Anda di halaman 1dari 2

Derajat Cacat Kusta

Menurut Djuanda, A, 2011 membagi cacat kusta menjadi 2 tingkat kecacatan, yaitu:

a. Cacat pada tangan dan kaki

1. Tingkat 0 : tidak ada gangguan sensibilitas, tidak ada kerusakan atau deformitas yang

terlihat.

2. Tingkat 1 : ada gangguan sensibilitas, tanpa kerusakan atau deformitas yang terlihat.

3. Tingkat 2 : terdapat kerusakan atau deformitas.

b. Cacat pada mata

1. Tingkat 0 : tidak ada gangguan pada mata akibat kusta; tidak ada gangguan penglihatan.

2. Tingkat 1 : ada gangguan pada mata akibat kusta; tidak ada gangguan yang berat pada

penglihatan. Visus 6/60 atau lebih baik (dapat menghitung jari pada jarak 6 meter).

3. Tingkat 2 : gangguan penglihatan berat (visus kurang dari 6/60; tidak dapat menghitung

jari pada jarak 6 meter).

Jenis – Jenis Cacat kusta

Menurut Djuanda A. (2011) jenis dari cacat kusta dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:

a. Cacat primer

Adalah kelompok cacat yang disebabkan langsung oleh aktivitas penyakit, terutama kerusakan

akibat respon jaringan terhadap mycobacterium leprae. Termasuk kedalam cacat primer

adalah :

1. Cacat pada fungsi saraf

a. Fungsi saraf sensorik misalnya : anestesi

b. Fungsi saraf motorik misalnya : daw hand, wist drop, fot drop, clow tes, lagoptalmus
c. Fungsi saraf otonom dapat menyebabkan kulit menjadi kering dan elastisitas kulit

berkurang, serta gangguan reflek vasodilatasi.

2. Inflamasi kuman pada kulit dan jaringan subkutan menyebabkan kulit berkerut dan

berlipat-lipat.

3. Cacat pada jaringan lain akibat infiltrasi kuman kusta dapat terjadi pada tendon, ligamen,

tulang rawan, testis, dan bola mata.

b.Cacat sekunder

1. Cacat ini terjadi akibat cacat primer, terutama adanya kerusakan saraf sensorik, motorik,

dan otonom.

2. Kelumpuhan motorik menyebabkan kontraktur, sehingga terjadi gangguan berjalan dan

mudah terjadinya luka.

3. Lagoptalmus menyebabkan kornea menjadi kering dan memudahkan terjadinya kreatitis.

4. Kelumpuhan saraf otonom menjadikan kulit kering dan berkurangnya elastisitas akibat

kulit mudah retak dan terjadi infeksi skunder.

Klasifikasi kusta untuk kepentingan program kusta WHO :

1) Pausibasilar (PB) / Kusta Kering

Penderita kusta yang mempunyai kelainan dengan jumlah lesi 1-5, penebalan syaraf hanya 1

disertai dengan gangguan fungsi dan pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) negatif.

2) Multibasilar (MB) / Kusta Basah

Kelainan kulit dengan jumlah lesi lebih dari 5, penebalan syaraf lebih dari 2 disertai gangguan

fungsi dan pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) positif.

Anda mungkin juga menyukai