerja dapat berhati-hati. Dimana menurut Ahyadi (2013) untuk mengurangi
resiko terhadap kecelakaan kerja yang terjadi pada perusahaan adalah memperbanyak
rambu–rambu peringatan dan di tempatkan di lokasi yang mudah terkihat oleh para pekerja
agar para pekerja dapat cepat mengetahui lokasi mana saja yang menyebabkan resiko.
Sebaiknya pekerja yang lebih tua di berikan beban yang ringan-ringan. Menurut
ILO, bahaya ergonomi seperti beban fisik berlebihan, posisi kerja jongkok atau di paksakan,
duduk tanpa sandaran, bekerja diatas siku, dan lain sebagainya.
Pakaian yang seharusnya dipakai untuk pekerja konstruksi adalah pakaian yang bisa
membuat pekerja nyaman dan aman ketika memakainya. Menurut ILO, Semua pakaian yang
dikenakan sebagai bagian dari kewajiban pekerjaan umum harus disediakan oleh perusahaan
dan Dasar hukum keselamatan dan kesehatan kerja, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
yaitu tentang keselamatan kerja salah satunya Bahwa setiap produksi perlu dipakai dan
dipergunakan secara aman dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Ahyadi dkk, 2015. Jurnal PASTI, “Analisis Identifikasi Bahaya Pada Proses Produksi Pada Pt
X Dengan Metode Risk Assessment”. Vol.9, No.1, Hal.46 – 60.
Alzahrani, J. I., & Emsley, M. W. (2013). International Journal of Project Management,
“The impact of contractors’ attributes on construction project success: A post
construction evaluation”, Vol.31 No.2, Hal.313-322.
Ariwinanti dkk, 2014, Jurnal Teknik Mesin, “Penerapan Personal Protective Equipment (Alat
Pelindung Diri) Pada Laboratorium Pengelasan”, Vol.22, No.1, Hal.89
Bobby dkk, 2013, Jurnal Sipil Statik, “Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Pelaksanaan
Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Proyek Pt. Trakindo Utama)”, Vol.1 No.6 Hal. 430-
433.
Diterjemahkan dari Improving Safety, Health and the Working Environment in the Informal
Footwear Sector (ISBN 92-2-113258-7), Jakarta, ILO, 2002
Keberlanjutan melalui perusahaan yang kompetitif dan bertanggung jawab (SCORE). Modul
5, / International Labour Office. - Jakarta: ILO, 2013
Pembinaan Perbaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan Rumah Tangga bagi
Pekerja Rumah Tangga (PRT) dan Majikan; Jakarta: ILO, 2016; 62 p.
Suyono dkk, 2013, The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, “Hubungan
Antara Faktor Pembentuk Budaya Keselamatan Kerja Dengan Safety Behavior Di Pt
Dok Dan Perkapalan Surabaya Unit Hull Construction, Vol.2, No.1 Hal. 67–74.
Thoyib dkk, 2012 Jurnal Rekayasa Sipil, “Pengaruh Budaya Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (K3) Terhadap Kinerja Proyek Konstruksi”, Vol.6, No.1, ISSN 1978 – 5658.
Wildan dkk, 2014, Unnes Journal of Public Health, “Identifikasi Bahaya Kecelakaan Unit
Spinning I Menggunakan Metode Hirarc Di Pt. Sinar Pantja Djaja” Vol.3, Hal.1, ISSN
2252-6528
Yuamita dkk, 2016, Spektrum Industri, “Analisis Faktor Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
(K3) Yang Signifikan Mempengaruhi Kecelakaan Kerja Pada Proyek Pembangunan
Apartement Student Castle”, Vol.14, No.1, Hal.1 – 108.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai