Anda di halaman 1dari 6

1.

Latar Belakang

Traktor beroda ban merupakan salah satu sumber daya


utama di bidang pertanian. Traktor beroda ban digunakan
pada semua kegiatan budidaya pertanian mulai dari pembuka-
an dan penyiapan lahan sampai dengan pengangkutan hasil-
hasil pertanian.
Penggunaan traktor pertanian beroda ban di Indonesia
untuk pengolahan tanah meningkat jumlahnya dalam tahun
1980-an. Traktor tersebut beserta seluruh peralatannya
didatangkan dari luar negeri yang memenuhi persyaratan
standar dari masing-masing negara pengekspor. Traktor
beroda ban yang diimpor digunakan untuk pengolahan tanah
pada lahan kering di areal pembukaan baru untuk pemukiman
transmigrasi, perluasan areal perkebunan tebu, kelapa sa-
wit dan karet. Selain itu traktor beroda ban juga diguna-
kan untuk reboasasi oleh Departemen Kehutanan pada areal
lahan alang-alang di luar pulau Jawa.
Lahan yang digunakan untuk perluasan tersebut umumnya
tanah yang mempunyai kadar liat yang tinggi berkisar anta-
ra 40 sampai 60 persen. Lahan tersebut jika diolah pada
.
keadaan kadar air tanah rendah'tahanan tariknya tinggi dan
berbongkah-bongkah besar. Bila diolah pada keadaan kadar
air tanah tinggi menyebabkan slip roda traksi meningkat
sehingga daya tarik traktor bertambah besar untuk mengatasi
slip, dan mengakibatkan pemadatan tanah.
Hasil penelitian di beberapa pabrik gula di Jawa Ba-
rat dan Sumatera Selatan didapatkan traktor yang berdaya
60 sampai 61 kW memakai bajak tiga buah piringan yang ha-
nya memerlukan daya tarik berkisar antara 9 sampai 17 kW
atau 15 sampai 28 persen dari daya traktor yang tersedia
pada motor (Raihan Yomni, 1984 ; Dede Jaelani,1984, Bam-
bang Dwinugroho, 1984 ; Dudi Sudrajat, 1985 dan Yon Nofy-
an, 1986). Traktor tersebut digunakan pada lebar pemba-
jakan antara 70 sampai 90 cm dan kedalaman berkisar antara
13 dan 17 cm. Penggunaan daya tarik traktor tersebut
jauh di bawah kemampuan traksinya. Traktor tersebut masih
dapat ditingkatkan kemampuan traksinya mendekati 60 persen
dari daya yang tersedia pada roda gila. Traktor yang mem-
punyai daya 60 sampai 61 kW seharusnya dapat melakukan
pembajakan pada kecepatan L-3 dengan RPM berkisar antara
1600 sampai 2000 (1.00 m/detik), kedalaman pembajakan se-
lang 20 sampai 25 cm dengan lebar pembajakan antara 120

sampai 150 cm dan pada daya traksi sebesar 36 kW.


Besarnya daya tarik umumnya dibatasi oleh kapasitas
traksi yang dapat diberikan oleh alat traksi pada $anah

.
(Gill dan Van den Berg, 1968; Crolla dan Pearson, 1975).
Oleh karena itu kemampuan traksi suatu traktor akan me-
nentukan besarnya gaya tarik yang dapat dihasilkan oleh
traktor tersebut. Efisiensi traks.i tergantung dari besar-
nya beban yang diberikan untuk ditarik yang menyebabkan
perubahan penempelan atau kontak pada tanah oleh roda ban.
Gaya traksi maksimum dengan tahanan guling minimum akan
memberikan gaya tarik yang maksimum. Dalam usaha me-
ningkatkan efisiensi traksi, maka besarnya daya dan berat
dari elemen traksi, serta kecepatan kendaraan dan slip ha-
rus disesuaikan untuk mendapatkan traksi yang optimal.
Sifat-sifat dinamis yang mempengaruhi reaksi tanah
pada waktu pembajakan adalah tahanan terhadap tekanan,
kohesi, adhesi dan tahanan terhadap pemotongan. Semua
pengaruh sifat-sifat ini dinyatakan sebagai gaya yang di-
butuhkan untuk menarik bajak.
Penggunaan daya yang paling besar di. dalam kegi-
atan pertanian adalah pembajakan. Pembajakan adalah pe-
kerjaan pengolahan tanah pertanian dengan jalan memotong
dan membalikkan bongkah-bongkah tanah. Kebutuhan daya un-
tuk setiap pekerjaan pembajakan adalah fungsi dari lebar,
kedalaman, serta kecepatan operasi lapangan dan tahanan
tanah. Sedangkan jumlah daya yang tersedia pada roda
traksi adalah fungsi dari besarnya daya motor traktor, si-
fat-sifat tanah, muatan dinamis pada roda traksi dan slip.
Penggunaan Indeks Kerucut tanah (CI) sebagai nilai
beban tahanan tanah untuk memprediksi kemampuan traksi da-
e

ri traktor beroda ban telah dilakukan oleh ASAE dalam


bentuk model prediksi kemampuan traksi (Agricultural Engi-
neers Yearbook, 1983/1984). Nilai Indeks Kerucut juga te-
lah digunakan oleh beberapa peneliti sebagai salah satu
parameter untuk memprediksi model kemampuan traksi (Wissmer
dan Luth, 1974; Gee - Clough, 1980; Gee-Clough & aJ,,
1982; Ismail & aJ., 1981) di mana digunakan bermacam-macam

alat penetrometer untuk menghitung nilai Indeks Kerucut.


Para peneliti tersebut berhasil membuat model kernampuan
traksi dengan menggunakan Indeks Kerucut sebagai salah
satu parameter prediksi.
Dari hasil penelitian Kramadibrata (1990) didapatkan
bahwa nilai Indeks Kerucut tanah yang berbeda pada suatu
areal penelitian yang sama, meskipun tidak ada perbedaan
nyata dalam kondisi fisik tanah antara lain kadar air,
kerapatan tanah, tekstur dan struktur tanah. Menurut
Kramadibrata (1990) nilai Indeks Kerucut (CI) sebagai sa-
lah satu parameter tidak praktis digunakan untuk model
memprediksi kemampuan traksi. Dalam tahun 1973, Dinas Alat
dan Mesin Pertanian, Direktorat Teknik Pertanian Departe-
men Pertanian telah menerbitkan peta Beban Tahanan Tanah
(Soil Draft Resistance) serta buku petunjuk penggunaannya.
Peta tersebut didasarkan atas pengukuran Indeks Kerucut
menggunakan alat penetrometer SR-2 buatan Jepang. Peta
Beban Tahanan tersebut perlu dikaji ulang mengingat hasil
penelitian Kramadibrata
.
(1990), diketahui adanya kele-
mahan-kelemahan dari penggunaan nilai Indeks Kerucut untuk
memprediksi model kemampuan traksi sehingga perlu dicari
model prediksi kemampuan traksi yang tidak memasukkan In-
deks Kerucut sebagai salah satu parameter prediksi.
Sampai saat ini belum banyak peneliti membuat persa-
maan pendugaan tahanan tarik dengan memasukkan parameter
yang berhubungan dengan bentuk alat bajak, cara kerja alat
dan sifat fisik dan mekanika tanah dengan melakukan pene-
litian langsung di lapangan. Hal ini disebabkan sulitnya
mendapatkan instrumen pengukur yang tidak peka terhadap
goncangan-goncangan yang terjadi di lapangan dan kompleks-
nya hubungan parameter pada penelitian a.
Kemampuan traksi dipengaruhi oleh kondisi tanah dan
alat. Salah satu cara agar traktor dapat memberikan daya
maksimum pada kondisi lahan yang tidak sesuai, adalah de-
ngan menambah beban traktor. Penambahan beban dapat di-
lakukan dengan memasang ballast (pemberat)pada ban peng-
gerak (Gill dan Van den Berg, 1968). Penggunaan pemberat
ban akan meningkatkan traksi dan menurunkan slip, tetapi
dengan cara ini tahanan guling juga akan meningkat se-
hingga dibutuhkan daya yang lebih besar untuk menggerakkan
traktor. Jumlah pemberat yang dapat digunakan dibatasi
oleh beban maksimum yang dapat diterima ban traktor, daya
yang tersedia pada motor traktor, dan kecepatan kerja yang
digunakan di lapangan. Semua faktor ini akan mempengaruhi
efisiensi traksi dan daya tarik yang dapat diberikan trak-
tor .
(Hunt, 1983) Menurut ~ e e k l o u ~et
h al. (1982) untuk
mencapai efisiensi traksi maksimum traktor sebagai sumber
daya tarik perlu diadakan penyesuaian yang tepat dari daya
traktor, berat, kecepatan kerja dan gaya tarik.
Sampai saat ini pembajakan yang dilakukan belum me-
menuhi kemampuan pembajakan yang diingini yaitu:
1. kedalaman pembajakan harus cukup, sesuai dengan kebu-
tuhan pertumbuhan perakaran tanaman;
2. pembalikan tanah harus sempurna;

3. pemotongan bongkah-bongkah tanah harus baik;


4. kapasitas pembajakan harus besar.

Kemampuan pembajakan tersebut dapat dipenuhi dengan meng-


gunakan bajak singkal, tetapi tahanan tarik bajak singkal
lebih besar jika dibandingkan dengan bajak piringan yang
biasa digandengkan dengan traktor pertanian.

2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Mengidentifikasi parameter yang mempengaruhi tahanan
tarik pengolahan tanah pada lahan kering berkadar liat
tinggi dengan menggunakan bajak singkal.
2. Pendugaan hubungan maternatis dari proses pengolahan
tanah yang ditekankan pada hubungan antara tahanan
tarik pembajakan dengan bentuk alat bajak, cara kerja
alat dan sifat fisik serta mekanika tanah berdasarkan
analisis dimensi.
3. Menentukan operasi pembajakan yang efisien pada lahan
kering berkadar liat tinggi sesuai dengan daya traktor
tersedia dan slip yang terjadi pada roda traksi.

Anda mungkin juga menyukai