Anda di halaman 1dari 8

Studi Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kelapa Sawit ....

(Purnomo Edi Sasongko) 137

STUDI KESESUAIAN LAHAN POTENSIAL UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT DI


KABUPATEN BLITAR

Oleh :
Purnomo Edi Sasongko1)

ABSTRACT
Palm oil is one of the superior commodities in Indonesia, so it needs to be explored further development in order
to produce well through the growth of land suitability. Oil palm cultivation is scattered in 22 provinces in Indonesia
have not centrally managed. The main problems of oil palm cultivation in Blitar caused by the still limited extent of the
planting area and the low productivity and quality of palm oil, institutional, farm and business partnerships were not
functioning effectively. Another factor is the suitability of land, climate, varieties and use of genetic degradation, the
use of fertilizers, pesticides and weaknesses of harvest and post harvest handling.

Keyword : planting areas, palm oil, land suitability, production, degradation

PENDAHULUAN pemetaan lahan potensial untuk tanaman kelapa


sawit. Pemetaan lahan kelapa sawit, diharapkan
Budidaya kelapa sawit saat ini sudah
sangat bermmanfaat bagi pengusaha kelapa sawit
menyebardi 22 propinsi di Indonesia. Namun di
di kabupaten Blitar, baik untuk kegiatan
masing-masing Propinsi tidak diusahakan secara
perencanaan, pembinaan dan acuan budidaya bagi
tersentral. Pada awalnya kelapa sawit
petani kelapa sawit.
berkembang di daerah-daerah tradisional yaitu
Keberhasilan budidaya suatu jenis komoditas
Pulau Sumatera yang sesuai agroklimatnya,
tanaman sangat tergantung kepada kultivar tanaman
namun pada perkembangannya terus mengalami
yang ditanam, agroekologis/ lingkungan tempat
penyebaran lokasi.
tumbuh tempat melakukan budidaya tanaman dan
Permasalahan utama pengusahaan kelapa
pengelolaan yang di-lakukan oleh petani/pengusaha
sawit di Jawa Timur, khususnya kabupaten Blitar
tani. Khusus mengenai lingkungan tempat tumbuh
adalah masih sempitnya luasan areal tanam dan
(agro-ekologis), walaupun pada dasarnya untuk
rendahnya produktivitas serta mutu kelapa sawit
memenuhi persyaratan tumbuh suatu tanaman dapat
petani, kelembagaan petani yang belum berfungsi
direkayasa oleh manusia, namun memerlukan biaya
dengan efektif serta pelaksanaan kemitraan usaha
yang tidak sedikit. Dalam rangka pengembangan
walaupun sudah berjalan. Namun jumlahnya
suatu komoditas tanaman, pertama kali yang harus
masih relatif sedikit dan kualitas pola kemitraan
dilakukan mengetahui persyaratan tumbuh dari
masih perlu terus ditingkatkan. Masih rendahnya
komoditas yang akan dikembangkan kemudian
produktivitas dan mutu hasil, utama disebabkan
mencari wilayah yang mempunyai kondisi
oleh faktor budidaya, meliputi : kesesuaian lahan
agroekologis/faktor tempat tumbuh yang relatif
dan iklim/cuaca, penggunaan varietas bukan
sesuai.
anjuran dan telah mengalami degradasi genetik,
Komoditas yang mempunyai nilai ekonomis dan
penggunaan pupuk (utamanya pupuk yang
potensial untuk dikembangkan salah satunya adalah
mengandung klorida), pemakaian pestisida
adalah kelapa sawit. Daerah pengembangan
tertentu secara berlebihan, teknik budidaya dan
tanaman kelapa sawit yang sesuai berada pada 15
kelemahan penanganan panen dan pasca panen.
°LU-15 °LS, ketinggian yang ideal berkisar antara
Faktor kesesuaian lahan dan iklim/cuaca erat
0-400 m dpl, curah hujan sebesar 2.000-2.500
kaitannya dengan penyebaran lokasi, khususnya
mm/tahun, suhu optimum adalah 29-30 °C,
pada daerah-daerah dengan daya saing kelapa
intensitas sinar matahari sekitar 5-7 jam/hari dengan
sawit cukup rendah dibandingkan komoditi
rata-rata penyinaran 6 jam /hari, kelembaban
alternatif lainnya, sehingga diperlukan adanya
optimum sekitar 80-90 %. Kelapa sawit dapat
1)
Staf Jurusan Agrotekologi, Faklutas Pertanian, UPN “Veteran” Jawa Timur
138 Jurnal Pertanian MAPETA, ISSN : 1411-2817, Vol. XII. No. 2. April 2010 : 72 - 144

tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Wates, Sutojayan, Panggungrejo, Wonotirto,
Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol dengan Bakung, Kademangan, dan Kanigoro. Penentuan
nilai pH optimum adalah 5,0–5,5, tanah gembur, lokasi kegiatan ini didasarkan pada kondisi
subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan pengembangan areal lahan usahatani kelapa sawit
solum yang dalam tanpa lapisan padas. Topografi yang telah dirintis oleh para petani/pekebun di
pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari Kabupaten Blitar.
25o. Solum tanah > 80 cm tanpa ada lapisan padas, Sumber Data dan Analisis
tekstur lempung atau liat dengan komposisi pasir Pemetaan lahan potensial kelapa sawit
20 – 60 %, debu 10 – 40 %, liat 20 – 50. Tanaman menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan
kelapa sawit tumbuh baik pada tanah yang memiliki data sekunder. Data primer diperoleh secara
kandungan unsur hara yang tinggi, dengan C/N langsung dari responden yang terpilih dengan
mendekati 10 di mana C 1 % dan N 0,1 %. Daya menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan,
tukar Mg dan K berada pada batas normal, yaitu meliputi : pelaksanaan usahatani, macam/jenis pola
Mg 0,4 – 10 me/100 gram, sedangkan K 0,15 – tanam yang dianjurkan, ketersediaan sarana dan
1,20 me/100 gram. prasarana produksi, macam dan jenis pembinaan
Kesesuaian kelas 1 mensyaratkan curah hujan usahatani yang pernah diperoleh, dan kendala/
2000-2500 mm/tahun dengan distribusi merata. kesulitan yang dihadapi dalam pelak-sanaan
Tapi masih ditoleransi sampai dengan 1500 mm/ usahatani.
tahun. Curah hujan lebih dari 2500 mm akan Data sekunder diperoleh dari Kantor Kelurahan,
menstimulasi terjadinya erosi yang akan menurunkan Kantor Kecamatan, Dinas Perkebunan dan Instansi
kesuburan tanah, sedangkan bulan kering yang terkait dengan sistem pertanian terpadu, meliputi :
signifikan akan mengakibatkan terjadinya defisit air ketersediaan sarana dan prasarana pertanian yang
dan dapat menekan produksi. Temperatur kelas 1 ada. (Dinas Perkebunan Propinsi dan Kabupaten/
untuk sawit adalah 22 – 330 C. Sinar matahari Kota), potensi sumber daya alam, sosial dan
diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan ekonomi. (Dinas Per-kebunan Propinsi dan
memacu pertumbuhan bunga dan buah. Kabupaten/Kota), program-program pembinaan
Tujuan penelitian Pemetaan Lahan Kelapa Sawit yang pernah dilakukan (Dinas Perkebunan Propinsi
adalah untuk mengevaluasi kesesuaian lahan dan dan Kabupaten/ Kota), dan kendala-kendala yang
penyebaran agroekologi kelapa sawit di wilayah dihadapi selama pembinaan (Kelompok Tani
Kabupaten Blitar, mengidentifikasi lokasi Kelapa sawit setempat).
pengembangan areal tanaman Kelapa Sawit di Tingkat Kemampuan Lahan
Kabupaten Blitar, dan pertimbangan kebijakan Metode yang digunakan dalam penilaian
restrukturisasi usahatani dan budidaya kelapa sawit kesesuaian lahan penelitian ini adalah metode
berdasarkan teknis dan sosial ekonomi. perbandingan. Metode ini merupakan salah satu
cara untuk mengevaluasi kemampuan lahan dengan
METODE PENELTIAN mencocokan dan membandingkan antara
karateristik lahan terhadap kriteria kelas
Lokasi/Wilayah Kegiatan Pemetaan Lahan
kemampuan lahan , sehingga diperoleh potensi di
Pemetaan potensi lahan kelapa sawit
setiap satuan (unit) lahan tertentu.
dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yang dimulai
Kesesuaian Lahan
pada bulan Agustus hingga Oktober tahun 2008.
Metode kesesuaian lahan yang digunakan
Wilayah pemetaan lahan kelapa sawit adalah di
menurut Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat
kabupaten Blitar Propinsi Jawa Timur, yang
(1997). Klasifikasi kesesuaian lahan dibedakan
mencakup 22 wilayah kecamatan yaitu : Udanawu,
menurut tingkatan-nya yaitu Ordo yang tergotong
Wonodadi, Ponggok, Srengat, Sanan Kulon,
sesuai (S) dan tidak sesuai (N) dan Kelas
Nglegok, Garum, Gandusari, Wlingi, Ndoko,
dikalsifikasikan antara sesuai (S) dibedakan antara
Selorejo, Selopuro, Talun, Kesamben, Binangun,
Studi Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kelapa Sawit .... (Purnomo Edi Sasongko) 139

sangat sesuai (S1), Cukup sesuai (S2) dan Sesuai mengikuti perubahan putaran dua iklim yaitu musim
marginal (S3 penghujan dan musim kemarau. Satu kenyataan yang
Pedoman/kriteria yang digunakan untuk menilai dapat kita lihat sampai saat ini, bahwa betapapun
kesesuaian lahan menurut Pusat Penelitian Tanah Kabupaten Blitar sebagai daerah yang kecil dengan
(1993) untuk kelapa sawit, yaitu: a) Iklim (curah segala potensi alam, gografis dan iklim serta kualitas
hujan). b) Hidrologi (ketersediaan air, drainase, sumber daya manusia yang sedang, ternyata telah
serta bahaya banjir). c) kemiringan Lereng (> 40 mampu tampil ke depan dalam keberhasilan pem-
%). d) Retensi hara ( pemupukan). Beberapa jenis bangunan. Berdasarkan kondisi kemampuan lahan
tanah juga memiliki karakteristik sangat buruk, dan iklim yang sudah dianalisa berdasarkan peta
seperti tanah Regosol dan Podsol yang memiliki Kemampuan Lahan Di Kabupaten Blitar, maka
tekstur sangat kasar di seluruh lapisan. dapat dikelompokkan sesuai dengan Kecamatan
masing-masing (Tabel1).
HASIL DAN PEMBAHASAN Wilayah kabupaten Blitar dapat dibedakan
menjadi 3 satuan lahan berdasarkan ketinggian
Letak Geografi
lahan dari permukaan laut, yaitu ; (a) ketinggian 0 –
Kabupaten Blitar berada di sebelah Selatan
250 m yang meliputi wilayah Kecamatan Wates,
Khatulistiwa. Tepatnya terletak antara 111°40’ -
Bakung, Panggungrejo, dan Wonotirto, (b)
112°10’ Bujur Timur dan 7°58’ - 8°9’51" Lintang
ketinggian 100 – 250 m yang meliputi wilayah
Selatan. Kabupaten Blitar adalah sebuah kabupaten
Kecamatan Kanigoro, Kademangan, Sutojayan,
yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Binangun, Selopuro, Talun dan Kesamben, (c)
Beribukota di Blitar, kabupaten ini berbatasan
ketinggian 250 – 500 m yang meliputi kecamatan
dengan Kabupaten Kediri di sebelah utara,
Udanawu, Wonodadi, Ponggok, Srengat, Sanan
Kabupaten Malang di sebelah timur, Samudra
Kulon Nglegok dan Garum, (d) ketinggian 250 –
Hindia di sebelah selatan, dan Kabupaten
1000 m yang meliputi kecamatan Gandusari. Wlingi
Tulungagung di sebelah barat. Gunung Kelud (1.731
dan Ndoko. Kelas kemiringan lahan di wilayah
m dpl), salah satu gunung api strato yang masih aktif
kabupaten Blitar secara umum dapat dibedakan
di Pulau Jawa yang terletak di bagian utara
menjadi dua kategori, yaitu : (a) kemiringan lahan 2
kabupaten ini berbatasan langsung dengan
– 15 % dan (b) kemiringan lahan 2 – 40 %.
Kabupaten Kediri. Bagian selatan Kabupaten Blitar
Kedalaman tanah di wilayah kabupaten Blitar secara
(yang dipisahkan oleh Sungai Brantas) dikenal
umum dibedakan menjadi : (a) kedalaman efektif <
sebagai penghasil kaolin dan dilintasi oleh
30 cm, (b) kedalaman efektif 30 – 60 cm, dan (c)
Pegunungan Kapur Selatan. Pantai yang terkenal
kedalaman efektif 60 – 90 cm. Jenis tanah di
antara lain Pantai Tambakrejo dan Pantai Jalasutra.
wilayah kabupaten Blitar secara umum dibedakan
Sebelah Selatan Kabupaten Blitar adalah
menjadi : (a) Aluvial kelabu, (b) Mediteran, (c)
Samudera Indonesia yang terkenal dengan
Regosol coklat, dan (d) Kompleks Regosol dan
kekayaan lautnya.Apabila diukur dari atas
Litosol.
permukaan laut. Kabupaten Blitar berada pada
Hasil analisis kemampuan lahan untuk 22 wilayah
ketinggian ± 167 meter dan luas 1.588,79 km²,
kecamatan di kabupaten Blitar adalah sebagaimana
terdapat Sungai Brantas yang membelah daerah ini
disajikan pada Tabel 2. Wilayah kabupaten Blitar
menjadi dua yaitu kawasan Blitar Selatan yang
secara umum dapat dibedakan menjadi 5 satuan
mempunyai luas 689,85 km² dan kawasan Blitar
kemampuan lahan, yaitu : Subkelas I, Subkelas II
Utara.
es, SubKelas II s, SubKelas III es, dan SubKelas
Kondisi Agroekologi
IV esw. Dengan demikian di wilayah Kabupaten
Iklim Kabupaten Blitar termasuk tipe C.3
Blitar, pada wilayah-wilayah yang termasuk dalam
apabila dilihat dari rata-rata curah hujan dan bulan-
SubKelas 1 hanya direkomendasikan bagi kegunaan
bulan tahun kalender selama Tahun 2007.
areal tanah pertanian semusim dengan pengairan
Perubahan iklimnya seperti di daerah-daerah lain
teknis yang mempunyai nilai tambah ekonomi yang
140 Jurnal Pertanian MAPETA, ISSN : 1411-2817, Vol. XII. No. 2. April 2010 : 72 - 144

Tabel 1. Karakteristik Agroekologi wilayah Kabupaten Blitar


Uraian Karakteristik
No Kecamatan Ketinggian Kelerengan Tekstur Kedalaman
Jenis Tanah
(m dpl) (%) Tanah Tanah (cm)
1. Udanawu 250 - 500 2 – 15 kasar 60 – 90 Regosol dan litosol
2. Wonodadi 250 - 500 2 – 15 kasar 60 – 90 Regosol dan litosol
3. Ponggok 250 - 500 2 – 15 kasar 60 – 90 Regosol dan litosol
4. Srengat 250 - 500 2 – 15 kasar 60 – 90 Regosol dan litosol
5. Sanan Kulon 250 - 500 2 – 15 kasar 60 – 90 Regosol dan litosol
6. Nglegok 250 - 500 2 – 40 kasar 60 – 90 Regosol coklat
7. Garum 250 - 500 2 – 15 kasar 60 – 90 Regosol dan litosol
8. Gandusari 250 – 1000 2 – 40 kasar 60 – 90 Regosol dan litosol
9. Wlingi 250 – 1000 2 – 40 sedang 60 – 90 Aluvial kelabu
10. Ndoko 250 – 1000 2 – 40 sedang 60 – 90 Mediteran
11. Selorejo 250 – 500 2 – 40 sedang 30 – 60 Mediteran
12. Selopuro 100 – 250 2 – 15 sedang 60 – 90 Regosol coklat
13. Talun 100 – 250 2 – 15 sedang 60 – 90 Aluvial kelabu
14. Kesamben 100 – 250 2 – 15 sedang 60 – 90 Regosol coklat
15. Binangun 100 – 250 2 – 40 halus < 30 Mediteran
16. Wates 0 – 250 2 – 40 halus 30 – 60 Mediteran
17. Sutojayan 100 – 250 2 – 15 halus 30 – 60 Mediteran
18. Panggungrejo 0 – 250 2 – 40 halus 60 – 90 Mediteran
19. Wonotirto 0 – 250 2 – 40 halus < 30 Mediteran
20. Bakung 0 – 250 2 – 40 halus < 30 Mediteran
21. Kademangan 100 – 250 2 – 40 halus 30 – 60 Mediteran
22. Kanigoro 100 – 250 2 – 15 sedang 60 – 90 Regosol coklat

Tabel 2. Kemampuan Lahan di Kabupaten Blitar tinggi. Sedangkan areal lahan yang termasuk
Lokasi
No.
Kesesuaian Lahan Subkelas II direkomendasikan untuk tanaman
Kecamatan Aktual Potensial Keterangan semusim dengan tindakan-tindakan konserasi
1. Wlingi S-1 Tidak Merupakan
direkomendasi sentra produksi khusus (kontur cropping, strip cropping, rotasi
2. Talun
pangan dan tanam dengan cover crop, guludan, pemupukan dan
3. Ndoko hortikultura
4. Kademangan S -2 e, r, w S-2 r Pengelolaan pengapuran). Areal lahan yang termasuk SubKelas
5. Kanigoro
erosi dengan III mempunyai faktor penghambat untuk
pembuatan
6. Garum terasering dan pengelolaan lahan, sehingga butuh tindakan
7. Gandusari limpasan konservasi khusus seperti terasering, strip cropping
permukaan
8. Ponggok
dengan rorak, dan rotasi dengan cover crop. Areal lahan yang
9. Srengat keterbatasan termasuk SubKelas IV mempunyai faktor
10. Sanan Kulon air diatasi
dengan penghambat yang lebih banyak untuk tanaman
11. Udanawu
pembuatan semusim, diantaranya solum tanah yang dangkal
12. Wonodadi embung-
13. Selorejo embung. (<30 cm), kemiringan lahan yang sedang sampai
14. Kesamben curam, potensi erosi yang cukup tinggi dan
15. Sutojay an kekeringan dimusim kemarau.
16. Panggungrejo Kesesuaian Lahan Aktual
17. Wates Berdasarkan tingkat kemampuan lahan yang
18. Nglegok
sudah dianalisa berdasarkan peta Arahan
19. Selopuro
S-3 e, r, w S-3 Tidak
Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit
20. Wonotirto r

21. Binangun
direkomendasi, Di Kabupaten Blitar; maka dapat dikelompokkan
mengingat
22. Bakung solum tanah
sesuai dengan Kecamatan masing-masing yaitu :
Studi Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kelapa Sawit .... (Purnomo Edi Sasongko) 141

(1) Kecamatan Wlingi sedang (30-60 cm). Secara umum, areal lahan di
Wilayah kecamatan Wlingi secara teknis yang wilayah Kecamatan Kademangan Cukup Sesuai
mempunyai potensi dan Sangat Sesuai (S-1) untuk (S-2) untuk budidaya tanaman kelapa sawit; hanya
budidaya tanaman kelapa sawit dengan sedikit permasalahan potensi erosi yang harus dikendalikan
kendala kesuburan tanah. Namun demikian, areal atau dikelola dengan penerapan terasering atau strip
lahan di wilayah Kecamatan Wlingi secara umum cropping.
sangat sesuai (S-1) untuk tanaman pangan maupun (5). Kecamatan Kanigoro
semusim lain, sehingga kondisi areal lahan lebih Areal lahan di wilayah Kecamatan Kanigoro
diprioritas untuk wilayah pengembangan tanaman sebagaimana di kecamatan Kademangan memiliki
pangan semusim ataupun palawija. Oleh kemiringan lahan yang sedang hingga cukup curam,
karenanya, pengembangan areal tanam kelapa sawit dengan tekstur tanah halus dan solum tanah sedang
tidak/kurang layak secara ekonomis di wilayah (30-60 cm). Secara umum, areal lahan di wilayah
kecamatan Wlingi. Kecamatan Kademangan Cukup Sesuai (S-2)
(2) Kecamatan Talun untuk budidaya tanaman kelapa sawit; hanya
Sebagaimana kecamatan Wlingi, wilayah permasalahan potensi erosi yang harus dikendalikan
kecamatan Talun yang berada disisi utara sungai atau dikelola dengan penerapan terasering atau strip
Brantas memiliki kendala kesuburan yang sedikit, cropping.
sehingga termasuk kategori sangat sesuai (S-1) (6). Kecamatan Garum
untuk tanaman pangan dan palawija. Kecamatan Areal lahan di wilayah Kecamatan Garum
Talun secara teknis yang mempunyai potensi serta memiliki kemiringan lahan yang sedang hingga agak
Sangat Sesuai (S-1) untuk budidaya tanaman curam, dengan tekstur tanah kasar dan solum tanah
kelapa sawit. Namun demikian, sesuai kebijakan dalam (60-90 cm). Secara umum, areal lahan di
pemerintah, dimana areal lahan yang potensial bagi wilayah Kecamatan Garum Cukup Sesuai (S-2)
pengembangn tanaman pangan dan hortikultura untuk budidaya tanaman kelapa sawit; hanya
diprioritaskan bagi sentra produksi tanaman pangan. permasalahan potensi erosi, longsor dan resapan
Oleh karenanya pengembangan areal tanam kelapa air tanah yang cukup tinggi harus dikendalikan atau
sawit tidak/kurang layak secara ekonomis di wilayah dikelola dengan penerapan terasering atau strip
kecamatan Talun. cropping.
(3) Kecamatan Doko (7). Kecamatan Gandusari
Sebagaimana kecamatan Wlingi dan Talun, Areal lahan di wilayah Kecamatan Gandusari
wilayah kecamatan Doko yang berada disisi utara memiliki kemiringan lahan yang sedang hingga cukup
sungai Brantas memiliki kendala kesuburan yang curam, dengan tekstur tanah kasar dan solum tanah
sedikit, sehingga termasuk kategori sangat sesuai dalam (60-90 cm). Secara umum, areal lahan di
(S-1) untuk tanaman pangan dan palawija. wilayah Kecamatan Gandusari Cukup Sesuai (S-
Kecamatan Doko secara teknis yang mempunyai 2) untuk budidaya tanaman kelapa sawit; hanya
potensi serta Sangat Sesuai (S-1) untuk budidaya permasalahan potensi erosi, longsor dan resapan
tanaman kelapa sawit. Namun demikian, sesuai air tanah yang cukup tinggi harus dikendalikan atau
kebijakan pemerintah, dimana areal lahan yang dikelola dengan penerapan terasering atau strip
potensial bagi pengembangn tanaman pangan dan cropping, serta pengairan teknis.
hortikultura diprioritaskan bagi sentra produksi (8). Kecamatan Ponggok
tanaman pangan. Sehingga pengembangan areal Areal lahan di wilayah Kecamatan Ponggok
tanam kelapa sawit tidak/kurang layak secara memiliki kemiringan lahan yang sedang hingga agak
ekonomis di wilayah kecamatan Doko. curam, dengan tekstur tanah kasar dan solum tanah
(4) Kecamatan Kademangan dalam (60-90 cm). Secara umum, areal lahan di
Areal lahan di wilayah Kecamatan Kademangan wilayah Kecamatan Ponggok Cukup Sesuai (S-
memiliki kemiringan lahan yang sedanghingga cukup 2) untuk budidaya tanaman kelapa sawit; hanya
curam, dengan tekstur tanah halus dan solum tanah permasalahan potensi erosi, longsor dan resapan
142 Jurnal Pertanian MAPETA, ISSN : 1411-2817, Vol. XII. No. 2. April 2010 : 72 - 144

air tanah yang cukup tinggi harus dikendalikan atau (13). Kecamatan Selorejo
dikelola dengan penerapan terasering atau strip Areal lahan di wilayah Kecamatan Selorejo
cropping, serta pengairan teknis. memiliki kemiringan lahan yang sedang hingga curam
(9).Kecamatan Srengat curam, dengan tekstur tanah sedang dan solum tanah
Areal lahan di wilayah Kecamatan Srengat sedang (30-60 cm). Secara umum, areal lahan di
memiliki kemiringan lahan yang sedang hingga agak wilayah Kecamatan Selorejo Cukup Sesuai (S-
curam, dengan tekstur tanah kasar dan solum tanah 2) untuk budidaya tanaman kelapa sawit; hanya
dalam (60-90 cm). Secara umum, areal lahan di permasalahan potensi erosi, longsor dan limpasan
wilayah Kecamatan Srengat Cukup Sesuai (S-2) air permukaan tanah yang cukup tinggi harus
untuk budidaya tanaman kelapa sawit; hanya dikendalikan atau dikelola dengan penerapan
permasalahan potensi erosi, longsor dan resapan terasering atau strip cropping atau rorak-rorak.
air tanah yang cukup tinggi harus dikendalikan atau (14). Kecamatan Kesamben
dikelola dengan penerapan terasering atau strip Areal lahan di wilayah Kecamatan Kesamben
cropping, serta pengairan teknis. memiliki kemiringan lahan yang landai sampai
(10).Kecamatan Sanan Kulon berombak, dengan tekstur tanah sedang dan solum
Areal lahan di wilayah Kecamatan Sanan Kulon tanah dalam (60-90 cm). Secara umum, areal lahan
memiliki kemiringan lahan yang sedang hingga agak di wilayah Kecamatan Selorejo Cukup Sesuai (S-
curam, dengan tekstur tanah kasar dan solum tanah 2) untuk budidaya tanaman kelapa sawit; hanya
dalam (60-90 cm). Secara umum, areal lahan di permasalahan potensi erosi, longsor dan limpasan
wilayah Kecamatan Sanan Kulon Cukup Sesuai air permukaan tanah yang cukup tinggi harus
(S-2) untuk budidaya tanaman kelapa sawit; hanya dikendalikan atau dikelola dengan penerapan
permasalahan potensi erosi, longsor dan resapan terasering atau strip cropping atau rorak-rorak.
air tanah yang cukup tinggi harus dikendalikan atau (15). Kecamatan Sutojayan
dikelola dengan penerapan terasering atau strip Areal lahan di wilayah Kecamatan Sutojayan
cropping, serta pengairan teknis. memiliki kemiringan lahan yang landai hingga
(11). Kecamatan Udanawu berombak, dengan tekstur tanah halus dan solum
Areal lahan di wilayah Kecamatan Udanawu tanah sedang (30-60 cm). Secara umum, areal
memiliki kemiringan lahan yang sedang hingga agak lahan di wilayah Kecamatan Sutojayan Cukup
curam, dengan tekstur tanah kasar dan solum tanah Sesuai (S-2) untuk budidaya tanaman kelapa sawit;
dalam (60-90 cm). Secara umum, areal lahan di hanya permasalahan potensi erosi, longsor dan
wilayah Kecamatan Udanawu Cukup Sesuai (S- limpasan air permukaan tanah yang cukup tinggi
2) untuk budidaya tanaman kelapa sawit; hanya harus dikendalikan atau dikelola dengan penerapan
permasalahan potensi erosi, longsor dan resapan terasering atau strip cropping atau rorak-rorak.
air tanah yang cukup tinggi harus dikendalikan atau (16). Kecamatan Panggungrejo
dikelola dengan penerapan terasering atau strip Areal lahan di wilayah Kecamatan
cropping, serta pengairan teknis. Panggungrejo memiliki kemiringan lahan yang landai
(12). Kecamatan Wonodadi hingga cukup curam, dengan tekstur tanah halus
Areal lahan di wilayah Kecamatan Wonodadi dan solum tanah dalam (60-90 cm). Secara umum,
memiliki kemiringan lahan yang sedang hingga agak areal lahan di wilayah Kecamatan Panggungrejo
curam, dengan tekstur tanah kasar dan solum tanah Cukup Sesuai (S-2) untuk budidaya tanaman
dalam (60-90 cm). Secara umum, areal lahan di kelapa sawit; hanya permasalahan potensi erosi,
wilayah Kecamatan Wonodadi Cukup Sesuai (S- longsor dan limpasan air permukaan tanah yang
2) untuk budidaya tanaman kelapa sawit; hanya cukup tinggi harus dikendalikan atau dikelola dengan
permasalahan potensi erosi, longsor dan resapan penerapan terasering atau strip cropping atau rorak-
air tanah yang cukup tinggi harus dikendalikan atau rorak.
dikelola dengan penerapan terasering atau strip
cropping, serta pengairan teknis.
Studi Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kelapa Sawit .... (Purnomo Edi Sasongko) 143

(17). Kecamatan Wates curam, dengan tekstur tanah halus dan solum tanah
Areal lahan di wilayah Kecamatan Wates dangkal (< 30 cm). Secara umum, areal lahan di
memiliki kemiringan lahan yang landai hingga cukup wilayah Kecamatan Binangun Sesuai Marjinal (S-
curam, dengan tekstur tanah halus dan solum tanah 3) untuk budidaya tanaman kelapa sawit; hanya
sedang (30-60 cm). Secara umum, areal lahan di permasalahan potensi erosi, longsor dan limpasan
wilayah Kecamatan Wates Cukup Sesuai (S-2) air permukaan tanah yang tinggi harus dikendalikan
untuk budidaya tanaman kelapa sawit; hanya atau dikelola dengan penerapan terasering atau strip
permasalahan potensi erosi, longsor dan limpasan cropping atau rorak-rorak.
air permukaan tanah yang cukup tinggi harus (22). Kecamatan Bakung
dikendalikan atau dikelola dengan penerapan Areal lahan di wilayah Kecamatan Bakung
terasering atau strip cropping atau rorak-rorak. memiliki kemiringan lahan yang landai hingga cukup
(18).Kecamatan Nglegok curam, dengan tekstur tanah halus dan solum tanah
Areal lahan di wilayah Kecamatan Nglegok dangkal (< 30 cm). Secara umum, areal lahan di
memiliki kemiringan lahan yang landai hingga cukup wilayah Kecamatan Bakung Sesuai Marjinal (S-
curam, dengan tekstur tanah kasar dan solum tanah 3) untuk budidaya tanaman kelapa sawit; hanya
dalam (60-90 cm). Secara umum, areal lahan di permasalahan potensi erosi, longsor dan limpasan
wilayah Kecamatan Nglegok Cukup Sesuai (S- air permukaan tanah yang tinggi harus dikendalikan
2) untuk budidaya tanaman kelapa sawit; hanya atau dikelola dengan penerapan terasering atau strip
permasalahan potensi erosi, longsor dan peresapan cropping atau rorak-rorak.
air permukaan tanah yang cukup tinggi harus Kesesuaian Lahan Potensial
dikendalikan atau dikelola dengan penerapan Berdasarkan penilaian tingkat kemampuan lahan
terasering atau strip cropping. dan petaArahan Kesesuaian Lahan untuk Tanaman
(19). Kecamatan Selopuro Kelapa Sawit di Kabupaten Blitar, maka dapat
Areal lahan di wilayah Kecamatan Selopuro dikelompokkan sesuai dengan kondisi spesifik
memiliki kemiringan lahan yang landai hingga lokasi masing-masing Kecamatan. Pengembangan
berombak, dengan tekstur tanah sedang dan solum areal tanam kelapa sawit diarahkan pada areal lahan
tanah dalam (60-90 cm). Secara umum, areal lahan yang kondisi fisik serta morfologi tanahnya memiliki
di wilayah Kecamatan Panggungrejo Cukup kendala pengelolaan lahan yang paling minim,
Sesuai (S-2) untuk budidaya tanaman kelapa sawit; diantaranya : bukan areal lahan persawahan
hanya permasalahan potensi erosi, longsor dan berpengairan teknis, bukan areal hutan (lindung,
limpasan air permukaan tanah yang cukup tinggi konservasi), bukan areal lahan terbangun/
harus dikendalikan atau dikelola dengan penerapan pemukiman, dan memenuhi kriteria persyaratan
terasering atau strip cropping atau rorak-rorak. tumbuh Sesuai hingga Sangat Sesuai untuk tanaman
(20). Kecamatan Wonotirto kelapa sawit. Berbagai pertimbangan tingkat
Areal lahan di wilayah Kecamatan Wonotirto kemampuan tanah/lahan serta didasarkan pada
memiliki kemiringan lahan yang landai hingga cukup aspek sosial ekonomi dan budaya para petani/
curam, dengan tekstur tanah halus dan solum tanah pekebun di wilayah kecamatan masing-masing.
dangkal (< 30 cm). Secara umum, areal lahan di Arahan pengembangan areal lahan tanaman
wilayah Kecamatan Wonotirto Sesuai Marjinal kelapa sawit di wilayah Kabupaten Blitar
(S-3) untuk budidaya tanaman kelapa sawit; hanya sebagaimana disajikan dalam Tabel 3. Areal lahan
permasalahan potensi erosi, longsor dan limpasan potensial untuk pengembangan tanaman kelapa
air permukaan tanah yang tinggi harus dikendalikan sawit meliputi wilayah kecamatan Kademangan,
atau dikelola dengan penerapan terasering atau strip Kanigoro Garum, Gandusari, Ponggok, Srengat,
cropping atau rorak-rorak. Sanan Kulon, Udanawu, Wonodadi, Selorejo,
(21). Kecamatan Binangun Kesamben Sutojayan, Panggungrejo, Wates,
Areal lahan di wilayah Kecamatan Binangun Nglegok, dan Selopuro. Pengembangan areal
memiliki kemiringan lahan yang landai hingga cukup tanam baru diprioritaskan pada lahan dengan
144 Jurnal Pertanian MAPETA, ISSN : 1411-2817, Vol. XII. No. 2. April 2010 : 72 - 144

Tabel 3. Arahan PengembanganAreal Tanam Kelapa DAFTAR PUSTAKA


Sawit di Kabupaten Blitar
Lokasi Djaenuddin, D. et al. 1995. Second Land Resource
Kesesuaian Lahan
No. Keterangan
Kecamatan Aktual Potensial
Evaluation and Planning Project ADB Loan
1. Wlingi S-1 Tidak Merupakan sentra No. 1099. Part C Strengthening Soil Resources
2. Talun direkomendasi produksi pangan Mapping. Centre for Soil and Agroclimate
3. Ndoko dan hortikultura Research. Bogor.
Pengelolaan erosi
4. Kademangan S -2 e, r, w S-2 r
dengan pembuatan Djaenuddin, D. Marwan H., Subagyo H. dan
5. Kanigoro terasering dan limpasan
permukaan dengan
Mulyani A., 1997. Buku Penyusunan Kriteria
6. Garum rorak, keterbatasan air Kesesuaian Lahan untuk Komoditas
7. Gandusari diatasi dengan
pembuatan embung- Pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan
8. Ponggok embung.
9. Srengat
Agroklimat. Badan Penelitian dan
10. Sanan Kulon Pengembangan Pertanian. Bogor.
11. Udanawu Ismangun, dkk. 1994. Panduan Survei Tanah.
12. Wonodadi Bagian Pertama. Pusat Penelitian Tanah dan
13. Selorejo Agroklimat. Badan Penelitian dan
14. Kesamben
Pengembangan Pertanian. Bogor.
15. Sutojay an
Sitorus, SRP. 1995. Evaluasi Sumberdaya Lahan.
16. Panggungrejo
17. Wates
Penerbit Tarsito. Bandung..
18. Nglegok
Sunarko, 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya &
19. Selopuro Pengolahan Kelapa Sawit. AgroMedia.
20. Wonotirto S-3 e, r, w S-3 r
T idak direkomendasi, Jakarta.
mengingat solum tanah
21. Binangun sangat dangkal dengan
Sitepu, A. 2009 . Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk
22. Bakung erosi dan kekeringan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis quenensis
Jacq), Coklat (Theobroma cacao) Dan Karet
kedalaman efektif tanah 60 – 90 cm, kemiringan (Havea brasiliensis) Di Desa Belinteng
lahan 2 – 15 % dan bahaya erosi rendah sampai Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat.
sedang. SP - skripsi Ilmu Tanah fak Pertanian. UNSU,
Medan
KESIMPULAN
Keberhasilan budidaya tanaman kelapa sawit
ditentukan oleh 3 faktor, yaitu sumberdaya lahan,
budaya petani/pekebun dan permintaan pasar.
Kemampuan lahan untuk pengembangan areal
tanam kelapa sawit di 22 kecamatan di wilayah
kabupaten Blitar berkisar dari sesuai marginal (S-
3) hingga Sesuai (S-2). Tingkat kesesuaian lahan
untuk tanaman kelapa sawit sangat bersifat spesifik
lokasi, dan kondisi geografis lokasi penanaman
sangat menentukan produktivitas tanamannya.

Anda mungkin juga menyukai