PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Atresia ani adalah suatu kelainan kongenital dimana menetapnya membrane anus
sehingga anus tertutup. Defek ini tidak selalu total, kadangkala sebuah lubang sempit
masih memungkinkan keluarnya isi usus. Bila penutupannya total anus tampak sebagai
lekukan kulit perineum, keadaan ini seringkali disertai atresia rectum bagian bawah.
Atresia ani paling sering terjadi pada bayi yang baru lahir. Frekuensi seluruh
kelainan kongenital anorektal didapatkan 1 dari tiap 5000-10000 kelahiran, sedangkan
atresia ani didapatkan 1 % dari seluruh kelainan kongenital pada neonatus dan dapat
muncul sebagai penyakit tersering. Jumlah pasien dengan kasus atresia ani pada laki-laki
lebih banyak ditemukan dari pada pasien perempuan.
Insiden terjadinya atresia ani berkisar dari 1500-5000 kelahiran hidup dengan
sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki. 20 % -75 % bayi yang menderita atresia ani
juga menderita anomali lain. Kejadian tersering pada laki-laki dan perempuan adalah
anus imperforata dengan fistula antara usus distal uretra pada laki-laki dan vestibulum
vagina pada perempuan.
Angka kajadian kasus di Indonesia sekitar 90 %. Berdasarkan dari data yang
didapatkan penulis, kasus atresia ani yang terjadi di Jawa Tengah khususnya Semarang
yaitu sekitar 50 % dari tahun 2007-2009.
Berdsarkan hasil penelitian Zainul Arifin pada tahun 2011 di RSUP H Adam malik
Meda pada gambaran klinis didapati tidak bisa buang air besar, sedangkan pada
gambaran radiologi didapati pada laki – laki golongan I dibagi menjadi 4 kelainan yaitu
kelainan fistel urin, atresia rektum, fistel tidak ada dan pada invertogram: udara > 1 cm
dari kulit. Golongan II pada laki – laki dibagi 2 kelainan yaitu kelainan fistel tidak ada
dan pada invertogram: udara < 1 cm dari kulit. Sedangkan pada perempuan golongan I
dibagi menjadi 4 kelainan yaitu, fistel vagina, fistel rektovestibular, fistel tidak ada dan
pada invertogram: udara > 1 cm dari kulit. Golongan II pada perempuan dibagi 3
kelainan yaitu kelainan fistel perineum,, fistel tidak ada. dan pada invertogram: udara < 1
cm dari kulit
1
3) Apa saja klasifikasi dari Atresia Ani ?
4) Bagaimana patofisiologi dari Atresia Ani ?
5) Apa saja manifestasi klinis dari Atresia Ani ?
6) Apa saja komplikasi dari Atresia Ani ?
7) Apa saja pemeriksaan diagnostik pada Atresia Ani ?
8) Bagaimana penatalaksanaan Atresia Ani ?
9) Bagaimana Asuhan Keperawatan pada An H dengan kasus Post Sygmoidectomy e.c
Atresia Ani ?
1.3 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mampu mengetahui dan memahami mengenai penyakit Atresi ani , Kolonostomi serta
Dapat memahami dan mengetahui Asuhan keperawatan pada kasus atresia ani.
b. Tujuan Khusus
1. Mampu memahami pengertian dari Atresia Ani
2. Mampu memahami etiologi dari Atresia Ani
3. Mampu memahami klasifikasi dari Atresia Ani
4. Mampu memahami patofisiologi dari Atresia Ani
5. Mampu memahami manifestasi klinis dari Atresia Ani
6. Mampu memahami komplikasi dari Atresia Ani
7. Mampu memahami pemeriksaan diagnostik pada pasien Atresia Ani
8. Mampu memahami tatalaksana medis dari Atresia Ani
9. Mampu Memahami Asuhan Keperawatan pada An H dengan kasus Post
Sygmoidectomy e.c Atresia Ani ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ATRESIA ANI
A. DEFINISI
2
Istilah atresia ani berasal dari bahasa yunani, yaitu “a” yang artinya tidak ada
dan trepis yang berarti makanan dan nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia ani
adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang yang normal.
Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate
meliputi anus, rectum atau batas di antara keduanya (Betz, 2002).Atresia ini
merupakan kelainan bawaan (Kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus
suatu kelainan kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna, termasuk
Agenesis ani, Agenesis rekti dan Atresia rekti.Insiden 1:5000 kelahiran yang dapat
malformasi ini dikatakan memiliki anus imperforata karena mereka tidak mempunyai
lubang dimana anus seharusnya berapa.Walaupun istilah tersebut dapat secara akurat
pada anus, otot dan saraf-saraf yang berhubungan dengan anus selalu memiliki
dimana lubang anus hilang atau tersumbat.Anus merupakan lubang menuju rektum
3
1. Karena kegagalan pembentukan sektum urorektal secara komplit karena
bulan.
4. Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rectum, sfingter, dan otot
dasar panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin
ressesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua tidak diketahui apakah
mempunyai gen carier penyakit ini. Janin yang diturunkan dari kedua orang
tua yang carier saat kehamilan mempunyai peluang sekitar 25%-30% dari bayi
2001).
Factor predisposisi
Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital
pada gastrointestinal.
2. Kelainan system perkemihan terjadi kegagalan pada genitourinary.
C. KLASIFIKASI
1. Secara Fungsional
a. Tanpa anus tetapi dengan dekompresi adekuat traktus gastrointestinalis dicapai
besar,dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi, maka bisa didapatkan
4
dekompresis pontan kolon, memerlukan beberapa bentuk intervensi bedah
segera.
2. Berdasarkan Letak
a. Anomali rendah
Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborektalis, terdapat
sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan
kateter urin. Bila kateter terpasang dan urin jernih, berarti fistel terletak
dubur jari tidak dapat masuk lebih dari 1-2 cm. Tidak ada evakuasi
5
Tidak ada keterangan lebih lanjut.
- Fistel tidak ada
Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada
Golongan II
- Kelainan fistel perineum
Fistel perineum sama dengan pada perempuan, lubangnya
terletak lebih anterior dari letak anus normal, tetapi tanda timah anus
6
Bila terdapat kloaka maka tidak ada pemisahan antara traktus
kolostomi.
- Fistel rektovestibular
Pada fistel vestibulum, muara fistel terdapat di vulva. Umumnya
pemerikasaan colok dubur jari tidak dapat masuk lebih dari 1-2 cm.
kolostomi.
- Fistel tidak ada
Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada invertogram,
Golongan II
- Kelainan fistel perineum
Lubang fistel perineum biasanya terdapat diantara vulva dan
tempat letak anus normal, tetapi tanda timah anus yang buntu
menimbulkan obstipasi
- Stenosis anus
Pada stenosis anus, lubang anus terletak di tempat yang
7
Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada invertogram,
D. PATOFISIOLOGI
Anus dan rectum berkembang dari embrionik bagian belakang.Ujung ekor
dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitoury
dan struktur anorektal.Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal
fetal.Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sacral dan
abnormalitas pada uretra dan vagina.Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar
obstrksi.
kelainan ini terjadi Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara
komplit karena gangguan, fusi dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik.
Pada kelainan bawaan anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter dan otot
dasar panggul.Namun demikian pada agenesis anus, sfingter internus mungkin tidak
menjadi rektum dan sinus urogenital sehingga biasanya disertai dengan gangguan
antara saluran kemih dan saluran genital.Kegagalan migrasi dapat juga karena
8
kegagalan dalam agenesis sacral dan abnormalitas pada uretra dan vagina.Tidak ada
pembukaan usus besar yang keluar melalui anus sehingga menyebabkan fekal tidak
pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi baru lahir tanpa lubang
menembusnya.
3. Rendah : rectum berakhir di bawah M. levator ani sehingga jarak
Kelainan kongenital
ATRESIA ANI
9
Tidak ada pembukaan usus besar Hubungan abnormal rectum dan vagina
melalui anus
KONSTIPASI
Feses tidak keluar Kebocoran isi anus
Feses meningkat Feses Menumpuk Feses masuk uretra
Tekanan Intra abdominal Meningkat Mual dan Muntah Microorganisme masuk dalam sal
kemih
Pembedahan Nafsu makan menurun
Infeksi Saluran Kemih
GGN ELIMINASI URINE
Kurangnya Informasi NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH
DEFISIT PENGETAHUAN Trauma pada jaringan
Perubahan defekasi
E. MANIFESTASI KLINIS
Bayi muntah muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat defekasi
bayi buang air besar feses keluar dari (vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah
rektourinarius. Sedang pada bayi laki laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan
berakhir di kandung kemih atau uretra dan jarang rektoperineal. Gejala yang akan
timbul :
1. Meconium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah dilahirkan
2. Tidak dapat dilakukan suhu rektal pada bayi
3. Meconium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya salah.
4. Perut kembung
5. Bayi muntah muntah pada umur 24-48 jam
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terdapat pada atresia ani antara lain :
1. Asidosis hiperkloremia
2. Infeksi saluran kemih yang bias berkepanjangan
3. Kerusakan uretra( akibat prosedur bedah)
4. Komplikasi jangka panJang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat
10
8. Fistula (karena ketegangan abdomen, diare, pembedahan dan infeksi).
G. PENEGAKAN DIAGNOSIS
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti. Pada anamnesis dapat ditemukan:1
a. Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir
b. Tidak ditemukan anus, kemungkinan juga ditemukan adanya fistula
c. Bila ada fistula pada perineum maka mekoneum (+) dan kemungkinan kelainan
akhiran rektum < 1 cm dari kulit maka disebut letak rendah. Akhiran rektum > 1
11
Bila fistel rektovaginal atau rektovestibuler dilakukan kolostomi terlebih
dahulu.
Bila fistel (-) maka dilakukan invertrogram: apabila akhiran < 1 cm dari kulit
vestibulum atau fistel perianal maka kelainan adalah letak rendah . Bila Pada
pemeriksaan fistel (-) maka kelainan adalah letak tinggi atau rendah.
Pemeriksaan foto abdomen setelah 18-24 jam setelah lahir agar usus terisis,
dengan cara Wangenstein Reis (kedua kaki dipegang posisi badan vertikal
dengan kepala dibawah) atau knee chest position (sujud) dengan bertujuan agar
fistulografi.1
Pada pemeriksan klinis, pasien malformasi anorektal tidak selalu
ditegakkan pada pemeriksaan klinis segera setelah lahir dengan inspeksi daerah
beberapa jam pertama setelah lahir dan mekonium harus dipaksa keluar melalui
fistula rektoperineal atau fistula urinarius. Hal ini dikarenakan bagian distal
rektum pada bayi tersebut dikelilingi struktur otot-otot volunter yang menjaga
rektum tetap kolaps dan kosong. Tekanan intrabdominal harus cukup tinggi
untuk menandingi tonus otot yang mengelilingi rektum. Oleh karena itu, harus
ditunggu selama 16-24 jam untuk menentukan jenis malformasi anorektal pada
12
Inspeksi perianal sangat penting. Flat "bottom" atau flat perineum,
ditandai dengan tidak adanya garis anus dan anal dimple mengindikasikan
bahwa pasien memiliki otot-otot perineum yang sangat sedikit. Tanda ini
colostomy.
Tanda pada perineum yang ditemukan pada pasien dengan malformasi
handle" (skin tag yang terdapat pada anal dimple), dan adanya membran pada
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan atresia ani tergantung klasifikasinya. Pada atresia ani letak tinggi
harus dilakukan kolostomi terlebih dahulu. Pada beberapa waktu lalu penanganan atresia
menimbulkan inkontinen feses dan prolaps mukosa usus yang lebih tinggi. Pena dan
Defries pada tahun 1982 memperkenalkan metode operasi dengan pendekatan postero
sagital anorektoplasti, yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter eksternus dan
muskulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rektum dan pemotongan
fistel.
Keberhasilan penatalaksanaan atresia ani dinilai dari fungsinya secara jangka
trauma psikis. Untuk menangani secara tepat, harus ditentukankan ketinggian akhiran
rektum yang dapat ditentukan dengan berbagai cara antara lain dengan pemeriksaan fisik,
radiologis dan USG. Komplikasi yang terjadi pasca operasi banyak disebabkan oleh
karena kegagalan menentukan letak kolostomi, persiapan operasi yang tidak adekuat,
13
perawatan post operasi yang buruk. Dari berbagai klasifikasi penatalaksanaannya
berbeda tergantung pada letak ketinggian akhiran rektum dan ada tidaknya fistula.
Leape (1987) menganjurkan pada:
1. Atresia letak tinggi dan intermediet dilakukan sigmoid kolostomi atau TCD dahulu,
provokasi dengan stimulator otot untuk identifikasi batas otot sfingter ani ekternus
3. Bila terdapat fistula dilakukan cut back incicion
4. Pada stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin, berbeda dengan Pena dimana
dilakukan kolostomi terlebih dahulu untuk dekompresi dan diversi. Operasi definitif
setelah 4 – 8 minggu. Saat ini teknik yang paling banyak dipakai adalah posterosagital
terdiri dari saraf dan otot yang dapat diidentifikasi dan fistula dipisahkan dari
rektum.Pembuatan lubang anus dimana saraf dan otot rektum berada, bertujuan untuk
tidak ditutup selama prosedur operasi. Kotoran akan tetap keluar melalui kolostomi
dan memberi waktu bagi lubang anus yang baru untuk sembuh.
14
2.2 KOLOSTOMI
A. DEFINISI
Kolostomi adalah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam kolon iliaka
(assenden) sebagai tempat mengeluarkan feses (Pearce, 2009 dalam N ainggolan &
Asrizal, 2013).
tujuan dilakukan operasi dan 10% diantaranya adalah kolostomi permanen (Vonk -
pecahnya livertikulitis, perforasi usus, trauma usus atau penyakit /kerusakan sumsum
tulang belakang sehingga tidak adanya control dalam buang air besar. Dari beberapa
(2010) adalah kanker kolorektal . Kanker kolorektal merupakan penyakit keganasan yang
15
menyerang usus besar (Manggarsari, 2013). Jenis kanker ini paling sering ditemui,
terutama pada wanita atau pria yang berusia 50 tahun atau lebih (Irianto, 2012)
sedangkan colon accendens dan descendens sangat jarang dipergunakan untuk membuat
Beberapa perbedaan antara stoma pada orang dewasa daan anak-anak telah diketahui.
Kebanyakan stoma pada orang dewasa biasanya di buat pada ileum distal atau kolon
untuk penanganan inflamatory bowel disease, keganasan dan trauma; stoma yang
lebih proksimal jarang dibuat. Berbeda dengan stoma pada bayi dan anak-anak yang
Juga efek dari sebuah stoma pada tumbuh kembang fisik dan emosional merupakan
pertimbangan yang harus dipikirkan pada anak. Colostomy pada bayi dan anak
hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat, sedang pada orang dewasa
merupakan keadaan yang pathologis. Colostomy pada bayi dan anak biasanya bersifat
sementara.
kelainan congenital Atresia Ani. Atresia ani termasuk kelainan kongeniatal yang
cukup sering dijumpai, menunjukkan suatu keadaan tanpa anus atau dengan anus yang
kongenital pada neonatus Frekuensi paling tinggi didapatkan pada ras kaukasia dan
Secara embriologis atresi ani terjadi akibat gangguan perkembangan pada minggu 4-6
16
kehamilan, dimana terjadi gangguan pertumbuhan septum urorectal yang
letak rendah. Pada letak tinggi otot levatorani pertumbuhannya abnormal, sedang otot
yang ideal untuk pelaksanaan atresia ani. Tindakan kolostomi merupaka upaya
gambarananatomi
terlebih dahulu akan meningkatkan risiko infeksi dan tidak dapat menggambarkan
anatomi secara lengkap. Infeksi dan dehisensi masih merupakan komplikasi yang
kolostomi akan mengalami disfungsi dan akan terjadi atropi karena tidak digunakan.
Dengan kolostomi desenden maka segmen yang mengalami disfungsi akan lebih
kecil. Atropi dari segmen distal akan berakibat terjadinya diare cair sampai beberapa
periode setelah dilakukan penutupan stoma dan hal ini dapat diminimalkan dengan
dilakukan jika kolostomi terletak di bagian kolon desenden. Pada kasus dengan fistula
urorektal, urin sering keluar melalui kolon, untuk kolostomi distal akan keluar melalui
stoma bagian distal tanpa adanya absorbsi. Bila stoma terletak di kolon proksimal,
17
urin akan keluar ke kolon dan akan diabsorbsi, hal ini akan meningkatkan risiko
terjadinya asidosis metabolik. Loop kolostomi akan menyebabkan aliran urin dari
stoma proksimal ke distal usus dan terjadi infeksi saluran kencing serta pelebaran
distal rektum. Distensi rektum yang lama akan menyebabkan kerusakan dinding usus
yang irreversibel yang dapat disertai dengan kelainan hipomotilitas usus yang
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada
beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara
Kolostomi Permanen
atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses
melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan satu
ujung lubang).
mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan
18
abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang
C. INDIKASI
Indikasi colostomy yang permanent. Pada penyakit usus yang ganas seperti carsinoma
D. KOMPLIKASI
Prolaps, merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit.
abdominal tinggi, dinding abdomen tipis dan tonusnya yang lemah serta
lritasi Kulit
Hal ini terutama pada colostomy sebelah kanan karena feces yang keluar
mengandung enzim pencernaan yang bersifat iritatif. Juga terjadi karena cara
19
membersihkan kulit yang kasar, salah memasang kantong dan tidak tahan akan
plaster.
Diare
Makin ke proksimal colostominya makin encer feces yang keluar. Pada sigmoid
biasanya normal.
Stenosis Stoma
Kontraktur lumen terjadi penyempitan dari celahnya yang akan mengganggu pasase
normal feses.
Eviserasi
Dinding stoma terlepas dari dinding abdomen sehingga organ intra abdomen keluar
melalui celah.
Obstruksi/ penyumbatan
pengerasan feses yang sulit dikeluarkan, udem ataupun timbunan feses. Stricture
atau total obstruksi pada stroma dapat terjadi jika pembuatan lobang untuk
irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanen tindakan
irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat melakukannya sendiri di kamar mandi.
Infeksi
terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus
20
menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan
Terjadi karena tidak cukupnya panjang stoma. Komplikasi ini dapat ditangani
pilihan penanganan.Sering juga terjadi pada penderita yang gemuk atau overweight.
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan
juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami
pengkerutan.
Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur penyokong
Stenosis
Perdarahan stoma
Hernia Parastomal
mungkin karena pembuatan lubang stoma yang terlalu besar atau peletakkan stoma
diluar muskulus rektus. Indikasi tindakan koreksinya adalah adanya gejala obstruksi,
nyeri para stomal, kesulitan perawatan stoma atau pemasangan stoma bag /
appliance. Relokasi stoma dan penutupan defek hernia adalah tindakan yang paling
efektif.
21
Terjadi diakibatkan tidak adekuatnya suplai darah. Komplikasi ini biasanya terlihat
12-24 jam setelah pembedahan dan biasa diperlukan pembedahan tambahan untuk
menanganinya.
fistula parastomal
Dapat terjadi jika terjadi in feksi yang cronis atau abces para stoma yang tidak di
tangani dengan baik sehingga abses akan membentuk fistel enterocutan.Dapat juga
terjadi sewaktu operasi berupa kesalah , penjahitan sehingga ada bagian yang
Terjadi akibat makanan yang di makan penderita karena keluar melalui stoma
menimbulkan allergi atau iritasi yang berulang.atau bisa juga karena penderita
mengalami allergi terhadap bahan colostomi bag seperti lem pelengker , plastik dll.
dehischence parastoma.
Terjadi karena infeksi yang berat dan kronis berulang - ulang sehingga jahitannya
lepas , ini memerlukan repair ulang sesegera mungkin sebab berpotensi untuk menjadi
Untuk mencegah komplikasi, diperlukan colostomi dengan teknik benar serta perawatan
E. KONTRA INDIKASI
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
22
Colon inloop
Colonoscopy
USG abdomen
Perawatan stoma harus diajarkan pada pasien dan keluarga. Singkatnya masa
perawatan (2-4 minggu) membuat pasien dan keluarga belum sepenuhnya terlatih dalam
teknik perawatan luka stoma sebelum pulang Pasien membutuhkan orang lain ketika
meninggalkan Rumah Sakit (WHO, 2005). Pasien dengan pemasangan kolostomi perlu
berbagai penjelasan baik sebelum maupun setelah operasi, terutama tentang perawatan
kolostomi bagi pasien yang harus menggunakan kolostomi permanen. Pada pasien anak,
peran orang tua sangatlah penting dalam melakukan perawatan kolostomi di rumah
Jadwal makan atau pola makan yang harus dilakukan untuk menyesuaikan.
Berbagai aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien.
Berbagi hal/ keluhan yang harus dilaporkan segera pada dokter ( jika pasien
23
Berobat/ control ke dokter secara teratur.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST SIGMOIDESTOMY ec ATRESIA
ANI DAN PROLAPS STOMA PRO REPAIR STOMA
1. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : An. H No. Register :11269411
Umur : 1 Thn 9 Bulan Tgl Masuk :19-12-2016 (Pkl. 07.18 WIB)
Jenis Kelamin : Perempuan Tgl pengkajian : 26-12-2016
Alamat : Jati Tamban RT.003 RW. 004 Sumber informasi: Orang tua
Kab. Bondowoso
Nama Orang tua: Tn. S :
Pekerjaan :
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Suku : Jawa
24
Saat MRS :
Klien datang dengan keluhan sudah terpasang stoma namun selalu keluar ketika
klien mengejan
Saat Pengkajian :
Saat dilakukan pengkajian An. H tampak rewel saat didatangi petugas kesehatan,
stoma selalu keluar saat klien mengejan.
2.Upaya yang telah dilakukan:
Mengunjungi pelayanan kesehatan, post op sigmoidestomy
3.Diagnosa Medis :
Post sigmoidestomy ec atresia ani + prolaps stoma pro repair stoma
25
4. Imunisasi
Imunisasi lengkap
G. Riwayat keluarga
Menurut ibu, tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit seperti klien
H. Pola aktifitas
Jenis Rumah Rumah sakit
Makan / minum Dibantu Dibantu
Mandi Dibantu Dibantu
Berpakaian Dibantu Dibantu
Toileting Dibantu Dibantu
Mobilitas di tempat Mandiri Dibantu
tidur
Berpindah dan berjalan Dibantu Dibantu
Bermain Mandiri dan aktif bermain Aktifitas anak diatas tempat
tidur
I. Pola Nutrisi
Jenis Rumah Rumah sakit
Jenis makanan Nasi, sayur, ikan Nasi 50 gram
Frekuensi makan 3 x sehari 3 x sehari
Porsi yang dihabiskan Habis 1 porsi Habis 1 porsi
Komposisi menu Nasi, lauk hewani, nabati Nasi, lauk hewani, nabati,
sayur, buah, susu.
Pantangan Tidak ada Tidak ada
Nafsu makan Baik Baik
Jenis minuman Air putih, susu Air putih, susu
Frekuensi minum 3 – 5 kali sehari 3 – 6 kali sehari
Jumlah minuman 4 gelas 5 gelas
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
26
J. Pola eliminasi
1. BAB
Jenis Rumah Rumah sakit
Frekuensi 3 – 4 kali / hari
Konsistensi Lembek, padat Lembek, padat
Warna / bau Kekuningan Kekuningan
Kesulitan Tidak ada
Upaya menangani Tidak ada
2. BAK
Jenis Rumah Rumah sakit
Frekuensi 3 – 4 kali / hari 3 – 4 kali / hari
Warna / bau Kekuningan Kekuningan
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya menangani Tidak ada Tidak ada
2. Tidur malam
Jenis Rumah Rumah sakit
Lama tidur 5 – 8 jam 5 – 8 jam
Kenyamanan setelah tidur Tidak ada gangguan Tidak ada gangguan
Kebiasaan sebelum tidur Ditemani oleh ibunya Ditemani oleh ibunya
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya menangani Tidak ada Tidak ada
L. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Kesadaran Composmentis
TTV N : 114 x/menit
S : 36 0C
RR : 32 x/mnit
27
TB : 77 cm
BB : 10 Kg
2. Abdomen
Inspeksi : Tampak Stoma ukuran ± 5 cm, menonjol
Palpasi : Supel
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+)
Hematocrit 36,9 %
Neutrofil 18,3 %
Limfosit 76,4 %
SGOT 37 U/L
ALT/SGPT 8 U/L
28
- Nadi : 114x/m
Ketakutan
DO : Prosedur invasif
- Leukosit : 11.300 (Sigmoidostomi}
103µL
- Terpasang stoma pada Resiko Infeksi
abdomen klien,ukuran
≤ 5 cm.
DS:
Orang tua klien Atresia Ani
DO : Kerumitan regimen
terapeutik
Ketidakefektifan manajemen
keluarga
Prolaps Stoma
Cemas
29
1. Kecemasan ibu b/d perubahan Status kesehatan anaknya
2. Ketakutan b/d lingkungan yang tidak dikenal
3. Resiko infeksi b/d prosedur invasif
4. Ketidakefektifan manajemen keluarga b.d kerumitan regimen terapeutik
30
IV. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
31
3 Kesulitan dalam 2 4 5 : Tidak - Eksplorasi bersama ibu pasien mengenai
belajar/memahami 2 4 ada metode sebelumnya pada saat menghadapi
sesuatu
masalah kehidupan
4 Tidak bisa 2 4 - Evaluasi kemampuan ibu dalam membuat
mengambil
keputusan
NOC : Kontrol Kecemasan Diri - Berikan penilaian mengenai pemahaman ibu
32
Saat Kategori
Target
Pengkajian Skala Target
1 Mengenali realita 2 4 1: Tidak
pernah
situasi kesehatan
2 4 dilakukan
Menyesuaikan
2 2: Jarang
perubahan dalam 2 4 dilakukan
status kesehatan 3: Kadang-
3 Mengatasi status kadang
2 4 dilakukan
kesehatan yang ada
4: Sering
dilakukan
5: Dilakukan
secara
konsisten
33
dikenal jam,diharapkan anak dapat beradaptasi dengan lingkungan - Gunakan pendekatan yang tenang dan
hospitalisasi yang ditandai dengan kenyamanan saat meyakinkan
perawatan. - Jelaskan semua prosedur pada keluarga
-Anak tidak takut selama dilakukan perawatan mungkin akan dialami klien selama prosedur
34
Saat
Target
Kategori bayi/anak
Pengkajian Skala Target - Duduk dan bicara dengan klien
1. Anggota keluarga 3 5 1 : Tidak
- Tawarkan cairan hangat atau susu hangat
mengungkapkan keinginan pernah
c) Peningkatan Sistem Dukungan
untuk mendukung anggota menunjukan - Identifikasi respon psikologis terhadap situasi
keluarga yang sakit 2 : Jarang
dan ketersediaan system dukungan
2. Anggota keluarga bertanya 3 5 menunjukkan
- Identifikasi tingkat dukungan
bagaimana mereka dapat 3 : Kadang
membantu menunjukkan keluarga,dukungan keuangan,dan sumber
3. Meminta informasi 3 5 4 : sering daya lainya
mengenai prosedur menunjukkan - Libatkan keluarga,orang terdekat,dan teman-
4. Anggota keluarga 3 5 5 : Secara
teman dalam perawatan dan perencanaan
mempertahankan konsisten
- Identifikasi sumber daya yang tersedia
komunikasi dengan anggota menunjukkan
keluarga yang sakit terkait dengan dukungan pemberi perawatan
5. Anggota keluarga 3 5
memberikan dorongan
kepada anggota keluarga
yang sakit
6. Bekerja sama dengan 3 5
penyedia layanan kesehatan
dalam menentukan
perawatan
DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI
NO TGL
KEPERAWATAN (NOC ) (NIC)
3 Resiko infeksi Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan NIC : Infection Control
1. Membersihkan lingkungan di sekitar
berhubungan dengan diharapkan pasien tidak mengalami infeksi. Didapatkan skor
pasien untuk meminimalisir
prosedur invasif pada indikator
35
NOC Infection Severity (Keparahan Infeksi) perkembangbiakan mikroorganisme
Skala penyebab infeksi
Kategori 2. Ganti peralatan perawatan per pasien
No. Indikator Saat
Target Skala
Pengkajian
Target sesuai protocol institusi
1. Demam 5 5 1 : Berat 3. Ajarkan cara cuci tangan bagi tenaga
2. Kemerahan 5 5 2 : Cukup
kesehatan
3. Hilang nafsu 5 5 Berat 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah
makan 3 : Sedang kegiatan perawatan pasien
4. Ketidakstabilan 5 5 4 : Ringan 5. Lakukan tindakan-tindakan
suhu 5 : Tidak pencegahan yang bersifar universal
5. Peningkatan 4 5 ada 6. Pakai pakaian ganti atau jubbah saat
jumlah sel darah menangani bahan bahan yang
. putih
infeksius
7. Tingkatkan intake nutrisi yang tepat
8. Mengajarkan kepada pasien dan
keluarga tentang tanda dan gejala
infeksi dan kapan harus segera lapor
ke tenaga kesehatan
9. Mengajarkan pasien dan anggota
keluarga mengenai bagaimana
menghindari infeksi.
NIC : Pengecekan Kulit
1. Periksa kulit terkait dengan adanya
kemerahan,kehangatan
36
ekstrim,edema.
2. Monitor warna dan suhu kulit
3. Monitor kulit dan selaput lendir
terhadap area perubahan
warna,memar dan dan pecah.
4. Monitor kulit untuk adanya
kekeringan yang berlebihan dan
kelembaban.
5. Monitor kulit untuk adanya ruam
dan lecet.
6. Ajarkan anggota keluarga/pemberi
asuhan mengenai tanda-tanda
kerusakan kulit dengan tepat.
37
4 Ketidakefektifan Tujuan: NIC :
manajemen keluarga Manajemen kesehatan keluarga yang efektif Peningkatan Keterlibatan Keluarga:
b.d kerumitan regimen Kriteria Hasil: 1.Identifikasi kemampuan anggota keluarga
terapeutik Pola pengaturan dan pengintegrasian ke dalam proses untuk terlibat dalam perawatan pasien.
keluarga,suatu program untuk pengobatan penyakit sangat 2.Ciptakan budaya fleksibilitas untuk keluarga
memuaskan untuk memenuhi tujuan kesehatan 3.Tentukan sumber daya fisik,emosional,dan
NOC: edukasi dari pemberi perawatan utama
-Partisipasi Keluarga Dalam Perawatan Profesional 4.Identifikasi harapan anggota keluarga untuk
Skala pasien
-No. Indikator Saat
Target
Kategori Skala
Pengkajian Target 5.Dorong anggota keluarga dan pasien untuk
1. Berpartisipasi 4 5 1 : Tidak pernah
membantu dalam mengembangkan rencana
dalam menunjukan
2 : Jarang perawatan,termasuk hasil yang diharapkan dan
perencanaan
perawatan
menunjukkan pelaksanaan rencana perawatan
3 : Kadang
2. Memperoleh 1 4 6.Monitor keterlibatan anggota keluarga dalam
menunjukkan
informasi yang
4 : sering perawatan pasien
diperlukan menunjukkan 7.Fasilitasi pemahaman mengenai aspek medis
3. Mengidentifikasi 1 4 5 : Secara
dari kondisi pasien pada anggota keluarga
faktor-faktor yang konsisten
menunjukkan 8.Tentukan tingkat ketergantungan pasien pada
. mempengaruhi
perawatan anggota keluarga,yang sesuai untuk usia atau
penyakit
38
Identifikasi Risiko
Skala
Saat 1.Kaji ulang data yang didapatkan dari
No Indikator Kategori
Pengkaji Target pengkajian risiko secara rutin
Skala Target
an
1 Manfaat manajemen 2 4 1.Tidak ada 2.Identifikasi adanya sumber-sumber agensi
penyakit pengetahuan
untuk membantu menurunkan faktor risiko
2. Tanda dan gejala 2 4 2.Pengetahu
3.Pertimbangkan pemenuhan terhadap perawatan
penyakit an terbatas
3. .Rejimen pengobatan 2 4 3.Pengetahu
medis dan keperawatan
an sedang 4.Instruksikan faktor risiko dan rencana untuk
4.Pengetahu mengurangi faktor risiko
an banyak 5.Implementasikan aktivitas-aktivitas
5.Pengetahu
pengurangan risiko.
an sangat
banyak
39
BAB IV
KESIMPULAN
Merupakan defek kongenital dimana lubang anus hilang atau tersumbat.Anus merupakan
lubang menuju rektum dimana kotoran meninggalkan tubuh yang mana penyebabnya masih
belum diketahui secara pasti . salah satu tanda yang dapat dicurigai ketika seorang anak
menderita atresia ani yaitu tidak keluarnya meconium 24 jam pertama saat bayi baru lahir.
Penatalaksanaan pada atresia nai tergantung klasifikasinya . Untuk atresia ani yang
lebih tinggi perlu adanya tindakan kolostomi terlebih dahulu kemudian dilanjutkan tindakan
PSARP. Keberhasilan penatalaksanaan atresia ani dinilai dari fungsinya secara jangka
panjang, meliputi anatomisnya, fungsi fisiologisnya, bentuk kosmetik serta antisipasi trauma
psikis. Untuk menangani secara tepat, harus ditentukankan ketinggian akhiran rektum yang
dapat ditentukan dengan berbagai cara antara lain dengan pemeriksaan fisik, radiologis dan
USG. Komplikasi yang terjadi pasca operasi banyak disebabkan oleh karena kegagalan
menentukan letak kolostomi, persiapan operasi yang tidak adekuat, keterbatasan pengetahuan
anatomi, serta ketrampilan operator yang kurang serta perawatan post operasi yang buruk.
Dari berbagai klasifikasi penatalaksanaannya berbeda tergantung pada letak ketinggian
akhiran rektum dan ada tidaknya fistula.
Ada beberapa komplilkasi yang kemungkinan dapat terjadi pada pasien post
kolostomi salah satunya yang terjadi pada An H yaitu prolaps pada stoma yang dpat terjadi
dikarenakan beberapa hal yaitu seperti peristaltik usus meningkat, fixasi usus tidak sempurna,
mesocolon yang panjang, tekanan intra abdominal tinggi, dinding abdomen tipis dan
tonusnya yang lemah serta kemungkinan omentum yang pendek dan tipis. Untuk itu
prntingnya pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga pasien dengan stoma untuk
mencegah komplikasi yang terjadi.
40
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek Gloria M dkk , 2013 . Nursing Outcomes Classifications Edisi Kelima . United
Kingdom . Elsevier Global Rights
Herdman T Heather. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
klasifikasi 2015-2017 . Jakarta . EGC
Manjoer , Arief dkk . 2008 . Kapita Selecta Kedokteran. Jakarta . Media Aesculapius
Moorhead Sue dkk , 2013 . Nursing Outcomes Classifications Edisi Kelima . United
Kingdom . Elsevier
Zainul Arifin , 2011 , Gambaran jenis Atresia Ani pada pada penderita atresia ani di RSUP H.
Adam Malik Medan tahun 2008 – 2010 , Medan . USU Repository
Yuliansyah Jeri ,2012 , Hubungan tingkat pengetahuan orang tua dalam perawatan kolostomi
pada anak dengan komplikasi kolostomi , Medan . USU Repository
41