Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PERATURAN GUBERNUR ACEH TENTANG RELOKASI EKSEKUSI

UQUBAT CAMBUK DI LAPAS KAJIAN ( SURAT AN NUR AYAT 2


TERTANGGAL ) 12 APRIL 2018

DI SUSUN OLEH

Nama : Irgi Firmansyah

: Nanda Mauliya

Nim : 170701004

: 170701121

Prodi : Arsitektur

Dosen Pebimbing : Dr.Andri Nirwana A.N,M.Ag

FAKULTAS SAINTEK

UIN AR-RANIRY TAHUN 2018/2019


Uqubat

Jenis-jenis uqubat dalam Islam yaitu hudud, jinayat ,ta’zir dan mukhalafat.

A. Hudud
Hudud adalah bentuk jama dari had. Secara bahasa, had artinya adalah apa saja yang
dapat menjadi pembatas dua barang. Menurut istilah syara had/hudud adalah uqubat yang
ditetapkan kadarnya secara jelas oleh syariat. Kejahatan yang dijatuhi hudud ada 7 yaitu zina,
liwath (homoseksual), qadzf (menuduh zina), minum khamr, murtad, hirabah (bughat dan
merampok), sariqah (mencuri).

1. Zina
“ Dan janganlah kamu mendekati zina, Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji. Dan suatu jalan yang buruk. “(Al Isra:32)
Hukum : Haram
Uqubat:
A. Pezina bukan muhsham, yaitu yang belum pernah menikah, didera 100 kali deraan
(An Nur:2)
Pezina bukan musham dari seorang budak, didera sebanyak 50 kali (An Nisaa:25).
B. Pezina sudah muhsham, baik ,laki-laki maupun perempuan, dirajam dengan batu sampai
mati. Dalilnya adalah perbuatan Rasulullah (fi’lu al-rasul) SAW yang merajam
seoorang wanita dari kabilah Al-Ghamidiah dan Maiz bin Malik al-Islami setelah
berzina.
Syarat penerapan hudud untuk pezina:
1. Berakal dan baligh, baik muslim maupun dzimmi
2. Tidak dalam keadaan dipaksa, karena tidak ada hudud bagi orang yang dipaksa
3. Zina dibuktikan dengan bukti-bukti syar’i yaitu pengakuan (iqraar), kesaksian 4 orang
laki-laki yang adil, nampaknya kehamilan pada wanita disertai pengakuan
4. Tidak ada syubhat (keraguan atau kesamaran)

2. Liwath
Hukuman liwath adalah hukuman mati baik muhsham maupun bukan muhsham, pelaku aktif
(fa’il) maupun pelaku pasif (maf’ul bih)
Syarat pelkasanaan:
1. Baligh, berakal dan tidak dipaksa
2. Terbukti dengan syar’i yaitu pengakuan atau kesaksian dua orang laki-laki adil

3. Qadzaf

Qadzaf adalah menuduh zina, uqubatnya didera sebanyak 80 kali deraan


Syarat pelaksanaan hudud:
1. Baligh, berakal dan tidak dipaksa
2. Yang dituduh adalah muhshan yaitu berakal, merdeka, muslim, memelihara diri dari
zina dan sudah cukup besar dimana perempuan yang semisalnya sudah bisa digauli
3. Tidak ada bukti syar’i terhadap pihak yang dituduh zina yaitu kesaksian 4 laki-laki yang
adil atau pengakuan
4. Murtad
Murtad adalah ketika seorang muslim yang keluar dari agama Islam, kemudian memeluk
kekufuran.
Seorang muslim dpat dikafirkan dengan adanya 4 hal yang merupakan bukti kemurtadannya:
1. Dengan i’tiqad (bi a-i’tiqad), misalnya meyakini bahwa Alquran bukanlah kalamullah
2. Dengan keraguan (bi al-syak), misalnya seseorang ragu bahwa Allah itu esa
3. Dengan perkataan (bi al-qaul), misalnya seseorang mengatakan bahwa al-Masih itu
adalah anak Allah
4. Dengan perbuatan (bi al-fi’li), misalnya seseorang bersujud kepada berhala.

Uqubat untuk orang murtad adalah hukuman mati.

Syarat pelaksanaan uqubat untuk orang murtad:


1. Tampaknya kekufuran pada orang yang murtad dan adanya pengakuan orang tersebut
terhadap fakta ini dan sikapnya yang berkeras kepala dalam kekafiran
2. Orang yang murtad itu sebelumnya adalah muslim, sudah baligh, dan tidak dipaksa.
3. Orang yang murtad, setelah dihukum mati tidak boleh dimandikan, dishalatkan dan
tidak boleh dikubur di kuburan kaum muslim. Hartanya dtidak boleh diwarisi oleh ahli
warisnya dan apa saja harta yang ditinggalkannya menjadi hak baitul mal.
5. Minum khamr
Khamr adalah setiap sesuatu yang memabukkan. Kata Nabi, ” setiap yang memabukkan
adalah khamr , dan setiap khamr adalah haram “

Hukuman bagi peminum khamr adalah dicambuk 80 kali di tempat umum.

Syarat penerapan hukum:


1. Pelakunya muslim, berakal, baligh, mukhtar (tidak dipaksa), mengetahui
keharamnnya, sehat dan tidak sakit. Jika sakit, hudud dijatuhkan setelah yang
bersangkutan sehat. Jika sedang mabuk, hudud dujatuhkan setelah sadar.
2. Ada bukti syar’i (bayyinah syar’iyyah) terhadap perbuatan minum khamr, seperti
pengakuan(iqrar), dan kesaksian dua lelaki yang adil

6. Mencuri
Yang dimaksud dengan mencuri adalah mengambil barang yang tersimpan yang telah
mencapai nishabnya secara sembunyi-sembunyi.
Hukuman bagi pencuri adalah dipotong tangan sampai pergelangan tangan.

“ Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai)
pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana “ (Al Maidah:38).

Syarat pelaksanaan potong tangan


a) Pencurinya sudah baligh,berakal,mukallaf, baik dzimmi maupun muslim
b) Tidak ada syubhat adanya hak bagi pencuri dalam harta yang dicuri, misalnya yang
dicuri adalah harta ayahnya, anaknya, atau mitra kerjanya (syarik), atau harta baitul
mal
c) Harta yang dicuri adalah telah mencapai nishbahnya, sesuai sabda Nabi SAW “Tidak
dipotong tangan (pencuri) kecuali dalam seperempat dinar atau lebih”
Dinar disini adalah dinar syar’i dari emas sebesar 4,25 gram.
d) Harta yang dicuri adalah harta yang ada di tempat penyimpanan seperti rumah atau
toko atau kotak
e) Harta yang dicuri adalah harta terhormat yakni terdapat izin al-syar’i untuk
memilikinya. Tidak ada hukum potong tangan bagi seorang muslim yang mencuri
babi atau khamr. Tapi jika yang mengambil adalah seorang nasrani maka dijatuhkan
hukum potong tangan padanya sebab syariat membolehkan mereka untuk memiliki
khamr.
f) Pencurian dibuktikan dengan adanya pengakuan dan kesaksian dua laki-laki adil
g) Harta diambil dengan cara sembunyi-sembunyi atau diam-diam. Orang yang
merampok atau mengkorupsi harta tak dianggap pencuri. Sabda Rasulullah “Tidak
ada bagi penghianat, perampok, dan pengkorup hukuman potong tangan” meski
demikian, yang bersangkutan tetap akan dijatuhi hukuman ta’zir yang dapat juga
berbentuk potong tangan
h) Tidak ada hukum potong tangan terhadap pencuri buah-buahan yang diambil untuk
dimakan walaupun nilainya mencapai nishbah harta pencurian (1/4 dinar)

B. Jinayat
Jinayat adalah jamak dari jinayah. Jinayat artinya penganiayaan fisik terhadap tubuh yang
mewajibkan adanya qishas atau hukuman denda harta. Jinayat ada dua yaitu pembunuhan dan
penganiayaan selain pembunuhan seperti pelukaan dan pemotongan anggota tubuh.
Pembunuhan dikategorikan menjadi:
1. Pembunuhan sengaja (al-qulu al-‘amd)
2. Pembunuhan seperti sengaja (al-qulu syibhu al-‘amd)
3. Pembunuhan tidak sengaja (al-qulu al-khatha’)
Pembunuhan sengaja (al-qulu al-‘amd)
Uqubat untuk pembunuhan sengaja adalah qawad atau qishash yaitu hukuman mati jika
keluarga korban tidak menrima diyat (tebusan) atau tidak memaafkan.

“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-
orang yang dibunuh “ (Al Baqarah;178)

Qishaash ialah mengambil pembalasan yang sama. Qishaash itu tidak dilakukan, bila
yang membunuh mendapat kema'afan dari ahli waris yang terbunuh yaitu dengan membayar
diat (ganti rugi) yang wajar. Pembayaran diat diminta dengan baik, umpamanya dengan tidak
mendesak yang membunuh, dan yang membunuh hendaklah membayarnya dengan baik,
umpamanya tidak menangguh-nangguhkannya. Bila ahli waris si korban sesudah Tuhan
menjelaskan hukum-hukum ini, membunuh yang bukan si pembunuh, atau membunuh si
pembunuh setelah menerima diat, Maka terhadapnya di dunia diambil qishaash dan di akhirat
dia mendapat siksa yang pedih.

Sabda Nabi SAW


“Barang siapa dibunuh maka keluarganya mempunyai dua pilihan: mengambil tebusan atau
menuntut hukuman mati” (HR.Bukhari).
Seorang ayah tidak akan dikishash karena membunuh anaknya,
Berdasarkan sabda Nabi SAW
“Tidak dihukum mati seorang bapak karena membunuh anaknya”

Pembunuhan seperti sengaja (al-qulu syibhu al-‘amd)


Uqubat untuk pembunuhan seperti sengaja (al-qulu syibhu al-‘amd) adalah:
1. Membayar diyat mukhallazhah kepada keluarga korban, sesuai dengan sabda Nabi

“Perhatikanlah sesungguhnya orang yang terbunuh dalam pembunuhan seperti sengaja


yaitu orang yang membunuh dengan cambuk atau tongkat, maka dalam perkara ini harus
membayar 100 ekor unta yang 40 ekor diantaranya sedang mengandung anaknya”
2. Membayar kaffarah

“ Barangsiapa yang tidak memperolehnya , Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa


dua bulan berturut-turut untuk penerimaan Taubat dari pada Allah “ (An Nisa:92).

Maksudnya : tidak mempunyai hamba tidak memperoleh hamba sahaya yang beriman
atau tidak mampu membelinya untuk dimerdekakan. Menurut sebagian ahli tafsir, puasa dua
bulan berturut-turut itu adalah sebagai ganti dari pembayaran diat dan memerdekakan hamba
sahaya.

Pembunuhan tidak sengaja (al-qulu al-khatha’)


Uqubat pembunuhan tidak sengaja (al-qulu al-khatha’):

1. Membayar diyat mukhafaffah yaitu 100 ekor unta tanpa syarat


2. Membayar kafarah, seperti firman Allah SWT

“Barangsiapa yang tidak memperolehnya , Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua
bulan berturut-turut untuk penerimaan Taubat dari pada Allah ” (An Nisa:92).

Maksudnya : tidak mempunyai hamba tidak memperoleh hamba sahaya yang beriman
atau tidak mampu membelinya untuk dimerdekakan. Menurut sebagian ahli tafsir, puasa dua
bulan berturut-turut itu adalah sebagai ganti dari pembayaran diat dan memerdekakan hamba
sahaya.

Ukuran dan jenis Diyat syar’iyah

1. Unta. Diyat mukhafaffah (diyat ringan) yaitu 100 ekor unta dan diyat mughalaghah
(diyat berat) yaitu 100 ekor unta yang 40 ekor diantaranya sedang bunting
2. Emas. Sebanyak 1000 dinar emas syar’i dimana 1 dinar syar’i adalah emas
seberat 4,25 gram
3. Perak. Sebanyak 12.000 dirham. Standar 1 dirham syar’i adalah 3,32 gram perak
Diyat untuk anggota melukai atau menghilangkan anggota tubuh manusia antara lain :

1. Menghilangkan anggota tubuh manusia yang hanya satu jumlahnya, seperti lidah,
diyatnya adalah diyat sempurna seperti diyat pembunuhan (1000 dinar)
2. Menghilangkan anggota tubuh manusia yang jumlahnya dua (berpasangan) , seperti
tangan, diyatnya adalah setengah diyat sempurna (500 dinar) untuk satu anggota.
Kalau keduanya maka diyatnya adalah diyat sempurna atau 1000 dinar.
3. Menghilangkan anggota tubuh manusia yang berjumlah empat seperti kelopak mata,
diyat untuk satu anggota adalah seperempat diyat sempurna yaitu sejumlah 250 dinar.
4. Menghilangkan atau menanggalkan satu gigi diyatnya 50 dinar.

C. Ta’zir
Ta’zir menurut bahasa artinya adalah mencegah . Adapun menurut istilah syar’i ta’zir adalah
uqubat syar’iyah terhadap suatu perbuatan maksiat yang tidak ada had tertentu dari kaffarah
padanya. Persyaratan ta’zir didasarkan pada perbuatan Rasulullah SAW yang diriwayatkan
dari Anas RA bahwa Nabi SAW pernah menahan seseorang dalam kasus terhadap penuduhan
orang lain. Penentuan besar kecilnya ta’zir menjadi hak khalifah atau qadhi. Namun khalifah
boleh memberikan wewenang kepad para qadhi untuk menentukan kadar ta’zir .Ta’zir
dijatuhkan untuk setiap perbuatan maksiat dimana syariat tidak menetapkan had atau hudud
padanya.
Jenis-jenis uqubat ta’zir
1. Hukuman mati, misalnya hukuman mati pada mata-mata Negara kafir atau orang
yang menimbulkan disintegrasi permusuhan umat Islam
2. Cambuk atau dera yaitu pukulan dengan cambuk atau tongkat . Untuk ta’zir tak boleh
lebih dari 10 kali cambukan, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW “tidak didera
(seseorang) diatas sepuluh kali, kecuali pada salah satu had dari had-had Allah”
3. Tahanan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW telah menahan seseorang
dalam kasus penuduhan selama sehari semalam. Penetapan masa tahanan diserahkan
kepada qadhi
4. Pengasingan (al-nafi), yaitu pengasingan atau pembuangan . Dalam Alquran telah
terdapat hukuman jenis ini

D. Mukhalafat
Mukhalafat adalah sanksi yang dijatuhkan atas pelanggaran terhadap peraturan
yang telah ditetapkan oleh khalifah selaku kepala Negara Islam. Mentaati khalifah adalah
wajib, maka siapa saja yang melanggar aturan itu berarti telah meninggalkan kewajiban. Dan
itu termasuk kategori maksiat yang harus dikenai hukuman. Mengenai jenis dan besarnya
hukuman mukhalafat sama dengan ta’zir. Sebagaimana ta’zir, penentuan hukuman mukhalafat
menjadi wewenag khalifah atau orang yang diberi wewenang oleh khalifah untuk berijtihad
menentukan kadar ta’zir
PENJELASAN SURAH AN NUR AYAT 2

Surah an-nur ayat 2

ۖ ‫اَّللِ َو ْاليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر‬


َّ ِ‫َّللاِ إِ ْن ُك ْنت ُ ْم تُؤْ ِمنُونَ ب‬ ِ ‫اح ٍد ِم ْن ُه َما ِمائَةَ َج ْلدَةٍ ۖ َو ََل ت َأ ْ ُخ ْذ ُك ْم بِ ِه َما َرأْفَةٌ فِي د‬
َّ ‫ِين‬ َّ ‫الزانِيَةُ َو‬
ِ ‫الزانِي فَاجْ ِلدُوا ُك َّل َو‬ َّ
َ‫طائِفَةٌ ِمنَ ْال ُمؤْ ِمنِين‬ َ ‫َو ْليَ ْش َه ْد‬
َ ‫عذَابَ ُه َما‬

Artinya : “ perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada allah, dan
hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan
orang-orang yang beriman.” (QS. an-Nur: 2)

PENJELASAN KANDUNGAN DARI SURAT AN-NUR AYAT 2 :

A. Perintah Allah SWT untuk mendera pezina perempuan dan pezina laki-laki masing-
masing seratus kali. ini hukuman bagi pezina ghoiru muhson, adapun hukuman bagi pezina
muhson adalah dirajam.

B. Orang yang beriman dilarang berbelas kasihan kepada keduanya untuk melaksanakan
hukum Allah SWT.

C. Pelaksanaan hukuman tersebut disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman.


dengan maksud agar tidak dicontoh oleh yang lain
Bolehkah uqubat cambuk di lakukan di dalam lapas ?

Kalo menurut kami boleh,karna pelaksanaan eksekusi cambuk bagi pelanggar qanun aceh
no.6 tentang hukum jinayat wajib disaksikan oleh sekelompok orang dari kalangan orang
beriman adalah ketentuan syariat. Wajib disaksikan sekelompok orang mukmin.
Sebagaimana firman allah swt.

“Dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekelompok orang-orang


yang beriman.” (Qs. An-nur: 2).

Dan jika kita menelusuri pendapat ulama mazhab fikih syafi’i, ketentuan teknis pelaksanaan
hukuman cambuk ditemukan dalam kitab Al-muhazzab fi Al-fiqh Al-syafi’i, Jilid 3, halaman
382-383, menyebutkan pelaksanaan hukuman hudud dihadiri oleh sekelompok orang
berdasarkan firman Allah surat an-nur ayat : 2, hendaklah disaksikan oleh empat orang dari
kalangan orang mukmin, karena pelaksanaan had disebabkan persaksian mereka, terpidana
harus dalam kondisi sehat, kuat dan dalam situasi cuaca normal ketika cambuk dilaksanakan

Alasan Pemerintah Aceh Ubah Eksekusi Cambuk dari Tempat Umum ke Dalam Lapas ?

1. Hukuman Cambuk di Lapas untuk Jaga Hubungan Luar Negeri


2. Irwandi Yusuf mengatakan, penerapan cambuk di dalam Lapas tersebut untuk
meredam isu islamofobia. Ia tak ingin pelaksanaan hukuman cambuk menganggu
hubungan pemerintah Aceh dengan pihak luar.
3. untuk mengindari hukuman cambuk ditonton anak-anak di bawah umur, karna akan
mempengaruh psikologinya kalau anak-anak di bawah umur melihat kekerasan
4. Irwandi yusuf mengatakan, pelaksanaan cambuk yang dilakukan di dalam lapas,
dilakukan untuk menghindari beredarnya video wajah terpidana di media sosial
DAFTAR PUSTAKA

http://aceh.tribunnews.com/2018/04/20/bolehkah-uqubat-cambuk-di-lapas

https://news.okezone.com/read/2018/04/13/340/1886034/gubernur-aceh-hukuman-cambuk-
di-lapas-untuk-jaga-hubungan-luar-negeri

https://kumparan.com/@kumparannews/alasan-gubernur-aceh-pindahkan-lokasi-eksekusi-
cambuk-ke-dalam-lapas

http://kimia10ratna.blogspot.com/2011/04/jenis-uqubat.html

https://bahrulfikri.wordpress.com/2009/03/20/ringkasan-sistem-uqubat-di-dalam-islam/

http://macamistilah.blogspot.com/2017/04/pengertian-secara-terminologi-hukum.html

Anda mungkin juga menyukai