Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KULIAH

FILSAFAT DAN ETIKA BISNIS ISLAMI

Dosen Pengampu: Dr. Mukti Fajar ND, SH., M.Hum

Disusun Oleh:

Arup Wikana (20171020015)

Alex Munasir (20171020027)

Dola Fitritha R.H (20171020047)

Harbyanto Junarta (20171020029)

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER MANAJEMEN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam menjalankan bisnisnya, pelaku bisnis harus melakukan kegiatan
bisnisnya sesuai dengan aturan, norma dan etika yang berlaku. Oleh karena itu
etika bisnis sangatlah diperlukan dalam dunia bisnis agar terjadinya persaingan
yang sehat antar pelaku bisnis. Etika bisnis merupakan standard moral yang
diterapkan dalam kebijakan, institusi dan perilaku bisnis. Perusahaan meyakini
bahwa prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang memiliki etika, artinya bisnis
yang dijalankan dengan mentaati aturan-aturan atau kaidah-kaidah etika sesuai
dengan peraturan dan hukum yang berlaku. Ketika suatu perusahaan tidak
melakukan kegiatannya sesuai dengan norma, aturan dan etika maka akan
mendapatkan citra yang buruk di masyarakat, cepat atau lambat akan merugikan
perusahaan itu sendiri.
Pada kenyataannya dalam dunia bisnis tidak jarang belaku konsep tujuan
menghalalkan segala cara, sehingga ada beberapa perusahaan yang melanggar
etika dan hukum bisnis. Seperti pelanggaran etika bisnis yang dilakukan oleh PT
Megasari Makmur dalam komposisi produk obat nyamuk yang mereka produksi.
Oleh karena itu penulis ingin membahas mengenai pelanggaran yang dilakukan
dan bagaimana cara mengatasinya
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Etika Bisnis


Pengertian etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” berarti adat istiadat
atau kebiasaan. Hal ini berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup
baik, atauran hidup yang baik, kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu
orang ke orang lain atau dari satu generasi ke generasi lainnya.
Dalam bahasa Kant, etika berusaha menggugah kesadaran manusia untuk
bertindak secara otonom dan bukan secara heteronom. Etika bermaksud
membantu manusia untuk bertindak secara bebas, tetapi dapat
dipertanggungjawabkan.
Sehingga etika bisnis adalah studi yang dikhususkan mengenai moral yang
benar dan salah. Studi yang berkonsentrasi pada standard moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez 2005).

2.2 Hal-hal yang Harus Diketahui dalam Menciptakan Bisnis


Menurut Richard De George, bila perusahaan ingin sukses/berhasil
memerlukan 3 hal pokok yaitu:
1. Produk yang baik
2. Managemen yang baik
3. Memiliki Etika

Dalam menciptakan etika bisnis, ada hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1) Pengendalian diri
2) Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
3) Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi.
4) Menciptakan persaingan yang sehat
5) Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6) Menghindari sifat KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme) yang dapat
merusak tatanan moral
7) Harus mampu untuk menyatakan hal yang benar itu adalah benar.
8) Membentuk sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan
golongan pengusaha ke bawah.
9) Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati
bersama.
10) Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang
telah disepakati.
11) Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum
positif yang berupa peraturan maupun perundang-undangan.

Ada 3 jenis masalah yang dihadapi dalam Etika yaitu:


1. Sistematik
Masalah-masalah sistematik dalam etika bisnis pertanyaan-pertanyaan etis
yang muncul mengenai sistem ekonomi, politik, hukum, dan sistem sosial
lainnya dimana bisnis beroperasi.
2. Korporasi
Permasalahan korporasi dalam perusahaan bisnis adalah pertanyaan-
pertanyaan yang dalam perusahaan-perusahaan tertentu. Permasalahan ini
mencakup pertanyaan tentang moralitas aktivitas, kebijakan, praktik dan
struktur organisasional perusahaan individual sebagai keseluruhan.
3. Individu
Permasalahan individual dalam etika bisnis adalah pertanyaan yang muncul
seputar individu tertentu dalam perusahaan. Masalah ini termasuk pertanyaan
tentang moralitas keputusan, tindakan dan karakter individual.

2.3 Prinsip-prinsip Etika Bisnis


Menurut Sonny Keraf (1998) prinsip-prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut:
1. Prinsip otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan
dan bertindak berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa yang dianggapnya
baik untuk dilakukan.

2. Prinsip Kejujuran
a. Kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak
b. Kejujuran dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga
sebanding
c. Kejujuran dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan

3. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai
dengan aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional objektif dan
dapat dipertanggung jawabkan.

4. Prinsip saling menguntungkan


Menuntut agar bisnis menguntungkan semua pihak.

5. Prinsip Integritas moral


Prinsip ini dihayati sebagai tuntutan internal dalam pelaku bisnis.

2.4 Perlindungan Konsumen dalam Etika dan Hukum Bisnis


Azas dan Tujuan Perlindungan Konsumen, yaitu:
1) Asas Manfaat
Mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan
konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan
konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.
2) Asas Keadilan
Partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan
memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk
memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
3) Asas Keseimbangan
Memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha,
dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual.
4) Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen
Memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen
dalarn penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
dikonsumsi atau digunakan;
5) Asas Kepastian Hukum
Baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan memperoleh
keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara
menjamin kepastian hukum.

Menurut Undang-undang no. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen:


Pasal 1 butir 1, 2, dan 3:
1. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
2. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
3. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersamasama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Tanggung Jawab Pelaku Usaha:
Dalam Pasal 19 mengatur tanggung jawab kesalahan pelaku usaha terhadap
produk yang dihasilkan atau diperdagangkan dengan memberi ganti kerugian
atas kerusakan, pencemaran, kerusakan, kerugian konsumen.
Bentuk kerugian konsumen dengan ganti rugi dengn pengembalian uang,
penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, perawatan
kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.
Sesuai dengan Pasal 4 Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK),
Hak-hak Konsumen adalah:
1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa;
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan;
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan atau jasa;
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut;
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
Hak pelaku usaha dalam pasal 6 UUPK adalah:
1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan
mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang
beritikad tidak baik;
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian
hukum sengketa konsumen;
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Profil PT Megasari Makmur


PT. Megasari Makmur didirikan pada tahun 1996, dengan pabrik yang
berlokasi di daerah Gunung Putri, Bogor – Jawa Barat, Indonesia. Perusahaan ini
merupakan produsen berbagai produk rumah tangga: Air Freshener, Basah
Organ, Produk Perawatan Bayi, Aluminium Foil & Plastik Wrapping untuk
Makanan, Kitchen Kain, Kaleng LPG, Tiriskan Pembuka, Mobil & motor Produk
Perawatan, Metal Polisher, Fly & Rat Lem, Insektisida, dll.
A Foreign Direct Investment (FDI) perusahaan di Indonesia, PT. Megasari
Makmur selalu berusaha untuk unggul dalam kegiatan operasional, dan telah
memperluas pasar ke negara-negara asing di beberapa benua. Di negara asalnya
sendiri, PT. Megasari Makmur menghasilkan banyak pemimpin pasar seperti:
STELLA, FOGO, WETTIES, Mitu, KLINPAK, POLYTEX, WONDER
BAKAR, SHOCK, CARRERA, Autosol, CAP GAJAH, HIT, dll. Mereka telah
menerima beberapa penghargaan untuk produk bermerek terkemuka. Melalui
perbaikan terus-menerus, PT. Megasari Makmur terus mempertahankan produk
dan layanan terbaik untuk memenuhi kebutuhan pelanggan besok.

3.2 Permasalahan
Peristiwa inspeksi mendadak Badan Pupuk dan Obat-obatan Departemen
Pertanian di PT. Megasari Makmur, Rabu (7/6), menemukan produsen pembasmi
nyamuk HIT ini menggunakan pestisida berbahan aktif klorpirifos dan diklorvos.
Pihak manajemen perusahaan di Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat, masih
menggunakan kedua zat berbahaya dengan alasan belum menerima izin baru dari
Departemen Pertanian.
Deptan telah mengeluarkan larangan pemakaian klorpirifos dan diklorvos
sejak April 2004.Namun, dengan dalih belum mendapat izin baru, perusahaan ini
memproduksi obat pembasmi nyamuk dengan zat berbahaya. Diklorvos sangat
berpotensi menyebabkan kanker hati, menghambat pertumbuhan organ, serta
kematin janin. Diklorvos juga merusak kemampuan reproduksi dan merusak
produksi dan kualitas air susu ibu. Deptan menerbitkan larangan pemakaian
pestisida jenis klorpirifos dan diklorvos sesuai surat edaran Komisi Pestisida
Nomor 166 Tahun 2004. Kedua zat ini dapat menimbulkan pengaruh negatif
terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
Sehingga atas pelanggaran ini, PT Megasari diminta menarik seluruh
produknya dalam waktu dua bulan. Walau pemerintah telah meminta PT
Megasari Makmur, produsen HIT, untuk menarik seluruh produknya, pembasmi
nyamuk berbahan berbahaya itu ternyata masih beredar di pasaran. Adapun
pembasmi nyamuk HIT menggunakan bahan klorpirifos dan diklorvos. Padahal
kedua bahan pestisida ini telah dilarang digunakan oleh Departemen Pertanian
sesuai surat edaran Komisi Pestisida Nomor 166 Tahun 2004. Adapun
masyarakat tampaknya belum mengetahui dampak penggunaan klorpirifos dan
diklorvos.
Sementara itu, Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
Husniah Rubiana Thamrin Akib mengaku pihaknya hingga kini belum
mengetahui laporan adanya kandungan pestisida berbahaya pada obat nyamuk
HIT. Ditemukannya penggunaan klorpirifos dan diklorvos pada obat nyamuk
HIT setelah Badan Pupuk dan Obat-obatan Deptan melakukan inspeksi
mendadak ke PT Megasari Makmur di kawasan Gunungputri, Bogor, Jawa Barat.
Dengan temuan tersebut, PT Megasari terancam sanksi berupa denda sebesar Rp
2 miliar dan atau kurungan penjara lima tahun.

3.3 Analisa Masalah


Pada kasus diatas diketahui bahwa PT. Megasari Makmur sudah
melakukan perbuatan yang melanggar etika bisnis dengan menggunakan 2 zat
berbahaya pada komposisi produk mereka yaitu produk obat anti-nyamuk HIT.
2 zat berbahaya tersebut adalah Propoxur dan Diklorvos yang dapat berbahaya
bagi kesehatan. Seharusnya kejadian ini tidak perlu terjadi bahkan sampai
menimbulkan korban jiwa, karena sudah ada undang-undang yang mengatur hak
konsumen yaitu UU No.8 tahun 1999 mengenai perlindungan konsumen.
Larangan penggunaan Diklorvos untuk pestisida dalam rumah tangga juga telah
dikeluarkan Deptan sejak awal tahun 2004. Jika dilihat dari undang-undang yang
telah mengatur tentang perlindungan konsumen obat anti-nyamuk HIT telah
menyalahi aturan yang telah tercantum dalam undang-undang tersebut. Pasal-
pasal yang telah dilanggar oleh PT. Megasari Makmur, yaitu:
1. Pasal 4, hak konsumen adalah:
 Ayat 1: “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa”.
 Ayat 3: “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa”.
PT Megasari tidak memberikan peringatan kepada konsumennya tentang adanya
zat-zat berbahaya yang terkandung pada produk mereka (obat anti-nyamuk HIT).
Sehingga membahayakan kesehatan konsumen demi keuntungan semata.
2. Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah:
 Ayat 2: “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan
penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan”.
PT Megasari tidak memberikan indikasi penggunaan pada produk mereka (obat
anti-nyamuk HIT) bagaimana cara penggunaan yang benar, sehingga
konsumen mendapat pengetahuan tentang penggunaanya yaitu jika sebuah
ruangan disemprotkan HIT harus didiamkan dulu selama setengah jam lalu
baru boleh dimasuki.
3. Pasal 8
 Ayat 1: “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau
tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan”
 Ayat 4: “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan
ayat (2) dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta
wajib menariknya dari peredaran”
PT Megasari tetap mengedarkan produk mereka walaupun mengetahui bahwa
produk HIT tersebut tidak memenuhi standar dan ketentuan yang berlaku. Produk
HIT tersebut sudah ditarik dari peredaran agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
4. Pasal 19
 Ayat 1: “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan”
 Ayat 2: “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis
atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian
santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku”
 Ayat 3: “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7
(tujuh) hari setelah tanggal transaksi”
PT Megasari harus bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukan sehingga
membuat konsumen dirugikan bahkan ada yang sudah menjadi korban. PT
Megasari harus memberikan ganti rugi kepada konsumen sesuai dengan pasal
diatas.

Solusi yang diberikan dalam hal pelanggaran etika hukum bisnis PT Megasari:
 Untuk PT Megasari sebagai pelanggar etika bisnis:
1. PT Megasari harus memperbaiki etika dalam berbisnisnya dengan
transparan terhadap kandungan-kandungan apa saja yang terkandung
dalam produk yang mereka produksi agar tidak ada permasalah dan
keresahan yang terjadi akibat informasi yang kurang bagi para
konsumen tentang produk yang akan mereka konsumsi yaitu
menguju/meniliti kembali kandungan produk dan mengganti
kandungan produk yang berbahaya dengan bahan-bahan yang aman
bagi manusia serta ramah bagi lingkungan.
2. Jangan hanya mementingkan kepentingan bisnis tetapi mengabaikan
keselamatan konsumen.

 Untuk konsumen yang menjadi korban:


1. Berhati hati dalam memilih produk dan jangan terlalu gampang
terpengaruh dengan produk-produk yang harganya murah
2. Gunakan sedikit mungkin. Untuk itu hindari obat antinyamuk yang
wangi. Aroma wangi akan mendorong kita untuk menjjadikannya
pengharum ruangan. Ini bisa berbahaya.
3. Saat menggunakan obat antinyamuk bakar, biarkanlah ventilasi
udara didalam kamar terbuka Ini untuk mencegah terjadinya
keracunan pada penghuni kamar.
4. Jika menggunakan obat antinyamuk semprot, cukup semprotkan
pada semua dinding tempat nyamuk biasa hinggap dan berpijak.
Obat anti nyamuk akan meresap ke dalam sistem tubuh nyamuk
melalui kakinya. Dan semprotkan antinyamuk beberapa jam
sebelum tidur. Semakin lama jarak waktu semprot dengan waktu
tidur, akan semakin baik bagi kesehatan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Etika bisnis sangat diperlukan dalam berbisnis. Dengan memiliki etika
bisnis dalam menjalankan suatu perusahaan sehingga tidak akan merugikan
konsumen atau perusahaan tersebut, tidak akan ada yang dirugikan dan tidak
akan ada yang menjadi korban. Tetapi jika tidak menggunakan etika bisnis maka
akan merugikan perusahaan tersebut seperti pada kasus obat anti-nyamuk HIT
yang melakukan pelanggaran etika bisnis dengan memasukkan zat berbahaya
untuk kesehatan pada produknya sehingga perusahaan tersebut mendapatkan
citra buruk di masyarakat dan menyebabkan dampak buruk juga bagi konsumen.
PT Megasari Makmur telah membohongi publik, dimana perusahaan
mempromosikan produknya obat anti-nyamuk ampuh dan murah tetapi tidak
memberi peringatan bahaya yang terkandung di dalamnya. Inspeksi dadakan
yang dilakukan seperti kepada PT Megasari sangat diperlukan, agar dapat
mengetahui kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang
dapat merugikan masyarakat, dan membantu pemerintah mengetahui
pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan tersebut sehingga pemerintah dapat
mengambil suatu tindakan hukum yang diberikan untuk perusahaan tersebut.

4.2 Saran
1. Bagi perusahaan yang melanggar etika bisnis seperti kasus pada PT Megasari
Makmur, sebaiknya membenahi perusahaan nya agar prinsip-prinsip etika
bisnis dapat berjalan dengan baik sehingga tidak timbul pelanggaran-
pelanggaran lain.
2. Keselamatan konsumen sangat penting. Dengan mementingkan keselamatan
konsumen perusahaan maka perusahaan itu sendiri akan mendapatkan
keuntungan yang lebih besar karena konsumen akan lebih percaya terhadap
produk perusahaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai