Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang. Fraktur dibagi atas
dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup (simple) yaitu
bila kulit yang tersisa diatasnya masih intak (tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar), sedangkan fraktur terbuka (compound)
yaitu bila kulit yang melapisinya tidak intak dimana sebagian besar

fraktur jenis ini sangat rentan terhadap kontaminasi dan infeksi.1,2


Fraktur collum atau neck (leher) femur adalah tempat yang paling
sering terkena fraktur pada usia lanjut. Ada beberapa variasi insiden
terhadap ras. Fraktur collum femur lebih banyak pada populasi kulit
putih di Eropa dan Amerika Utara. Insiden meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Sebagian besar pasien adalah wanita berusia tujuh puluh

dan delapan puluhan.1,2


Namun fraktur collum femur bukan semata-mata akibat penuaan.
Fraktur collum femur cenderung terjadi pada penderita osteopenia diatas rata-
rata, banyak diantaranya mengalami kelainan yang menyebabkan kehilangan
jaringan tulang dan kelemahan tulang, misalnya pada penderita
osteomalasia, diabetes, stroke, dan alkoholisme. Beberapa keadaan tadi juga
menyebabkan meningkatnya kecenderungan terjatuh. Selain itu, orang
lanjut usia juga memiliki otot yang lemah serta keseimbangan yang buruk

sehingga meningkatkan resiko jatuh. 1,2

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi femur, definisi, etiologi, klasifikasi Fraktur femur?
2. Bagaimana manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi
fraktur femur?

1.3 Tujuan

1. Memahami anatomi femur, definisi, etiologi dan klasifikasi fraktur femur.

1
2. Mengetahui manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi
fraktur femur.

1.4 Manfaat
Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Bedah Umum, serta menambah
wawasan mengenai penyakit bedah orthopedi khususnya Fraktur pada
collum femur.

2
BAB II
STATUS PENDERITA

2.1. Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 73 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Turen
Status perkawinan : Menikah
Suku : Jawa
Tanggal MRS : 22 agustus 2018
No. Reg : 455272

2.2. Anamnesa
1. Keluhan utama : Paha kiri terasa nyeri kalau berjalan.
Keluhan penyerta : bengkak pada paha
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Kanjuruhan pada tanggal 22 agustus
2018 dengan keluhan sakit pada paha kiri, nyeri dirasakan sejak 1
minggu yang lalu setelah pasien jatuh dari kursi saat akan duduk, nyeri
dirasakan saat berjalan dan berkurang saat istirahat, kemudian pasien
dibawa ke rumah sakit Bokor, pasien diminta dilakukan pemeriksaan foto
rontgen dan didapatkan fraktur collum femur sehingga pasien dirujuk ke
RSUD Kanjuruhan.
3. Riwayat penyakit dahulu
• Diabetes melitus sejak 5 tahun yang lalu, rutin kontrol dan minum
obat.
4. Riwayat pengobatan
• Metformin dan glibenclamid

3
5. Riwayat Keluarga
• Trauma (-)
• Operasi (-)
• DM (-)
• Hipertensi (-)
6. Riwayat Kebiasaan
 Makan : 3-4 kali sehari.
 Alkohol : (-)
 Olahraga : (-)
 Merokok : (-)
7. Riwayat Alergi : tidak ada

2.3. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum
Cukup, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6).
2. Tanda Vital
Tekanan darah: 140/75 mmHg
Nadi : 75 x / menit
Pernafasan : 18 x /menit, regular
Suhu : 36,4 oC
3. Kepala
Bentuk normocephal, rambut tidak mudah dicabut.
4. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+).
5. Telinga
Bentuk normotia, sekret (-/-), pendengaran berkurang (-/-).
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-).
7. Mulut dan tenggorokan
Bibir pucat (-), bibir cianosis (-), gusi berdarah (-), tonsil membesar (-),
pharing hiperemis (-).
8. Leher

4
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-).
9. Paru
Inpeksi : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri.
Palpasi : fremitus raba kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor | sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-).
10. Jantung
Inpeksi : iktus kordis tak tampak
Palpasi : iktus kordis tak kuat angkat
Perkusi :
Batas kiri atas : SIC II 1 cm linea para sternalis sinistra
Batas kanan atas : SIC II linea para sternalis dekstra
Batas kiri bawah : SIC V medial Linea midclavicula sinistra
Batas kanan bawah : SIC IV linea para sternalis dekstra
Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-).
11. Abdomen
Inpeksi : perut datar, tidak tampak adanya massa
Palpasi : Supel (+), nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal

5
12. Ekstremitas
Status Lokalis: Regio Femur Sinistra
• Look : Warna kulit sedikit memerah, deformitas (+), pemendekan
dan rotasi eksternal, oedema/pembengkakan (+), tidak ada
luka/lesi/vulnus (-).
• Feel : Suhu teraba hangat (+) Nyeri tekan setempat (+),
deformitas (+), krepitasi (-), oedem (+), sensibilitas (+), pulsasi a.
tibialis posterior (+), pulsasi a. dorsalis pedis (+), capileri refil time
<2 detik.
• Move : Active ROM Hip terbatas karena nyeri
Active ROM Genu terbatas karena nyeri
Active ROM Ankle (+) 30/45
• True leg length: kanan 80 cm, kiri 77 cm

Foto klinis

13. Genitalia
Dalam batas normal

2.4. Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Kanjuruhan pada tanggal 22 agustus
2018 dengan keluhan sakit pada paha kiri, nyeri dirasakan sejak 1
minggu yang lalu setelah pasien jatuh dari kursi saat akan duduk, nyeri
dirasakan saat berjalan dan berkurang saat istirahat, kemudian pasien

6
dibawa ke rumah sakit Bokor, pasien diminta dilakukan pemeriksaan foto
rontgen dan didapatkan fraktur collum femur sehingga pasien dirujuk ke
RSUD Kanjuruhan. RPD: Diabetes melitus sejak 5 tahun yang lalu, rutin
kontrol dan minum obat. Riwayat pengobatan: Metformin dan
glibenclamid.
Pemeriksaan Fisik, Keadaan Umum: Cukup, kesadaran compos mentis
(GCS 456). Tekanan darah: 140/75 mmHg. Nadi: 75 x/menit. RR: 18 x
/menit, Suhu: 36,4 oC. Status Lokalis: Regio Femur Sinistra (Look):
Warna kulit sedikit memerah, deformitas (+), pemendekan dan rotasi
eksternal, oedema/pembengkakan (+), tidak ada luka/lesi/vulnus (-).
(Feel) : Suhu teraba hangat (+) Nyeri tekan setempat (+), deformitas (+),
krepitasi (-), oedem (+), sensibilitas (+), pulsasi a. tibialis posterior (+),
pulsasi a. dorsalis pedis (+), capileri refil time <2 detik. (Move): Active
ROM Hip terbatas karena nyeri, Active ROM Genu terbatas karena nyeri,
Active ROM Ankle (+) 30/45, True leg length: kanan 80 cm, kiri 77 cm.

2.5. Diagnosa Kerja


Close Fracture collum Femur Sinistra

2.6. Diagnosis Banding


1. Close Fraktur collum femur
2. Dislokasi hip Joint
2.7. Planing Diagnosa
a. Pemeriksaan Laboratorium:
 Darah lengkap
 Serum elektrolit
 Hemostasis : PT dan APTT
 Kimia Klinik : GDS, Ureum, Kreatinin, SGOT, SGPT, Albumin
 Imunoserologi : HbsAg
b. Pemeriksaan Radiologi

7
 Foto Rontgen Region AP

c. EKG
2.8. Planing Terapi
1. Terapi Konservatif
Immobilisasi: Bidai.
2. Terapi Farmakologis
- Analgetik : Ketorolac inj 3x30 mg
- Antibiotik : Cefoperazone 2x1 gr
3. Terapi operatif
- Pro Hemiartroplasti

8
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. ANATOMI

Femur merupakan tulang terpanjang dan terberat dalam tubuh, meneruskan


berat tubuh dari os coxae ke tibia sewaktu kita berdiri. Caput femoris ke arah
craniomedial dan agak ke ventral sewaktu bersendi dengan acetabulum. Ujung
proksimal femur terdiri dari sebuah caput femoris dan dua trochanter (trochanter
mayor dan trochanter minor).2

Gambar 1. Anatomi femur.3

Area intertrochanter dari femur adalah bagian distal dari collum


femur dan proksimal dari batang femur. Area ini terletak di antara
trochanter mayor dan trochanter minor. Caput femoris dan collum
femoris membentuk sudut (1150-1400) terhadap poros panjang corpus
femoris, sudut ini bervariasi dengan umur dan jenis kelamin. Corpus
femoris berbentuk lengkung, yakni cembung ke arah anterior. Ujung distal

9
femur, berakhir menjadi dua condylus, epicondylus medialis dan

epicondylus lateralis yang melengkung bagaikan ulir.2

Caput femoris mendapatkan aliran darah dari tiga sumber, yaitu


pembuluh darah intramedular di leher femur, cabang pembuluh darah
servikal asendens dari anastomosis arteri sirkumfleks media dan lateral
yang melewati retinakulum sebelum memasuki caput femoris, serta
pembuluh darah dari ligamentum teres.2

Gambar 2. Vaskularisasi femur.3

Pada saat terjadi fraktur, pembuluh darah intramedular dan pembuluh


darah retinakulum mengalami robekan bila terjadi pergeseran fragmen.
Fraktur transervikal adalah fraktur yang bersifat intrakapsuler yang
mempunyai kapasitas yang sangat rendah dalam penyembuhan karena
adanya kerusakan pembuluh darah, periosteum yang rapuh, serta
hambatan dari cairan sinovial.2,3

Sendi panggul dan leher femur ini dibungkus oleh capsula yang
di medial melekat pada labrum acetabuli, di lateral, ke depan melekat pada
linea trochanterika femoris dan ke belakang pada setengah permukaan
posterior collum femur. Capsula ini terdiri dari ligamentum iliofemoral,
pubofemoral, dan ischiofemoral. Ligamentum iliofemoral adalah sebuah

10
ligamentum yang kuat dan berbentuk seperti huruf Y terbalik. Dasarnya
disebelah atas melekat ada spina iliaca anterior inferior, dibawah kedua
lengan Y melekat pada bagian atas dan bawah linea intertrochanterica.
Ligament ini berfungsi untuk mencegah ekstensi berlebihan selama berdiri.
Ligamentum pubofemoral berbentuk segitiga. Dasar ligamentum melekat
pada ramus superior ossis pubis, dan apex melekat di bawah pada bagian
bawah linea intertrochanterica. Ligament ini berfungsi untuk membatasi
gerak ekstensi dan abduksi. Ligamentum ischifemoral berbentuk spiral
dan melekat pada corpus ossis ischia dekat margo acetabuli dan di bagian
bawah melekat pada trochanter mayor. Ligament ini membatasi gerak
ekstensi.

Gambar 3. Anatomi ligament pada femur.3

3.2. MEKANISME TERJADINYA FRAKTUR

a. Low-energy trauma: paling umum pada pasien yang lebih tua.

• Direct: Jatuh ke trokanter mayor (valgus impaksi) atau rotasi


eksternal yang dipaksa pada ekstremitas bawah menjepit
leher osteroporotik ke bibir posterior acetabulum (yang
mengakibatkan posterior kominusi)

• Indirect : Otot mengatasi kekuatan leher femur

11
b. High-energy trauma: Terjadi patah tulang leher femur pada pasien yang
lebih muda dan lebih tua, seperti kecelakaan kendaraan bermotor atau
jatuh dari ketinggian yang signifikan.

c. Cyclic loading-stress fractures: Terjadi pada atlet, militer, penari


balet, pasien dengan osteroporosis dan osteopenia berada pada risiko
tertentu.2

Fraktur biasanya disebabkan oleh jatuh biasa, walaupun demikian pada


orang-orang yang mengalami osteoporosis, energi lemah dapat menyebabkan
fraktur. Pada orang-orang yang lebih muda, penyebab fraktur umumnya karena
jatuh dari ketinggian atau kecelakaan lalu lintas. Terkadang fraktur collum femur
pada dewasa muda juga diakibatkan oleh aktivitas berat seperti pada atlit dan
anggota militer.1

3.3. KLASIFIKASI

a) Lokasi anatomi:

• Subcapital (paling sering)

• Transcervical

• Basicervical

Gambar 4. klasifikasi anatomi. 5

12
Klasifikasi yang paling bermanfaat adalah Garden dimana klasifikasi
ini dibuat berdasarkan pergeseran yang nampak pada hasil sinar-x sebelum
reduksi.1

- Garden Type I : fraktur inkomplit, termasuk fraktur abduksi dimana


caput femoris miring ke arah valgus yang
berhubungan dengan collum femoris

- Garden Type II : fraktur komplit, namun tidak terdapat pergeseran

- Garden Type III : fraktur komplit disertai pergeseran parsial

- Garden Type IV : fraktur komplit dengan pergeseran keseluruhan

Gambar 5. Klasifikasi Garden;. 1

Fraktur Garden I dan II dimana hanya terjadi sedikit pergeseran, memiliki


prognosis yang lebih baik untuk penyatuan dibandingkan dengan fraktur Garden
III dan IV. Hal ini tentunya memiliki pengaruh yang penting terhadap pilihan
terapi.1

Klasifikasi Pauwel berdasarkan sudut fraktur dari garis horizontal2:

• Tipe I : >30 derajat

• Tipe II: 50 derajat

• Tipe III: > 70 derajat

13
Gambar 6. Klasifikasi Pauwel. 2

Besarnya kekuatan dengan sudut yang besar akan mengarah kepada fraktur
yang tidak stabil.2

3.4. GAMBARAN KLINIS

Biasanya terdapat riwayat jatuh, yang diikuti nyeri pinggul. Pada fraktur
dengan pergeseran, tungkai pasien terletak pada rotasi eksternal dan terlihat
pemendekan bila dibandingkan dengan tungkai yang lain. Namun tidak semua
fraktur nampak demikian jelas. Pada fraktur yang terimpaksi pasien mungkin
masih dapat berjalan dan pasien yang sangat lemah atau cacat mental mungkin
tidak mengeluh, sekalipun mengalami fraktur bilateral. Untuk high-energy trauma
harus diperiksa sesuai standar ATLS.1,2

Fraktur collum femur pada dewasa muda biasanya disebabkan oleh


kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian serta sering dikaitkan dengan
cedera multipel. Mendapatkan keterangan yang akurat mengenai ada atau
tidaknya sinkop, riwayat penyakit, mekanisme trauma dan aktivitas keseharian
sangat penting untuk menentukan pilihan terapi.1,2

3.5. PEMERIKSAAN FISIK

Diagnosis fraktur femur dapat ditegakkan dengan anamnesis yang lengkap


mengenai kejadian trauma meliputi waktu, tempat, dan mekanisme trauma;
pemeriksaan fisik yang lengkap dan menyeluruh, serta pencitraan menggunakan
foto polos sinar-x.

14
Look (Inspeksi):

• Deformitas: Deformitas dapat timbul dari tulang itu sendiri atau penarikan
dan kekakuan jaringan lunak.

• Sikap anggota gerak: Kebanyakan fraktur terlihat jelas, namun fraktur satu
tulang di lengan atau tungkai atau fraktur tanpa pergeseran mungkin tidak
nampak. Pada gambar bawah ini merupakan contoh pengamatan sikap
anggota gerak bawah yang terlihat memendek disertai rotasi eksterna.

Gambar 7. Gambaran klinis fraktur collum femur. 4

Feel (Palpasi):

• Nyeri tekan: Tanyakan pada pasien daerah mana yang terasa paling sakit.
Perhatikan ekspresi pasien sambal melakukan palpasi.

• Spasme otot: Hal ini bisa terlihat dan teraba dari daerah fraktur dan pada
gerakan sederhana

• Krepitasi: Krepitasi tulang dari gerakan pada daerah fraktur dapat diraba

• Pemeriksaan kulit dan jaringan lunak di atasnya: Pada fraktur akut, terapi
tergantung pada keadaan jaringan lunak yang menutupinya. Adanya
blister atau pembengkakan merupakan kontraindikasi untuk operasi
implan. Abrasi pada daerah terbuka yang lebih dari 8 jam sejak cedera
harus dianggap terinfeksi dan operasi harus ditunda sampai luka sembuh

15
sepenuhnya. Bebat dan elevasi menurunkan pembengkakan dan ahli
bedah harus menunggu untuk keadaan kulit yang optimal.

• Neurovaskular distal: Kondisi neurovaskular distal harus diperiksa


karena fraktur apapun dapat menyebabkan gangguan neurovaskular.

Move (Gerakan):

Sebagai skrining cepat, gerakan aktif dari seluruh anggota gerak diuji
pada penilaian awal. Pasien dengan fraktur mungkin merasa sulit untuk
bergerak dan fraktur harus dicurigai jika ada yang nyeri yang menimbulkan
keterbatasan. Manuver yang memprovokasi nyeri sebaiknya tidak
dilakukan. Gerakan sendi yang berdekatan harus diperiksa pada malunion
untuk kasus kekakuan pascatrauma.

Pengukuran

Pada fraktur dengan pergeseran atau dislokasi, hal ini nampak jelas.Pada
kasus malunion atau nonunion, penilaian pemendekan atau pemanjangan sangat
penting.

Apparent leg length discrepancy dapat diukur dari xiphisternum ke maleolus


medial dengan menjaga tubuh dan kaki sejajar dengan alas dan tidak membuat
setiap upaya untuk menyamakan sisi panggul. Hal ini akan memberikan
perbedaan fungsional pada panjang kaki.

Gambar 8. Pengukuran Apparent leg length discrepancy. 4

16
Gambar 9. True leg length discrepancy. 4

Raba spina iliaka anterior superior (SIAS) dan atur panggul agar sejajar
(garis yang menghubungkan kedua SIAS tegak lurus dengan alas).Lalu ukur
panjang kaki dari SIAS ke maleolus medial, maka akan didapatkan true length
measurement. Pastikan kaki berada dalam sikap dan posisi yang sama.

3.6. PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Pemeriksaan sinar-x pelvis posisi anteroposterior (AP) dan sinar-x


proksimal femur posisi AP dan lateral diindikasikan untuk kasus curiga fraktur
collum femur. Dua hal yang harus diketahui adalah apakah ada fraktur dan apakah
terjadi pergeseran. Pergeseran dinilai dari bentuk yang abnormal dari outline
tulang dan derajat ketidaksesuaian antara garis trabekula di kaput femur, collum
femur, dan supra-asetabulum dari pelvis. Penilaian ini penting karena fraktur
terimpaksi atau fraktur yang tidak bergeser akan mengalami perbaikan setelah
fiksasi internal, sementara fraktur dengan pergeseran memiliki angka nekrosis
avaskular dan malunion yang tinggi.1,2

Magnetic resonance imaging (MRI) saat ini merupakan pilihan


pencitraan untuk fraktur tanpa pergeseran atau fraktur yang tidak nampak di
radiografi biasa. Bone scan atau CT scan dilakukan pada pasien yang memiliki
kontraindikasi MRI.1,2

17
Gambar 10. MRI menunjukkan fraktur collum femur tanpa pergeseran. 2

3.7. PENATALAKSANAAN

Prinsip-prinsip umum:

Optimasi pra operasi medis yang cepat : Mortalitas dikurangkan dengan


operasi dalam waktu 48 jam fiksasi yang stabil dan mobilisasi dini.7

Pengobatan fraktur leher femur dapat berupa:9

a. Konservatif dengan indikasi yang sangat terbatas

Non-operatif: Indikasi: Fraktur nondisplaced pada pasien mampu


memenuhi pembatasan weight bearing.5

b. Terapi operatif:

Indikasi: displaced fraktur dan nondisplaced

Fiksasi internal diindikasikan untuk Garden Tipe I, II, III pada pasien
muda,patah tulang yang tidak jelas, dan fraktur displaced pada pasien muda.6

Bentuk pengobatan bedah yang dipilih ditentukan terutama oleh lokasi


fraktur (femoralis leher vs intertrochanteric), displacement, dan tingkat
aktivitas pasien.Kemungkinan untuk tidak reduksi adalah pada pasien dengan
stress fracture dengan kompresi pada leher femur dan fraktur leher femur
pada pasien yang tidak bisa berjalan atau komplikasi yang tinggi.Terapi
operatif hampir sering dilakukan pada orang tua karena:6

18
• Perlu reduksi yang akurat dan stabil

• Diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah


komplikasi

Jenis-jenis operasi:

a. Pemasangan pin

Pemasangan pin haruslah dengan akurasi yang baik karena


pemasangan pin yang tidak akurat ( percobaan pemasangan pin secara
multiple atau di bawah trokanter) telah diasosiasi dengan fraktur femoral
sukbtrokanter.

b. Pemasangan plate dan screw

Fraktur leher femur sering dipasang dengan konfigurasi apex distal


screw atau apex proximal screw.Pemasangan screw secara distal sering
gagal berbanding dengan distal.fiksasi dengan cannulated screw hanya
bisa dilakukan jika reduksi yang baik telah dilakukan. Setelah fraktur
direduksi, fraktur ditahan dengan menggunakan screw atau sliding screw
dan side plate yang menempel pada shaft femoralis.Sliding hip screw
(fixed-angle device) ditambah derotation screw diindikasikan untuk
fraktur cervical basal dan patah tulang berorientasi vertikal.1,6

c. Artroplasti; dilakukan pada penderita umur di atas 55 tahun, berupa:

Eksisi artroplasti

Hemiartroplasti

Diindikasikan untuk pasien usia lanjut dengan fraktur displaced


risiko yang lebih rendah untuk dislokasi berbanding artroplasti
pinggul total, terutama pada pasien tidak dapat memenuhi tindakan
pencegahan dislokasi (demensia, penyakit Parkinson). Prostesis
disemen memiliki mobilitas yang lebih baik dan kurang nyeri paha;
prostesis tidak disemen harus disediakan untuk pasien yang sangat

19
lemah di mana status pra cedera menunjukkan bahwa mobilitas
tidak mungkin dicapai setelah operasi.1,5

Artroplasti total

Indikasi:1,5

• Untuk pasien usia lanjut yang aktif dengan fraktur displaced.

• Pilihan untuk pasien dengan pra hip arthropathy (OA dan RA).

• Jika pengobatan telah terlambat untuk beberapa minggu dan


curiga kerusakan acetabulum.

• Pasien dengan metastatic bone disease seperti Paget’s Disease

• Hasil fungsional lebih baik daripada hemiarthroplasty

• Tingkat dislokasi lebih tinggi dari hemiarthroplasty.

Gambar 11. Algoritma untuk pengobatan fraktur intracapsular leher femur.

20
3.8 KOMPLIKASI 1,6,7

Komplikasi umum

Pasien yang berusia tua sangat rentan untuk menderita komplikasi umum
seperti thrombosis vena dalam, emboli paru, pneumonia dan ulkus dekubitus.

Nekrosis avaskular

Nekrosis iskemik dari caput femoris terjadi pada sekitar 30 kasus dengan
fraktur pergeseran dan 10 persen pada fraktur tanpa pergeseran. Hampir tidak
mungkin untuk mendiagnosisnya pada saat fraktur baru terjadi. Perubahan pada
sinar-x mungkin tidak nampak hingga beberapa bulan bahkan tahun. Baik terjadi
penyatuan tulang maupun tidak, kolaps dari caput femoris akan menyebabkan
nyeri dan kehilangan fungsi yang progresif.

Non-union

Lebih dari 30 persen kasus fraktur collum femur gagal menyatu, terutama
pada fraktur dengan pergeseran. Penyebabnya ada banyak: asupan darah yang
buruk, reduksi yang tidak sempurna, fiksasi tidak sempurna, dan penyembuhan
yang lama.

Osteoartritis

Nekrosis avaskular atau kolaps kaput femur akan berujung pada osteoartritis
panggung. Jika terdapat kehilangan pergerakan sendi serta kerusakan yang
meluas, maka diperlukan total joint replacement.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Solomon, L dkk. Fractures of the Femoral Neck; Apley’s System of


Orthopaedic and Fractures, 8th Ed. Arnold, 2001. Hal: 847-52.

2. Egol, K dkk. Femoral Neck Fractures; Handbook of Fractures, 3rd Ed.


Lippincott Williams & Wilkins, 2002. Hal: 319-28.

3. Thompson, J. Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy, 2nd Ed. Elsevier


Saunders, 2010. Hal: 251-7.

4. Rex, C. Examination of Patient withBone and Joint Injuries; Clinical


Assessment and Examination in Orthopedics, 2nd Ed. Jaypee Brothers
Medical, 2012. Hal: 17-21.

5. Miller MD, Thompson SR, Hart JA. Review of Orthopaedics 6th Edition.
Philadelphia; Saunder Elsevier. 2012. p. 315-6.

6. Skinner, H. Femoral Neck Fractures. Current Essentials


Orthopedics.McGraw-Hill, 2008. Hal: 37.

7. Frassica, F dkk. Femoral Neck Fractures. 5-Minute Orthopaedic Consult, 2nd


Ed.Lippincott Williams & Wilkins, 2007.Hal: 127.

22

Anda mungkin juga menyukai