Anda di halaman 1dari 32

Laporan kasus

SKIZOFRENIA PARANOID

F.20.0

Oleh :
Zaini Fajrin, S.Ked I4A013214
Niken Kartika Negara, S.Ked I4A013218
Yulia Fitriani, S.Ked I4A013211

Pembimbing :
dr. H, Asyikin Noor, Sp.KJ, MAP

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa


Fakultas Kedokteran ULM/RSUD Ulin Banjarmasin
Oktober, 2017
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. R

Tempat, Tanggal lahir : Banjarmasin, 17 Maret 1985

Usia : 32 tahun

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Alamat : Jl. A. Yani KM. 10 Banjarmasin

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Agama : Islam

Suku : Banjar

Status Perkawinan : Belum Menikah

Tanggal Masuk : 15 Oktober 2017

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Diperoleh dari autoanamnesis dan alloanamnesis dengan keluarga pasien pada

tanggal 17 Oktober 2017 di IGD Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.

A. KELUHAN UTAMA

Mengamuk

KELUHAN TAMBAHAN

Berbicara kacau

1
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Alloanamnesis dengan keluarga pasien (Tn. M) 30 Tahun

Fase Prodormal (Awal Juli 2017): pasien bicara sendiri, berperilaku aneh,

pikiran tidak wajar, gangguan fungsi peran, dan gangguan fungsi sosial

Pasien mengalami perubahan perilaku sejak bulan Juli. Pasien mulai sering

menyendiri dikamar semenjak di pukul oleh ayah dan disuruh mengikuti kegiatan

ayah yaitu majelis dan pengajian. Pasien menyendiri dikamar dan berbicara tidak

jelas. Pasien seakan-akan berbicara dengan nabi atau habib yang sering diucapkan

pasien. Pasien sulit berkomunikasi dengan baik. Pasien jadi sangat jarang keluar

rumah dan lebih memilih diam di kamar, sehingga tidak dapat bekerja

membantunya orang tuanya sebagai petani. Pasien malas mandi dan makan jika

tidak diingatkan.

Fase Aktif (Akhir Juli 2017) : Pasien Berhalusinasi, Waham.

Pada 1 bulan SMRS pasien, pasien mulai gaduh gelisah dan tidak bisa tidur.

Pasien melihat bayangan yang dianggap pasien ialah habib. Pasien memanggil

setiap orang yang memakai peci dipanggil dengan sebutan habib. Pasien sering

keluyuran malam karena diajak habib yang pasien rasa membisikinya untuk

keluar rumah. Selain itu, pasien mengatakan sering bertemu dengan nabi dan

berkomunikasi dengan nabi.

2
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Fase Prodormal (Awal Tahun 2012): Berbicara sendiri, gangguan fungsi

peran, gangguan fungsi sosial.

Ibu pasien meninggal pada awal tahun 2012. Setelah itu pasien mulai

menunjukkan perubahan perilaku. Pasien sering menangis dan menyendiri

dikamar. Pasien juga tidak ingin makan kecuali dipaksa oleh keluarga. Pasien

mulai berbicara sendiri dikamar dan terkadang mengunci kamar dan tidak ingin

diganggu. Kebutuhan pasien disediakan oleh keluarga

Fase Aktif (Desember Tahun 2012): Gaduh gelisah dan Berhalusinasi

Pasien mengamuk dirumah dan melemparkan barang-barang didalam

kamar sehingga dibawa adik pasien ke RSJ Sambang Lihum untuk rawat inap.

Pasien berteriak seolah memanggil ibunya berada diluar rumah. Pasien mendapat

obat minum Haloperidol 2x5mg, Trifluoperazin 2x5mg dan Trihexylphenidil

2x2mg saat dirumah sakit. Pasien di rawat selama 3 Minggu. Lalu di bolehkan

untuk rawat jalan karena keluhan seperti mengamuk dan berbicara kacau tidak

muncul dalam 1 bulan terakhir saat dirawat.

Fase Residual (Januari 2013) Gangguan Fungsi Peran dan Gangguan Fungsi

Sosial

Pada bulan Januari 2013 pasien mulai membuka diri dan berteman dengan

lingkungan sekitar dan berkomunikasi dengan keluarga mulai baik, tetapi pasien

masih mendengar suara bisikan dan kadang-kadang melihat sosok ibu pasien,

tetapi pasien tidak meghiraukan hal tersebut. Saat ini pasien masih teratur

meminum obat.

3
Fase Remisi

Pada bulan Mei 2014, pasien sudah tidak lagi mendengar bisikan dan

melihat bayangan. Pasien dapat berkerja dengan baik sebagai petani membantu

ayahnya. Pasien dapat merawat diri sendiri. Pasien dapat berkomunikasi dengan

baik. Menurut keluarga saat ini pasien sudah tidak teratur meminum obat.

Autoanamnesis

Pasien seringkali harus di pacu untuk berbicara dan terkadang diam setelah

ditanya. Pasien mengaku bernama Habib Zainudin. Pasien mengatakan diantar

oleh adiknya karena ingin berobat. Pasien merasa mendengar suara bisikan dan

terkadang melihat bayangan habib. Suara bisikan bisa berupa suara laki-laki yang

menyuruhnya melakukan sesuatu seperti marah-marah dan mengamuk. Pasien mengaku

tidak bisa menolak terhadap suruhan tersebut sehingga pasien menjadi ketakutan. Pasien

juga merasa curiga terhadap orang lain karena orang lain dapat meyakiti dirinya. Saat

ditanyakan kenapa mengamuk, pasien mengatakan bahwa dirinya dirasuki oleh

habib dan dibisikan untuk mengamuk dan berjalan mengikuti jejak nabi. Pasien

mengakui dirinya sebagai orang yang dipilih untuk bertemu dengan nabi.

Pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang maupun

berurusan dengan hukum ataupun menderita trauma pada kepalanya dan riwayat kejang

maupun sakit berat lainnya. Pasien tidak mengetahui mengapa dirinya dibawa ke RS.

Pasien saat wawancara terlihat gelisah dan sering mondar-mandir.

C. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

a) Riwayat Prenatal

Berdasarkan anamnesa dengan adik pasien, tidak ada data yang didapat.

4
b) Riwayat Infanticy/Masa Bayi (0-1,5 tahun) Basic Trust vs Mistrust

Berdasarkan anamnesa dengan adik pasien, tidak ada data yang didapat.

c) Riwayat Early Childhood/ Masa kanak (1,5-3 tahun) Autonomy vs

shame and doubt

Riwayat tumbuh kembang baik seperti anak seusianya. Tidak ada

keterlambatan dalam tumbuh kembangnya dan gizi cukup. Tidak ada

riwayat pernah demam tinggi yang menyebabkan kejang, ataupun kejang

tanpa sebab, tidak ada riwayat trauma kepala.

d) Riwayat Pre School Age/ Masa Prasekolah (3-6 Tahun) Initiative Vs

Guilt

Sepengetahuan adik Os, Os merupakan anak yang rajin dan sering

membantu orang tua saat masih kecil.

e) Riwayat School Age/masa sekolah (6-12 tahun) Industry vs Inferiority

Pasien kurang aktif dalam bersosialisasi dengan teman-temannya di

sekolah pasien cenderung seorang yang pemalu. Hampir selalu melakukan

segalanya sendiri, seperti bermain dan mengerjakan tugas sekolah.

f) Riwayat Adolescence (12-20 tahun) Identity vs Role diffusion/Identity

Confusion

Selama remaja, pasien lebih suka menyendiri, menutup diri kurang bisa

mengemukakan perasaannya, tentang kebahagiaan, kesedihan ataupun

kemarahan. Pasien tidak mempunyai teman akrab. Pasien merasa

terkekang dengan keadaan keluarganya yang terlalu kuat pada agama

sehingga keinginan pasien berteman dengan banci ataupun menyanyi lagu

5
yang tidak berhubungan dengan agama saja dimarahi dan dipukuli oleh

ayah pasien.

g) Riwayat Young Adulthood/Masa Dewasa Awal (21-40 tahun) Intimacy

vs Isolation

Pasien sudah menunjukan tanda – tanda gangguan jiwa yaitu pasien sering

bernyanyi, berbicara sendiri, tertawa dan menangis sendiri tanpa ada sebab

yang jelas. Perawatan diri sudah mulai kurang dan keluarga sudah mulai

tidak memperdulikan pasien lagi.

h) Riwayat pendidikan

Pasien bersekolah sampai SD dan lulus.

i) Riwayat pekerjaan

Pasien bisa bekerja dengan baik saat sebelum sakit. Pasien bekerja sebagai

petani membantu ayahnya. Namun setelah sakit adik pasien mengaku

bahwa pasien tidak menunjukan tanda-tanda ingin bekerja dan pihak

keluarga pada waktu itu juga tidak memaksakan pasien untuk bekerja.

RIWAYAT KELUARGA

Genogram:

6
Keterangan:

= Penderita

= Laki-Laki

= Perempuan

= Meninggal

Os anak pertama dari dua bersaudara , tidak ada riwayat keluarga serupa tentang

keadaan beliau.

D. RIWAYAT SITUASI SEKARANG

Os tinggal bersama ayah kandung, adik laki-laki, adik ipar perempuan dan

dua keponakan.

E. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGAN

Pasien tidak sadar sekarang sedang sakit.

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT

1. Status Interna :

Tekanandarah : 140/90 mmHg

Nadi : 91 X/menit

Frekuensi napas : 19 X/ menit

Suhu tubuh : 36,5 C

 Kulit

Inspeksi : purpura (-), anemis (-), ikterik (-), hiperpigmentasi (+)

Palpasi : nodul (-), sklerosis (-), atrofi (-)

7
 Kepala dan Leher

Inspeksi : normosefali

Palpasi : pembesaran KGB (-/-), peningkatan JVP (-/-)

Auskultasi : bruit (-)

 Mata

Inspeksi : konjungtiva anemis (-/-), skleraikterik (-/-), merah(-),

perdarahan (-), mata berair (-), ptosis (-), Pandangan kabur (-/-),

pupil isokor kiri dan kanan.

Funduskopi : tidak dilakukan

 Telinga

Inspeksi : serumen minimal, sekret (-/-)

Palpasi : nyeri mastoid (-/-)

 Hidung

Inspeksi : epistaksis (-/-)

Palpasi : nyeri (-/-)

 Mulut

Inspeksi : perdarahan gusi (-), pucat (-), sianosis (-), stomatitis (-),

leukoplakia (-)

 Toraks

Inspeksi : simetris

Palpasi : fremitus vokalsimetris

Perkusi : sonor

Auskultasi : suara napas vesikuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-)

8
 Jantung

Inspeksi : iktus tidak tampak

Palpasi : iktus teraba pada ICS V mid clavicula sinistra

Perkusi : batas kanan: ICS IV linea sternalis dektra

Batas kiri: ICS V linea mid klavikula sinistra

Auskultasi : S1 S2 tunggal, irama regular, murmur (-), gallop (-)

 Abdomen

Inspeksi : bentuk permukaan abdomen rata normal, sikatrik (-), striae (-),

hernia (-)

Auskultasi : peristaltik usus (+) normal 6x/ menit

Perkusi : timpani

Palpasi : shifting dullness (-), hepatomegali (-), splenomegali (-), massa

(-)

Nyeritekan (-) - - -

- - -

- - -

Punggung

Inspeksi : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)

Palpasi : nyeri (-) nyeriketokginjal (-)

Ekstremitas

Inspeksi : gerak sendi normal, deformitas (-), kemerahan (-), varises (-)

Palpasi : panas (-), nyeri (-), massa (-), edema (-)

9
2. Status Neurologis

Nervus I – XII : Dalam batas normal

Rangsang Meningeal : Tidak ada

Gejala peningkatan TIK : Tidak ada

Refleks Fisiologis : Dalam batas normal

Refleks patologis : Tidak ada

IV. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien seorang laki - laki, terawat dan tidak terlalu gemuk, mengenakan kaos

berwarna putih, memakai sarung berwarna hitam dan peci berwarna putih.

2. Kesadaran : Jernih

3. Perilaku dan aktivitas motorik : hiperaktif

4. Pembicaraan : irama tumpul dengan pembicaraan tidak

spontanitas

5. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

6. Kontak psikis :kontak ada, tidak wajar, dan dapat

dipertahankan.

B. Keadaan

 Afek/mood : datar

 Ekspresi afektif :

1. Stabilitas : labil

10
2. Pengendalian : pasien tidak dapat mengendalikan

emosinya secara wajar

3. Sungguh-sungguh/tdk : sungguh-sungguh

4. Dalam/dangkal : dalam

5. Skala diferensiasi : sempit

6. Empati : tidak dapat diraba rasakan

7. Arus emosi : lambat

C. Fungsi Kognitif

 Kesadaran : Jernih

 Daya konsentrasi : Baik

 Orientasi

Waktu :+

Tempat :+

Orang :+

Situasi :+

 Daya ingat

Segera : bagus

Jangka pendek : bagus

Jangka panjang : bagus

 Pikiran Abstrak : Bagus

11
D. Gangguan Persepsi

 Halusinasi A/V/G/T/O : +/+/-/-/-

 Ilusi A/V/G/T/O : -/-/-/-/-

 Depersonalisasi / derealisasi : +/-

E. Proses pikir

 Bentuk pikir : derealistik

 Arus pikir : koheren

 Isi pikir :

o Preokupasi : (-)

o Waham : waham kebesaran dan delusion of influence

F. Pengendalian Impuls : baik

G. Daya nilai

Daya nilai sosial : tidak terganggu

Uji daya nilai : tidak terganggu

Penilaian realitas : terganggu

Halusinasi Auditorik : Pasien mendengar bisikan dari habib.

Halusinasi Visual : Pasien melihat bayangan Ibu pasien yang telah meninggal,

pasien juga mengaku bertemu dengan nabi.

Waham kebesaran : Pasien mengaku sebagai habib.

Delusion of Influence : Pasien merasa dirasuki oleh habib dan dibisiki untuk

mengamuk dan berjalan mengikuti jejak nabi.

12
H. Tilikan : tilikan 1

I. Taraf Dapat Dipercaya : dapat dipercaya

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Anamnesis :

 Pada tahun 2017 pasien menunjukan prodormal dari skizofrenia yaitu:

Berbicara sendiri, berperilaku aneh ,pikiran tidak wajar,gangguan fungsi

peran, dan gangguan fungsi sosial.

 Pada Desember tahun 2012 pasien menunjukan Fase Aktif yaitu : Gaduh

gelisah dan halusinasi.

 Pasien menunjukan gejala aktif skizofrenia pada tahun 2017 yaitu: gaduh

gelisah, waham dan halusinasi

 Gejala aktif lain terlihat lebih jelas pasca ibu pasien meninggal dan pasca

ditekan dan dikekang oleh ayah pasien: yaitu gaduh gelisah, , mengamuk,

melempar barang-barang dikamar, mendengar bisikan, melihat sosok wali,

dan merasa dirasuki oleh wali (pada tahun 2012).

 Pasien masuk ke RSJ Sambang Lihum pada bulan Oktober tahun 2017.

 Kondisi Pasien pada bulan Juli tahun 2017 dengan terlihat berbicara

sendiri, suka menyendiri dikamar, tidak bisa tidur, berbicara kacau dan

mengamuk.

 Kesadaran : Jernih

 Psikomotor : hiperaktif

Afek/mood : datar

13
Stabilitas : labil

Pengendalian : Pasien tidak dapat mengendalikan

emosinya secara wajar

Sungguh-sungguh/tdk : sungguh-sungguh

Dalam/dangkal : dalam

Skala diferensiasi : sempit

Empati : tidak dapat diraba rasakan

Arus emosi : lambat

 Halusinasi: Auditorik dan Visual (+)

 Waham : (+) waham kebesaran dan waham aneh

 Stressor psikososial diduga karena: ibu pasien meninggal ditambah

tekanan dari ayah pasien.

 Realitas terganggu dalam hal proses berpikir.

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

1. Aksis I : F.20.0 SKIZOFRENIA PARANOID

2. Aksis II : F.60.1 Gangguan Kepribadian skizoid

3. Aksis III : Hipertensi Grade 1

4. Aksis IV : Masalah dengan “primary support group” (keluarga)

5. Aksis V : GAF scale 50-41 gejala berat (serious), disabilitas berat.

14
VII. DAFTAR MASALAH

A. Masalah terkait fisik

Pasien memiliki riwayat Hipertensi grade 1 sejak tahun 2014.

B. Masalah terkait psikologis

Adanya gangguan persepsi berupa halusinasi audio dan visual, terdapat

gangguan pada isi pikir berupa waham kebesaran. Ada gangguan pada

perilaku, gangguan fungsi peran dan gangguan fungsi sosial

VIII. PROGNOSIS

Diagnosis penyakit : dubia ad bonam

Fase prodormal : dubia ad bonam

Diagnosis stressor : dubia ad malam

Gangguan sistemik : dubia ad bonam

Perjalan penyakit : dubia ad malam

Usia saat menderita : dubia ad bonam

Pendidikan : dubia ad malam (SD)

Lingkungan sosial : dubia ad bonam

Pengobatan psikiatri : dubia ad bonam

Kesimpulan : dubia ad bonam

15
IX. RENCANA TERAPI

Psikofarmaka : Injeksi Lodomer 1 ampul

PO :

 Clozapine 2 x 25 mg

 Haloperidol 2 x 5 mg

 Trihexylphenidyl 2x2mg

Psikoterapi : Support terhadap penderita dan keluarga

 Menjelaskan kepada keluarga tentang keadaan dan agar selalu memberikan

dukungan kepada pasien

 Bimbingan agama, shalat berjamaah, dan pengajian

IX. DISKUSI

1. Skizofrenia

1.1 Definisi

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab

(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau

deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan

pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh

penyimpangan yang fundamental dan kharacteristik dari pikiran dan persepsi

,serta oleh afek yang tidak wajar. Kesadaran yang jernih tetap

terpelihara,walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1

Skizofrenia adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani; “schizein” yang

berarti “terpisah” atau “pecah” dan “phrenia” yang berarti “jiwa”. Arti dari kata-

16
kata tersebut menjelaskan tentang karakteristik utama dari gangguan skizofrenia,

yaitu adanya pemisahan antara pikiran, emosi, dan perilaku dari orang yang

mengalaminya.2

1.2 Etiologi 2

1.2.1 Model Diatesis-stres

Merupakan integrasi faktor biologis, faktor psikososial, faktor lingkungan.

Model ini mendalilkan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan

spesifik (diatessis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang

menimbulkan stress, memungkinkan perkembangan skizofrenia.

Komponen lingkungan mungkin biologikal (seperti infeksi) atau psikologis

(missal kematian orang terdekat). Sedangkan dasar biologikal dari diatesis

selanjutnya dapat terbentuk oleh pengaruh epigenetik seperti penyalahgunaan

obat, stress psikososial , dan trauma.

Kerentanan yang dimaksud disini haruslah jelas, sehingga dapat

menerangkan mengapa orang tersebut dapat menjadi skizofren. Semakin besar

kerentanan seseorang maka stressor kecilpun dapat menyebabkan menjadi

skizofren. Semakin kecil kerentanan maka butuh stressor yang besar untuk

membuatnya menjadi penderita skizofren. Sehingga secara teoritis seseorang

tanpa diathese tidak akan berkembang menjadi skizofren, walau sebesar apapun

stressornya.2

17
1.2.2. Faktor Neurobiologi

Penelitian menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia ditemukan adanya

kerusakan pada bagian otak tertentu. Namun sampai kini belum diketahui

bagaimana hubungan antara kerusakan pada bagian otak tertentu ddengan

munculnya simptom skizofrenia.

Terdapat beberapa area tertentu dalam otak yang berperan dalam membuat

seseorang menjadi patologis, yaitu sitem limbik, korteks frontal, cerebellum dan

ganglia basalis. Keempat area tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi

pada satu area mungkin melibatkan proses patologis primer pada area yang lain.

Dua hal yang menjadi sasaran penelitian adalah waktu dimana kerusakan

neuropatologis muncul pada otak, dan interaksi antara kerusakan tersebut dengan

stressor lingkungan dan sosial.2

Hipotesa Dopamin

Menurut hipotesa ini, skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan aktivitas

neurotransmitter dopaminergik. Peningkatan ini mungkin merupakan akibat dari

meningkatnya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine,

turunnya nilai ambang, atau hipersentivitas reseptor dopamine, atau kombinasi

dari faktor-faktor tersebut. Munculnya hipotesa ini berdasarkan observasi bahwa :

a. Ada korelasi antara efektivitas dan potensi suatu obat antipsikotik dengan

kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor dopamine D2.

b. Obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik- seperti amphetamine-dapat

menimbulkan gejala psikotik pada siapapun.

18
1.2.3. Faktor Genetika

Penelitian tentang genetik telah membuktikan faktor genetik/keturunan

merupakan salah satu penyumbang bagi jatuhnya seseorang menjadi skizofren.

Resiko seseorang menderita skizofren akan menjadi lebih tinggi jika terdapat

anggota keluarga lainnya yang juga menderita skizofren, apalagi jika hubungan

keluarga dekat. Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan keberadaan

pengaruh genetik melebihi pengaruh lingkungan pada munculnya skizofrenia, dan

kembar satu telur memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami

skizofrenia.

1.2.4. Faktor Psikososial

1.2.4.1 Teori Tentang Individu Pasien

a. Teori Psikoanalitik

Freud beranggapan bahwa skizofrenia adalah hasil dari fiksasi

perkembangan, yang muncul lebih awal daripada gangguan neurosis. Jika

neurosis merupakan konflik antara id dan ego, maka psikosis merupakan konflik

antara ego dan dunia luar. Menurut Freud, kerusakan ego (ego defect)

memberikan kontribusi terhadap munculnya simptom skizofrenia. Disintegrasi

ego yang terjadi pada pasien skizofrenia merepresentasikan waktu dimana ego

belum atau masih baru terbentuk.

Konflik intrapsikis yang berasal dari fiksasi pada masa awal serta

kerusakan ego-yang mungkin merupakan hasil dari relasi obyek yang buruk-turut

memperparah symptom skizofrenia. Hal utama dari teori Freud tentang

19
skizofrenia adalah dekateksis obyek dan regresi sebagai respon terhadap frustasi

dan konflik dengan orang lain.

Harry Stack Sullivan mengatakan bahwa gangguan skizofrenia disebabkan

oleh kesulitan interpersonal yangyang etrjadi sebelumnya, terutama yang

berhubungan dengan apa yang disebutnya pengasuhan ibu yang salah, yaitu cemas

berlebihan.

Secara umum, dalam pandangan psikoanalitik tentang skizofrenia,

kerusakan ego mempengaruhi interprestasi terhadap realitas dan kontrol terhadap

dorongan dari dalam, seperti seks dan agresi. Gangguan tersebut terjadi akibat

distorsi dalam hubungan timbal balik ibu dan anak.

Berbagai simptom dalam skizofrenia memiliki makna simbolis bagi

masing-masing pasien. Misalnya fantasi tentang hari kiamat mungkin

mengindikasikan persepsi individu bahwa dunia dalamnya telah hancur.

Halusinasi mungkin merupakan substitusi dari ketidakmampuan pasien untuk

menghadapi realitas yang obyektif dan mungkin juga merepresentasikan

ketakutan atau harapan terdalam yang dimilikinya.

b. Teori Psikodinamik

Berbeda dengan model yang kompleks dari Freud, pandangan

psikodinamik setelahnya lebih mementingkan hipersensitivitas terhadap berbagai

stimulus. Hambatan dalam membatasi stimulus menyebabkan kesulitan dalam

setiap fase perkembangan selama masa kanak-kanak dan mengakibatkan stress

dalam hubungan interpersonal.

20
Menurut pendekatan psikodinamik, simptom positif diasosiasikan dengan

onset akut sebagai respon terhadap faktor pemicu/pencetus, dan erat kaitannya

dengan adanya konflik. Simptom negatif berkaitan erat dengan faktor biologis,

dan karakteristiknya adalah absennya perilaku/fungsi tertentu. Sedangkan

gangguan dalam hubungan interpersonal mungkin timbul akibat konflik

intrapsikis, namun mungkin juga berhubungan dengan kerusakan ego yang

mendasar.

Tanpa memandang model teoritisnya, semua pendekatan psikodinamik

dibangun berdasarkan pemikiran bahwa symptom-simptom psikotik memiliki

makna dalam skizofrenia. Misalnya waham kebesaran pada pasien mungkin

timbul setelah harga dirinya terluka. Selain itu, menurut pendekatan ini, hubungan

dengan manusia dianggap merupakan hal yang menakutkan bagi pengidap

skizofrenia.

c.Teori Belajar

Menurut teori ini, orang menjadi skizofrenia karena pada masa kanak-

kanak ia belajar pada model yang buruk. Ia mempelajari reaksi dan cara pikir

yang tidak rasional dengan meniru dari orangtuanya, yang sebenarnya juga

memiliki masalah emosional.

1.2.4.2 Teori Tentang Keluarga

Beberapa pasien skizofrenia-sebagaimana orang yang mengalami

nonpsikiatrik-berasal dari keluarga dengan disfungsi, yaitu perilaku keluarga yang

patologis, yang secara signifikan meningkatkan stress emosional yang harus

dihadapi oleh pasien skizofrenia.

21
1.2.4.3 Teori Sosial

Beberapa teori menyebutkan bahwa industrialisasi dan urbanisasi banyak

berpengaruh dalam menyebabkan skizofrenia. Meskipun ada data pendukung,

namun penekanan saat ini adalah dalam mengetahui pengaruhnya terhadap waktu

timbulnya onset dan keparahan penyakit

1.3 Kriteria Diagnostik Skizofrenia 1,2,4,5

Pedoman diagnostik berdasarkan PPDGJ III

 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a. -Thought echo

Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya

(tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun

kualitasnya berbeda, atau

-Thought insertion or withdrawal

Isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau

isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal)

dan

-Thought broadcasting

Isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umumnya

mengetahuinya.

22
b. -Delusion of control

Waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatukekuatan tertentu dari luar

- Delusion of influence

Wahamtentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar

- Delusion of passivity

Waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan

dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke pergerakan

tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus).

- Delusion perception

Pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi

dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.

c. Halusional Auditorik ;

-Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku

pasien ,atau

-Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai

suara yang berbicara) atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan

diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau

berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)

23
 Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara

jelas:

e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan

(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama

berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.

f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak

relevan atau neologisme.

g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,

dan stupor

h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons

emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan

penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi

harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau

medikasi neureptika.

 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

prodromal);

 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi

24
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak

bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self

absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.

1.4 Klasifikasi 1,2,4

Dalam PPDGJ III Skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang

mempunyai spesifikasi masing-masing yang kriterianya didominasi dengan hal-

hal sebagai berikut :

1. Skizofrenia Paranoid

2. Skizofrenia Hebefrenik

3. Skizofrenia Katatonik

4. Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated)

5. Depresi Pasca Skizofrenia

6. Skizofrenia Residual

7. Skizofrenia Simpleks

8. Skizofrenia lainnya

9. Skizofrenia YTT

2. Skizofrenia Paranoid

2.1 Definisi

Skizofrenia paranoid merupakan salah satu dari beberapa jenis skizofrenia,

yaitu suatu penyakit mental yang kronis di mana seseorang kehilangan kontak

dengan kenyataan/ realitas (psikosis). Skizofrenia paranoid adalah skizofrenia

yang terdiri dari kelainan psikosis yang berkembang perlahan – lahan di tandai

25
dengan waham yang menetap, tidak bisa berubah, sistematis dan mempunyai

alasan – alasan yang tidak masuk akal.Penderita dengan skizofrenia paranoid,

kemampuan mereka dalam berpikir dan berfungsi dalam kehidupan sehari-hari

mungkin lebih baik dibandingkan dengan jenis lain dari skizofrenia. Mereka

mungkin tidak memiliki banyak masalah dengan emosi, ingatan, konsentrasi.

Namun, skizofrenia paranoid merupakan suatu kondisi serius, dialami seumur

hidup yang dapat menyebabkan banyak komplikasi termasuk perilaku bunuh diri.

Meskipun demikian, dengan pengobatan yang efektif mereka dapat mengelola

gejala skizofrenia paranoid dan bekerja untuk menjalani hidup sehat dan bahagia.

Tanda skizofrenia paranoid antara lain6:

 Halusinasi pendengaran, seperti mendengar suara-suara

 Delusi, seperti percaya rekan kerja ingin meracuni Anda

 kegelisahan

 kemarahan

 emosi datar

 kekerasan

 Banyak berargumentasi (berdebat)

 Merasa diri penting atau memandang orang lain rendah.

 Pikiran dan perilaku bunuh diri

Dengan skizofrenia paranoid, mereka cenderung akan terpengaruh oleh masalah

mood (perasaan) atau masalah dengan pemikiran, konsentrasi dan perhatian.

Gejala – gejala menurut PPDGJ III :

 Proses pikir diluar sentral cukup baik.

26
 Struktur kepribadianya yang retak

 Gerakan cukup harmonis

 Keadaan efektif umumnya stabil, bila ada perubahan di dahului perubahan

waham.

Gejala kunci:

Delusi (waham) dan halusinasi adalah gejala yang membuat skizofrenia paranoid

paling berbeda dari jenis lain dari skizofrenia.

 Delusi. Pada skizofrenia paranoid, delusi yang umum adalah bahwa

mereka sedang dipilih untuk sesuatu hal yang terkait dengan sesuatu yang

berbahaya. Misalnya, mereka mungkin percaya bahwa pemerintah

mengawasi setiap langkah yang mereka lakukan atau bahwa ada rekan

kerja yang meracuni makan siangnya. Mereka juga mungkin memiliki

waham kebesaran (delusi keagungan) – keyakinan bahwa mereka bisa

terbang, bahwa mereka terkenal atau bahwa mereka memiliki hubungan

dengan orang terkenal, misalnya. Mereka berpegang pada keyakinan palsu

meskipun tidak ada bukti. Delusi dapat mengakibatkan agresi atau

kekerasan jika mereka percaya mereka harus bertindak membela diri

terhadap orang orang yang ingin mencelakai mereka.

 Halusinasi suara. Sebuah halusinasi pendengaran adalah persepsi suara –

suara dimana tidak ada orang lain yang ikut mendengar. Suara mungkin

suara tunggal atau suara banyak orang. Suara-suara mungkin berbicara

baik kepada mereka atau satu sama lain. Suara-suara tersebut biasanya

tidak menyenangkan. Suara suara tersebut dapat membuat kritik

27
berkelanjutan dari apa yang penderita pikirkan atau lakukan, atau

membuat komentar kejam tentang kesalahan nyata atau kesalahan

khayalan dari penderita. Suara juga dapat memerintahkan penderita

melakukan hal-hal yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain.

Bila seseorang memiliki skizofrenia paranoid, suara-suara tampak nyata.

Penderita mungkin berbicara atau berteriak pada suara tersebut.

2.2 Etiologi Skizofrenia paranoid

 Ambisi yang besar, tetapi tidak mampu mencapai frustasi.

 Ingin mencapai kepribadian dari kecenderungan dan impuls yang tidak

disukai

 Adanya rasa bersalah

Biasanya sering terjadi pada keluarga dengan salah satu orang tua yang bersikap

otoriter keras. Hal ini menimbulkan kebencian terhadap orang tua yang otoriter

dan identitas yang berlebihan dari orang tua lainya. Timbulnya rasa bersalah yang

diatasi dengan cara rasionalisasi. Ide paranoid bervariasi luar, primer ditentukan

oleh kebutuhan utama pemuasan diri dan sekunder ditentukan oleh tipe

rasionalisasi. Pasien seringkali khawatir kalau – kalau wahamnya diragukan

orang. Tipe lainya mempunyai waham kebesaran dimana pasien berubah menjadi

tuhan, atau nabi- nabi, serta mempunyai kekuatan supranatural atau menjadi

pemimpin untuk memperbarui dunia. Pada tipe erotic pasien menjadi percaya

banyak orang yang mencintai dirinya.

Paranoid sering terjadi pada pasien dengan intelegensi yang tinggi, tetapi

energi tidak dipergunakan secara baik. Mungkin hal ini disebabkan karena pasien

28
menemukan bahwa mekanisme pertahanan rasionalisasi dan proyeksi merupakan

mekanisme pertahanan yang memuaskan.Psikoterapi yang paling baik biasanya

bersifat suportif dan redukatif, dengan tidak mengkritik waham secara langsung,

memperkuat kepuasannya atas kesehatan kerja yang dilakukan dalam batas –

batas kemampuanya, membantu adaptasi sosial yang memuaskan.

29
LAMPIRAN

Grafik Perjalanan Penyakit

Nama : Tn. R

Usia : 32 Tahun

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Pendidikan terakhir : SD

2
6

3
1 5
4

Keterangan :

1. Awal tahun 2012

2. Desember 2012

3. Januari 2013

4. Mei 2014

5. Awal Juli 2017

6. Akhir Juli 2017

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis, W.S. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Presss :


Surabaya. 2012.

2. Kaplan, I. H. and Sadock, J. B. Sinopsis Psikiatri Ilmu Perilaku Psikiatri


Klinis, Edisi Ketujuh. Binarupa Aksara Publisher: Jakarta.

3. Olfson, Mark. Treatment Patterns for Schizoaffective Disorder and


Schizophrenia Among Medicaid Patients. Diakses melalui:
www.psychiatryonline.org/data/Journals/

4. American Psychiatric Association. Diagnosis dan Statistical Manual of


Mental disorders (DSM IV TM). American Psychological Association
(APA): Washington DC. 1996.

5. Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-
III dan DSM-5. Jakarta: Bagian ilmu kedokteran jiwa FK-Unika Atmajaya,
2013.

6. Hendarsyah F. Diagnosis dan tatalaksana skizofrenia paranoid dengan gejala-


gejala positif dan negatif. J medula Unila 2016;4(3):1-6.

31

Anda mungkin juga menyukai