Anda di halaman 1dari 97

PERBEDAAN EFEKTIVITAS MEDIA AUDIOVISUAL

DAN METODE CERAMAH DALAM MENYAMPAIKAN


INFORMASI KEPADA MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
MENGENAI KEGIATAN KEPANITERAAN
KLINIK

Skripsi
Diajukan unuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh:
Muhamad Mardian Safitra
04011181320059

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
PERNYATAAN

Saya yang bertanda-tangan di bawah ini dengan ini menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister dan/atau doktor), baik di
Universitas Sriwijaya maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian Saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan verbal Tim Pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini Saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka Saya
bersedia menerima sanksi akademik atau sanksi lainnya sesuai dengan norma
yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Palembang, 29 Desember 2016


Yang membuat pernyataan

(Muhamad Mardian Safitra)

iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sriwijaya, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Muhamad Mardian Safitra


NIM : 04011181320059
Program Studi : Pendidikan Dokter Umum
Fakultas : Kedokteran
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Hak Bebas Royalti Nonekslusif
(Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Perbedaan Efektivitas Media Audiovisual dan Metode Ceramah dalam


Menyampaikan Informasi Kepada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Mengenai Kegiatan Kepaniteraan Klinik

Beserta perangkatnya yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya berhak menyimpan,
mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Palembang
Pada tanggal : 23 Desember 2016
Yang menyatakan

(Muhamad Mardian Safitra)

iv
ABSTRAK
PERBEDAAN EFEKTIVITAS MEDIA AUDIOVISUAL DAN METODE
CERAMAH DALAM MENYAMPAIKAN INFORMASI KEPADA
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SRIWIJAYA MENGENAI KEGIATAN
KEPANITERAAN K L I N I K

(Muhamad Mardian Safitra, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya,


Desember 2016, 69 halaman)

Pendahuluan. Informasi tentang kegiatan kepaniteraan klinik ternyata


menentukan proses dan kesiapan mahasiswa dalam menjalankan tahapan tersebut.
Penyampaian informasi mengenai kegiatan kepaniteraan klinik secara langsung
sangat membantu, namun hasil akhirnya nanti sangat dipengaruhi oleh metode
penyampaian informasi tersebut. Penerapan metode ceramah dan media
audiovisual dalam menyampaikan informasi memiliki beberapa perbedaan dalam
proses dan pencapaian terhadap tingkat pemahaman mahasiswa. Penelitian ini
bertujuan untuk membandingkan efektivitas penggunaan metode ceramah dan
media audiovisual dalam menyampaikan informasi.
Metode. Sebanyak 70 subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya angkatan 2013 yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok media audiovisual (n = 35) dan kelompok metode ceramah (n = 35).
Penyampaian informasi tentang kegiatan kepaniteraan klinik dilakukan pada satu
hari secara bersamaan pada kedua kelompok. Penelitian ini menggunakan desain
quasi experimental dengan teknik nonequivalent pretest-posttest (O X O).
Hasil. Setelah intervensi, tingkat pemahaman untuk kelompok media audiovisual
adalah 85,17% sementara untuk metode ceramah adalah 69,37% (efektif bila >
75%) dengan nilai p <0,05.
Kesimpulan. Penyampaian informasi mengenai kegiatan kepaniteraan klinik
menggunakan media audiovisual secara signifikan lebih efektif dibandingkan
dengan penerapan metode ceramah.

Kata kunci: media audiovisual, metode ceramah, pemahaman.

v
ABSTRACT

DIFFERENCE OF EFFECTIVENESS BETWEEN AUDIOVISUAL AND


LECTURE METHOD IN CLINICAL CLERKSHIP SOCIALIZATION
FOR SRIWIJAYA UNIVERSITY STUDENT

(Muhamad Mardian Safitra, Medical Faculty of Sriwijaya University, December


2016, 69 pages)

Introduction. The Infomation about clinical clerkship determine process of


student readiness to face the stage. Direct clinical clerkship socialization will be
much of hel. However, the method for clinical clrekship socialization could
determine the result. Lecture method and audiovisual media practice for
sosicialization have few difference in process and student comprehension
accomplishment. The aim of this study are to see difference of effeftiveness
between audiovisual and lecture method in clinical clrekship socialization
Methods. A total of 70 medical student of Sriwijaya University batch 2013
divided into two group, the first is audiovisual group (n = 35 ) and the second is
lecture method group (n = 35). Clinical clrekship socialization have done on two
group at same day and same time. This research used quasi experimental with
nonequivalent pretest-posttest techniques (O X O).
Results. After the intervention, student comprehension for audiovisual group is
85,17% while for lecture method is 69,37% (effective if the result > 75%) p value
<0,05.
Conclusion. Clinical clerkship socialization using audiovisual media is
significantly more effective than lecture method practice.

Keywords: Audiovisual media, Lecture methods, comprehension.

vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
nikmat kesehatan dan islam kepada saya untuk menyelesaikan penelitian ini.
Sholawat beriring salam tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, nabi
akhir zaman yang telah mengubah peradaban manusia dari masa jahilliyah ke
masa yang dipenuhi dengan cahaya iman dan islam.
Skripsi ini saya persembahkan untuk ayah dan ibu tercinta, Tasulisani S.Pd
dan Leni Maryati S.Pd SD. Juga kepada kedua adik saya, Antoni Ferdiansyah dan
Aiwan Adrian. Setiap doa yang mengalir dari lisan mereka telah memudahkan
segala urusan saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kepada dekan, staff, dan dosen FK Unsri, penulis mengucapkan banyak
terima kasih atas ilmu dan bantuan yang telah diberikan. Semoga ilmu tersebut
membawa manfaat untuk diri saya.
Kepada Dr.dr. H. M. Zulkarnain, M.Med Sc. PKK selaku pembimbing
pertama dan dr. Rizma Adlia Syakurah, MARS selaku pembimbing kedua,
penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingannya selama ini. Terima
kasih juga kepada penguji dr. Hj. Mariatul Fadilah, MARS dan dr. Ella Amalia,
M.Kes atas kritik dan saran yang telah diberikan untuk menyempurnakan
penelitian ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada kakak koas IKM yaitu kak
Syahid, kak Lianita Ho, dan Kak Eddy. Terimakasih juga kepada teman teman
yang telah menyelamatkan data skripsi saya yang hampir hilang pada saat laptop
saya rusak yaitu Arjun, Hadi, Fauzik, dan Satria.
Terima kasih untuk “Menuju S,Ked Squad”: Imam, Ica, Indy, dan Indah
yang telah setia menemani penulis melewati suka dan duka dalam perjuangan
penelitian ini. Juga kepada Abi, Fenrizal, Alex, Ayub, Abdi, dan anak-anak
MABES lainnya yang telah membantu menyukseskan dan memberikan semangat
dalam menyelesaikan penelitian ini. Mudah-mudahan kita bisa menjadi manusia
yang bermanfaat bagi umat.
Terakhir, penulis meminta maaf atas banyak kekurangan dalam penelitian
ini, kepada Allah SWT penulis mohon ampun. Kritik dan saran yang membangun
sangat dibutuhkan untuk perbaikan kedepannya.

Palembang, 29 Desember 2016

Muhamad Mardian Safitra

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ iii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................ v
ABSTRACT ....................................................................................................... vi
KATA PENGANGANTAR ............................................................................. vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................... 3
1.4 Hipotesis ......................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................... 4
1.7.1 Manfaat Teoritis ................................................................. 4
1.7.2 Manfaat Praktis ................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan Teori ................................................................................ 5
2.1.1 Media Audiovisual .............................................................. 5
2.1.1.1 Definisi .................................................................... 5
2.1.1.2 Jenis Jenis Media Audiovisual ............................... 7
2.1.1.3 Media Video ............................................................ 9
2.1.2 Metode Ceramah ................................................................ 11
2.1.2.1 Definisi ................................................................... 11
2.1.2.2 Cara Melakukan Metode Ceramah ......................... 12
2.1.2.3 Keungggulan dan Kelemahan Metode Ceramah ..... 13
2.1.3 Pemahaman Materi ............................................................. 14
2.1.3.1 Defenisi ................................................................... 14
2.2 Kerangka Konsep ........................................................................... 16

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian ............................................................................... 17
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 18
3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................... 18
3.3.1 Populasi ............................................................................... 18

viii
3.3.2 Sampel dan Besar Sample ................................................... 18
3.3.2.1. Besar Sample .......................................................... 18
3.3.2.2. Teknik Sampling ................................................... 19
3.3.3 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ................................................ 19
3.3.2.1. Kriteria Inklusi ....................................................... 19
3.3.2.2. Kriteria Eksklusi .................................................... 19
3.4 Variabel Penelitian ......................................................................... 19
3.4.1 Variabel Independent ......................................................... 19
3.4.2 Variabel Dependent ............................................................ 20
3.5 Definisi Operasional ....................................................................... 20
3.6 Cara Pengumpulan Data .................................................................. 22
3.7 Cara Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 22
3.7.1 Metode pengolahan Data .................................................... 22
3.7.2 Analisa Data ....................................................................... 23
3.8 Kerangka Operasional .................................................................... 25

BAB IV HASIL
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................... 26
4.1.1. Uji Homogenitas ................................................................. 26
4.1.2. Hasil Analisis Univariat ...................................................... 27
4.1.3. Tes Normalitas .................................................................... 27
4.1.4. Analisis Bivariat .................................................................. 28
4.1.5. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan ........................................... 30

BAB V PEMBAHASAN
5.1.Analisis Univariat ............................................................................... 32
5.1.1. Pretest ................................................................................ 32
5.1.2. Posttest .............................................................................. 33
5.2.Analisis Bivariat ................................................................................. 33
5.2.1. Perbedaan Nilai Posttest Kedua Kelompok ........................ 33
5.2.2. Perbedaan Efektivitas Media Audiovisual dan Metode
Ceramah .............................................................................. 35
5.3. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan ......................................................... 36
5.4. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 37

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ......................................................................................... 38
6.2 Saran ................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 39


LAMPIRAN ..................................................................................................... 42
BIODATA ........................................................................................................ 69

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Uji Homogenitas Pengetahuan, Kesiapan, dan Pendapat


Mahasiswa Angkatan 2013 tentang Kegiatan Kepaniteraan Klinik 26
...................................
Tabel 2. Hasil Pretest dan Posttest tentang Tingkat Pemahaman Mahasiswa 27
Dengan Menggunakan Metode Audiovisual dan Metode Ceramah ................
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Dan Posttest Metode 28
Audiovisual Dan Ceramah
....................................................................................................
Tabel 4. Analisis Perbedaan Persentase Hasil Pretest dan Posttest Terhadap 29
Tingkat Pemahaman Mahasiswa dengan Menggunakan Metode Ceramah
dan Audiovisual …........................................................................................... 30
Tabel 5. Perbandingan Tingkat Pemahaman Mahasiswa dari Hasil
Posttest Dengan Menggunakan Metode Ceramah dan Audiovisual 30
..............................
Tabel 6. Perbedaan Efektivitas Media Audiovisual dan Metode Ceramah 31
dari Persentase Hasil Posttest Setelah Intervensi
....................................................
Tabel 16. Penilaian Kesiapan dan Pendapat Mahasiswa Tentang
Pengenalan Kegiatan Kepaniteraan Klinik
...........................................................................

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale .................................................... 6


Gambar 2. Diagram Efektifitas Ceramah Murni 14
............................................... 16
Gambar 3. Kerangka Konsep 25
............................................................................
Gambar 4. Kerangka Operasional
.....................................................................

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian…............................ 42


Lampiran 2. Lembar Informed Consent…………………………………….... 43
Lampiran 3. Pertanyaan/Kuesioner Homogenitas ........................................... 44
Lampiran 4. Pertanyaan/Kuesioner Intervensi .................................................. 49
Lampiran 5. Pertanyaan/Kuesioner Pendapat Mahasiswa ................................ 54
Lampiran 6. Tabel Uji Validasi......................................................................... 56
Lampiran 7. Hasil Tabulating SPSS.................................................................. 59
Lampiran 8. Sertifikat Etik................................................................................ 65
Lampiran 9. Lembar Konsultasi........................................................................ 66
Lampiran 10. Surat Persetujuan Sidang Skripsi................................................ 66

xii
DAFTAR SINGKATAN

AVA Audio-Visual Aids


CBT Computer Based Test
IGD Instalasi Gawat Darurat
KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia
MCQ Multiple Choice Question
Obgyn Obstetri dan Gynecology
OHP Overhead Projector
OK Operatie Kamer (Kamar Operasi)
OSCE Objective Structure Clinical Examination
PBT Paper Based Test
PKK Program Kesejahteraan Keluarga
PDL Penyakit Dalam
VK Verlos Kamer (Ruang Bersalin)

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mahasiwa menurut pengertian kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)
didefenisikan sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa
merupakan individu yang belajar atau sedang menimba ilmu dan terdaftar serta
menjalani pendidikan di suatu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik,
politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2009). Menurut KBBI
kuliah adalah suatu proses pembelajaran di perguruan tinggi. Menurut Gagne
Belajar merupakan proses dari seseorang untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, tingkah laku, keterampilan, dan kebiasaan (Djamarah, dan Bahri,
1999).
Menurut SPPDI tahun 2012 pendidikan dokter terbagi menjadi dua jenjang
yaitu pendidikan akademik dan pendidikan profesi yang berguna untuk
menciptakan dokter yang memenuhi kompetensi pelaksanaan pelayanan primer.
Dokter adalah seseorang yang menuntaskan pendidikan dokter baik akademik
maupun pendidikan profesi dari suatu universitas dalam maupun luar negeri yang
diakui oleh pemerintah Indonesia menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Media bisa digunakaan sebagai alternatif untuk mengenalkan kegiatan
kepaniteraan klinik kepada mahasiswa. Media adalah segala sesuatu yang bisa
digunakan untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan (Sadiman. et al.,
2014). Media dikelompokan menjadi media cetak, audiovisual, komputer.
Audiovisual merupakan media yang menyampaikan informasi berdasar audio
maupun visual (Abdulhak dan Dermawan, 2013).
Metode ceramah merupakan metode paling mudah untuk menyampaikan
informasi serta sangat efisien bila untuk menyampaikan informasi bila tidak
adanya alat peraga dan buku (Syah, 2014). Pengetahuan yang bisa didapat dari
metode ceramah bisa sangat banyak namun tidak membuat mahasiswa memahami

1
2

apa yang disampaikan (Sugandi, 2006). Metode ceramah memiliki kelemahan


cepat membosankan sehingga kurang efektif untuk menyampaikan informasi.
Media audiovisual memiliki kelebihan yang bisa membuat seseorang
mengingat informasi lebih lama dan memberikan gambaran yang lebih nyata
(Sadiman. et al., 2014). Media yang menggunakan audiovisual lebih efektif
dibandingkan dengan media yang hanya memanfaatkan pendengaran atau
pengelihatan saja. Menurut Baugh “ proses mengingat seseorang 90% didapat dari
indra pengelihatan, sebesar 5% dari indra pendengaran dan 5% sisahnya dari
indra lainnya” (Arsyad, 2011). Mata memiliki peran untuk menyimpan informasi
atau pengetahuan ke otak sebanyak 75% hingga 87% sedangkan 13% hingga 25%
melalui indra lainnya (Maulana, 2009).
Menurut Hamalik (2011) penggunaaan media dalam proses pembelajaran
dapat menimbulkan dampak positif seperti menimbulkan minat baru, merangsang
motivasi belajar, dan mempengaruhi psikologis mahasiswa. Media audiovisual
memiliki kelebihan yang luar biasa dalam mempengaruhi pola kehidupan
masyarakat, contohnya televisi. Menurut Bandura dan Walter (2007) media
audiovisual mampu mempengaruhi pola prilaku dari orang yang melihatnya dan
menyesuaikan dengan pola prilaku yang ada pada media.
Menggunakan audiovisual sebagai media pembelajaran membuat proses
pembelajaran two way traffic lebih mungkin terjadi sehingga pembelajaran
menjadi lebih interaktif. Pada penelitian yang dilakukan di University College
London Hospitals NHS Foundation Trust menunjukan bahwa menyajikan
informasi menggunakan audiovisual lebih efektif dibandingkan dengan metode
ceramah. Media memiliki peran yang besar dalam mempengaruhi ingatan, tingkat
pengetahuan dan perilaku seseorang. Hingga penelitian ini dilakukan, angkatan
2013 jurusan Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya yang merupakan mahasiswa tingkat akhir pendidikan S1 pada tahun
2016 belum mendapatkan pengenalan mengenai kegiatan kepaniteraan klinik.
3

1.2 Rumusan Masalah


Apakah audiovisual tentang kegiatan kepaniteraan klinik lebih efektif
dalam menyampaikan informasi kepada mahasiswa dibandingkan dengan metode
ceramah tentang kegiatan kepaniteraan klinik?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui metode yang lebih efektif dengan membandingkan
penggunaan media audiovisual dan metode ceramah dalam menyampaikan
informasi kepada mahasiswa tingkat akhir pendidikan S1 Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya menghadapi tahap kepaniteraan klinik.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui hasil jawaban pretest pada mahasiswa yang belum mendapat
intervensi berupa media audiovisual tentang kegiatan kepaniteraan klinik.
2. Mengetahui hasil jawaban pretest pada mahasiswa yang belum mendapat
intervensi berupa penjelasan dengan metode ceramah tentang kegiatan
kepaniteraan klinik.
3. Mengetahui hasil jawaban posttest pada mahasiswa yang sudah mendapat
intervensi berupa media audiovisual tentang kegiatan kepaniteraan klinik.
4. Mengetahui hasil jawaban posttest pada mahasiswa yang sudah mendapat
intervensi berupa penjelasan dengan metode ceramah dalam tentang
kegiatan kepaniteraan klinik.
5. Membandingkan hasil jawaban pretest dan posttest mahasiswa yang telah
mendapat intervensi informasi dengan media audiovisual video dan metode
ceramah mengenai kegiatan kepaniteraan klinik.

1.4 Hipotesis
Metode yang memanfaatkan audiovisual lebih efektif dibandingkan dengan
metode ceramah dalam menyampaikan informasi kepada mahasiswa tingkat akhir
pendidikan S1 Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya mengenai kegiatan
kepaniteraan klinik.
4

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian yang dilakukan ini antara lain adalah:
A. Manfaat teoritis
Dalam penelitian ini diharapkan multimedia dapat dimanfaatkan untuk
memberikan informasi yang terus menerus serta dapat diulang walaupun
dengan waktu yang terbatas.
B. Manfaat praktis
1. Mahasiswa bisa mempelajari kegiatan kepaniteraan klinik dari video baik
secara individu maupun berkelompok walau tanpa pembimbing.
2. Tenaga pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya bisa memilih
media yang lebih efektif antara media audiovisual dan metode ceramah
dalam menyampaikan informasi atau materi kepada mahasiswa.
3. Tenaga pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya bisa lebih
mempersiapkan mahasiswa yang akan menjalani tahap kepaniteraan klinik
dengan memberikan contoh yang lebih nyata mengenai kegiatan
kepaniteraan klinik kepada mahasiswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan teori


2.1.1. Media Audiovisual
2.1.1.1 Definisi
Istilah media berasal dari bahasa latin yaitu kata medius berarti tengah,
perantara, atau pengantar. Kata media, merupakan bentuk jamak dari kata
“medium“ yang memiliki arti perantara atau pengantar. Media adalah
perantara/sarana komunikasi atau pengantar informasi antara dua pihak, seperti
koran, majalah, televisi, film, poster, dan spanduk (Dagun, 2006).
Media adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan
informasi, sehingga informasi yang ingin disampaikan tersebut tersampaikan pada
target yang dituju (Arsyad, 2011). Menurut Gerlach dan Ely (2011) media dalam
konteks pendidikan adalah sesuatu yang membuat siswa mendapatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, media itu sendiri bisa manusia, materi atau
suatu kejadian. Dalam lingkup sekolah media adalah guru, buku teks, dan
lingkungan sekolah. Media dalam proses pembelajaran adalah alat elektronik,
photograpy, grafik yang menyampaikan informasi visual atau verbal pada siswa
sehingga mereka mampu menangkap, menyusun, dan memproses kembali
informasi yang mereka peroleh.
Menurut Finn (2013) audiovisual memiliki pengaruh besar dalam
pendidikan. Audiovisual memiliki konsep yang sejalan dengan konsep teknik dan
perkembangan pengetahuan yang lebih memperhatikan. Lange dan Seatler
menyatakan media audiovisual mengalami perkembangan pesat dalam
penggunaannya setelah perang dunia kedua. Individu mengalami peningkatan
hasil pembelajaran dengan menggunakan audiovisual (Abdulhak, dan Dermawan,
2013)
Menurut Dale (2011) media audiovisual adalah suatu media yang
menggunakan mata dan telinga secara bersamaan dalam menerima informasi

5
6

sehingga proses penerimaan informasi menjadi lebih efektif. Media audiovisual


yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung
unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, berbagai ukuran film,
slide suara, dan lain sebagainya. Menggunakan audiovisual sebagai media
pembelajaran membuat proses pembelajaran two way traffic lebih mungkin terjadi
sehingga pembelajaran menjadi lebih interaktif (Sanjaya, 2011).
Media audiovisual merupakan gabungan beberapa media yang disatukan,
memiliki unsur audio dan visual. Menurut Hills dalam Hamalik (2013) media
audiovisual adalah suatu penyajian secara realitas atau nyata suatu pengalaman
yang mempengaruhi indra penglihatan dan pendengaran. Audiovisual memiliki
konten atau isi yang menyampaikan pengalaman yang nyata atau konkret. Tujuan
dari pengalaman konkret yang disampaikan adalah supaya bisa memngembangkan
sikap dari penerima informasi, membuat simulasi aktivitas secara nyata, dan
membuat contoh yang lebih jelas serta mudah dipahami (Abdulhak dan
Dermawan, 2013).

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale


7

Dari gambar di atas bisa diketahui bahwa manusia bisa mengingat lebih
baik yaitu sekitar 50% bila menggunakan indra penglihatan dan pendengaran
secara bersamaan. Manusia hanya mampu mengingat informasi sebesar 20% bila
hanya menggunakan indra pendengaran, dan bisa mengingat informasi sebesar
30% bila menggunakan indra penglihatan.

2.1.1.2 Jenis Jenis Media Audiovisual


Menurut Abdulhak, dan Dermawan (2013) media audiovisual tidak terdiri
dari satu jenis media tetapi bisa jadi gabungan dari beberapa media tergantung
dari jenis media yang dimanfaatkan, dan jenis informasi yang di sampaikan.
Berikut adalah jenis-jenis dari media audio visual:
1. Transparansi
Dengan bantuan OHP untuk menampilkan bagian yang penting dari
informasi yang penting ditulis ditransparansi. Proses ini juga disertai oleh
penjelasan dari penyaji informasi secara lengkap.
2. Slide
Informasi yang disusun secara berurutan dan sistematis terdiri dari unit-unit
disajikan secara berurutan namun tidak bersuara. Informasi yang disampaikan
lebih mudah dipahami bila disertai penjelasan atau rekaman yang menunjang
informasi dari slide tersebut.
3. Filmstrip
Informasi yang disajikan dalam satu unit yang utuh secara
berkesinambungan tetapi tidak disertai dengan suara sehingga diperlukan
penjelasan verbal. Penjelasan bisa dilakukan oleh pembicara kepada audien.
4. Rekaman
Proses penerimaan informasi ini berjalan satu arah seperti mengikuti
ceramah; mencatat hal pertanyaan dari hal-hal yang belum jelas. Informasi yang
tersaji direkam secara lengkap.
5. Siaran Radio
Proses penyampaian informasi ini dititikberatkan pada media audio dan
mengesampingkan penggunaan media visual. Secara garis besar bisa dibilang
8

merupakan cara yang sama dengan metode ceramah dengan jangkauan wilayah
yang lebih luas dan bisa digunakan untuk pembelajaran jarak jauh.
6. Film
Dalam media ini terjadi pengabungan dari media audio dan media visual.
Informasi yang disampaikan dengan menggunakan cara ini lebih menarik dan
lebih efektif.
7. Televisi
Penggunaan media ini memiliki keunggulan yang lebih banyak
dibandingkan dengan menggunakan siaran radio atau film, dan dengan jangkauan
yang lebih luas. Informasi yang ada di dalam televisi tidak hanya satu jenis
informasi saja, hal ini berkaitan dengan banyaknya saluran yang bisa kita tonton
di televisi.
8. Tape atau Video Cassete
Media ini memiliki keungggulan yang dimiliki oleh media rekaman ,film
dan telivisi. Dalam media ini proses perekaman yaitu perekaman gambar dan
suara yang bisa diputar ulang. Informasi yang ada di dalam tape atau video
cassette bisa beragam tergantung dari apa yang kita rekam.
9. Komputer
Komputer merupakan media yang canggih serta mampu menerima
menyimpan dan memproses informasi. Pengunaan informasi pada komputer bisa
sangat lama dan tidak terbatas dalam jumlah yang banyak.
Penggunaan komputer dalam bentuk:
a) belajar mandiri berdasar informasi yang telah ada dan memanfaatkan
program yang sudah ada pada komputer,
b) menyimpan bahan atau informasi,
c) belajar bahasa komputer yang khas, dan
d) belajar komputerisasi dengan bantuan tutor.
Pembelajaran dengan menggunakan komputer selalu mengalami
pengembangan hingga pada saat ini dengan beragam model pengembangan.
Pengembangan komputer selalu diikuti oleh perkembangan media baik audio
maupun visual. Dengan memanfaatkan komputer kita bisa memanfaatkan Audio-
9

Visual Aids (AVA) dalam pembelajaran. Hills dan Hamalik (2013) AVA adalah
media yang mempengaruhi indra penglihatan dan pendengaran secara bersamaan.

2.1.1.3 Media Video


Media dalam proses proses pembelajaran diartikan sebagai alat elektronik,
photograpy, grafik yang menyampaikan informasi audio maupun visual kepada
siswa sehingga mereka mampu menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi yang mereka dapatkan. Media dalam pembelajaran dapat
menyampaikan informasi dengan lebih jelas sehingga terjadinya peningkatan
proses dan hasil belajar (Mufarokah, 2009).
Video merupakan salah satu media pembelajaran yang termasuk kedalam
jenis Audio-Visual aids (AVA), yaitu media yang dapat dilihat dan didengar.
Informasi yang terdapat pada video bersifat nyata dan merupakan suatu contoh
konkret. Media audio motion visual (media audio visual gerak) merupakan media
yang paling lengkap karena media ini meiliki suara, gerakan dan bentuk objek
yang bisa di lihat (video atau animasi). Mata memiliki peran untuk menyimpan
informasi atau pengetahuan ke otak sebanyak 75% hingga 87% sedangkan 13%
hingga 25% melalui indra lainnya (Maulana, 2009).
Menurut Baugh (2011) seseorang mampu mengingat 90% dari indra
penglihatan, 5% dari indra pendengaran dan 5% dari indra lainnya. Media video
dapat menyampaikan informasi dengan cepat serta mempengaruhi emosi dari
penerima informasi. Menurut Bandura dan Walter (2007) media audiovisual
mampu mempengaruhi pola perilaku dari orang yang melihatnya dan
menyesuaikan dengan pola perilaku yang ada pada media. Informasi yang bisa
diingat dari gambar adalah sebesar 65% sedangkan penyampaian informasi
dengan menggunakan suara bisa diingat sebesar 40%.
Gambar lebih menarik untuk menyampaikan informasi, sedangkan suara
untuk memikat perhatian yang teralih. Menurut Dwyer (2014) video mampu
mempengaruhi penerimaan informasi sebesar 94% pada manusia melalui mata
dan telinga. Orang pada umumnya bisa mengingat informasi sekitar 50% dari apa
yang mereka tonton.
10

Video sebagai media pembelajaran adalah media yang menggunakan


gabungan audio dan visual yang di sajikan secara bersamaan. Video pembelajaran
adalah media yang di gunakan untuk menyampaikan pesan-pesan pembelajaran
yang berisi konsep, prinsip, prosedur, ataupun teori-teori aplikasi pengetahuan
yang berguna untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan (Riyana, 2007)

2.1.1.3.1 Keunggulan Media Video


Media video merupakan salah satu jenis dari media audiovisual yang
memanfaatkan audio dan visual bersamaan, namun tiap media memiliki
keunggulan dan kelemahan masing masing (Sadiman. et al., 2014). Berikut
beberapa keunggulan dari media video:
1. Menarik perhatian untuk jangka waktu yang singkat dari faktor pengalih
perhatian dari luar.
2. Dengan memanfaatkan video mahasiswa bisa mendapatkan informasi dari
para ahli.
3. Contoh atau suatu demonstrasi yang sulit bisa disampaiakn lewat rekaman
video sementara penyaji fokus menjelaskannya.
4. Penyajian atau melihat rekaman video dapat dilakukan berulang-ulang
dengan informasi dan gerakan yang sama.
5. Bisa melihat objek yang berbahaya lebih aman, seperti melihat singa atau
hewan buas lainnya.
6. Volume suara yang bisa diatur bila ingin menjelaskan suatu bagian.
7. Video bisa diplay dan dipause dalam penggunaannya sesuai keinginan
penyaji informasi bila ada bagian tertentu yang ingin dijelaskan.
8. Tidak perlu ruangan gelap dalam penyajiannya.

2.1.1.3.1 Kelemahan Media Video


Media video memiliki banyak keunggulan, selain memiliki banyak
keunggulan media video memiliki beberapa kelemahan dalam menyajikan
informasi. Berikut beberapa kelemahan dari media video:
11

1. Perhatian dari para peserta akan sulit dikuasai


2. Partisipasi dari para peserta jarang dipraktekkan
3. Perlu mencari umpan balik karena informasi yang disampaikan lebih
bersifat satu arah.
4. Objek yang ditampilkan terkadang kurang jelas
5. Peralatan yang diperlukan harganya mahal.

2.1.2 Metode ceramah.


2.1.2.1 Definisi
Metode ceramah merupakan salah satu cara komunikasi kepada suatu
kelompok tertentu, yang mana materi yang di sampaikan adalah materi
pendidikan, penerangan, serta pengajaran secara lisan yang disampaikan oleh
seseorang. Peserta mendengar materi yang disampaikan dan mencatat materi
yang dianggap penting. Menurut prayitno (1999) metode pendidikan yang
menyampaikan materi sesuai dengan pembagian topik yang telah dibuat, dan
berbentuk abstrak karena hanya berbentuk penjelasan.
Metode ceramah merupakan sebuah metode klasik yang telah ada sejak
lama. Metode ceramah berpusat kepada manusia untuk menyampaikan informasi
kepada peserta ceramah (Arsyad, 2011). Metode ini menggunakan penyampaian
informasi secara lisan kepada pesertanya, serta perhatian terpusat kepada
informasi yang disampaikan pembicara tanpa adanya contoh yang nyata.
Pengajaran pada metode ceramah bersifat satu arah (one way comunication),
peserta pada metode ini hanya mendengarkan pembicara dan sesekali mencatat
namun peserta bisa bertanya mengenai hal yang kurang mereka pahami bila
mendapat kesempatan dari penyampai informasi (Syah, 2014).
Dalam metode ceramah untuk membuat para peserta lebih termotivasi
pengajar dianjurkan menggunakan alat peraga seefektif mungkin seperti gambar
atau alat sehingga bisa menambah semangat belajar dan mengurangi kelelahan
dari para peserta (Notoatmojo, 2004). Majid (2012) metode ceramah adalah
sebuah metode yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan informasi berupa
pengetahuan kepada peserta didik secara lisan. Ceramah adalah penyampaian
12

lisan kepada siswa oleh guru, ceramah juga berfungsi untuk menyampaikan
informasi (Majid, 2012). Ceramah adalah suatu bentuk interaksi melalui
penjelasan yang disampaikan oleh guru kepada peserta didiknya. Dalam proses
penyampaian informasi menggunakan metode ceramah, penyaji dapat
menggunakan alat bantu seperti gambar atau papan tulis untuk membantu
penjelasannya (Sagala, 2009).
Metode ceramah ataupun metode tatap muka lebih praktis dan fleksibel,
tidak perlu alat yang khusus untuk menyampaikan informasi, bisa melakukan
tanya jawab didalam proses penyampaian informasi, biaya yang murah, dan
peserta dapat juga di berikan dorongan dan motivasi. Kekurangan dari metode
ceramah adalah yang pertama peserta akan cepat bosan karena metode ini tidak
bersifat hiburan. Perlu penyediaan tempat yang dan waktu yang khusus untuk
pelaksanaanya.

2.1.2.2 Cara Melakukan Metode Ceramah


Metode ceramah bisa dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu
metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak
didik dalam interaksi edukatif.
Ada dua hal penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode ini
yaitu:
1. Menetapkan apakah metode ceramah, wajar digunakan dengan
mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut:
a. Tujuan ceramah
b. Materi yang akan disampaikan beserta sumbernya.
c. Waktu, alat, dan fasilitas yang ada.
d. Jumlah peserta ceramah.
e. Teknik berbicara serta penguasaan materi oleh guru.
f. Penentuan metode bantu dalam ceramah.
g. Keadaan pada saat proses penyampaian informasi saat ceramah
berlangsung.
13

2. Langkah – langkah menggunakan metode ceramah adalah sebagai berikut:


a. Tahap persiapan: guru membuat kondisi yang kondusif untuk melakukan
ceramah.
b. Tahap penyajian: guru menyampaikan materi ceramah.
c. Tahap asosiasi: tahap tanya jawab antara penceramah dan siswa, agar
siswa bisa menghubungkan serta membandingkan informasi dari materi
yang diterimanya.
d. Tahap generalisasi dan kesimpulan: tahap memberikan kesimpulan dari
materi yang telah disampaikan.
e. Tahap aplikasi atau evaluasi: penilaian terhadap hasil yang telah dicapai
oleh siswa tehadap materi yang diterima dari guru, evaluasi bisa berupa
tes tertulis, lisan dan lain sebagainya.
Metode ceramah akan lebih efektif apabila dalam pengaplikasiannya
dipadukan dengan metode lain, contohnya seperti metode drill (latihan).

2.1.2.3 Keunggulan dan Kelemahan Metode ceramah


Metode ceramah adalah metode tradisional yang telah digunakan sejak lama
oleh guru-guru dan pendidik, namun metode ceramah memiliki sejumlah
keunggulan sehingga digunakan sampai saat ini.

2.1.2.3.1 Keunggulan Metode Ceramah


Keunggulan metode ceramah menurut Suryosubroto (2002) diantaranya
adalah:
1. Guru dapat menguasai seluruh arah kelas
Guru dapat menentukan arah pembicaraan dengan menentukan topik atau
bahan yang ingin disampaikan kepada peserta didik.
2. Organisasi kelas sederhana
Metode ceramah tidak memerlukan persiapan khusus dan mudah dilakukan,
persiapan yang diperlukan hanya membawa buku catatan atau bahan pelajaran
yang akan disampaikan. Proses penyampaian bahan pelajaran bisa dilakukan
sambil duduk atau berdiri, sedangkan para murid mendengarkan serta mencatat
14

hal-hal yang penting. Metode ceramah murni memiliki batas kelemahan dalam
segi kepentingan belajar murid

2.1.2.3.2 Kelemahan Metode Ceramah


Kelemahan metode ceramah adalah sebagai berikut:
1. Guru tidak mengetahui tingkat pemahaman murid-murid.
2. Murid sering kali memberi pengetian lain dari hal yang dimaksudkan
guru.
Ceramah murni hanya efektif untuk sekitar 15 menit yang pertama,
menit-menit berikutnya daya serap siswa terhadap ceramah mulai menurun
seperti digambarkan pada gambar berikut.

Daya serap

Waktu (menit)
Gambar 2. Diagram efektivitas ceramah murni (W.Gulo, 2005)

Diagram di atas menunjukan bahwa efektivitas dari meteode ceramah murni


semakin lama semakin menurun, penurunan ini disebabkan oleh para siswa yang
merasa jenuh pada jangka waktu tertentu. Meskipun siswa mengalami kejenuhan,
metode ceramah murni tetap bisa diterapkan untuk memberikan pemahaman
kepada siswa. Para siswa akan dapat pengetahuan lebih lanjut tentang suatu materi
dari ceramah yang disampaikan oleh guru. Kejenuhan yang terjadi pada metode
ceramah bisa diatasi dengan menggabungkannya dengan metode belajar yang lain
sehingga keefektifan belajar tetap terjaga.

2.1.3 Pemahaman Materi


15

2.1.3.1 Definisi
Menurut Nana Sudjana, pemahaman adalah bila peserta didik mampu
menjelaskan apa yang dibacanya atau didengarnya dengan kalimatnya sendiri
yang merupakan hasil dari suatu pembelajaran yang dilakukannya, serta mampu
memberi contoh ke penerapan kasus lain. Menurut Winkel dan Mukhtar (2012),
pemahaman adalah bila seseorang mampu menangkap makna dan arti dari apa
yang dipelajari. seseorang mampu menguraikan inti dari bahan bacaan, atau
mengubah data yang ia pelajari kedalam contoh lain.
Menurut Benjamin S. Bloom (2009) pemahaman adalah bila seseorang
mampu mengingat, memahami dan melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang.
Dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah apabila seseorang mapu memahami
materi dan melihatnya dari berbagai sudut pandang, serta memberikan contoh dari
apa yang dipelajari kedalam bahasanya sendiri.
Penilaian pemahaman tidak hanya bisa dilakukan dengan orientasi hasil
namun juga harus memenuhi tiga aspek yaitu:
1. Cognitive Domain (Aspek Kognitif)
Terfokus pada aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan cara
berpikir tentang informasi yang didapat.
2. Affective Domain (Aspek Afektif)
Terfokus pada aspek perasaan dan emosi, seperti minat mahasiswa, cara
menyikapi dan mengapresiasi suatu kegiatan, serta cara mahasiswa beradaptasi
dengan keadaan.
3. Psychomotor Domain (Aspek Psikomotor)
Terfokus pada aspek keterampilan motorik seperti cara mempraktekan cara
memasak, gerakan bela diri yang dipelajari.
16

2.2 Kerangka Konsep

Mahasiswa

Metode Pembelajaran

Media

Ceramah Audiovisual

Mendengarkan Video
penjelasan

Diskusi 94% proses pengolaan


informasi (Dwyer,2014)

40% proses mengingat


(Bandura dan Walter, 2007)

Pemahaman Mahasiswa ↑ Pemahaman Mahasiswa ↑↑


17

Gambar 3. Kerangka Konsep


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif menggunakan
desain quasi experimental dengan teknik nonequivalent pretest-posttest. Quasi
experimental adalah bentuk pengembangan dari true experimental design karena
sulit untuk menentukan kelompok yang akan dijadikan kontrol didalam penelitian.
Desain ini mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak sepenuhnya mampu
membatasi dari variabel-variabel luar yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
Teknik nonequivalent pretest-posttest design dilakukan dengan cara
memberikan dua perlakuan berbeda pada dua kelompok populasi untuk melihat
pengaruh dari intervensi yang diberikan. Pemilihan kelompok pada penelitian ini
tidak dilakukan secara acak. Masing-masing kelompok nantinya akan diberikan
pretest pada tahap awal, lalu di-intervensi, dan posttest pada tahap akhir.
Kelompok dalam penelitian ini terbagi menjadi kelompok eksperimen media
audiovisual video (F1), dan kelompok pembanding atau kelompok metode
ceramah dengn penjelasan langsung (F2).
Model rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut:
Kelompok media audiovisual video F1 = 01 X1 02
Kelompok metode ceramah F2 = 03 X2 04
01: Observasi skor pretest terhadap tingkat pemahaman mahasiswa mengenai
kegiatan kepaniteraan klinik pada kelompok metode audiovisual sebelum
intervensi.
02: Observasi skor posttest terhadap tingkat pemahaman mahasiswa mengenai
kegiatan kepaniteraan klinik pada kelompok metode audiovisual sesudah
intervensi.
03: Observasi skor pretest terhadap tingkat pemahaman mahasiswa mengenai
kegiatan kepaniteraan klinik pada kelompok metode ceramah sebelum intervensi.
04: Observasi skor posttest terhadap tingkat pemahaman mahasiswa mengenai
kegiatan kepaniteraan klinik pada kelompok metode ceramah setelah intervensi.

17
18

X1 : Intervensi (Kelompok perlakuan dengan metode audiovisual video tahap


kepaniteraan klinik).
X2 : Kontrol (Kelompok perlakuan dengan metode ceramah tentang tahap
kepaniteraan klinik).
Kuesioner dan penjelasan pada penelitian ini yang disampaikan dengan
metode ceramah maupun video audiovisual tahap kepaniteraan klinik memiliki
informasi yang sama agar benar-benar terlihat perbedaan jawaban dari kedua
kelompok penelitian. Bila kedua data dari intervensi berbeda maka kita tidak bisa
menilai perbedaan efektivitas metode ceramah dibandingkan dengan media video
audiovisual.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 di kampus Madang
fakultas kedokteran Universitas Sriwijaya.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2013 yang sedang
menjalani pendidikan semester 7, dan akan menjalani tahap kepaniteraan klinik.

3.3.2 Sample dan Besar Sampel


3.3.2.1 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa kampus Madang Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang yang memenuhi kreteria Inklusi.
Perhitungan jumlah sample
𝑍 +𝑍 𝑆
n1 = n2 = { }2
𝑋 −𝑋

n = sampel
Zα = deviat baku alfa
Zβ = deviat baku beta
S = simpang baku dari selisih nilai antar kelompok
X1 – X2 = selisish minimal rerata yang dianggap bermakna
19

maka besar sample yang diperlukan pada penelitian ini adalah :


,64+ , 8 4
n1 = n2 = { }2 = 34,11 (dibulatkan menjadi 35)

dengan demikian besar sampel yang dibutuhkan masing msing kelompok


percobaan adalah sebanyak 35 sample penelitian.

3.3.2.2 Teknik Sampling


Subjek yang dijadikan sampel pada penelitian ini dipilih dengan
menggunakan teknik random sampling yaitu teknik pengumpulan sampel dengan
memilih kelompok populasi sampel penelitian. Setiap individu didalam populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian, dan pemilihan
sampel dilakukan secara acak sebagai perwakilan dari suatu populasi. Pemilihan
sample didasarkan dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang ada.

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


3.3.3.1 Kriteria Inklusi
1. Mahasiswa tingkat akhir pendidikan S1 Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya
2. Mahasiswa yang belum pernah mendapat pengetahuan tentang tahap
kepaniteraan klinik
3. Mahasiswa yang bersedia mengisi Kuesioner

3.3.3.2 Kriteria Eksklusi


1. Mahasiswa yang sudah pernah menonton video tentang kegiatan
kepaniteraan klinik.
2. Mahasiswa yang tidak menyelesaikan pengenalan kegiatan kepaniteraan
klinik dengan menggunakan metode pembelajaran.
3. Mahasiswa yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.

3.4 Variabel penelitian


3.4.1 Variabel Independent
1. Metode pembelajaran
20

3.4.2 Variabel Dependent


1. Pemahaman mahasiswa tentang tahap kepaniteraan klinik

3.5 definisi Operasional Penelitian


1. Pemahaman Mahasiswa
Definisi : Definisi pemahaman yang diungkapan oleh para ahli. Menurut
Nana Sudjana, pemahaman adalah bila peserta didik mampu
menjelaskan apa yang dibacanya atau didengarnya dengan
kalimatnya sendiri yang merupakan hasil dari suatu
pembelajaran yang dilakukannya, serta mampu memberi contoh
yang diterapkan pada kasus lain. Menurut Winkel dan
Mukhtar (Sudaryono, 2012), pemahaman adalah bila seseorang
mampu menangkap makna dan arti dari apa yang di pelajari.
seseorang mampu menguraikan inti dari bahan bacaan, atau
mengubah data yang ia pelajari kedalam contoh lain.
Alat Ukur : Kuesioner
Cara Ukur : Penilaian menggunakan skala Likert
Hasil ukur : 1. Tingkat pemahaman baik bila jawaban lebih dari 80% benar
2. Tingkat pemahaman cukup bila Jawaban 65%-80% benar
3. Tingkat Pemahaman Kurang bila jawaban Kurang dari 65%
benar
Skala data : Nominal

2. Metode Pembelajaran
Definisi : Metode adalah penerapan dari cara untuk mencapai hasil yang
optimal sesuai dengan rencana kegiatan yang sudah disusun
(Wina Sanjaya, 2008). Metode pembelajaran adalah suatu cara
yang digunakan supaya terjadinya proses pembelajaran dengan
memanfaatkan teknik dan sumberdaya pendidikan didalam
prinsip dasar pendidikan yang ada (Abdurrahaman Ginting
2008). Keberhasilan metode pembelajaran sangat dipengaruhi
oleh cara dan media yang digunakan oleh pengajar.
21

Jenis metode : 1. Metode pembelajaran media audiovisual


2. metode pembelajaran metode ceramah
Alat Ukur : Kuesioner
Cara Ukur : Penilaian menggunakan uji Independent Sample T Test
Hasil ukur : Efektif bila mencapai hasil yang ditentukan
1. Rerata hasil posttest benar mencapai atau lebih dari 75%
Skala data : Nominal

3. Media Audiovisual
Definisi : Media audiovisual merupakan gabungan beberapa media yang
disatukan, memiliki unsur audio dan visual. Menurut Hills
dalam Hamalik (2013) media audiovisual adalah suatu penyajian
secara realitas atau nyata suatu pengalaman yang mempengaruhi
indra pengelihatan dan pendengaran. Audiovisual memiliki
konten atau isi yang menyampaikan pengalaman yang nyata
atau konkret. Tujuan dari pengalaman konkret yang
disampaikan adalah agar bisa mengembangkan sikap dari
penerima informasi, membuat simulasi aktivitas secara nyata,
dan membuat contoh yang lebih jelas serta mudah dipahami
(Abdulhak, dan Dermawan, 2013)

4. Metode Ceramah
Definisi : Metode ceramah merupakan sebuah metode klasik yang telah ada
sejak lama. Metode ceramah berpusat kepada manusia untuk
menyampaikan informasi kepada peserta ceramah (Arsyad,
2011). Metode ini menggunakan penyampaian informasi secara
lisan kepada pesertanya, serta perhatian terpusat kepada
informasi yang disampaikan pembicara tanpa adanya contoh
yang nyata. Pengajaran pada metode ceramah bersifat satu arah
(one way comunication), peserta pada metode ini hanya
mendengarkan pembicara dan sesekali mencatat. peserta bisa
22

bertanya bila mendapat kesempatan dari penyampai informasi


(Syah, 2014).
3.6 Cara Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner atau angket
adalah daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada subjek yang diteliti
untuk mendapatkan tanggapan, informasi jawaban. Kuesioner diberikan sebelum
perlakuan atau pretest dan setelah perlakuan atau posttest. Pertanyaan yang
diajukan pada saat pretest dan posttest adalah sama. Pretest digunakan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan awal responden. Sedangkan posttest digunakan
untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap peningkatan
pengetahuan responden.

3.7 Cara Pengolahan dan Analisis Data


3.7.1. Metode Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, kemudian data diolah dengan cara sebagai berikut :

a. Editing
Hasil dari kuesioner atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui
kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau teryata masih ada
data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan
pengulangan, maka kuesioner tersebut dikeluarkan.

b. Coding
Setelah semua data terkumpul dan diedit, tahap selanjutnya adalah memberi
kode-kode terhadap data-data yang ada berdasarkan kategori yang telah
dibuat oleh penulis. Lembaran kode berisi nomor responden, dan nomor-
nomor pertanyaan.
c. Transfering
Data yang telah dikode dimasukan dalam komputer kemudian data tersebut
diolah dengan program komputer. Program yang digunakan adalah program
SPSS.
23

d. Tabulating
Tabulating merupakan proses pembuatan tabel dari data-data dari masing-
masing variabel penelitian yang kita lakukan agar mudah dibaca (dummy
table).

3.7.2. Analisa Data


1. Uji Homogenitas
Salah satu syarat untuk melakukan penelitian eksperimen adalah
homogenitas dari variansi penelitian. Uji homogenitas adalah uji yang dilakukan
untuk melihat persamaan atau perbedaan variansi dua buah distribusi atau lebih
dari subjek penelitian yang akan diberikan perlakuan.

2. Analisa Univariat
Analisa data univariat adalah analisa data yang digunakan untuk
menganalisa distribusi frekuensi data variabel pada suatu penelitian. Analisa
univariat pada penelitiaan ini dilakuakan pada tingkat pemahaman mahasiswa
kedokteran FK Unsri angkatan 2013 menghadapi tahap kepaniteraan klinik.
Deskripsi karakteristik dilakukan untuk melihat gambaran atau deskripsi dari
setiap variabel yang diteliti, yaitu baik variabel tergantung maupun variabel bebas.
Hasil dari penelitian ini akan ditampilkan dengan bentuk tekstual dan tabel.

2. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang berguna untuk melihat distribusi data normal
atau tidak. Uji ini berguna untuk mengetahui distribusi data pada populasi
terdistribusi secara normal atau tidak serta untuk menentukan rumus yang akan
digunakan nantinya. Uji normalitas data pada suatu penelitian dilakukan sebelum
peneliti mengolah data berdasarkan model-model penelitian yang digunakan.
Analisis stastistik dapat menggunakan pendekatan parametrik jika data peneltian
24

berdistribusi normal, sedangkan pendekatan non-parametrik bisa digunakan jika


data tidak berdistribusi normal.

3. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel penelitian. Analisa bivariat pada penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui efektivitas metode audiovisual dibandingkan metode ceramah
terhadap tingkat pemahaman mahasiswa tingkat akhir pendidikan S1 Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya mengenai kegiatan kepaniteraan klinik . Analisa
bivariat akan dilakukan dengan menggunakan uji T-test berpasangan dengan
tingkat kemaknaan (α) yang digunakan adalah 5%, disebut juga tingkat
kepercayaan 95%.
Keputusan dari hasil uji stastistik menggunakan p value. Nilai p atau p value
diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana perbedaan yang terjadi
(bermakna atau tidak bermakna) antara 2 kategori atau lebih yang dibandingkan.
Jika p value ≤ α maka ada hubungan yang bermakna antara 2 variabel,
sebaliknya jika p value ≥ α maka tidak ada hubungan yang bermakna antara 2
variabel.
25

3.8 Kerangka Operasional

Populasi

Kriteria
Inklusi
Kriteria
Eksklusi

Sample

pengisian kuesioner pretest


(sebelum intervensi)

Intervensi

Pengisian Kuesioner postest


(sesudah intervensi)

Pengolahan data dan analisis

Penyajian data
(hasil penelitian)

Laporan akhir skripsi


26

Gambar 4: Kerangka Operasional


BAB IV
HASIL

4.1 Hasil Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya,
kampus Madang pada bulan November 2016. 70 orang yang menjadi subjek
penelitian ini merupakan mahasiswa angkatan 2013 yang akan segera menjalani
tahap kepaniteraan klinik. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian
kuantitatif menggunakan desain quasi experimental dengan teknik nonequivalent
pretest-posttest. Penelitian ini menggunakan dua kelompok penelitian yaitu
kelompok media audiovisual dan kelompok metode ceramah. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan efektivitas media audiovisual dan
metode ceramah dalam menyampaikan informasi kepada mahasiswa angkatan
2013 mengenai kegiatan kepaniteraan klinik.

4.1.1 Uji Homogenitas


Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan untuk melihat pengetahuan,
kesiapan dan pendapat mahasiswa mahasiswa mengenai kegiatan kepaniteraan
klinik sebelum dilakukan intervensi berupa metode pembelajaran yang
menggunakan media audiovisual dan metode ceramah. Untuk melihat
homogenitas pengetahuan mahasiswa dilakukan dengan menggunakan levene’s
test dan didapatkan p value sebesar 0,278. Mahasiswa angkatan 2013 rata-rata
memiliki tingkat pengetahuan, kesiapan, dan pendapat yang sama tentang
kegiatan kepaniteraan klinik sebelum dilakukan intervensi.

Tabel 1. Uji homogenitas pengetahuan, kesiapan, dan pendapat mahasiswa


angkatan 2013 tentang kegiatan kepaniteraan klinik (N=70).
Kelompok Jumlah (n) p value
Audiovisual 35
0,278
Ceramah 35

26
27

4.1.2 Hasil Analisis Univariat


Pemahaman mahasiswa pada kelompok media audiovisual dan metode
ceramah yang dilihat dari hasil pretest yang dilakukan adalah 100% (N=70)
termasuk ke dalam tingkat pemahaman kurang. Hasil posttest yang dilakukan
pada kelompok metode pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual
setelah dilakukan intervensi maka didapatkan 85,7% (N=30) termasuk kedalam
kategori tingkat pemahaman baik. Sedangkan pada kelompok metode
pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah setelah dilakukan intervensi
didapatkan hasil 51,4% (N=18) termasuk kedalam kategori tingkat pemahaman
cukup. Secara keseluruhan hasil posttest kedua kelompok metode pembelajaran
10% (N=7) termasuk kedalam kategori tingkat pemahaman kurang.

Tabel 2. Hasil Pretest dan Posttest Tentang Tingkat Pemahaman Mahasiswa


dengan Menggunakan Metode Audiovisual dan Metode Ceramah (N=70)

Jumlah Pemahaman mahasiswa


Kelompok
(n) Baik Cukup Kurang
Pretest 35 0% 0% 100%
Audiovisual
Posttest 35 85,7% 11,4% 2,9%
Pretest 35 0% 0% 100%
Ceramah
Posttest 35 31,4% 51,4% 17,1%
Pretest 70 0% 0% 100%
Total
Posttest 70 58,55% 31,45% 10%

4.1.3 Tes Normalitas


Sebelum dilakukan analisis data bivariat maka perlu dilakukan uji
normalitas terlebih dahulu dengan menggunakan analisis Shapiro-Wilk, Data
berdistribusi normal jika p value > 0,05. Setelah dilakukan uji normalitas pada
data kelompok media audiovisual maka didapatkah hasil p value = 0,063 pada
pretest dan p value = 0,004 pada posttest. Sedangkan uji normalitas yang
28

dilakukan pada kelompok metode ceramah mendapatkan hasil p value = 0,006


pada prestest dan p value = 0,295 pada posttest.

Dari data yang didapatkan dari hasil data berdistribusi normal pada pretest
kelompok media audiovisual dan posttest kelompok metode ceramah dengan p
value > 0,05, namun data berdistribusi tidak normal pada posttest kelompok
media audiovisual dan pretest kelompok metode ceramah dengan p value < 0,05.
Bila ada salah satu data yang berdistribusi tidak normal maka semua data
dianggap berdistribusi tidak normal. Pendekatan yang dilakukan pada penelitian
ini adalah pendekatan non-parametrik dengan menggunakan Wilcoxon Signed
Ranks test dan Mann-Whitney test.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi hasil pretest dan posttest Metode Audiovisual dan
Ceramah

Shapiro-Wilk
Kelompok
Jumlah (n) SD P value
Pretest 35 13,05 0,063
Audiovisual
Posttest 35 6,79 0,004
Pretest 35 9,40 0,006
Ceramah
Posttest 35 8,73 0,295

4.1.4 Analisis Bivariat


Tabel 13 menunjukan selisih hasil dari pretest dan posttest pemahaman
mahasiswa dengan menggunakan intervensi berupa media audiovisual 22,27%, tes
signifikansi yang dilakukan menggunakan Wilcoxon Signed Ranks test dengan
tingkat signifikansi 5% atau p value 0,05. Setelah dilakukan tes signifikansi pada
kelompok media audiovisual didapatkan p value = 0,00 (p<0,05), artinya ada
perbedaan bermakna pada hasil pretest dan posstest yang dilakukan.
29

Pada kelompok metode ceramah didapatkan selisih hasil pretest dan


posttest 9,82%, tes signifikansi menggunakan Wilcoxon Signed Ranks test dengan
tingkat signifikansi 5% atau p value 0,05. Setelah dilakukan tes signifikansi pada
kelompok media audiovisual didapatkan p value = 0,00 (p<0,05), artinya ada
perbedaan bermakna pada hasil pretest dan posttest yang dilakukan. Pada kedua
kelompok terjadi peningkatan pemahaman yang bermakna dilihat dari hasil
pretest dan posttest yang dilakukan akan tetapi tingkat pemahaman mahasiswa
dengan menggunakan media audiovisual lebih tinggi dibandingkan pemahaman
mahasiswa dengan menggunakan metode ceramah.

Tabel 4. Analisis Perbedaan Hasil Pretest dan Posttest tentang Tingkat


Pemahaman Mahasiswa dengan Menggunakan Metode Ceramah dan
Audiovisual
Jumlah Rerata Selisih P
Kelompok (n) pemahaman pretest dan value
mahasiswa posttest
Audiovisual Pretest 35 62,4%
22,77% 0,00
Posttest 35 85,17%
Ceramah Pretest 35 59,55%
9,82% 0,00
Posttet 35 69,37%

Tingkat pemahaman mahasiswa dengan mengunakan media audiovisual


mencapai rata-rata 85,17% atau termasuk kedalam kategori tingkat pemahaman
baik, sedangkan dengan metode ceramah mencapai rata-rata 69,37% atau
termasuk ke dalam kategori tingkat pemahaman cukup.

Selisih pemahaman mahasiswa dilihat dari hasil posttest yang dilakukan


pada kedua kelompok mahasiswa menunjukan perbedaan yang signifikan dengan
p value sebesar 0,05 atau disebut juga tingkat kepercayaan 95%. Tes signifikansi
yang dilakukan menggunakan Wilcoxon Signed Ranks test.
30

Tabel 5. Perbandingan Tingkat Pemahaman Mahasiswa dari Hasil Posttest


dengan menggunakan Metode Ceramah dan Audiovisual
Kelompok Jumlah Rerata pemahaman P value
(n) mahasiswa
Audiovisual 35 85,17%
0,00
Ceramah 35 69,37%

Target minimal yang ingin dicapai dalam penelitian adalah sama dengan
atau lebih dari 75% benar. Tingkat pemahaman mahasiswa dengan media
audiovisual mencapai rata-rata 85,17% jawaban benar, sedangkan dengan metode
ceramah mencapai 69,37% jawaban benar. Selisih dari hasil posttest media
audiovisual dan metode ceramah adalah 15,80%, lebih tinggi untuk media
audiovisual. Uji yang dilakukan pada hasil ini adalah tingkat kepercayaan 95%
dengan menggunakan Mann-Whitney test. Media audiovisual lebih efektif dalam
menyampaikan informasi kepada mahasiswa dibandingkan dengan metode
ceramah.

Tabel 6. Perbedaan Efektifitas Media Audiovisual dan Metode Ceramah dari


Persentase Hasil Posttest setelah Intervensi

Kelompok Jumlah Rerata pemahaman Target Hasil


(n) mahasiswa
Audiovisual 35 85,17% 75% Efektif
Ceramah 35 69,37% 75% Kurang efektif

4.1.5 Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan


Setelah dilakukan intervensi berupa pengenalan kegiatan kepaniteraan klinik
kepada mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya,
31

maka dilakukan wawancara terstruktur untuk mengetahui pendapat mahasiswa


tentang tahap kepaniteraan klinik. Wawancara terstruktur dilakukan dengan
mengisi kuesioner yang telah dipersiapakan sebelumnya, dan penilaiannya
menggunakan skala likert.

Sebanyak 97,1% mahasiswa berpendapat pengenalan kegiatan kepaniteraan


klinik perlu diadakan tahun depan. Menurut 95,7% mahasiswa yang menjadi
subjek dalam penelitian ini, pengenalan kegiatan kepaniteraan klinik dengan
metode pembelajaran yang menggunakan media audiovisual dan metode ceramah
dirasakan dapat membantu responden untuk mengenal tahap kepaniteraan klinik.

Tabel 7. Penilaian Kesiapan dan Pendapat Mahasiswa tentang Pengenalan


Kegiatan Tahap Kepaniteraan Klinik

Pertanyaan Jumlah Ya Ragu- Tidak


(n) ragu
Menurut pendapat anda apakah
tahun depan perlu diadakan
70 97,1% 2,9% 0%
kegiatan pengenalan kegiatan
kepaniteraan klinik?
Menurut anda apakah kegiatan
pengenalan kegiatan
kepaniteraan klinik membantu 70 95,7% 4,3% 0%
anda mengenal tahap
kepaniteraan klinik?
BAB V
PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan tanpa melihat perbedaan jenis kelamin dan umur
dari responden yang berasal dari Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya angakatan 2013 dengan jumlah masing-masing 35 responden untuk
kelompok media audiovisual dan kelompok metode ceramah. Responden pada
penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir yang belum mendapat informasi
mengenai kegiatan kepaniteraan klinik.

5.1 Analisis Univariat


5.1.1 Pretest
Dari hasil pretest dari 35 mahasiswa yang menjadi subjek penelitian dengan
memanfaatkan metode belajar yang menggunakan media audiovisual berupa
video semuanya termasuk ke dalam kelompok mahasiswa dengan tingkat
pengetahuan kurang mengenai kegiatan kepaniteraan klinik.
Kelompok perlakuan dengan menggunakan metode ceramah yang
berjumlah 35 orang juga menunjukkan hasil semua mahasiswa termasuk ke dalam
kelompok tingkat pengetahuan kurang mengenai kegiatan kepaniteraan klinik.
Hasil pretest yang didapat dari kedua kelompok perlakuan menunjukkan bahwa
semua mahasiswa yang menjadi subjek penelitian memiliki tingkat pengetahuan
yang kurang tentang kegiatan kepaniteraan klinik.
Tingkat pemahaman mahasiswa diukur dari hasil pretest dan posttest yang
dilakukan dengan menggunakan skala likert. Tingkat pemahaman mahasiswa
terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu tingkat pemahaman baik bila jawaban lebih
dari 80% benar, tingkat pemahaman cukup bila jawaban 65%-80% benar, dan
tingkat pemahaman kurang bila jawaban kurang dari 65% benar (diadaptasi dari
Purwanto, 2012).

32
33

5.1.2 Posttest
Hasil yang diperoleh pada kelompok metode ceramah lebih rendah jika
dibandingkan dengan kelompok media audiovisual dengan rata-rata nilai
pesertanya termasuk ke dalam kategori tingkat pemahaman baik. Kelompok
mahasiswa dengan metode ceramah bisa menerima informasi yang disampaikan
pembicara dengan baik namun tidak sebaik pada kelompok media audiovisual.
Hal ini juga terlihat pada penelitian Bastari (2009) yang menyatakan media
audiovisual berupa video lebih unggul dalam menyampaikan informasi
dibandingkan dengan metode klasikal atau metode ceramah.
Metode ceramah juga efektif dalam menyampaikan informasi kepada
mahasiswa, namun tidak sama efektifnya dengan media audiovisual. Secara
keseluruhan terjadi peningkatan pemahaman mengenai kegiatan kepaniteraan
klinik pada kedua kelompok metode pembelajaran. Rata-rata mahasiwa di kedua
kelompok termasuk ke dalam kategori tingkat pemahaman baik dan cukup,
hanya sedikit mahasiswa yang termasuk ke dalam kategori tingkat pemahaman
kurang.

5.2 Analisis Bivariat


Analisis data bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan yang
bermakna dari variabel independen dan variabel dependent. Uji ini digunkan
untuk membandingkan nilai posttest kedua kelompok setelah dilakukan intervensi
berupa video dan penjelasan langsung kepada mahasiswa mengenai kegiatan
kepaniteraan klinik. Pendekatan yang digunakan menggunakan analisis data
Paired Sample t-Test guna melihat perbedaan yang ada pada kedua kelompok
dengan tingkat kepercayaan 95%. Perbedaan kedua kelompok dilihat dari nilai
posttest dikatakan bermakna jika p value lebih kecil atau sama dengan 0,05.

5.2.1 Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest Kedua Kelompok.


Rerata nilai yang didapatkan dari posttest yang dilakukan pada kelompok
media audiovisual terjadi peningkatan dibandingkan dengan nilai pretest-nya,
34

pada kelompok metode ceramah juga terjadi peningkatan nilai posttest


dibandingkan nilai pretest-nya namun peningkatan nilainya tidak sebesar
peningkatan yang terjadi pada kelompok media audiovisual. Hal ini menunjukkan
bahwa media video lebih unggul dibandingkan dengan metode ceramah dalam
menyampaikan informasi serta dapat mempengaruhi tingkat pemahaman
mahasiswa. Hasil ini juga terlihat pada penelitian Silwadi (2015) yang
menunjukkan bahwa tingkat pemahaman kelompok intervensi berupa audiovisual
video lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok intervensi ceramah berupa
penjelasan.
Nilai tertinggi yang didapatkan dari hasil posttest yang dilakukan pada
kelompok media audiovisual adalah 31, sedangkan nilai tertinggi yang didapatkan
dari hasil posttest yang dilakukan pada kelompok metode ceramah adalah 27. Dari
hasil yang didapatkan pada kedua kelompok menunjukkan penerimaan informasi
dengan menggunakan media audiovisual lebih baik dibandingkan metode
ceramah. Hal ini sesuai dengan kerucut pengalaman Dale (2011) yang
menunjukkan pemahaman seseorang lebih baik jika menerima informasi dengan
melihat dan mendengar secara bersamaan dibandingkan dengan mendengarkan
saja.
Walaupun peningkatan pemahaman pada kelompok media audiovisual lebih
baik dibandingakn dengan kelompok metode ceramah, namun peningkatan
pemahaman yang terjadi pada kelompok metode ceramah juga bermakna. Salah
satu keunggulan metode ceramah adalah diskusi, di dalam diskusi para peserta
meteode ceramah bisa bertanya hal yang bersifat kurang jelas terkait informasi
yang mereka terima kepada pembicara. Hal ini sesuai dengan pendapat Syah
(2014) yang menyatakan bahwa peserta pada metode ceramah hanya
mendengarkan pembicara dan sesekali mencatat, namun peserta bisa bertanya
mengenai hal yang kurang mereka pahami bila mendapat kesempatan dari
pembicara.
Pemahaman mahasiswa mengenai kegiatan kepaniteraan klinik lebih tinggi
pada kelompok media audiovisual jika dibandingkan dengan kelompok metode
ceramah. Tes signifikansi yang dilakukan menggunakan Wilcoxon Signed Ranks
35

test dengan tingkat signifikansi 5% atau p value 0,05. Setelah dilakukan tes
signifikansi terhadap tingkat pemahaman mahasiswa mengenai kegiatan
kepaniteraan klinik didapatkan p value = 0,00 (p<0.05), artinya ada perbedaan
bermakna terhadap tingkat pemahaman mahasiswa mengenai kegiatan
kepaniteraan klinik pada kedua kelompok.

5.2.2 Perbedaan Efektivitas Media Audiovisual dan Metode Ceramah.


Untuk mengatasi keterbatasan dana waktu dalam penelitian maka penilaian
perbedaan efektifitas dilakukan dengan menentukan batas atau target yang ingin
dicapai. Suatu metode dikatakan berhasil atau efektif bila mencapai target
minimal 75% (Jihad, dan Haris, 2013).
Nilai posttest yang diperoleh dari kelompok metode audiovisual telah
melewati target yang ditentukan yaitu 75%, sedangkan nilai posttest yang
diperoleh dari kelompok ceramah masih dibawah target. Antusiasme mahasiswa
pada saat menonton video kegiatan kepaniteraan klinik terbilang cukup tinggi.
Ketertarikan mahasiswa dalam mengikuti kegiatan menonton video bersama juga
menjadi faktor yang mempengaruhi jawaban pada kuesioner mahasiswa.
Pada kelompok metode ceramah juga terjadi peningkatan nilai posttest
dibandingkan nilai pretest, namun tidak sebesar pada kelompok media
audiovisual. Pada penelitian ini diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa media
audiovisual mempengaruhi penerimaan informasi lebih baik jika dibandingkan
dengan metode ceramah.
Media audiovisual yang digunakan sebagai intstrumen intervensi dapat
mempengaruhi penerimaan informasi melalui indra penglihatan dan pendengaran
secara bersamaan sehingga terjadinya peningkatan pemahaman mahasiswa.
Penelitian ini sesuai dengan pendapat Dwyer (2014) yang menyatakan bahwa
video mampu mempengaruhi penerimaan informasi sebesar 94% pada manusia
melalui mata dan telinga. Informasi yang bisa diingat dari gambar adalah sebesar
65%, sedangkan informasi dengan menggunakan suara bisa diingat sebesar 40%.
Kelompok media audiovisual telah memenuhi batasan atau target yang telah
ditetapkan pada penelitian. Dari hasil yang diperoleh dari kedua kelompok dapat
36

disimpulkan bahwa metode audiovisual lebih efektif jika dibandingan dengan


metode ceramah. Tes signifikansi dilakukan dengan akurasi tingkat kepercayaan
95% atau p value 0,05 untuk melihat apakah ada perbedaan bermakna pada
efektivitas media audiovisual dibandingkan dengan metode ceramah. Setelah
dilakukan tes signifikansi didapatkan p value = 0,00 (p<0.05), artinya ada
perbedaan bermakna terhadap efektivitas media audivisual dan metode ceramah
dalam menyampaikan informasi mengenai kegiatan kepaniteraan klinik. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Dale (2011) bahwa media audiovisual adalah suatu
media yang menggunakan mata dan telinga secara bersamaan dalam menerima
informasi sehingga proses penerimaan informasi menjadi lebih efektif

5.3 Evaluasi Pelaksanan Kegiatan


Setelah dilakukan pengenalan kegiatan kepaniteraan klinik kepada
mahasiswa angkatan 2013 dengan menggunakan media maka dilakukan survey
untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan. Dari survey yang dilakukan didapatkan
hasil dengan kesimpulan bahwa sebagian besar mahasiswa sudah tahu tentang
kegiatan kepaniteraan klinik (60%) setelah dilakukan intervensi. Kurang dari 50%
mahasiswa merasa siap untuk memasuki tahap kepaniteraan klinik, 11 dari 70
mahasiswa yang menjadi subjek penelitian merasa tidak siap untuk memasuki
tahap kepaniteraan klinik. Pengenalan kegiatan kepaniteraan klinik perlu
dilakukan tahun depan untuk mahasiswa angkatan selanjutnya.

5.4 Keterbatasan Penelitian


Intervensi pada penelitian ini adalah media audiovisual berupa video dan
metode ceramah berupa penjelasan langsung sehingga membutuhkan peralatan
multimedia seperti komputer dan pengeras suara untuk menyampaikan materi.
Informasi yang ada dalam video sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian baik
dari segi kualitas gambar maupun suara. Walaupun gambar dan suara video sudah
bagus dan jelas, namun speaker yang digunakan pada saat penelitian juga
berpengaruh terhadap jawaban mahasiswa yang menerima informasi selaku
subjek pada penelitian ini.
37

Keterbatasan dana dan waktu juga menjadi kendala dalam penelitian ini,
maka untuk mengatasi kekurangan itu peneliti menentukan batasan untuk menilai
efektivitas didasarkan oleh target yang telah ditentukan yaitu rerata jawaban
posttest yang benar mencapai atau lebih dari 75% (Jihad, dan Haris, 2013).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan pada angkatan 2013 di Kampus Madang
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya tentang perbedaan efektivitas media
audiovisual dan metode ceramah dalam menyampaikan informasi mengenai
kegiatan kepaniteraan klinik didapatkan kesimpulan metode pembelajaran dengan
memanfaatkan media audiovisual lebih efektif dibandingkan metode ceramah
dalam menyampaikan informasi kepada mahasiswa tingkat akhir pendidikan S1
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya mengenai kegiatan kepaniteraan
klinik.

6.2. Saran
1. Pengenalan kegiatan kepaiteraan klinik belum pernah dilakukan dengan
menggunakan media audiovisual, pengenalan kegiatan kepaniteraan klinik
pada angkatan selanjutnya sebaiknya dilakukan lebih cepat dengan
memanfaatkan media audiovisual.
2. Karena keterbatasan dana dan waktu pada penelitian ini peneliti
menyarankan agar penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan 4
kelompok yang terdiri dari kelompok kontrol atau kelompok yang sama
sekali tidak mendapat intervensi, kelompok media audiovisual, kelompok
metode ceramah, dan kelompok pembanding atau kelompok dengan
intervensi berupa gabungan media audiovisual dan metode ceramah.
3. Penelitian tidak hanya pada satu angkatan saja tetapi kepada semua
angkatan pada Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya agar mereka lebih
siap dan bisa memperoleh motivasi untuk menghadapi tahap kepaniteraan
klinik.

38
4. Persiapan teknis lebih diperhatikan lagi seperti persiapan speaker karena
mempengaruhi kejelasan suara yang didengar oleh subjek penerima
informasi sehingga berdampak terhadap hasil penelitian.

39
DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, I., Dermawan, D. 2013. Teknologi Pendidikan. PT. Remaja


Rosdakarya, Bandung, Indonesia. hal 81-87.
Al-Silwadi. 2015. Effect of Social Media in Improving Knowledge
Among Patients Having Fixed Appliance Orthodontic Treatment:
A Single-Center Randomized Controlled Trial.
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26232831. di akses 1 agustus 2016)
Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran, edisi 15. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, Indonesia. hal 3,8,10,15,81.
Bastari, M. 2009. Perbandingan Metode Penyuluhan Klasikal dengan Video
Terhadap Pemahaman Tentang Kesehatan Gigi dan Mulut pada Siswa
Sekolah Dasar Islam Az-Zahrah Palembang Tahun 2009. Skripsi pada
Jurusan Kedokteran Gigi Universitas sriwijaya yang tidak dipublikasikan,
hal. 42-43.
Dagun, S. M. 2006. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Lembaga Pengakajian
Kebudayaan Nusantara (LPKN), Jakarta, Indonesia. hal 634.
Dahlan, M.S. 2013. Besar Sample dan Cara Pengambilan Sampel Dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, cet 2. Salemba Medika, Jakarta,
Indonesia. hal 73-75.
Djamarah, Bahri,S. 1999. Psikologi Belajar. Rineka Cipta, Jakarta, Indonesia, hal
22.
Ginting, A. 2008. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Humaniora, Bandung,
Indonesia, hal 42.
Gulo, W. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Grasindo, Jakarta, Indonesia. hal 142.
Hartaji, R.D. 2009. Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Yang Berkuliah
Dengan Jurusan Pilihan Orang Tua. hal 5.
(http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009/Arti
kel_ diakses 10 Juli 2016).
http://kbbi.web.id/kuliah diakses 10 agustus 2016
http://kbbi.web.id/mahasiswa diakses 10 agustus 2016
Jihad, A. Haris A. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Multi Pressindo, Yogyakarta,
Indonesia. hal 75
Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Profesi Pendidikan Dokter Indonesia,
Jakarta. hal xvi.

39
40

Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya, Bandung,


Indonesia. hal 137.
Maulana, H. 2009. Promosi kesehatan. EGC. Jakarta, Indonesia. hal 172
Mufarokah, Anissatul. 2009. Strategi Belajar Mengajar. TERAS, Yogyakarta,
Indonesia., hal 104.
Notoatmodjo, S. 2004. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta,
Indonesia. hal 49
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta,
Jakarta, Indonesia. hal 23
Prayitno, H. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Aneka Cipta, Jakarta,
Indonesia. hal 59
Purwanto, M.N. 2012. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Remaja
Rosdakarya, Bandung, Indonesia. hal 82.
Riyana, Cheppy. 2007. Pedoman Pengembangan Media Video. P3AI UPI.
Jakarta, Indonesia. hal 2.
Sadiman, A. Rahardjo. Anung, H. Harjito. 2014. Media pendidikan, Pengertian,
Pengembangan dan Pemanfaatannya. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
Indonesia. hal 6-7, 74-75.
Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar. Alfaveta, Bandung, Indonesia. hal 201.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, Indonesia 2008, hal 147.
Sanjaya, W. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, cet.4.
Kencana, Jakarta, Indonesia. hal 211.
Sudaryono, 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Graha Ilmu, Yogyakarta,
Indonesia. hal 44.
Sudijono, A. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Rajawali Pers, Jakarta,
Indonesia. hal 50.
Sudjana, N. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja
Rosdakarya, Bandung, Indonesia. hal 24.
Sugandi, A. 2006. Teori Pembelajaran. UPT MKK Unnes, Semarang, Indonesia.
hal 76
Sumarno, A. 2011. Karakteristik Media Video
(http://alimsumarno.blog.unesa.ac.id/artikel/karakteristik-media-video,
diakses 7 Agustus 2016).
41

Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta, Jakarta,


Indonesia. hal 165.
Syah, M. 2014. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Remaja Rosda
Karya, Bandung, Indonesia. hal 200.
42

Lampiran 1. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

PERBEDAAN EFEKTIVITAS MEDIA AUDIOVISUAL DAN METODE


CERAMAH DALAM MENYAMPAIKAN INFORMASI KEPADA
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
MENGENAI KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK
Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya Muhamad Mardian Safitra mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas


Sriwijaya jurusan Pendidikan Dokter Umum, sedang melakukan penelitian
dengan judul “PERBEDAAN EFEKTIVITAS MEDIA AUDIOVISUAL DAN
METODE CERAMAH DALAM MENYAMPAIKAN INFORMASI KEPADA
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
MENGENAI KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK”. Adapun tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efektivitas media
audiovisual dalam menyampaikan informasi kepada mahasiswa serta
membandingkan tingkat pemahaman dari kelompok audiovisual dan metode
ceramah.
Saya mengajak teman-teman untuk berpartisipasi dalam penelitian ini
sebagai responden serta kesediaannnya dalam menjawab pertanyaan di bawah ini
dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki.
Teman-teman bebas memilih ingin ikut serta dalam penelitian ini tanpa
ada paksaan dari pihak manapun. Bila ada hal yang belum jelas, teman-teman
dapat bertanya lebih lanjut kepada saya. Atas perhatian teman-teman, saya
sampaikan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr.Wb
43

Lampiran 2. Lembar Informed Consent

SURAT PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Usia :
Alamat :
Telah membaca dan mengerti informasi yang tercantum pada lembar penjelasan
dan telah diberi kesempatan untuk mendiskusikan dan menanyakan hal tersebut.
Saya bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian “PERBEDAAN
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIOVISUAL DAN METODE CERAMAH DALAM
MENYAMPAIKAN INFORMASI KEPADA MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA MENGENAI KEGIATAN
KEPANITERAAN KLINIK”, tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Saya
akan menjawab seluruh pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dengan sejujur-
jujurnya sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki.

Palembang, 2016
Yang bertanda tangan

( )
44

Lampiran 3. Lembar Pertanyaan/Kuesioner Homogenitas

1. Kuesioner Homogenitas Tingkat Pengetahuan pada Metode Ceramah dan


Metode Audiovisual
Formulir Pemahaman Mengenai Kegiatan Kepaniteraan Klinik
FK UNSRI

a. Background Pekerjaan orang tua


Nama :  Satu medis ( )
NIM :  Dua-duanya medis ( )
 Dua-duanya nonmedis ( )

Perintah
Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang ada di bawah ini dengan pilihan
yang tersedia. Selamat bekerja 
.
A. Pertanyaan Metode Ceramah
No Pertanyaan
Apakah kamu sudah tahu seperti apa tahap kepaniteraan klinik di Fakultas
1
Kedokteran Universitas Sriwijaya?
a. sudah tahu
b. cukup/agak tahu
c. ragu-ragu
d. tidak tahu
e. sangat tidak tahu
Menurutmu seberapa penting mengetahui hal apa saja yang harus
2
dipersiapkan sebelum memasuki sebuah stase?
a. sangat perlu
b. cukup/agak perlu
c. ragu-ragu
d. tidak perlu
e. sangat tidak perlu
3 Menurutmu perlukah diadakan kegiatan pengenalan kegiatan kepaniteraan
45

klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya dengan menggunakan


metode ceramah atau penjelasan?
a. sangat perlu
b. cukup/agak perlu
c. ragu-ragu
d. tidak perlu
e. sangat tidak perlu
Menurutmu seberapa siapkah kamu jika kamu memasuki tahap
4
kepaniteraan klinik sekarang?
a. sangat siap
b. cukup/agak siap
c. ragu-ragu
d. tidak siap
e. sangat tidak siap

B. Pertanyaan Metode Audiovisual


No Pertanyaan
Apakah kamu sudah tahu seperti apa tahap kepaniteraan klinik di Fakultas
1
Kedokteran Universitas Sriwijaya?
a. sudah tahu
b. cukup/agak tahu
c. ragu-ragu
d. tidak tahu
e. sangat tidak tahu
Menurutmu seberapa penting mengetahui hal apa saja yang harus
2
dipersiapkan sebelum memasuki sebuah stase?
a. sangat perlu
b. cukup/agak perlu
c. ragu-ragu
d. tidak perlu
e. sangat tidak perlu
Menurutmu perlukah diadakan kegiatan pengenalan kegiatan kepaniteraan
3 klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya dengan menggunakan
media audiovisual berupa video?
a. sangat perlu
46

b. cukup/agak perlu
c. ragu-ragu
d. tidak perlu
e. sangat tidak perlu
Menurutmu seberapa siapkah kamu jika kamu memasuki tahap
4
kepaniteraan klinik sekarang?
f. sangat siap
g. cukup/agak siap
h. ragu-ragu
i. tidak siap
j. sangat tidak siap
47

Lampiran 4. Lembar Pertanyaan/Kuesioner Intervensi

1. Kuesioner Pretest Dan Posttest Metode Ceramah dan Metode Audiovisual


Formulir Pemahaman Mengenai Kegiatan Kepaniteraan Klinik
FK UNSRI

a. Background Pekerjaan orang tua


Nama :  Satu medis ( )
NIM :  Dua-duanya medis ( )
 Dua-duanya nonmedis ( )
Perintah
Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang ada di bawah ini dengan pilihan
yang tersedia. Selamat bekerja 
1. Anak
No Pertanyaan
Untuk melakukan Follow up cairan pada saat jaga di bangsal anak berupa
1
menghitung
a. menghitung cairan infuse, banyaknya minum, dan menimbang popok
b. menghitung cairan infuse, dan menimbang popok
c. menghitung banyaknya minum dan menimbang popok
d. menimbang popok, dan menghitung jumlah oksigen masuk
e. semua diatas benar
Ca-Ass melakukan Follow up pagi pada pasien saat bertugas di stase anak
2
dimulai dari pukul
a. 7 pagi
b. 9 pagi
c. 8 pagi
d. 6 pagi
e. 5 subuh
Pada saat bertugas di stase anak ada istilah untuk pembagian tiap-tiap
3
divisi. Istilah pembagian divisi di stase anak disebut
a. Block
b. Box
48

c. Bang
d. Dock
e. Clock
Stase anak terdiri dari beberapa divisi. Pembagian divisi di stase anak
4
terbagi menjadi
a. 9 divisi
b. 10 divisi
c. 11 divisi
d. 12 divisi
e. 13 divisi
Pada saat di stase anak, dokter muda dibagi menjadi dokter muda jaga
5 pagi dan dokter muda jaga malam. Jaga malam di stase anak terbagi
menjadi
a. Bangsal, Bedah, Neonatus
b. IGD, Neonatus
c. Bangsal, Neonatus
d. Bedah
e. Bangsal, IGD, dan Neonatus
Setiap pasien punya waktu follow up yang berbeda-beda. Follow up
6
pasien paling cepat pada saat jaga di stase anak yaitu
a. 15 menit
b. 30 menit
c. 45 menit
d. 1 jam
e. 1 jam 15 menit
Setelah 9 minggu bertugas distase anak maka memasuki minngu ke 10
7
atau waktunya ujian. Ujian yang ada di stase anak berupa
a. MCQ, OSCE, dan kasus
b. MCQ, Pesentasi
c. CBT, PBT
d. Referat, Persentasi
e. Semua diatas salah
Hal penting yang harus dikuasai pada saat bertugas di stase anak adalah
8
semua hal yang berhubungan dengan
a. follow up
b. Pediatric skill
49

c. Pelayanan dan penanganan pasien


d. Peralatan pediatric
e. Semua diatas benar

2. Bedah
No Pertanyaan
Banyak hal yang harus disiapkan pada saat memasuki stase bedah. Hal
1 penting yang harus disiapkan di stase bedah selain alat vital sign & log
book adalah
a. Portofolio
b. Buku Sobotta
c. Binder
d. Catatan
e. Contekan
Co-Ass melakukan Follow up pagi pada pasien saat bertugas di stase
2
bedah dimulai pukul
a. 8 pagi
b. 7 pagi
c. 6 pagi
d. 5 pagi
e. 4 pagi
Stase bedah terdiri dari 4 stase mayor dan 5 stase minor. Tugas jaga pada
3
saat distase bedah terdiri dari ?
a. IGD
b. OK IGD
c. Bangsal
d. Semua diatas salah
e. Semua diatas benar
4 Hal yang khas pada saat jaga bangsal di stase bedah adalah ?
a. Death Note
b. Sticky Note
c. Book Note
d. Foot Note
e. Door Note
Setelah dokter muda melakukan follow up pagi pada pasien di stase bedah
5
dokter muda harus ……….. dengan residen sebelum pukul 6.45.
50

a. Mengobrol
b. Makan bersama
c. Minta tanda tangan
d. Jaga
e. Mengawasi
Ilmiah di stase bedah dilakukan diruang konferensi lantai 3 dan
6
dijadwalkan pada pukul ?
a. 7:30-8:30 dan 13:30-14:30
b. 7:00-8:30 dan 13:00-14:00
c. 7:00-9:30 dan 13:00-14:30
d. 7:30-8:30 dan 13:00-14:30
e. 7:00-8:30 dan 13:00-14:30
Pada saat memasuki minggu ujian maka akan ditentukan penguji untuk
7 dokter muda yang bertugas di stase bedah. Penguji untuk ujian dokter
muda di stase bedah ditentukan dengan ?
a. Undian
b. Pemilihan
c. Berdasar logbook
d. Berdasar kehadiran
e. Berdasar pasien yang ditangani
Pada saat di stase bedah ada bimbingan khusus tentang suatu kasus oleh
8 konsulen atau residen yang dilakukan seminggu sekali. Istilah lainnya dari
bimbingan khusus ini adalah ?
a. Skill Lab
b. Tutorial
c. Microbot
d. Micro teaching
e. Self Learning

3. Obgyn
No Pertanyaan
Pada saat dokter muda bertugas di stase obgyn akan ada istilah jaga pagi
1
dan jaga malan. Jaga pagi di stase obgyn terdiri dari
a. Bangsal, IGD,Poli, dan VK
b. Bangsal, dan IGD
c. Bangsal, dan VK
51

d. Bangsal, Poli, dan Vk


e. IGD, poli dan VK
Pada saat dokter muda bertugas di stase obgyn akan ada istilah ronde.
2
Ronde adalah
a. Pengawasan keadaan pasien-pasien serta penjelasan langsung oleh
konsulen tentang kasus pasien
b. Jaga bangsal bersama konsulen dan residen
c. Perkenalan bersama konsulen dan residen
d. Perkenalan pasien
e. Persiapan penangan pasien
3 Dokter muda melakukan ronde di stase obgyn bersama
a. Konsulen dan spesialis
b. Konsulen dan resisdent
c. Resident
d. Konsulen
e. Dokter spesialis
4 Pembagian jaga malam stase obgyn yaitu………
a. IGD
b. VK, OK
c. IGD, OK, dan VK
d. VK, ICU
e. ICU
Ruang bersalin menggunakan singkatan yang berasal dari bahsa belanda
5
secara internasional. Istilah lain dari ruang bersalin yaitu
a. ICU
b. OK
c. IGD
d. VK
e. PKK
6 Setiap tindakan yang dilakukan oleh dokter muda di stase obgyn harus
a. Dibawah supervisi resident
b. Dilakukan sendiri
c. Keputusan mandiri
d. Kehendak bebas
e. Bersama teman-teman
7 Hal yang harus dipersiapkan saat ada pasien inpartu adalah………….
a. Partus Set
52

b. Air hangat
c. Infuse
d. Nebulisasi
e. Oxcitocin
Kegiatan khusus yang Cuma ada di stase obgyn tetapi tidak ada di stase
8
lain yaitu
a. Kegiatan organisasi
b. Kegiatan demonstrasi
c. Kegiatan keagamaan
d. Rapat Kelompok
e. Kegiatan bersama
Ujian pada saat di stase obgyn terdiri dari beberapa ujian. Ujian di stase
9
obgyn terdiri dari
a. Case dan referat
b. Case dan CBT
c. CBT dan OSCE
d. OSCE dan referat
e. OSCE dan CASE

4. Penyakit Dalam
No Pertanyaan
Setiap bertugas di stase bagian akan ada ruangan jaga bagi dokter muda.
1
Ruang dokter muda PDL berada di lantai 2 gedung instalasi
a. Bedah
b. Kulit
c. Penyakit dalam
d. OBGYN
e. IKM
Setiap pasien yang masuk di bagian penyakit dalam harus dilakukan
2 penaganan pertama. Penanganan pertama setiap pasien yang baru masuk
di bagian PDL adalah
a. Follow up
b. Anamesis dan bedrest
c. Pemeriksaan fisik dan pemberian obat
d. Anamesis dan pemeriksaan fisik
e. Pemeriksaan fisik dan bedrest
53

Dokter muda yang bertugas ditiap stase wajib membawa perlengkapan.


3
Perlengkapan wajib di PDL berupa
a. Stetoskop dan tensimeter
b. Oksigen dan nebulisasi
c. Minor set dan tensimeter
d. Stetoskop dan penimbang berat badan
e. Meteran
Stase bagian di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya terbagi menjadi
4 stase mayor dan stase minor. Stase mayor di FK unsri terdiri dari
…………
a. bedah, penyakit dalam, jiwa, dan obgyn
b. bedah, penyakit dalam, anak, dan kulit
c. bedah, penyakit dalam, mata, dan obgyn
d. bedah, penyakit dalam, anak, dan obgyn
e. bedah, penyakit dalam, THT, dan obgyn
Jaga malam di stase penyakit dalam terdiri dari beberapa bagian. Jaga
5
malam di stase PDL terdiri dari
a. Bangsal dan poliklinik penyakit dalam.
b. IGD dan OK
c. IGD dan poliklinik penyakit dalam.
d. A dan B benar
e. A dan C benar
Ca-Ass melakukan Follow up pagi pada pasien saat bertugas di stase
6
penyakit dalam dimulai dari pukul
a. 5:00 pagi
b. 5:30 pagi
c. 6:00 pagi
d. 6:30 pagi
e. 7:00 pagi
Ada kegiatan ilmiah yang dilakukan di stase penyakit dalam. Ilmiah di
7
stase penyakit dalam terbagi menjadi…….
a. Case dan persentasi
b. Case dan referat
c. Case dan bedside teaching
d. Case, referat, dan bedside teaching
e. Case, referat, dan bedrest
54
54

Lampiran 5. Lembar Pertanyaan/Kuesioner Pendapat Mahasiswa

1. Kuesioner Pendapat Mahasiswa Mengenai Pengenalan Kegiatan


Kepaniteraan Klinik dengan Menggunakan Metode Ceramah dan Metode
Audiovisual
Formulir Pemahaman Mengenai Kegiatan Kepaniteraan Klinik
FK UNSRI

a. Background Pekerjaan orang tua


Nama :  Satu medis ( )
NIM :  Dua-duanya medis ( )
 Dua-duanya nonmedis ( )

Perintah
Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang ada di bawah ini dengan pilihan
yang tersedia. Selamat bekerja 

A. Pertanyaan Metode Ceramah


No Pertanyaan
Menurutmu perlukah diadakan kegiatan ceramah penganlan kegiatan
1
kepaniteran klinik tahun depan?
a. Sangat perlu
b. Perlu
c. Tidak tahu
d. Tidak perlu
e. Sangat tidak perlu
Apakah ceramah mengenai keiatan kepaniteraan klinik membantumu
2
memahami tentang tahap kepaniteran klinik?
a. Sangat membantu
b. Membantu
c. Ragu-ragu
d. Tidak membantu
e. Sangat tidak membantu
55

B. Pertanyaan Metode Audiovisual


No Pertanyaan
Menurutmu perlukah diadakan kegiatan menonton video perkenalan
1
pendidikan dokter muda fk unsri tahun depan?
a. Sangat perlu
b. Perlu
c. Tidak tahu
d. Tidak perlu
e. Sangat tidak perlu
Apakah video mengenai keiatan kepaniteraan klinik membantumu
2
memahami tentang tahap kepaniteran klinik?
a. Sangat membantu
b. Membantu
c. Ragu-ragu
d. Tidak membantu
e. Sangat tidak membantu
56

Lampiran 6. Tabel Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

1. Tabel Nilai-nilai r Product Moment

2. Tabel Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner Pretest dan Posttest Metode


Ceramah dan Metode Audiovisual

A. Tes Validasi dan Reliabel Pertanyaan Pembuka dan Penutup


Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,975 6
57

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
P1 18,086 18,904 ,934 ,969
P2 18,143 18,714 ,845 ,978
P3 18,114 18,869 ,976 ,965
P4 18,057 18,879 ,945 ,967
PN1 18,086 18,904 ,934 ,969
PN2 18,229 19,123 ,884 ,973

B. Tes Validasi dan Reliabel Pertanyaan Utama

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,947 32

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
A1 27,057 40,703 ,627 ,945
A2 27,086 40,845 ,548 ,946
A3 27,086 40,669 ,585 ,946
A4 27,086 40,610 ,598 ,946
A5 27,086 40,904 ,535 ,946
A6 27,086 40,610 ,598 ,946
A7 27,086 40,434 ,635 ,945
A8 27,086 40,669 ,585 ,946
B1 27,000 41,941 ,448 ,947
B2 26,971 41,793 ,598 ,946
B3 27,000 41,706 ,513 ,946
B4 26,971 41,970 ,539 ,946
B5 26,971 41,793 ,598 ,946
B6 26,971 42,029 ,519 ,946
58

B7 26,943 42,055 ,723 ,946


B8 26,971 42,029 ,519 ,946
O1 27,114 39,987 ,685 ,945
O2 27,086 40,257 ,673 ,945
O3 27,057 40,408 ,694 ,945
O4 27,057 40,232 ,735 ,944
O5 27,086 40,257 ,673 ,945
O6 27,086 40,081 ,711 ,944
O7 27,114 40,163 ,650 ,945
O8 27,057 40,350 ,708 ,945
O9 27,057 41,114 ,533 ,946
PDL1 27,029 41,323 ,540 ,946
PDL2 27,029 41,264 ,555 ,946
PDL3 27,029 41,087 ,599 ,946
PDL4 27,057 41,467 ,454 ,947
PDL5 27,029 41,499 ,497 ,946
PDL6 27,000 41,353 ,612 ,946
PDL7 27,000 42,059 ,415 ,947

Tes validasi dan reliabel pada penelitian ini menggunakan 35 sampel


penelitian dari kelas B angkatan 2013 Pendidikan Dokter Umum Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya. Pada penelitian ini menggunakan tingkat
kemaknaan (α) yang digunakan adalah 0,05 disebut juga tingkat kepercayaan
95%. Nilai r tabel pada penelitian ini adalah 0,334, kuesioner akan dinyatakan
reliabel serta pertanyaan dinyatakan valid bila r hitung lebih besar dari r tabel.
Nilai r hitung dari penelitian ini adalah r hitung = 0,975, dan r hitung =
0,947 lebih besar dari r tabel 0,334. Dari tabel di atas maka peneliti
menyimpulkan bahwa kuesioner pada penelitian ini reliable dan valid. Kuesioner
pada penelitian ini dapat dipercaya untuk dijadikan alat ukur didalam penelitian,
namun bisa mengukur apa yang hendak diukur oleh peneliti.
59

LaMPIRAN . HASIL TABULATING SPSS

1. TES HOMOGENITAS MENGGUNAKAN T TEST

Descriptives
pertanyaan_homogen
95% Confidence Interval for Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
audiovisual 35 16,5143 1,50238 ,25395 15,9982 17,0304 13,00 20,00
ceramah 35 16,2571 1,35783 ,22951 15,7907 16,7236 12,00 19,00
Total 70 16,3857 1,42740 ,17061 16,0454 16,7261 12,00 20,00

Test of Homogeneity of Variances


pertanyaan_homogen
Levene Statistic df1 df2 Sig.

1,194 1 68 ,278
60

2. METODE PEMBELAJARAN

Case Processing Summary

Cases

Metode Valid Missing Total


Pembelajaran N Percent N Percent N Percent

Persentase Audiovisual 3
100,0% 0 0,0% 35 100,0%
pemahaman pretest 5

Ceramah 3
100,0% 0 0,0% 35 100,0%
5
Persentase posttest Audiovisual 3
100,0% 0 0,0% 35 100,0%
pemahaman 5
Ceramah 3
100,0% 0 0,0% 35 100,0%
5

Descriptives

Metode Pembelajaran Statistic Std. Error


Persentase Audiovisual Mean 62,4107 2,20594
pemahaman 95% Confidence Interval Lower Bound 57,9277
pretest for Mean Upper Bound 66,8937
5% Trimmed
63,0208
Mean
Median 65,6250

Variance 170,316

Std. Deviation 13,05051


Minimum 31,25
Maximum 81,25

Range 50,00

Interquartile
18,75
Range

Skewness -,678 ,398


Kurtosis -,094 ,778

Ceramah Mean 59,5536 1,58954


95% Confidence Interval Lower Bound 56,3232
for Mean Upper Bound 62,7839
61

5% Trimmed
59,9702
Mean
Median 59,3750

Variance 88,432
Std. Deviation 9,40384

Minimum 25,00
Maximum 81,25

Range 56,25

Interquartile
12,50
Range

Skewness -1,109 ,398

Kurtosis 4,648 ,778


Persentase Audiovisual Mean 85,1786 1,14833
posttest 95% Confidence Interval Lower Bound 82,8449
pemahaman for Mean Upper Bound 87,5123
5% Trimmed
85,6399
Mean
Median 84,3750

Variance 46,153
Std. Deviation 6,79359
Minimum 62,50
Maximum 96,88
Range 34,38
Interquartile
6,25
Range
Skewness -1,080 ,398

Kurtosis 2,612 ,778


Ceramah Mean 69,3750 1,47635

95% Confidence Interval Lower Bound 66,3747


for Mean Upper Bound 72,3753
5% Trimmed
69,5685
Mean

Median 71,8750

Variance 76,287
Std. Deviation 8,73423
Minimum 46,88
62

Maximum 84,38

Range 37,50
Interquartile
12,50
Range

Skewness -,218 ,398


Kurtosis -,102 ,778

3. TES NORMALITAS

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
,151 35 ,042 ,942 35 ,063
,133 35 ,122 ,907 35 ,006
,224 35 ,000 ,898 35 ,004
,127 35 ,167 ,964 35 ,295

4. PENINGKATAN PEMAHAMAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum


Persentase pemahaman pretest 35 62,4107 13,05051 31,25 81,25
Persentase posttest pemahaman 35 85,1786 6,79359 62,50 96,88

Wilcoxon Signed Ranks Test


Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Persentase posttest Negative Ranks 0 ,00 ,00
pemahaman - Persentase b
Positive Ranks 34 17,50 595,00
pemahaman pretest Ties 1
c

Total 35

a
Test Statistics
63

Persentase posttest pemahaman -


Persentase pemahaman pretest
b
Z -5,092
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

5. PENINGKATAN PEMAHAMAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Persentase pemahaman pretest 35 59,5536 9,40384 25,00 81,25


Persentase posttest
35 69,3750 8,73423 46,88 84,38
pemahaman
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Persentase posttest Negative Ranks 4 8,88 35,50
pemahaman - Persentase b
Positive Ranks 30 18,65 559,50
pemahaman pretest Ties 1
c

Total 35

a
Test Statistics

Persentase posttest pemahaman -


Persentase pemahaman pretest
b
Z -4,498
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

6. PERBEDAAN EFEKTIVITAS MEDIA AUDIOVISUAL DAN METODE CERAMAH

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Persentase posttest
70 77,2768 11,12096 46,88 96,88
pemahaman
Metode Pembelajaran 70 1,5000 ,50361 1,00 2,00

Mann-Whitney Test
Ranks

Metode Pembelajaran N Mean Rank Sum of Ranks


64

Persentase posttest Audiovisual 35 50,49 1767,00


pemahaman Ceramah 35 20,51 718,00
Total 70

a
Test Statistics

Persentase posttest pemahaman

Mann-Whitney U 88,000
Wilcoxon W 718,000
Z -6,214
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
65

Lampiran 8. Surat Kelayakan Etik


66

Lampiran 9. Lembar Konsultasi


67
68

Lampiran 10. Surat Persetujuan Sidang Skripsi


69

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
Zona F, Gedung I, Kampus Unsri Indralaya, OKI, 30662, Sumatera Selatan, Indonesia, Tel.0711-580227
atau / or Jl. Dr. Moh. Ali Komp.RSMH Palembang 30126, Indonesia, Tel.0711-352342, Fax.0711-373438,
email tu@fk.unsri.ac.id

BIODATA

Foto
Nama : Muhamad Mardian Safitra
Berwarna
Tempat Tanggal Lahir : Manna, 04 maret 1995 3x4

Alamat : Lr. Makmur, Sekip Jaya, Kec. Kemuning, Kota Palembang

Telp/Hp : 081345154315

Email : Muhamadfitrah7@gmail.com

Agama : Islam

Nama Orang Tua


Ayah : Tasulisani S.Pd

Ibu : Leni Maryati S.Pd SD

Jumlah Saudara : 2

Anak Ke : 1

Riwayat Pendidikan :
1. TK Pertiwi 2 Bengkulu Selatan
2. SD Negeri 1 Muara Sahung
3. SD Negeri 17 Bengkulu Selatan
4. SMP Negeri 2 Bengkulu Selatan
5. SMA Negeri 2 Bengkulu Selatan

Palembang, ....... Desember 2016

(Muhamad Mardian Safitra)


PERBEDAAN EFEKTIVITAS MEDIA AUDIOVISUAL DAN METODE
CERAMAH DALAM MENYAMPAIKAN INFORMASI KEPADA
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SRIWIJAYA MENGENAI KEGIATAN
KEPANITERAAN K L I N I K

Muhamad Mardian Safitra1, Mohammad Zulkarnain2, Rizma Adlia Syakurah2

1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia
2. Bagian IKM IKK, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia

E-mail: muhamadfitrah7@gmail.com

Abstrak

Informasi tentang kegiatan kepaniteraan klinik ternyata menentukan proses dan kesiapan mahasiswa dalam
menjalankan tahapan tersebut. Penyampaian informasi mengenai kegiatan kepaniteraan klinik secara langsung sangat
membantu, namun hasil akhirnya nanti sangat dipengaruhi oleh metode penyampaian informasi tersebut. Penerapan
metode ceramah dan media audiovisual dalam menyampaikan informasi memiliki beberapa perbedaan dalam proses
dan pencapaian terhadap tingkat pemahaman mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas
penggunaan metode ceramah dan media audiovisual dalam menyampaikan informasi. Sebanyak 70 subjek penelitian
adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya angkatan 2013 yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok media audiovisual (n = 35) dan kelompok metode ceramah (n = 35). Penyampaian informasi tentang
kegiatan kepaniteraan klinik dilakukan pada satu hari secara bersamaan pada kedua kelompok. Penelitian ini
menggunakan desain quasi experimental dengan teknik nonequivalent pretest-posttest (O X O). Setelah intervensi,
tingkat pemahaman untuk kelompok media audiovisual adalah 85,17% sementara untuk metode ceramah adalah
69,37% (efektif bila > 75%) dengan nilai p<0,05. Penyampaian informasi mengenai kegiatan kepaniteraan klinik
menggunakan media audiovisual secara signifikan lebih efektif dibandingkan dengan penerapan metode ceramah.

Kata kunci: media audiovisual, metode ceramah, pemahaman.

Abstract
The infomation about clinical clerkship determine the process of student readiness to face the stage. Direct clinical
clerkship socialization will be much of help. However, the method for clinical clerkship socialization could determine
the result. Lecture method and audiovisual media practice for sosicialization have few difference in process and student
comprehension accomplishment. The aim of this study are to see difference of effeftiveness between audiovisual and
lecture method in clinical clrekship socialization. A total of 70 medical student of Sriwijaya University batch 2013
divided into two group, the first is the audiovisual group (n = 35) and the second is the lecture method group (n = 35).
Clinical clrekship socialization have done on two group at same day and same time. This research used quasi
experimental with nonequivalent pretest-posttest techniques (O X O). After the intervention, student comprehension for
audiovisual group is 85,17% while for lecture method is 69,37% (effective if the result > 75%) p value <0,05. Clinical
clerkship socialization using audiovisual media is significantly more effective than lecture method practice.

Keywords: Audiovisual media, Lecture methods, comprehension.


1. Pendahuluan menggunakan audiovisual lebih efektif
dibandingkan dengan media yang hanya
Mahasiwa didefenisikan sebagai orang yang memanfaatkan pendengaran atau pengelihatan
belajar di perguruan tinggi1. Mahasiswa saja. Menurut Baugh, proses mengingat
merupakan individu yang belajar atau sedang seseorang 90% didapat dari indra
menimba ilmu dan terdaftar serta menjalani pengelihatan, sebesar 5% dari indra
pendidikan di suatu bentuk perguruan tinggi pendengaran dan 5% sisanya dari indra
yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah lainnya9. Mata memiliki peran untuk
tinggi, institut dan universitas2. Kuliah adalah menyimpan informasi atau pengetahuan ke
suatu proses pembelajaran di perguruan otak sebanyak 75% hingga 87% sedangkan
tinggi3. Menurut Gagne, belajar merupakan 13% hingga 25% melalui indra lainnya10.
proses dari seseorang untuk memperoleh Menurut Hamalik, penggunaaan media
motivasi dalam pengetahuan, tingkah laku, dalam proses pembelajaran dapat
keterampilan, dan kebiasaan4. menimbulkan dampak positif seperti
Pendidikan dokter terbagi menjadi dua menimbulkan minat baru, merangsang
jenjang yaitu pendidikan akademik dan motivasi belajar, dan mempengaruhi
pendidikan profesi dan berguna untuk psikologis mahasiswa9. Media audiovisual
menciptakan dokter yang memenuhi mampu mempengaruhi pola perilaku dari
kompetensi pelaksanaan pelayanan primer. orang yang melihatnya dan menyesuaikan
Dokter adalah seseorang yang menuntaskan dengan pola perilaku yang ada pada media11.
pendidikan dokter baik pendidikan akademik Menggunakan media audiovisual sebagai
maupun pendidikan profesi dari suatu media pembelajaran membuat proses
universitas dalam maupun luar negeri yang pembelajaran two way traffic lebih mungkin
diakui oleh pemerintah Indonesia menurut terjadi sehingga pembelajaran menjadi lebih
peraturan perundang-undangan yang berlaku5. interaktif. Pada penelitian yang dilakukan di
Media bisa digunakaan sebagai alternatif University College London Hospitals NHS
untuk mengenalkan kegiatan kepaniteraan Foundation Trust menunjukkan bahwa
klinik kepada mahasiswa. Media adalah segala menyajikan informasi menggunakan
sesuatu yang bisa digunakan untuk audiovisual lebih efektif dibandingkan dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan6. metode ceramah. Media memiliki peran yang
Berdasar perkembangan teknologi, media besar dalam mempengaruhi ingatan, tingkat
dikelompokan menjadi media cetak, pengetahuan dan perilaku seseorang12.
audiovisual, dan komputer. Hingga penelitian ini dilakukan,
Metode ceramah merupakan metode angkatan 2013 jurusan Pendidikan Dokter
paling mudah untuk menyampaikan informasi Umum Fakultas Kedokteran Universitas
serta sangat efisien bila untuk menyampaikan Sriwijaya yang merupakan mahasiswa tingkat
informasi bila tidak adanya alat peraga dan akhir pendidikan S1 pada tahun 2016 belum
buku7. Pengetahuan yang bisa didapat dari mendapatkan pengenalan mengenai kegiatan
metode ceramah bisa sangat banyak namun kepaniteraan klinik. Penelitian ini bertujuan
tidak membuat mahasiswa memahami apa untuk membandingkan efektivitas penggunaan
yang disampaikan8. Metode ceramah memiliki metode ceramah dan media audiovisual dalam
kelemahan, seperti cepat membosankan, menyampaikan informasi kepaniteraan klinik
sehingga kurang efektif untuk menyampaikan pada mahasiswa tingkat akhir pendidikan S1
informasi. jurusan Pendidikan Dokter Umum Fakultas
Media audiovisual memiliki kelebihan Kedokteran Universitas Sriwijaya.
yang bisa membuat seseorang mengingat
informasi lebih lama dan memberikan
gambaran yang lebih nyata6. Media yang
2. Metode Penelitian pemahaman mahasiwa diukur dari hasil pretest
dan posttest yang dilakukan dengan
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan skala Likert. Tingkat
menggunakan desain quasi experimental pemahaman mahasiswa terbagi menjadi tiga
dengan teknik nonequivalent pretest-posttest. kelompok yaitu tingkat pemahaman baik bila
Kelompok dalam penelitian ini terbagi jawaban lebih dari 80% benar, tingkat
menjadi kelompok eksperimen media pemahaman cukup bila jawaban 65%-80%
audiovisual video (F1), dan kelompok benar, dan tingkat pemahaman kurang bila
pembanding atau kelompok metode ceramah jawaban kurang dari 65%.14
dengan penjelasan langsung (F2). Kuesioner Metode pembelajaran adalah suatu cara
dan penjelasan pada penelitian ini yang yang digunakan supaya terjadinya proses
disampaikan dengan metode ceramah maupun pembelajaran dengan memanfaatkan teknik
media audiovisual berupa video tentang tahap dan sumberdaya pendidikan didalam prinsip
kepaniteraan klinik memiliki informasi yang dasar pendidikan yang ada.15 Penilaian
sama. efektivitas yang dilakukan menggunakan uji
Penelitian dilaksanakan pada bulan independent sample t test. Suatu metode bisa
November 2016 di kampus Madang fakultas dikatakan efektif jika hasilnya bisa mencapai
kedokteran Universitas Sriwijaya. Sampel atau lebih dari 75%.16 Media audiovisual
penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2013 merupakan gabungan beberapa media yang
yang sedang menjalani pendidikan semester 7, disatukan, memiliki unsur audio dan visual.
dan akan menjalani tahap kepaniteraan klinik. Menurut Hills dalam Hamalik media
Variabel dependen pada penelitian ini adalah audiovisual adalah suatu penyajian secara
metode pembelajaran sedangkan variabel realitas atau nyata suatu pengalaman yang
independen pada penelitian ini adalah tingkat mempengaruhi indra pengelihatan dan
pemahaman mahasiswa. pendengaran.17
Pengambilan sample menggunakan
teknik random sampling dengan 3. Hasil
memperhatikan kriteria inklusi dan ekslusi
yang ada. Kreteria inklusi pada penelitian ini Penelitian ini dilakukan di Fakultas
adalah mahasiswa tingkat akhir pendidikan S1 Kedokteran Universitas Sriwijaya, kampus
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Madang pada bulan November 2016. 70 orang
mahasiswa yang belum pernah mendapat yang menjadi subjek penelitian ini merupakan
pengetahuan tentang tahap kepaniteraan klinik mahasiswa angkatan 2013 yang akan segera
dan mahasiswa yang bersedia mengisi menjalani tahap kepaniteraan klinik. Tujuan
kuesioner. Kriteria eksklusi pada penelitian ini dari penelitian ini adalah untuk melihat
adalah mahasiswa yang sudah pernah perbedaan efektivitas media audiovisual dan
menonton video tentang kegiatan kepaniteraan metode ceramah dalam menyampaikan
klinik, mahasiswa yang tidak menyelesaikan informasi kepada mahasiswa angkatan 2013
pengenalan kegiatan kepaniteraan klinik mengenai kegiatan kepaniteraan klinik.
dengan menggunakan metode pembelajaran,
dan mahasiswa yang tidak mengisi kuesioner 4.1.1 Uji Homogenitas
dengan lengkap.
Menurut Winkel dan Mukhtar, Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan
pemahaman adalah bila seseorang mampu untuk melihat pengetahuan, kesiapan dan
menangkap makna dan arti dari apa yang di pendapat mahasiswa mahasiswa mengenai
pelajari. Seseorang mampu menguraikan inti kegiatan kepaniteraan klinik sebelum
dari bahan bacaan, atau mengubah data yang ia dilakukan intervensi berupa metode
pelajari kedalam contoh lain.13 Tingkat pembelajaran yang menggunakan media
audiovisual dan metode ceramah. Untuk
melihat homogenitas pengetahuan mahasiswa
dilakukan dengan menggunakan levene’s test
4.1.3 Tes Normalitas
dan didapatkan p value sebesar 0,278.
Mahasiswa angkatan 2013 rata-rata memiliki
Sebelum dilakukan analisis data bivariat maka
tingkat pengetahuan, kesiapan, dan pendapat
perlu dilakukan uji normalitas terlebih dahulu
yang sama tentang kegiatan kepaniteraan
dengan menggunakan analisis Shapiro-Wilk,
klinik sebelum dilakukan intervensi.
Data berdistribusi normal jika p value > 0,05.
Tabel 1. Uji homogenitas pengetahuan mahasiswa
Setelah dilakukan uji normalitas pada data
angkatan 2013 terhadap kegiatan kepaniteraan kelompok media audiovisual maka didapatkan
klinik (N=70). hasil p value = 0,063 pada pretest dan p value
= 0,004 pada posttest. Sedangkan uji
Kelompok Jumlah (n) p value normalitas yang dilakukan pada kelompok
Audiovisual 35
Ceramah 35
0,278 metode ceramah mendapatkan hasil p value =
0,006 pada prestest dan p value = 0,295 pada
posttest.
4.1.2 Hasil Analisis Univariat Dari data yang didapatkan dari hasil data
berdistribusi normal pada pretest kelompok
Pemahaman mahasiswa pada kelompok media media audiovisual dan posttest kelompok
audiovisual dan metode ceramah yang dilihat metode ceramah dengan p value > 0,05. Bila
dari hasil pretest yang dilakukan adalah 100% ada salah satu data yang berdistribusi tidak
(N=70) termasuk ke dalam tingkat normal maka semua data dianggap
pemahaman kurang. Hasil posttest yang berdistribusi tidak normal. Pendekatan yang
dilakukan pada kelompok metode dilakukan pada penelitian ini adalah
pembelajaran dengan menggunakan media pendekatan non-parametrik dengan
audiovisual setelah dilakukan intervensi maka menggunakan Wilcoxon Signed Ranks test dan
didapatkan hasil 85,7% (N=30) termasuk Mann-Whitney test.
kedalam kategori tingkat pemahaman baik.
Sedangkan pada kelompok metode Tabel 3. Distribusi Frekuensi hasil pretest dan
pembelajaran dengan menggunakan metode posttest Metode Audiovisual dan Ceramah
ceramah setelah dilakukan intervensi Shapiro-Wilk
didapatkan hasil 51,4% (N=18) termasuk Kelompok
Jumlah (n) SD P value
kedalam kategori tingkat pemahaman cukup. Pretest 35 13,05 0,063
Secara keseluruhan hasil posttest kedua Audiovisual
Posttest 35 6,79 0,004
kelompok metode pembelajaran 10% (N=7)
Pretest 35 9,40 0,006
termasuk kedalam kategori tingkat Ceramah
Posttest 35 8,73 0,295
pemahaman kurang.

Tabel 2. Hasil Pretest dan Posttest Tentang Tingkat 4.1.4 Analisis Bivariat
Pemahaman Mahasiswa dengan Menggunakan
Metode Audiovisual dan Metode Ceramah (N=70)
Tabel 5 menunjukkan selisih hasil dari pretest
Jumlah Pemahaman mahasiswa dan posttest, tes signifikansi yang dilakukan
Kelompok
(n) Baik Cukup Kurang menggunakan Wilcoxon Signed Ranks test
Pretest 35 0% 0% 100%
Audiovisual
Posttest 35 85,7% 11,4% 2,9%
dengan tingkat signifikansi 5% atau p value
Ceramah
Pretest 35 0% 0% 100% 0,05. Setelah dilakukan tes signifikansi pada
Posttest 35 31,4% 51,4% 17,1%
70 0% 0% 100%
kelompok media audiovisual didapatkan p
Pretest
Total
Posttest 70 58,55% 31,45% 10% value = 0,00 (p<0,05), artinya ada perbedaan
bermakna pada hasil pretest dan posttest yang Kelompok Jumlah Rerata pemahaman P value
(n) mahasiswa
dilakukan. Audiovisual 35 85,17%
Pada kelompok metode ceramah 0,00
Ceramah 35 69,37%
didapatkan selisih hasil pretest dan posttest
9,82%, tes signifikansi menggunakan
Wilcoxon Signed Ranks test dengan tingkat Target minimal yang ingin dicapai dalam
signifikansi 5% atau p value 0,05. Setelah penelitian adalah sama dengan atau lebih dari
dilakukan tes signifikansi pada kelompok 75% benar. Tingkat pemahaman mahasiswa
media audiovisual didapatkan p value = 0,00 dengan media audiovisual mencapai rata-rata
(p<0,05), artiya ada perbedaan bermakna pada 85,17% jawaban benar, sedangkan dengan
hasil pretest dan posstest yang dilakukan. Pada metode ceramah mencapai 69,37% jawaban
kedua kelompok terjadi peningkatan benar. Selisih dari hasil posttest media
pemahaman yang bermakna dilihat dari hasil audiovisual dan metode ceramah adalah
pretest dan posttest yang dilakukan akan tetapi 15,80%, lebih tinggi untuk media audiovisual.
tingkat pemahaman mahasiswa dengan Uji yang dilakukan pada hasil ini adalah
menggunakan media audiovisual lebih tinggi tingkat kepercayaan 95% dengan
dibandingkan pemahaman mahasiswa dengan menggunakan Mann-Whitney test. Media
menggunakan metode ceramah. audiovisual lebih efektif dalam menyampaikan
informasi kepada mahasiswa dibandingkan
Tabel 4. Analisis Perbedaan Hasil Pretest dan dengan metode ceramah.
Posttest tentang Tingkat Pemahaman Mahasiswa
dengan Menggunakan Metode Ceramah Dan Tabel 6. Perbedaan Efektifitas Media Audiovisual
Audiovisual dan Metode Ceramah dari Persentase Hasil Posttest
setelah Intervensi
Jumlah Rerata pemahaman P value Kelompok Jumlah Rerata pemahaman Target Hasil
Kelompok
(n) mahasiswa (n) mahasiswa
Audiovisual Pretest 35 62,4%
0,00
Posttest 35 85,17%
Audiovisual 35 85,17% 75% Efektif
Ceramah Pretest 35 59,55%
0,00
Posttet 35 69,37% Ceramah 35 69,37% 75% Kurang
efektif
Selisih 15,80%
Persentase
Tingkat pemahaman mahasiswa dengan
mengunakan media audiovisual mencapai rata-
rata 85,17% atau termasuk kedalam kategori 5. Pembahasan
tingkat pemahaman baik, sedangkan dengan
metode ceramah mencapai rata-rata 69,37% Penelitian ini dilakukan tanpa melihat
atau termasuk ke dalam kategori tingkat perbedaan jenis kelamin dan umur dari
pemahaman cukup. responden yang berasal dari Mahasiswa
Selisih pemahaman mahasiswa dilihat Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
dari hasil posttest yang dilakukan pada kedua angakatan 2013 dengan jumlah masing-masing
kelompok mahasiswa menunjukkan perbedaan 35 responden untuk kelompok media
yang signifikan dengan nilai p value sebesar audiovisual dan kelompok metode ceramah.
0,05 atau disebut juga tingkat kepercayaan Responden pada penelitian ini adalah
95%. Tes signifikansi yang dilakukan mahasiswa tingkat akhir yang belum mendapat
menggunakan Wilcoxon Signed Ranks test. informasi mengenai kegiatan kepaniteraan
klinik.
Tabel 5. Perbandingan Tingkat Pemahaman
Mahasiswa dari Hasil Posttest dengan menggunakan
Metode Ceramah dan Audiovisual
5.1 Analisis Univariat
5.1.1 Pretest
audiovisual. Secara keseluruhan terjadi
Dari hasil pretest dari 35 mahasiswa yang peningkatan pemahaman mengenai kegiatan
menjadi subjek penelitian dengan kepaniteraan klinik pada kedua kelompok
memanfaatkan metode belajar yang metode pembelajaran. Rata-rata mahasiwa di
menggunakan media audiovisual berupa video kedua kelompok termasuk kedalam kategori
semuanya termasuk kedalam kelompok tingkat pemahaman baik dan cukup, hanya
mahasiswa dengan tingkat pengetahuan kurang sedikit mahasiswa yang termasuk kedalam
mengenai kegiatan kepaniteraan klinik. kategori tingkat pemahaman kurang.
Kelompok perlakuan dengan
menggunakan metode ceramah yang 5.2 Analisis Bivariat
berjumlah 35 orang juga menunjukkan hasil
semua mahasiswa termasuk ke dalam Analisis data bivariat dilakukan untuk melihat
kelompok tingkat pengetahuan kurang ada tidaknya hubungan yang bermakna dari
mengenai kegiatan kepaniteraan klinik. Hasil variabel independent dan variabel dependent.
pretest yang didapat dari kedua kelompok Uji ini digunkan untuk membandingkan nilai
perlakuan menunjukkan bahwa semua posttest kedua kelompok sesudah dilakukan
mahasiswa yang menjadi subjek penelitian intervensi berupa video dan penjelasan
memiliki tingkat pengetahuan yang kurang langsung kepada mahasiswa mengenai
tentang kegiatan kepaniteraan klinik. kegiatan kepaniteraan klinik. Pendekatan yang
Tingkat pemahaman mahasiswa diukur digunakan menggunakan analisis data Paired
dari hasil pretest dan posttest yang dilakukan Sample t-Test guna melihat perbedaan yang
dengan menggunakan skala Likert. Tingkat ada pada kedua kelompok dengan tingkat
pemahaman mahasiswa terbagi menjadi tiga kepercayaan 95%. Perbedaan kedua kelompok
kelompok, yaitu tingkat pemahaman baik bila dilihat dari nilai posttest dikatakan bermakna
jawaban lebih dari 80% benar, tingkat jika p value lebih kecil atau sama dengan 0,05.
pemahaman cukup bila jawaban 65%-80%
benar, dan tingkat pemahaman kurang bila 5.2.1 Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest
jawaban kurang dari 65% benar.14 Kedua Kelompok.

5.1.2 Posttest Rerata nilai yang didapatkan dari posttest yang


dilakukan pada kelompok media audiovisual
Hasil yang diperoleh pada kelompok metode terjadi peningkatan dibandingkan dengan nilai
ceramah lebih rendah jika dibandingkan pretest-nya, pada kelompok metode ceramah
dengan kelompok media audiovisual dengan juga terjadi peningkatan nilai posttest
rata-rata nilai pesertanya termasuk kedalam dibandingkan nilai pretest-nya namun
kategori tingkat pemahaman baik. Kelompok peningkatan nilainya tidak sebesar
mahasiswa dengan metode ceramah bisa peningkatan yang terjadi pada kelompok
menerima informasi yang disampaikan media audiovisual. Hal ini menunjukkan
pembicara dengan baik namun tidak sebaik bahwa media video lebih unggul dibandingkan
pada kelompok media audiovisual. Hal ini dengan metode ceramah dalam menyampaikan
juga terlihat pada penelitian Bastari yang informasi serta dapat mempengaruhi tingkat
menyatakan media audiovisual berupa video pemahaman mahasiswa. Hasil ini juga terlihat
lebih unggul dalam menyampaikan informasi penelitian Silwadi yang menunjukkan bahwa
dibandingkan dengan metode klasikal atau tingkat pemahaman kelompok intervensi
metode ceramah.18 berupa audiovisual video lebih tinggi
Metode ceramah juga efektif dalam dibandingkan dengan kelompok intervensi
menyampaikan informasi kepada mahasiswa, ceramah berupa penjelasan.12
namun tidak sama efektifnya dengan media
Walaupun peningkatan pemahaman pada Ketertarikan mahasiswa dalam mengikuti
kelompok media audiovisual lebih baik kegiatan menonton video bersama juga
dibandingkan dengan kelompok metode menjadi faktor yang mempengaruhi jawaban
ceramah, namun peningkatan pemahaman pada kuesioner mahasiswa.
yang terjadi pada kelompok metode ceramah Pada kelompok metode ceramah juga
juga bermakna. Beberapa keunggulan metode terjadi peningkatan nilai posttest dibandingkan
ceramah seperti diskusi tidak dimiliki oleh nilai pretest, namun tidak sebesar pada
media audiovisual, di dalam diskusi para kelompok media audiovisual. Pada penelitian
peserta metode ceramah bisa bertanya hal yang ini diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa
bersifat kurang jelas terkait informasi yang media audiovisual mempengaruhi penerimaan
mereka terima kepada pembicara. Hal ini informasi lebih baik jika dibandingkan dengan
sesuai dengan pendapat Syah yang metode ceramah.
menyatakan bahwa peserta pada metode Media audiovisual yang digunakan
ceramah hanya mendengarkan pembicara dan sebagai intstrumen intervensi dapat
sesekali mencatat, namun peserta bisa bertanya mempengaruhi penerimaan informasi melalui
mengenai hal yang kurang mereka pahami bila indra pengelihatan dan pendengaran secara s
mendapat kesempatan dari pembicara.7 bersamaan sehingga terjadinya peningkatan
Pemahaman mahasiswa mengenai pemahaman mahasiswa. Penelitian ini sesuai
kegiatan kepaniteraan klinik lebih tinggi pada dengan pendapat Dwyer yang menyatakan
kelompok media audiovisual jika bahwa video mampu mempengaruhi
dibandingakan dengan kelompok metode penerimaan informasi sebesar 94% pada
ceramah. Tes signifikansi yang dilakukan manusia melalui mata dan telinga. Informasi
menggunakan Wilcoxon Signed Ranks test yang bisa diingat dari gambar adalah sebesar
dengan tingkat signifikansi 5% atau p value 65%, sedangkan informasi dengan
0,05. Setelah dilakukan tes signifikansi menggunakan suara bisa diingat sebesar 40%.6
terhadap tingkat pemahaman mahasiswa Kelompok media audiovisual telah
mengenai kegiatan kepaniteraan klinik memenuhi batasan atau target yang telah
didapatkan p value = 0,00 (p<0.05), artinya ditetapkan pada penelitian. Dari hasil yang
ada perbedaan bermakna terhadap tingkat diperoleh dari kedua kelompok dapat
pemahaman mahasiswa mengenai kegiatan disimpulkan bahwa metode audiovisual lebih
kepaniteraan klinik pada kedua kelompok. efektif jika dibandingan dengan metode
ceramah. Tes signifikansi dilakukan dengan
5.2.2 Perbedaan Efektivitas Media akurasi tingkat kepercayaan 95% atau p value
Audiovisual dan Metode Ceramah. 0,05 untuk melihat apakah ada perbedaan
bermakna pada efektivitas media audiovisual
Untuk mengatasi keterbatasan dana waktu dibandingkan dengan metode ceramah. Setelah
dalam penelitian maka penilaian perbedaan dilakukan tes signifikansi didapatkan p value =
efektifitas dilakukan dengan menentukan batas 0,00 (p<0.05), artinya ada perbedaan
atau target yang ingin dicapai. Suatu metode bermakna terhadap efektivitas media
dikatakan berhasil atau efektif bila mencapai audivisual dan metode ceramah dalam
target minimal 75%.16 menyampaikan informasi mengenai kegiatan
Nilai posttest yang diperoleh dari kepaniteraan klinik. Hal ini sesuai dengan
kelompok metode audiovisual telah melewati pernyataan Dale bahwa media audiovisual
target yang ditentukan yaitu 75%, sedangkan adalah suatu media yang menggunakan mata
nilai posttest yang diperoleh dari kelompok dan telinga secara bersamaan dalam menerima
ceramah masih dibawah target. Antusiasme informasi sehingga proses penerimaan
mahasiswa pada saat menonton video kegiatan informasi menjadi lebih efektif.9
kepaniteraan klinik terbilang cukup tinggi.
6. Kesimpulan

Metode pembelajaran dengan media


audiovisual lebih efektif dibandingkan metode
ceramah dalam menyampaikan informasi.
Ucapan Terima Kasih 8. Sugandi, A. 2006. Teori Pembelajaran.
UPT MKK Unnes, Semarang, Indonesia.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. hal 76
Dr. H. M. Zulkarnain, M.Med.Sc, PKK, dan 9. Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran,
dr. Rizma Adlia Syakurah, MARS selaku edisi 15. PT. Raja Grafindo Persada,
pembimbing, serta terimakasih kepada dr. Hj. Jakarta, Indonesia. hal 3,8,10,15,81.
Mariatul Fadillah, MARS, dan dr. Ella Amalia, 10. Maulana, H. 2009. Promosi kesehatan.
M.Kes. selaku penguji yang menyempatkan EGC. Jakarta, Indonesia. hal 172
waktu dalam proses penelitian dan pembuatan 11. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan
skripsi ini sehingga bisa diselesaikan dengan masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka
baik. Cipta, Jakarta, Indonesia. hal 23
12. Al-Silwadi. 2015. Effect of Social Media
Daftar Acuan in Improving Knowledge
Among Patients Having Fixed Appliance
1. http://kbbi.web.id/mahasiswa diakses 10 Orthodontic Treatment: A
agustus 2016 Single-Center Randomized Controlled
2. Hartaji, R.D. 2009. Motivasi Berprestasi Trial.
Pada Mahasiswa Yang Berkuliah (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2
Dengan Jurusan Pilihan Orang Tua. hal 6232831. di akses 1 agustus 2016)
5. 13. Sudaryono, 2012. Dasar-Dasar Evaluasi
(http://www.gunadarma.ac.id/library/arti Pembelajaran. Graha Ilmu, Yogyakarta,
cles/graduate/psychology/2009/Artikel_ Indonesia. hal 44.
diakses 10 Juli 2016). 14. Purwanto, M.N. 2012. Prinsip-prinsip
3. http://kbbi.web.id/kuliah diakses 10 dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Remaja
agustus 2016 Rosdakarya, Bandung, Indonesia. hal 82.
4. Djamarah, Bahri,S. 1999. Psikologi 15. Ginting, A. 2008. Esensi Praktis Belajar
Belajar. Rineka Cipta, Jakarta, dan Pembelajaran. Humaniora, Bandung,
Indonesia, hal 22. Indonesia, hal 42.
5. Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. 16. Jihad, A. Haris A. 2013. Evaluasi
Standar Profesi Pendidikan Dokter Pembelajaran. Multi Pressindo,
Indonesia, Jakarta. hal xvi. Yogyakarta, Indonesia. hal 75
6. Sadiman, A. Rahardjo. Anung, H. 17. Abdulhak, I., Dermawan, D. 2013.
Harjito. 2014. Media pendidikan, Teknologi Pendidikan. PT. Remaja
Pengertian, Pengembangan dan Rosdakarya, Bandung, Indonesia. hal 81-
Pemanfaatannya. PT Raja Grafindo 87.
Persada, Jakarta, Indonesia. hal 6-7, 74- 18. Bastari, M. 2009. Perbandingan Metode
75. Penyuluhan Klasikal dengan Video
7. Syah, M. 2014. Psikologi Pendidikan Terhadap Pemahaman Tentang
dengan Pendekatan Baru. Remaja Rosda Kesehatan Gigi dan Mulut pada Siswa
Karya, Bandung, Indonesia. hal 200. Sekolah Dasar Islam Az-Zahrah
Palembang Tahun 2009. Skripsi pada
Jurusan Kedokteran Gigi Universitas
sriwijaya yang tidak dipublikasikan, hal.
42-43.
BIODATA PENULIS

Penulis I

Nama : Muhamad Mardian Safitra


NIM : 04011181320059
Tempat/Tanggal Lahir : Manna, 4 Maret 1995
Jenis Kelamin : Laki-laki
Telp/HP : +62-813-4515-4315
Email : muhamadfitrah7@gmail.com
Alamat : Jl. Madang Dalam RT 24, Kelurahan Sekip Jaya,
Palembang
Jurusan : Program Studi Pendidikan Dokter
Kelas : PSPD A 2013

Penulis II

Nama : Dr. dr. H. M. Zulkarnain, M.Med Sc. PKK


NIP : 19610903 198903 1002
Bagian : IKM IKK, Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia

Penulis III

Nama : dr. Rizma Adlia Syakurah, MARS


NIP :
Bagian : IKM IKK, Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai