Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita. Pada proses ini
terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya
melalui jalan lahir. Salah satu proses dalam persalinan yaitu partus kasep. Partus kasep
adalah fase akhir dari suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan berlangsung lama
lebih dari 18 jam, sehingga timbul komplikasi pada ibu maupun anak. Partus kasep adalah
suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul
komplikasi pada anak, komplikasi pada ibu, atau didapatkan adanya infeksi intrauterine.
Proses persalinan dipengaruhi oleh 3 faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin
keluar (power), yang meliputi his (kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, dan
kontraksi otot dinding perut, dan kontraksi diagfragma. Factor lain adalah factor janin
(passanger), factor jalan lahir (passage) dan factor penolong serta psikis (Mochtar, 1998)
Apabila semua factor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka proses
persalinan akan berlangsung dengan baik. Namun apabila salah satu dari factor tersebut
mengalami kelainan, misalnya keadaan yang meyebabkan his tidak adekuat, kelinan pada
bayi, kelainan jalan lahir, kelainan penolong ataupun gangguan psikis maka persalinan tidak
dapat berjalan secara baik. Persalinan yang mengalami kesulitan untuk berjalan spontan
normal juga dipengaruhi berbagai factor yang kompleks, misalnya ketidaktahuan akan
bahaya persalinan, ketrampilan yang kurang, sarana yang tidak memadai, masih tebalnya
kepercayaan pada dukun seta rendahnya pendidikan dan rendahnya keadaan social ekonomi
rakyat (Kusumawati, 2006).
Partus lama masih merupakan suatu masalah di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 dilaporkan bahwa dari seluruh
persalinan, kejaidan persalinan lama adalah sebesar 31%, pendarahan berlebihan terjadi pada
7% persalinan, dan angka kejadian infeksi sebesar 5%. Sementara ibu yang tidak mengalami
komplikasi selama persalinan adalah sebesar 64%. Berdasarkan survey ini, maka pelayanan
kesehatan ibu di Indonesia masih perlu peningkatan pelayanan dan harus di benahi dengan
berbagai pendekatan (Kusumawati, 2006).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep partus kasep?
2. Bagaimanakah penanganan partus kasep?
3. Bagaimanakah pendekatan proses keperawatan pada kasus partus kasep?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan partus kasep.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui definisi partus kasep
2. Mahasiswa mampu memahami apa saja penyebab dan patofisiologi yang
menyebabkan partus kasep
3. Mahasiswa memahami manifestasi klinis partus kasep
4. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami penatalaksanaan partus kasep
5. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk pasien
dengan partus kasep
6. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pasien dengan partus kasep
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memberikan pelayanan kesehatan terutama perawatan pada
pasien dengan partus kasep. Mahasiswa juga dapat melatih softskill dalam komunikasi
pemberian edukasi tentang penyakit hingga sebagai konselor perawatan pasien dengan
tepat. Serta mahasiswa mampu memahami konsep tentang partus kasep serta mengetahui
asuhan keperawatan yang harus diterapkan pada klien dengan partus kasep secara
komprehensif.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Partus Kasep


Periode intranatal atau sering disebut sebagai persalinan, adalah suatu proses dimana
fetus dan plasenta keluar dari uterus, ditandai dengan peningkatan aktivitas otot rahim
(frekuensi dan intensitas kontraksi) yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
serta keluarnya lendir darah (bloody show) dari vagina (Manurung, 2011). Sedangkan
menurut Sarwono (1999: 1000) persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks
dan janin ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong
keluar melalui jalan lahir. Jadi persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37-40 minggu. Lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin (Sarwono, 1999: 1000). Jika masa kehamilan tidak diikuti dengan masa
persalinan hingga usia janin lebih dari 37 -40 minggu maka kehamilan tersebut dapat
digolongkan dalam partus lama, yang kemuadian akan berlanjut ke partus kasep jika sudah
terjadi komplikasi.
` Partus kasep adalah fase akhir dari suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan
berlangsung lama lebih dari 18 jam, sehingga timbul komplikasi pada ibu maupun anak.
2.2 Etiologi dan Patofisiologi Partus Kasep
Penyebab kemacetan dapat karena :
1. Faktor Panggul : kesempitan panggul
- Kesempitan pada pintu atas panggul : pintu atas panggul dianggap sempit apabila
conjugata vera kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm.
oleh karena pada panggul sempit kemungkinan lebih besar bahwa kepala tertahan
oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini Serviks uteri kurang mengalami
tekanan kepala. Apabila pada panggul sempit pintu atas panggul tidak tertutup
dengan sempurna oleh kepala janin, ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil
dan ada bahaya pula terjadinya prolapsus funikuli.

3
- Kesempitan pintu panggul tengah : ukuran terpenting adalah distansia
interspinarum kurang dari 9.5 cm perlu kita waspada terhadap kemungkinan
kesukaran pada persalinan, apabila diameter sagitalis posterior pendek pula.
- Kesempitan pintu bawah panggul : bila diameter transversa dan diameter sagitalis
posterior kurang dari 15 cm, maka sudut arkus pubis mengecil pula ( < 80 o )
sehingga timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa.
2. Faktor anak : kelainan letak
Letak : Defleksi
 Presentasi Puncak Kepala
 Presentasi Muka
 Presentasi Dahi Posisi Oksiput Posterior Persisten Kadang – kadang ubun – ubun
kecil tidak berputar ke depan, tetapi tetap berada di belakang
 Letak belakang kepala ubun – ubun kecil melintang karena kelemahan his dan
kepala janin bundar.
Letak tulang ubun – ubun
 Positio occiput pubica (anterior) : Oksiput berada dekat simfisis
 Positio occiput sacralis (posterior) : Oksiput berada dekat sakrum.
1) Letak sungsang
2) Letak Lintang
 Faktor tenaga : hipotenia
 Inersia uteri adalah his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang
dibandingkan dengan his yang normal.
1) Inersia Uteri Primer : Kelemahan his timbul sejak dari permulaan
persalinan.
2) Sinersia Uteri Sekunder : Kelemahan his yang timbul stelah adanya his
yang kuat teratur dan dalam waktu yang lama. Persalinan normal rata-rata
berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung dari awal pembukaan sampai
lahirnya anak.
 Faktor penolong : pimpinan yang salah

4
2.3 Manifestasi Partus Kasep

1. Pada ibu

Gelisah, letih, suhu badan meningkat, nadi cepat, pernapasan cepat, dehidrasi,
meteorismus, his lemah atau hilang. Di daerah lokal sering dijumpai: edema vulva,
edema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.

2. Pada janin

- Denyut jantung cepat/tidak teratur bahkan negatif

- Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau

- Kaput suksedaneum yang besar

- Moulage kepala yang hebat

- Kematian janin dalam kandungan (IUFD)

Menurut Manuaba (1998), gejala utama yang perlu diperhatikan pada persalinan kasep yaitu:

1. Dehidrasi

2. Tanda infeksi antara lain temperature tinggi, nadi dan pernafasan meningkat dan
abdomen meteorismus

3. Pemeriksaan abdomen antara lain meteorismus, lingkaran bandl tinggi serta nyeri
segmen bawah rahim

4. Pemeriksaan local vulva vagina meliputi edema vulva, cairan ketuban berbau serta
cairan ketuban tercampur mekoneum

5. Pemeriksaan dalam meliputi edema servik, bagian terendah sulit didorong keatas,
terdapat kapur pada bagian terendah. Keadaan janin dalam rahim terjadi asfiksia
sampai terjadi kematian. Akhir di persalinan kasep adalah rupture uteri imminen
sampai rupture uteri dan kematian karena perdarahn dan atau infeksi.

5
2.4 Penatalaksanaan Partus Kasep
Selain itu, upaya mengejan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah
oksigen ke plasenta, maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara spontan, mengedan
dan menahan nafas yang etrlalu lama tidak dianjurkan. Perhatikan DJJ bradikardi yang lama
mungkin terjadi akibat lilitan tali pusat. Dalam hal ini lakukan ekstraksi vakum atau forcep
bila syarat memenuhi.
Bila malpresentasi dan tanda obstruksi bias disingkirkan, berikan oksitosin drip. Bila
pemberian oksitosin drip tidak ada kemajuan dalam 1 jam, lahirkan dengan bantuan ekstraksi
vacuum atau forcep bila persyaratan terpanuhi. Lahirkan dengan secsio sesarea.
1. Memperbaiki keadaan umum ibu
a) Pasang infus set/ “blood transfusion set” yang cukup adekuat (no 16-18) dan
kateter urine
b) Beri cairan dan kalori serta elektrolit
 Normal saline : 500 cc
 Dextrose 5-10% : 500cc

Dalam 1-2 jam pertama selanjutnya tergantung :

 Urine produksi
 BJ Plasma (bila perlu)

(cairan dapat diberikan menurut kebutuhan)

c) Koreksi asam basa dengan pengukuran CO2 darah dan PH (bila perlu
d) Pemberian antibiotik spektrum luas secara parenteral
 Ampicilin 1gr/hari IV tiap 8 jam selama 2hari, dilanjutkan 500mg/hari per.OS
tiap 6 jam selama 3 hari dan gentamycin 60-80mg tiap 8jam sehari, sealama 5-
7 hari
 Metronidazole 1gr rectal supositoria per hari tiap 12jam, selama 5-7hari.
e) Penurunan panas
 Antipiretika perenteral xyllomidon 2cc IM
 Kompres basah
2. Mengakhiri persalinan yang tergantung kondisi ibu

6
a) Pembukaan lengkap
Syarat-syarat persalinan pervaginam terpenuhi maka persalinan dilakukan dengan
mempercepar kala 2 (vacuum/forcep)
b) Pembukaan belum lengkap
Syarat pervaginam tidak terpenuhi makak dilakukan sectiocaesareae, dilakukan pemasangan
drain untuk kaus yang terinfeksi (ketuban keruh, berbau).
2.5 Pemeriksaan Penunjang Partus Kasep
1. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada partus kasep akibat letak sungsang:
 Pemeriksaan Leopold: dijumpai di kepala janin di bagian atas abdomen
 Pemeriksaan USG: tampak kepala janin di bagian atas abdomen
 Pemeriksaan Denyut Jantung Janin/DJJ: terdengar disekitar umbilikus, dan
terdengar di bagian atas umbilikus
b. Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada partus kasep akibat letak lintang:
 Anamnesis
 Terasa bagian atas atau bawah kosong
 Gerak janin terasa di bagian lateral kanan atau kiri
 Inspeksi abdomen tampak melebar ke samping, di bandingkan pembesarannya ke
atas
 Palpasi pada Leopold II akan teraba: kepala kanan atau kiri, dan ekstrimitas teraba
berlawanan dengan tempat kepala
 Pemeriksaan auskultasi, detak jantung janin terdengar di bawah umbilikus
 Pemeriksaan USG akan tampak kepala kanan atau kiri dengan punggung di bagian
atas atau di bagian bawah
 Pemeriksaan dalam, denominatornya adalah: skapula menunjukkan letak panggul,
dan tertutupnya ketiak menunjukkan letak kepala
c. Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada partus kasep akibat hidrosefalus
 Inspeksi abdomen: tampak besar karena makrosefali
 Palpasi abdomen
 Kapala janin besar, tulangnya tipis, seperti bola pingpong
 Dapat terjadi letak kepala dengan tonjolannya di atas simfisis
7
 Letak sungsang dengan kepala di atas dan besar
 USG
 Tampak ventrikel melebar dan jaringan otak terdesak ke bagian tepi
 Sutura tulang kepala melebar dan tulang tipis
 Pada pemeriksaan USG masih perlu dicari kelainan kongenital lain: masih dapat
dikoreksi dan bersifat fatal
d. Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada partus kasep akibat kembar siam
 Palpasi: bentuknya berbeda dengan kembar biasa
 Letak janin selalu bersama-sama, artinya keduanya letak kepala dan tidak mungkin
letak kepala dan bokong disampingnya
 Saat melakukan mobilisasi janin, keduanya bergerak bersama
 Auskultasi: tempat detak jantung yang terdengar berdampingan
 Rontgen foto abdomen akan tampak: kedudukan kedua janin berdampingan dan
tampak berbagai bentuk pagus atau monster
 USG: hasil lebih pasti karena dapat diperiksa dari berbagai arah
e. Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada partus kasep akibat bayi makrosomia
 Tinggi fundus uteri pada minggu ke-36 umumnya telah turun karena bagian
terendah janin sudah masuk ke PAP
 Pengukuran dengan menggunakan USG
 Pengukuran panjang tulang femur
 Pengukuran lingkar kepala janin
 Pengukuran lingkar abdomen
f. Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada partus kasep akibat tumor intra abdominal
janin
 Anamnesis: didapatkan pembesaran abdomen yang terlalu cepat sehingga
dirasakan berat
 Inspeksi abdomen: tinggi fundus uteri ibu hamil melebihi dari perkiraan umur
kehamilannya
 Palpasi: teraba tumor abnormal pada janin
USG: tampak asal tumor, sebagian besar berasal dari abdomen (sekalipun jumlahnya kecil)

8
2.6 Progonosis Partus Kasep
Prognosis pada patus kasep baik bila gejala terjadinya partus kasep diketahui dengan cepat
dan juga ditangani dengan cepat sesuai dengan indikasi dan prosedur
2.7 Pencegahan Partus Kasep
Partus kasep dapat dicegah dengan melaksanakan praktik pencegahan yang akan diterapkan
dalam Asuhan Persalinan Normal, antara lain meliputi :

1. Secara konsisten dan sistematik menggunakan praktik pencegahan infeksi, seperti


misalnya mencuci tangan secara rutin, penggunaan sarung tangan sesuai dengan yang
diharapkan, menjaga lingkungan yang bersih bagi proses persalinan dan kelahiran bayi
serta merta menerapkan standar proses peralatan.
2. Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan setelah bayi lahir,
penggunaan partograf. Partograf digunakan sebagai alat bantu untuk memantau kemajuan
persalinan, membuat suatu keputusan klinik, berkaitan dengan pengenalan dini
komplikasi yang mungkin akan terjadi dan memilih tindakan yang paling sesuai.
3. Memberi asuhan sayang ibu secara rutin, selama persalinan, pasca persalinan, dan nifas,
termasuk menjelaskan kepada ibu dan keluarganya mengenai proses kelahiran bayi dan
meminta para suami dan kerabat untuk turut berpartisipasi dalam proses persalinan dan
kelahiran bayi.
4. Menyiapkan rujukan bagi setiap ibu bersalin atau melahirkan bayi.
5. Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya seperti misalnya episiotomi
rutin, amniotomi dan kateterisasi, penghisapan lendir secara rutin pada bayi baru lahir.
6. Penatalaksanaan aktif kala tiga menjadi andalan untuk mencegah perdarahan pasca
persalinan.
7. Memberikan asuhan bayi baru lahir, termasuk mengeringkan dan menghangatkan tubuh
bayi, pemberian ASI secara dini, pengenalan dini komplikasi dan melakukan tindakan
yang bermanfaat secara rutin.
8. Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayi baru lahir, termasuk dalam masa nifas
dini, secara rutin. Asuhan ini, akan memastikan ibu dan bayinya berada dalam kondisi
aman dan nyaman, pengenalan dini komplikasi pasca persalinan/bayi baru lahir dan
mengambil tindakan yang sesuai dengan kebutuhan.

9
9. Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini bahaya yang mungkin
terjadi selama masa nifas dan bayi baru lahir.
10. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.
2.8 Komplikasi Partus Kasep
1. Ibu
 Infeksi sampai sepsis
 Dehidrasi, Syok, Kegagalan fungsi organ-organ
 Robekan jalan lahir
 Robekan pada buli-buli, vagina, uterus dan rektum
2. Anak
 Gawat janin dalam rahim sampai meninggal
 Lahir dalam asfiksia berat sehingga menimbulkan cacat otak menetap
 Trauma persalinan Patah tulang, dada, lengan, kaki, kepala karena pertolongan
persalinan dengan tindakan.

10
2.9 WOC

Kesempitan panggul
Kelainan letak Hipotonia Faktor penolong
3
janin

Cephalopelvic Inersia uteri Penolong salah


Janin tidak bisa
4
disproportion memimpin persalinan
masuk ke panggul
Dilatasi serviks
lambat

Waktu persalinan
5
Perlukaan jalan memanjang/partus
lahir lama
6

Partus lama tidak segera ditangani

Partus Kasep

MK: Dehidrasi Ibu terlalu banyak Stres pada janin


mengeluarkan tenaga

Janin mengeluarkan
MK: Keletihan
mekonium

MK: Risiko cedera Mekonium terhirup Kematian janin


pada Ibu janin

MK: Bersihan jalan


nafas tidak efektif

11
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PARTUS KASEP
KASUS
Ny. M berumur 29 tahun, dibawa oleh bidan ke kamar bersalin RS. X pada tanggal 8 juni 2018
jam 20.00 WIB dengan keluhan partus lama. Saat ditanya, menurut keterangan ketuban sudah
pecah pada jam 10 dihari yang sama namun oleh dukun, lalu dibawa ke bidan pukul 17.00,
namun sampai pukul 20.30 tidak ada kemajuan dalam persalinan dan ibu terus mengeluh nyeri
akhirnya dibawa ke RS. Oleh dokter lalu dilakukan operasi untuk mengeluarkan janin dan
plasenta dari rahim. Setelah bayi lahir, ditemukan tanda-tanda bayi hipoksia dan sianosis.

3.1 Pengkajian
a. Identittas diri:
1) Nama : Ny. M
2) Umur : 29 th
3) Alamat : Jl. XY
4) Pekerjaan : x
5) Agama : x
6) Bangsa : Indonesia
b. Anamnesa
- Keluhan utama : Janin yang tidak kunjung keluar
- Anamnesa umum :
Pasien dibawa oleh bidan ke kamar bersalin RS. X pada tanggal 8 juni 2018 jam
20.00 WIB dengan keluhan partus lama. Saat ditanya, menurut keterangan
ketuban sudah pecah pada jam 10 dihari yang sama namun oleh dukun, lalu
dibawa ke bidan pukul 17.00, namun sampai oukul 20.30 tidak ada kemajuan
dalam persalinan dan ibu terus mengeluh nyeri akhirnya dikirim ke RS. Oleh
dokter lalu dilakukan operasi untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari rahim.
Setelah bayi lahir, ditemukan tanda-tanda bayi hipoksia dan sianosis
 Haid : teratur
 Sebulan : 1 kali dan nyeri selama 3 hari, darah yang keluar banyak dan
encer
- Menarche
- Haid terakhir tanggal
- Flour Albus
c. Anamnesa obstetric
- GI Pooooo
- Goyang anak terasa pada bulan ke x
- Bersuami : 1 kali/ 17 tahun

12
Kelainan lain :

- Nafsu makan : biasa


- Berat badan : bertambah
- Berak : -
- Kencing : -
- Sesak : -
- Berdebar – debar : -
- Pusing : -
- Mata kabur : -
- Epigastric pain : -
Anamnesa keluarga

- Tumor : -
- Gemelli : -
- Operasi : -
d. Status praesens
 Keadaan umum
- Kesadaran : Compos mentis
- Anemis : -
- Ikterik : -
- Cyanosis : -
- Dyspnoe : -
- Gizi : baik
- Tensi : 140/100
- Nadi : 108x/ menit
- Suhu : 38 0C
- Pernapasan : 25x/menit
 Kepala
- Bentuk : bulat –
- Tumor : -
- Rambut : hitam
- Mata : - conjungtiva : anemis -
- Sclera : Ikterik -
- Pupil : bulat - Telinga dan hidung : tidak ada kelainan
- Mulut : gigi sakit : -
- tumor lidah : -
- beslag : -
- hipersalivasi : -
 Leher
- Struma : -
- Bendungan vena : -
 Thorax

13
-
 Abdomen
 Genitalia external : Oedema Vulva
 Extrimitas
e. Status obstetric
- Muka
 Chloasma gravidarum : -
 Exophthalmus : -
- Leher
 Struma : -
- Thorax
 Mammae : membesar
Tegang
- Abdomen
 Inspeksi : Perut membesar kedepan, simetris
 Palpasi :
Leopold I : Tinggi fundus ateri 3 jari bawah processus xyphoideus
Leopold II : Letak punggung kanan
Leopold III : Bagian terbawah janin Kepala Kepala belum masuk pintu atas
panggul
Leopold IV : 4/5
 Perkusi : meteorismus +
tympani

 Auskultasi :
Cortonen 168x Per menit
Cepat
Bising usus meningkat - Pemeriksaan dalam
 Pembukaan lengkap
 Ketuban negatif kehijauan kental bercampur mekonium
 Caput ++

14
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan benda asing dalam jalan nafas
2. Risiko infeksi dibuktikan dengan pecah ketuban dini
3.3 Intervensi

Diagnosa NOC NIC Rasional

Ketidakefektifan Tujuan: setelah 1. Intubasi 1. Pertolongan


bersihan jalan dilakukan tindakan dengan ET pertama
nafas berhubungan keperawatan selama untuk dalam
dengan benda 1x24 jam diharapkan menyingkirkan membuka
asing dalam jalan kepatenan jalan nafas mekonium dari jalan napas
nafas (00031) normal jalan napas bayi
bawah dengan 2. Selimut
baik untuk
Kriteria hasil: 2. Keringkan mengeringka
bayi dengan n dan
- Sekret dapat
selimut mencegah
dikeluarkan
penghangat hipotermia
- Tidak ada
untuk pada bayi
pernafasan
mengeluarkan 3. Suction
cuping
cairan ketuban, mampu
hidung
untuk menjangkau
- Tidak ada
mengurangi sekret pada
penggunaan
kehilangan area hidung
otot bantu
panas, dan dan mulut
nafas
memberikan 4. Mengetahui
- Kedalaman
stimulasi status
inspirasi
3. Suction sekret pernafasan
normal
dari hidung pada bayi
dan mulut
dengan

15
penghisap bola
karet
4. Monitor
pernapasan

Risiko infeksi Tujuan: setelah 1. Kaji tanda- 1. Mencegah


dibuktikan dengan dilakukan tindakan tanda infeksi keparahan
pecah ketuban dini keperawatan selama pasien gejala
(00004) 1x24 jam diharapkan 2. Pantau suhu, 2. Suhu, nadi,
pasien tidak nadi, pernafasan,
menunjukkan tanda- pernapasan, dan jumlah
tanda infeksi dan jumlah sel sel darah
darah putih putih yang
Kriteria hasil: pasien meningkat
- Tanda-tanda 3. Hindari menunjukkan
infeksi tidak pemeriksaan adanya
ada pervaginam tanda-tanda
- Tidak ada terlalu sering infeksi
lagi cairan 4. Kolaborasi 3. Pemeriksaan
ketuban yang pemberian pervaginam
keluar antibiotik terlalu sering
pervaginam profilaktik bila menyebabka
- Suhu tubuh diindikasikan n insiden
normal infeksi
saluran
asendens
meningkat

16
4. Antibiotik
dapat
mencegah
keparahan
infeksi

17
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
 Partus kasep adalah fase akhir dari suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan
berlangsung lama lebih dari 18 jam, sehingga timbul komplikasi pada ibu maupun anak.
 Penyebab kemacetan dapat karena factor panggul, factor anak yaitu kelainan letak, factor
tenaga terkait hipotenia, factor penolong terkait pimpinan yang salah dan factor panggul..
 Manifestasi partus yaitu dehidrasi, tanda infeksi, pemeriksaan abdomen, pemeriksaan
local vulva vagina, pemeriksaan dalam meliputi edema servik. Selain itu, upaya mengejan
ibu juga dapat menambah resiko pada bayi karena mengedan dan menahan nafas yang
terlalu lama dapat mengurangi oksigen yang masuk pada janin.
 Perhatikan DJJ bradikardi yang lama mungkin terjadi akibat lilitan tali pusat. Dalam hal
ini lakukan ekstraksi vakum atau forcep bila syarat memenuhi.

4.2 Saran
 Diperlukan ketepatan dan ketelitian dalam melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik,
terutama dalam mendiagnosis partus kasep untuk mengetahui faktor predisposisi
terjadinya partus kasep.
 Diperlukan pengawasaan dan tindakan yang tepat dalam menangani partus kasep untuk
menghindari komplikasi yang membahayakan nyawa janin dan ibu
 Diperlukan KIE (komunikasi,informasi dan edukasi), empati dan dukungan psikologis
yang memadai dan konstrukstif pada pasien dan keluarga mengenai pastus kasep pada
pasien sehingga memerlukan perawatan antenatal secara berkala ke health provider pada
kehamilan berikutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A. dkk. Distosia. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius Jakarta. 2001. hal . 303 – 309.
Mochtar, R. Partus Lama dan Partus Terlantar. SINOPSIS OBSTETRI Jilid I. Edisi 2. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 1998. Hal . 384 – 386

19

Anda mungkin juga menyukai