PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
2. Mengetahui manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi
fraktur femur.
1.4 Manfaat
Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Bedah Umum, serta menambah
wawasan mengenai penyakit bedah orthopedi khususnya Fraktur pada
collum femur.
2
BAB II
STATUS PENDERITA
2.1. Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 73 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Turen
Status perkawinan : Menikah
Suku : Jawa
Tanggal MRS : 22 agustus 2018
No. Reg : 455272
2.2. Anamnesa
1. Keluhan utama : Paha kiri terasa nyeri kalau berjalan.
Keluhan penyerta : bengkak pada paha
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Kanjuruhan pada tanggal 22 agustus
2018 dengan keluhan sakit pada paha kiri, nyeri dirasakan sejak 1
minggu yang lalu setelah pasien jatuh dari kursi saat akan duduk, nyeri
dirasakan saat berjalan dan berkurang saat istirahat, kemudian pasien
dibawa ke rumah sakit Bokor, pasien diminta dilakukan pemeriksaan foto
rontgen dan didapatkan fraktur collum femur sehingga pasien dirujuk ke
RSUD Kanjuruhan.
3. Riwayat penyakit dahulu
• Diabetes melitus sejak 5 tahun yang lalu, rutin kontrol dan minum
obat.
4. Riwayat pengobatan
• Metformin dan glibenclamid
3
5. Riwayat Keluarga
• Trauma (-)
• Operasi (-)
• DM (-)
• Hipertensi (-)
6. Riwayat Kebiasaan
Makan : 3-4 kali sehari.
Alkohol : (-)
Olahraga : (-)
Merokok : (-)
7. Riwayat Alergi : tidak ada
4
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-).
9. Paru
Inpeksi : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri.
Palpasi : fremitus raba kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor | sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-).
10. Jantung
Inpeksi : iktus kordis tak tampak
Palpasi : iktus kordis tak kuat angkat
Perkusi :
Batas kiri atas : SIC II 1 cm linea para sternalis sinistra
Batas kanan atas : SIC II linea para sternalis dekstra
Batas kiri bawah : SIC V medial Linea midclavicula sinistra
Batas kanan bawah : SIC IV linea para sternalis dekstra
Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-).
11. Abdomen
Inpeksi : perut datar, tidak tampak adanya massa
Palpasi : Supel (+), nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
5
12. Ekstremitas
Status Lokalis: Regio Femur Sinistra
• Look : Warna kulit sedikit memerah, deformitas (+), pemendekan
dan rotasi eksternal, oedema/pembengkakan (+), tidak ada
luka/lesi/vulnus (-).
• Feel : Suhu teraba hangat (+) Nyeri tekan setempat (+),
deformitas (+), krepitasi (-), oedem (+), sensibilitas (+), pulsasi a.
tibialis posterior (+), pulsasi a. dorsalis pedis (+), capileri refil time
<2 detik.
• Move : Active ROM Hip terbatas karena nyeri
Active ROM Genu terbatas karena nyeri
Active ROM Ankle (+) 30/45
• True leg length: kanan 80 cm, kiri 77 cm
Foto klinis
13. Genitalia
Dalam batas normal
2.4. Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Kanjuruhan pada tanggal 22 agustus
2018 dengan keluhan sakit pada paha kiri, nyeri dirasakan sejak 1
minggu yang lalu setelah pasien jatuh dari kursi saat akan duduk, nyeri
dirasakan saat berjalan dan berkurang saat istirahat, kemudian pasien
6
dibawa ke rumah sakit Bokor, pasien diminta dilakukan pemeriksaan foto
rontgen dan didapatkan fraktur collum femur sehingga pasien dirujuk ke
RSUD Kanjuruhan. RPD: Diabetes melitus sejak 5 tahun yang lalu, rutin
kontrol dan minum obat. Riwayat pengobatan: Metformin dan
glibenclamid.
Pemeriksaan Fisik, Keadaan Umum: Cukup, kesadaran compos mentis
(GCS 456). Tekanan darah: 140/75 mmHg. Nadi: 75 x/menit. RR: 18 x
/menit, Suhu: 36,4 oC. Status Lokalis: Regio Femur Sinistra (Look):
Warna kulit sedikit memerah, deformitas (+), pemendekan dan rotasi
eksternal, oedema/pembengkakan (+), tidak ada luka/lesi/vulnus (-).
(Feel) : Suhu teraba hangat (+) Nyeri tekan setempat (+), deformitas (+),
krepitasi (-), oedem (+), sensibilitas (+), pulsasi a. tibialis posterior (+),
pulsasi a. dorsalis pedis (+), capileri refil time <2 detik. (Move): Active
ROM Hip terbatas karena nyeri, Active ROM Genu terbatas karena nyeri,
Active ROM Ankle (+) 30/45, True leg length: kanan 80 cm, kiri 77 cm.
7
Foto Rontgen Region AP
c. EKG
2.8. Planing Terapi
1. Terapi Konservatif
Immobilisasi: Bidai.
2. Terapi Farmakologis
- Analgetik : Ketorolac inj 3x30 mg
- Antibiotik : Cefoperazone 2x1 gr
3. Terapi operatif
- Pro Hemiartroplasti
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. ANATOMI
9
femur, berakhir menjadi dua condylus, epicondylus medialis dan
Sendi panggul dan leher femur ini dibungkus oleh capsula yang
di medial melekat pada labrum acetabuli, di lateral, ke depan melekat pada
linea trochanterika femoris dan ke belakang pada setengah permukaan
posterior collum femur. Capsula ini terdiri dari ligamentum iliofemoral,
pubofemoral, dan ischiofemoral. Ligamentum iliofemoral adalah sebuah
10
ligamentum yang kuat dan berbentuk seperti huruf Y terbalik. Dasarnya
disebelah atas melekat ada spina iliaca anterior inferior, dibawah kedua
lengan Y melekat pada bagian atas dan bawah linea intertrochanterica.
Ligament ini berfungsi untuk mencegah ekstensi berlebihan selama berdiri.
Ligamentum pubofemoral berbentuk segitiga. Dasar ligamentum melekat
pada ramus superior ossis pubis, dan apex melekat di bawah pada bagian
bawah linea intertrochanterica. Ligament ini berfungsi untuk membatasi
gerak ekstensi dan abduksi. Ligamentum ischifemoral berbentuk spiral
dan melekat pada corpus ossis ischia dekat margo acetabuli dan di bagian
bawah melekat pada trochanter mayor. Ligament ini membatasi gerak
ekstensi.
11
b. High-energy trauma: Terjadi patah tulang leher femur pada pasien yang
lebih muda dan lebih tua, seperti kecelakaan kendaraan bermotor atau
jatuh dari ketinggian yang signifikan.
3.3. KLASIFIKASI
a) Lokasi anatomi:
• Transcervical
• Basicervical
12
Klasifikasi yang paling bermanfaat adalah Garden dimana klasifikasi
ini dibuat berdasarkan pergeseran yang nampak pada hasil sinar-x sebelum
reduksi.1
13
Gambar 6. Klasifikasi Pauwel. 2
Besarnya kekuatan dengan sudut yang besar akan mengarah kepada fraktur
yang tidak stabil.2
Biasanya terdapat riwayat jatuh, yang diikuti nyeri pinggul. Pada fraktur
dengan pergeseran, tungkai pasien terletak pada rotasi eksternal dan terlihat
pemendekan bila dibandingkan dengan tungkai yang lain. Namun tidak semua
fraktur nampak demikian jelas. Pada fraktur yang terimpaksi pasien mungkin
masih dapat berjalan dan pasien yang sangat lemah atau cacat mental mungkin
tidak mengeluh, sekalipun mengalami fraktur bilateral. Untuk high-energy trauma
harus diperiksa sesuai standar ATLS.1,2
14
Look (Inspeksi):
• Deformitas: Deformitas dapat timbul dari tulang itu sendiri atau penarikan
dan kekakuan jaringan lunak.
• Sikap anggota gerak: Kebanyakan fraktur terlihat jelas, namun fraktur satu
tulang di lengan atau tungkai atau fraktur tanpa pergeseran mungkin tidak
nampak. Pada gambar bawah ini merupakan contoh pengamatan sikap
anggota gerak bawah yang terlihat memendek disertai rotasi eksterna.
Feel (Palpasi):
• Nyeri tekan: Tanyakan pada pasien daerah mana yang terasa paling sakit.
Perhatikan ekspresi pasien sambal melakukan palpasi.
• Spasme otot: Hal ini bisa terlihat dan teraba dari daerah fraktur dan pada
gerakan sederhana
• Krepitasi: Krepitasi tulang dari gerakan pada daerah fraktur dapat diraba
• Pemeriksaan kulit dan jaringan lunak di atasnya: Pada fraktur akut, terapi
tergantung pada keadaan jaringan lunak yang menutupinya. Adanya
blister atau pembengkakan merupakan kontraindikasi untuk operasi
implan. Abrasi pada daerah terbuka yang lebih dari 8 jam sejak cedera
harus dianggap terinfeksi dan operasi harus ditunda sampai luka sembuh
15
sepenuhnya. Bebat dan elevasi menurunkan pembengkakan dan ahli
bedah harus menunggu untuk keadaan kulit yang optimal.
Move (Gerakan):
Sebagai skrining cepat, gerakan aktif dari seluruh anggota gerak diuji
pada penilaian awal. Pasien dengan fraktur mungkin merasa sulit untuk
bergerak dan fraktur harus dicurigai jika ada yang nyeri yang menimbulkan
keterbatasan. Manuver yang memprovokasi nyeri sebaiknya tidak
dilakukan. Gerakan sendi yang berdekatan harus diperiksa pada malunion
untuk kasus kekakuan pascatrauma.
Pengukuran
Pada fraktur dengan pergeseran atau dislokasi, hal ini nampak jelas.Pada
kasus malunion atau nonunion, penilaian pemendekan atau pemanjangan sangat
penting.
16
Gambar 9. True leg length discrepancy. 4
Raba spina iliaka anterior superior (SIAS) dan atur panggul agar sejajar
(garis yang menghubungkan kedua SIAS tegak lurus dengan alas).Lalu ukur
panjang kaki dari SIAS ke maleolus medial, maka akan didapatkan true length
measurement. Pastikan kaki berada dalam sikap dan posisi yang sama.
17
Gambar 10. MRI menunjukkan fraktur collum femur tanpa pergeseran. 2
3.7. PENATALAKSANAAN
Prinsip-prinsip umum:
b. Terapi operatif:
Fiksasi internal diindikasikan untuk Garden Tipe I, II, III pada pasien
muda,patah tulang yang tidak jelas, dan fraktur displaced pada pasien muda.6
18
• Perlu reduksi yang akurat dan stabil
Jenis-jenis operasi:
a. Pemasangan pin
Eksisi artroplasti
Hemiartroplasti
19
lemah di mana status pra cedera menunjukkan bahwa mobilitas
tidak mungkin dicapai setelah operasi.1,5
Artroplasti total
Indikasi:1,5
• Pilihan untuk pasien dengan pra hip arthropathy (OA dan RA).
20
3.8 KOMPLIKASI 1,6,7
Komplikasi umum
Pasien yang berusia tua sangat rentan untuk menderita komplikasi umum
seperti thrombosis vena dalam, emboli paru, pneumonia dan ulkus dekubitus.
Nekrosis avaskular
Nekrosis iskemik dari caput femoris terjadi pada sekitar 30 kasus dengan
fraktur pergeseran dan 10 persen pada fraktur tanpa pergeseran. Hampir tidak
mungkin untuk mendiagnosisnya pada saat fraktur baru terjadi. Perubahan pada
sinar-x mungkin tidak nampak hingga beberapa bulan bahkan tahun. Baik terjadi
penyatuan tulang maupun tidak, kolaps dari caput femoris akan menyebabkan
nyeri dan kehilangan fungsi yang progresif.
Non-union
Lebih dari 30 persen kasus fraktur collum femur gagal menyatu, terutama
pada fraktur dengan pergeseran. Penyebabnya ada banyak: asupan darah yang
buruk, reduksi yang tidak sempurna, fiksasi tidak sempurna, dan penyembuhan
yang lama.
Osteoartritis
Nekrosis avaskular atau kolaps kaput femur akan berujung pada osteoartritis
panggung. Jika terdapat kehilangan pergerakan sendi serta kerusakan yang
meluas, maka diperlukan total joint replacement.
21
DAFTAR PUSTAKA
5. Miller MD, Thompson SR, Hart JA. Review of Orthopaedics 6th Edition.
Philadelphia; Saunder Elsevier. 2012. p. 315-6.
22