Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan otak organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat suatu


patologi yang dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak. penyakit cerebrovaskuler,
intoksifikasi obat). Sedangkan gangguan fungsional adalah gangguan otak dimana tidak ada
dasar organik yang dapat diterima secara umum (contohnya Skizofrenia. Depresi) Dari
sejarahnya, bidang neurologi telah dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut
organik dan Psikiatri dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut fungsional.

Didalam DSM IV diputusakan bahwa perbedaan lama antara gangguan organik dan
fungsional telah ketinggalan jaman dan dikeluarkan dari tata nama. Bagian yang disebut
“Gangguan Mental Organik” dalam DSM III-R sekarang disebut sebagai Delirium,
Demensia, Gangguan Amnestik Gangguan Kognitif lain, dan Gangguan Mental karena suatu
kondisi medis umum yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.

Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan jiwa yang
dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan adanya penyakit, cedera
atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak Disfungsi ini dapat primer seperti pada
penyakit, cedera, dan ruda paksa yang langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder,
seperti pada gangguan dan penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari
beberapa organ atau sistem tubuh

1
BAB II

LAPORAN KASUS

Skenario 1

Nn. I, 21 tahun dibawa ke Unit Gawat Darurat RSP Trisakti Sabar-Subur Cimone
Tangerang oleh ibunya dengan keluhan mengigau, teriak-teriak, kedua kaki nyeri dan lemah/
tidak kuat untuk berjalan sendiri.

Skenario 2

Pagi itu anda sebagai seorang koasisten yang sedang bertugas di UGD setelah pasien
Nn. I diberi kartu berobat dan anda mendapat giliran memeriksa pasien, maka anda menuju
meja periksa dengan percaya diri layaknya seorang dokter muda oleh karena telah
mempunyai bekal untuk pemeriksaan dari hasil diskusi skenario 1.

Pasien didorong naik kursi roda oleh ibunya kearah meja periksa, kemudian
didudukan pada kursi yang tesedia didepan meja periksa. Ibu pasien menyatakan bahwa
dirinya sangat terkejut ketika pasien mengigau berteriak-teriak kemudian esok harinya minta
ditopang bahunya untuk dapat berjalan ke tempat tidur “kaki saya lemas dua-duanya, pegal-
pegal, dan linu-linu seperti lumpuh”.

Skenario 3

Ibunya mengatakan bahwa putrinya sebelum memperlihatkan keanehan ini


mengalami pusing dan tidak enak badan, BAB 4-5 kali/ hari dengan konsistensi cair. Sejak 4
hari yang lalu, makan sedikit sekali karena merasa mual disertai muntah. Anaknya mulai
mengigau memanggil- manggil almarhum neneknya dan berteriak ada temannya yang berniat
menjahati dirinya.

Nn. I mengatakan bahwa dirinya tidak sakit, memang benar melihat neneknya yang
sudah meninggal datang berkali-kali, namun hanya mendatanginya dan tidak mau diajak
bicara. Teman kerjanya iri pada dirinya dan selalu menceritakan akan mencelakainya.

2
Skenario 4

Pada pemeriksaan didapati :

Kesadaran fluktuatif, kontak psikis tidak baik, orientasi tidak baik, pasien tampak
gelisah dan gugup, pucat dan tampak lelah. Suhu 38,5º C, tekanan darah 110/80, nadi
98/menit kuat teratur, pernapasan 20/menit, teratur lega.

Pada perkusi dan auskultasi tidak ada kelainan toraks, pulmo, cor, hepar maupun lien,
THT, mata, gigi mulut baik, peristaltik abdomen meningkat, Ekstremitas atas baik dan
Ekstremitas bawah lemah.

Pada pemeriksaan tungkai bawah :

Kedua kaki supel bila digerak-gerakan tidak ada kaku atau hambatan sekali kali ada
kontraksi otot otot tungkai dan jari-jari kakinya refleks fisiologis positif, refleks patologis (-)
tetapi nyeri di otot.

Pada pemeriksaan saraf :

N. I – N. XII baik

Skenario 5

Pada pemeriksaan Psikiatri :

Afek dan emosi distim

Jalan dan isi pikir terdapat waham

Sikap tidak kooperatif dan tidak dapat mengikuti dan melaksanakan semua perintah yang
diberikan. Pasien tidak tenang, agak cemas.

Selama pemeriksaan pasien menunjukan adanya perasaan ketakutan yang jelas menonjol.
Pasien anak bungsu dari 5 bersaudara, 2 laki-laki dan 3 wanita. Saat kecil sampai lulus SMP
tampak ibu dan ayah termasuk kakak-kakak memanjakan pasien. Pasien diam saja bila
dirinya diatur orang lain, kurang percaya akan kemampuan diri, pasien tidak tahan dengan
celaan dan pasien menarik diri dari hubungan sosial karena takut tidak diterima oleh
lingkungan tersebut.

3
Pasien tidak pernah tinggal kelas dan tamat SMU Gunung Kidul saat usia 18 tahun teman
banyak tetapi sangat mudah dipengaruhi teman-temannya.

Laboratorium :

Hb 10,5; AE 4 juta; AL 4000

Elektrolit : K 1,5

Urin protein +

Imunologi normal

Foto thorax normal; Widal O + 1/320

4
BAB III

ANALISA KASUS

IDENTITAS

Nama : Nn. I

Umur : 21 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status Pernikahan : -

Agama :-

Pekerjaan :-

Alamat :-

Tanggal berobat :-

Anak ke- : anak ke 5 dari 5 bersaudara (bungsu)

Daftar Masalah (Skenario 1 & 2)

Masalah Dasar Masalah Hipotesis


1. Problem organik - Kaki nyeri dan lemah  Trauma
- Kedua kaki merasa  Infeksi
 Gangguan saraf
lumpuh
pada tungkai
 Gangguan sendi
 Gangguan elektrolit
 Neoplasma
 Gangguan
Somatoform
 Schizoprenia
2. Problem psikologik - Mengigau  Gangguan afek
- Teriak teriak  Episode manik

5
Interpretasi

 Penyebab pada Nn. I kemungkinan sudah ada problem psikologis yang menyebabkan
ia sering mengigau disertai teriak-teriak Kemungkinan pasien mengalami stress yang
cukup berat sehingga timbul keluhan ini. Stress dapat Berasal dari lingkungan
keluarga ataupun sosial. Kemungkinan adanya faktor psikologis yang mendasari
keluhan di kedua kakinya.

Alloanamnesis Autoanamnesis

1. Sejak kapan timbul gejala yang 1. Apakah anda mempunyai ketakutan


timbul pada pasien? terhadap benda atau keadaan
2. Apakah ada riwayat trauma?
tertentu?
3. Hal apakah yang menyebabkan
2. Apakah anda merasa nyeri pada
pasien teriak teriak? Apakah teriak
bagian punggung? Apakah sangat
tersebut juga dipicu dengan
nyeri saat digerakan?
keadaan lain seperti ditempat 3. Adakah keluhan lain yang
ramai? dirasakan?
4. Timbul keluhan secara mendadak
ataukah memang dari dulu sudah
timbul tapi keadannya semakin
memberat (progresif) ?
5. Bisa jelaskan kronologis mengigau
pada pasien?
6. Apakah pasien juga mengeluhkan
hal lainnya kepada anda?
7. Apakah akhir akhir ini pasien
terlihat mengalami stress?
8. Apakah pasien ini manja atau
mandiri?
9. Apakah sudah berobat
sebelumnya?
10. Apakah disertai dengan gangguan
tidur (insomnia) pada pasien?
11. Adakah perubahan perilaku yang
menonjol pada pasien?
12. Bagaimana nafsu makan pasien?

6
Skenario 3

Daftar masalah

Masalah Dasar masalah Hipotesis


1. Problem organik - Diare  Demam Typhoid
- Pusing
- Tidak enak badan
- Mual muntah
- Nasfu makan menurun
2. Problem psikologik - Mengigau memanggil  Gangguan cemas
 Episdoe manik
almarhum neneknya
- Bertieriak ada temannya  Delirium
 Gangguan
yang berniat menjahati
somatoform
dirinya
3. Problem social - Teman kerjanya iri pada  Gangguan
dirinya dan selalu kepribadian
menceritakan akan
mencelakainya.

Interpretasi

 Pusing tidak enak badan, BAB 4-5 kali/hari konsistensi cair.


Kemungkinan pasien mengalami infeksi mikroorganisme sehingga menimbulkan
gejala seperti ini. Dapat dikatakan bahwa pasien sudah mengalami diare karena
frekuensi BAB yang lebih dari 3 kali/hari. kemungkinan penyakit organik pada pasien
ini adalah demam thypoid. Untuk itu diperlukan pemeriksaan fisik tambahan untuk
mendukung keluhan ini.

 Makan sedikit sekali karena mual muntah.


Keadaan pasien yang tidak mau makan akan memperburuk keadaan pasien yang
sekarang. Karena dengan asupan yang tidak memaudai akan menimbulkan dehidrasi
dan anemia sehingga pasien akan merasa lemas dan lelah.

 Mengigau memanggil-manggil almarhum neneknya.


Keluhan ini dapat dikatakan sebagai problem psikologis. Karena kemungkinan pasien
merasa stress atau terpukul karena neneknya yang sudah meninggal. Kemungkinan
pasien sangat dekat dengan neneknya sehingga setelah meninggal pasien merasa
stress dan mengigau. Namun stress tersebut juga bukan karenadari faktor neneknya
7
saja namun bisa saja ada faktor pemicu lainnya sehingga pasien merasa stress dan
akhirnya mengigau. namun dapat dikatakan juga bahwa pasien mengalami ilusi.

 Teman kerjanya iri pada dirinya dan selalu menceritakan akan mencelakainya
sehingga pasien suka teriak teriak karena hal tersebut.
Pernyataan tentang kesenjangan di lingkungan kerjanya dapat dikatakan bahsa pasien
mengalami gangguan sosial. Hal ini dapat merupakan pemicu sehingga pasien
mengalami gangguan psikologis. Perlu ditelaah lebih lanjut apakah memang benar
terjadi hal yang sudah dikatakan ataukah pasien mengalami halusinasi.

 Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak sakit.


Disini dapat disimpulkan bahwa pasien mempunyai derajat tilikan derajat 1.

Anamnesis tambahan

Riwayat Penyakit sekarang

Alloanamnesis

1. Bagaimana pola makan pasien? Apakah sebelum keluhan ini pasien sudah sering tidak
nafsu makan?
2. Apakah hobby pasien?
3. Apakah akhir kahir ini pasien mengalami kehilangan minat untuk melakukan hal-hal
yang ia sukai/ biasa dilakukan?

Autoanamnesis

1. Apakah anda mempunyai masalah pribadi di lingkungan keluarga ataupun lingkungan


sosial?
2. Berapa kali muntah dalam sehari?
3. Apakah anda mempunyai ketakutan terhadap benda atau keadaan tertentu (mengarah
kepada phobia)?
4. Apakah hobby anda?
5. Apakah akhir akhir ini sering melakukan hobby tersebut ataukah akhir akhir ini sering
malas melakukan hal hal yang anda sukai?
6. Apakah sering bolos kerja?
7. Teman kerja anda ingin mencelakai dalam bentuk apa?
8. Berapa kali frekuensi ancaman yang sering anda terima?
9. Apakah teman kerja anda sudah melakukan beberapa kekerasan?
10. Apakah ada rasa anda takut pergi kerja?

Riwayat Kehidupan Pribadi

8
Alloanamnesis
1. Pasien anak keberapa dari berapa bersaudara
2. Bagaimana cirri sifat dari pasien sejak dulu?
3. Bagaimana perjalanan pendidikannya apakah pernah mengalami hambatan?
4. Bagaimana hubungan pasien dengan saudaranya? Harmonis atau tidak?
5. Bagaimana kedekatan pasien dengan ibu dan bapak?
6. Apakah pasien sering menceritakan masalah kehidupan pribadinya?
7. Adakah riwayat pengainayaan pada pasien?
8. Bagaimana hubungan pasien dengan neneknya apakah sangat dekat?
9. Bagaimana tumbuh kembang dari pasien/ apakah pernah mengalami riwayat
gangguan tumbuh kembang?
10. Apakah pasien pernah terlibat dengan kenakalan remaja?

Riwayat Keluarga

1. Apakah di lingkungan keluarga ada riwayat mengalami keluhan yang sama? Ataukah
ada yang mempunyai riwayat gangguan jiwa?
2. Bila iya, apakah pasien sering bertemu dengan orang tersebut atau tinggal serumah?

Riwayat gangguan dahulu

Alloanamnesis

1. Apakah pasien mempunyai riwayat phobia?


2. Apakah riwayat seperti ini sudah ada sebelumnya sehingga dapat dikatakan keluhan
ini kambuh?

Riwayat pengobatan
Alloanamnesis

1. Apakah pasien sebelumnya sudah berobat? Bila sudah apakah sempat sembuh dan
sekarang kambuh?

Skenario 4

Daftar Masalah

Masalah Dasar Masalah Hipotesis


1. Problem psikologis  Kesadaran fluktuatif  Delirium
 Kontak spiskis tidak  Gangguan cemas
baik
 Orientasi tidak baik
 Gelisah dan gugup
9
2. Problem organic  Febris  Demam thypoid
 Peristaltik abdomen
meningkat

Interpretasi Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Kesadaran Kesadaran Keadaan pasien yang membaik


fluktuatif dan memburuk. baik perhatian,
persepsi, memori, orientasi,
berpikir, siklus tidur- bangun, dan
perilaku psikomotor

Kontak psikis Tidak baik Tidak ada kontak dalam


mengadakan hubungan mental
atau emosional yang terdiri dari
kontak mata, fisik dan verbal.

Orientasi Tidak baik Tidak dapat menunjukan waktu,


tempat dan orang

Suhu 38,5° Febris  Kenaikkan suhu pasien


kemungkinan besar disebabkan
oleh infeksi.

Tekanan darah 110/80 mmHg Normal

Nadi 98x/ menit Normal

Pernafasan 20x/menit Normal

Status Neurologis : Pemeriksaan Nervus Cranialis I-XII baik

SKENARIO 5

Daftar masalah

Masalah Dasar masalah Hipotesis


1. Problem psikologis  Afek dan emosi  Delirium
 Gangguan Mental
distim
 Waham Organik

10
 Tidak kooperatif
 Ketakutan yang
menonjol
2. Problem organik  Hb 10,5  Anemia
 Eritrosit 4 juta
 Leukosit 400  Demam thypoid
 Widal O +1/320
 Kalium 1,5  Hipokalemia
3. Problem sosial  Keluarga yang  Gangguan
memanjakan pasien kepribadian
 Kurang percaya diri
 Tidak tahan dengan
celaan
 Menarik diri dari
kehidupan social

Interpretasi

Riwayat kehidupan pribadi

 Pasien anak ke 5 dari 5 bersaudara, 2 laki laki dan 3 wanita.


Dapat dikatakan bahwa pasien merupakan anak bungsu.
 Tidak pernah tinggal kelas dan tamat SMU gunung kidul saat usia 18 tahun. Dapat
dikatakan bahwa tidak ada gangguan intelektual sebelumnya karena pasien dapat
melaksanakan tingkat pendidikannya dengan baik
 Teman banyak tetapi sangat mudah dipengaruhi teman – temannya.
Disini dapat dikatakan bahsa pasien mempunyai sifat mudah dipengaruhi dan tidak
mempunyai pendirian. Oleh karena itu dari penyataan tersebut bahwa pasien
mempunya gangguan kepribadian.

Riwayat Kepribadian

 Saat kecil sampai lulus SMP tampak ibu dan ayah termasuk kakak-kakak memanjakan
pasien dan pasien merupakan anak bungsu.
Dapat dikatakan bahwa pasien sudah mempunyai gangguan kepribadian karena ada
keterangan pasien yang selalu dimanja. Karena hal tersebut, maka dapat tumbuh
kepribadian yang manja pada diri pasien.

 Pasien diam saja bila diatur orang lain, kurang percaya akan kemampuan diri, dan
tidak tahan dengan celaan.

11
Selain manja, pasien juga mengalami gangguan kerpibadian sulit diatur, kurang
percaya diri, dan tidak tahan bila dicela. Dengan gengguan kerpibadian seperti ini
maka seanjutnya pasien akan kesulitan dalam mengahadi lingkungan sosial. Sehingga
dapat dikatakan bahwa dengan kepribadian seperti ini maka akan terjadi kesenjangan
sosial dengan teman kerjanya seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.
 Menarik diri dari dari hubungan sosial karena takut tidak diterima oleh lingkungan
tersebut.
Sudah ada gangguan dalam bersosialisasi pada pasien. Hal ini akan menghambat
pasien kedepannya karena pasien terus merasa ia tidak diterima dalam lingkungan
sosialnya.

Interpretasi Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Hasil yang di dapat Nilai normal Interpretasi


Hb 10,5 g/dl 12 – 16,0 g/dl Menurun
Leukosit 4.000 5.000 – 10.000 Menurun
Widal 1/320 Titer O(+) : 1/160 Uji widal positif

Eritrosit 4 4,2 – 5,4 Menurun


Kalium 1,5 3,5 – 5,2 Menurun
Imunologi Negative Negative Normal
Protein urin Positif Negative Tidak normal

1. Hemoglobin
Pada pasien didapatkan nilai hemoglobin yang rendah, sesuai dengan inspeksi pada
pemeriksaan fisik pasien terlihat pucat. kemungkinan menurunannya Hb pada pasien
dikarenakan pola makan pasien yang kurang. untuk memperjelas atau mencari
penyebab anemia pada kasus ini diperlukan pemeriksaan lanjutan(SADT).
2. Leukosit
Leukosit menurun disebabkan oleh infeksi
3. Tes Widal
Pada pasien didapatkan uji widal yang positif, berarti pasien ini kemungkinan besar
mengalami Demam Tifoid.
4. Eritrosit
Hal ini cocok dengan kadar Hb pasien yang menurun. Penurunan eritrosit bisa
menimbulkan gejala pucat pada pasien karena transportasi oksigen yang kurang.
5. Kalium

12
Penurunan Kalium kemungkinan disebabkan oleh keluhan mual muntah pasien. Efek
perubahan konsentrasi kalium di plasma diperantarai oelh perubahan potensial
membrane. Hipokalemia menyebabkan hiperpolarisasi. Dengan cara ini, hipokalemia
mengurangi eksitabilitas sel saraf, otot rangka dll.

Anamnesis Tambahan

Riwayat Penyakit sekarang

Alloanamnesis

1. Apakah sebelum keluhan ini pasien sudah sering tidak nafsu makan?
2. Apakah hobby pasien?
3. Apakah akhir kahir ini pasien mengalami kehilangan minat untuk melakukan hal-hal
yang ia sukai/ biasa dilakukan?
4. Apakah teriak tersebut juga dipicu dengan keadaan lain seperti ditempat ramai?
5. Timbul keluhan secara mendadak ataukah memang dari dulu sudah timbul tapi
keadannya semakin memberat (progresif) ?
6. Apakah disertai dengan gangguan tidur (insomnia) pada pasien?
7. Adakah perubahan perilaku yang menonjol pada pasien?

Riwayat kehidupan pribadi

1. Bagaimana hubungan pasien dengan saudaranya? Harmonis atau tidak?


2. Bagaimana kedekatan pasien dengan ibu dan bapak?
3. Apakah pasien sering menceritakan masalah kehidupan pribadinya?
4. Adakah riwayat pengainayaan pada pasien?
5. Bagaimana hubungan pasien dengan neneknya apakah sangat dekat?
6. Bagaimana tumbuh kembang dari pasien/ apakah pernah mengalami riwayat
gangguan tumbuh kembang?
7. Apakah pasien pernah terlibat dengan kenakalan remaja?

Riwayat Keluarga

1. Apakah di lingkungan keluarga ada riwayat mengalami keluhan yang sama? Ataukah
ada yang mempunyai riwayat gangguan jiwa?
2. Bila iya, apakah pasien sering bertemu dengan orang tersebut atau tinggal serumah?

Riwayat Penyakit dahulu

1. Apakah pasien mempunyai riwayat phobia?


2. Apakah riwayat seperti ini sudah ada sebelumnya sehingga dapat dikatakan keluhan
ini kambuh?
13
Riwayat Pengobatan

1. Apakah pasien sebelumnya sudah berobat? Bila sudah apakah sempat sembuh dan
sekarang kambuh?

Autoanamnesis

Riwayat Kehidupan pribadi

1. Apakah anda mempunyai masalah pribadi di lingkungan keluarga ataupun lingkungan


sosial?
2. Apakah hobby anda?
3. Apakah akhir akhir ini sering melakukan hobby tersebut ataukah akhir akhir ini sering
malas melakukan hal hal yang anda sukai?
4. Apakah sering bolos kerja?

Riwayat gangguan sekarang

1. Berapa kali muntah dalam sehari?


2. Apakah anda mempunyai ketakutan terhadap benda atau keadaan tertentu (mengarah
kepada phobia)?
3. Teman kerja anda ingin mencelakai dalam bentuk apa?
4. Berapa kali frekuensi ancaman yang sering anda terima?
5. Apakah teman kerja anda sudah melakukan beberapa kekerasan?
6. Apakah ada rasa takut pergi kerja?

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Gambaran Umum

A. Penampilan
- Penampilan fisik
Melihat penampilan fisik dan psikis pasien, apakah sesuai dengan umur, rapi,
kotor, berbau, dan baju tidak sepadan.
Pasien tampak pucat dan lelah, hal ini berkaitan dengan kemungkinan
terjadinya anemia akibat adanya riwayat napsu makan yang berkurang
pada pasie diserti dengan riwayat diare. Kemungkinan ini didukung dengan
pemeriksaan laboratorium yang menunjukan anemia.

- Penampilan psikis

14
Penampilan psikis apakah tidak tenang, lamban bereaksi, pandangan kosong, dan
lain-lain.
Pasien tampak gelisah dan gugup.
B. Kesadaran
- Biologis : penurunan kesadaran biologis  diduga pasien termasuk dalam tahap

delirium
- Psikologis : Terganggu  karena pada pasien gejala ganduh dan gelisah, bicara

kacau, menjawab tak sesuai dengan pertanyaan.

C. Perilaku dan aktivitas motorik :


Melihat postur, mannerism, dan tingkah laku pasien. Cari tanda-tanda intoksikasi atau
efek samping obat. Perhatikan hal-hal khusus seperti akathisia,hiperaktivitas,
bradikinesia.
Pasien didorong naik kursi roda, karena pasien mengeluh kakinya nyeri dan
lemah sehingga tidak kuat berjalan. Pasien tidak tenang, agak cemas.

D. Sikap terhadap pemeriksa :


Apakah pasien bersikap bersahabat, kooperatif, kasar, mengancam, agresif,
ambivalen, seduktif, merayu, dan menantang.Sikap pasien yang berhati-hati dan
curiga kemungkinan menunjukkan paranoid.
Pasien tidak kooperatif dan tidak dapat mengikuti dan melaksanakan semua
perintah yang diberikan.

Mood dan Afek

Mood dan afek:

 Mood

Merupakan emosi yang mendalam dan bertahan lama dan bersifat subjektif atas
laporan pasien. Ditanyakan bagaimana perasaannya belakangan ini. Dapat berupa
normotim, hipertim, hipotim, distim, poikilotim, tumpul atau mendatar.

Mood pasien diungkapkan sebagai distim yaitu rasa jengkel, dan juga
digolongkan sebagai anxietas karena pasien tampak gelisah, gugup dan pucat,
tidak tenang serta agak cemas yang disebabkan oleh ketakutan karena
halusinasi.

 Afek

15
Merupakan ekspresi perasaan yang dapat diobservasi. Perhatikan perilaku nonverbal
seperti gerakan wajah, intonasi suara, gerakan tubuh. Afek digambarkan sebagai
dalam rentang normal, terbatas, tumpul atau datar. Jika afek terbatas, terdapat
penurunan jelas di dalam rentang dan intesitas ekspresi. Demikian juga pada afek
yang tumpul, ekspresi emosional menurun lebih jauh. 1,2

Afek pasien terbatas dan tidak labil karena adanya penurunan rentang dan
intensitas ekspresi, dan tidak berubah-ubah selama diperiksa, (tetap gelisah,
cemas, dan selalu nampak ketakutan).

 Kesesuaian afek dan pembicaraan

Evaluasi kesesuaian antara afek dan pembicaraan topik yang didiskusikan. Dapat
berupa tumpul, datar, labil, tidak wajar (inappropriate).

Hal-hal yang ditemukan dan diobservasi pada pasien adalah sebagai berikut:

 Pasien tampak gelisah dan gugup, pucat.


 Afek dan emosi distim
 Pasien tidak tenang, agak cemas.
 Selama pemeriksaan pasien menunjukan adanya perasaan ketakutan yang jelas
menonjol.

Bicara

 Kualitas dan kuantitas pembicaraan pasien dapat menginformasikan proses pikirnya.


Kualitasnya berupa relevansi, kepatuhan, koherensi, kejelasan, dan volume suara.
Kuantitas yaitu banyak dan cepatnya pembicaraan serta suasana.
Pada kasus ini Nn. I mengalami gangguan bicara terlihat dari cara Nn. I
berbicara (dengan cara berteriak-teriak). Hal ini dapat terlihat pada kalimat
“Ibu pasien menyatakan bahwa dirinya sangat terkejut ketika pasien mengigau
berteriak-teriak…”

Persepsi

 Halusinasi
Dapat berupa halusinasi auditorik, visual, gustatorik, taktil, olfaktorik, kinestetik,
viseral, hipnagonik, hipnopompik, histerik, dan formication. Tanyakan apakah
16
pasien mendengar suara orang saat tidak ada orang disekitar, apakah suara tersebut
datang dari luar atau didalam kepala, apakah ada halusinasi perintah dan apa reaksi
pasien atas halusinasi tersebut.
Pada kasus ini Nn. I mengalami gangguan persepsi, dimana hanya terdapat
gangguan halusinasi berupa halusinasi visual. Hal ini dapat terlihat pada
kalimat “Nn. I mengatakan bahwa dirinya tidak sakit, memang benar melihat
neneknya yang sudah meninggal datang berkali-kali, namun hanya
mendatanginya dan tidak mau diajak bicara.”

 Ilusi
Merupakan penilaian yang salah tentang pencerapan yang sungguh terjadi.

 Depersonalisasi
Adalah perasaan aneh tentang dirinya bahwa dirinya telah berubah dan tidak seperti
biasa lagi. Contohnya pengalaman diluar tubuh (out of body experience) dan sesuatu
dari bagian tubuh nya bukan lagi kepunyaannya.

 Derealisasi
Adalah perasaan aneh tentang lingkungannya berubah dan tidak sesuai kenyataan.

Proses Pikir

 Bentuk pikiran
Cara bagaimana buah pikiran terhubungkan. Pikiran normal adalah bertujuan dan
terangkai berurutan dengan hubungan yang logis.

 Isi pikiran
Dapat terjadi gangguan isi pikir seperti waham, fobia, fantasi, obsesi, suicidal
thoughts, dan lain lain.
Pada kasus ini terdapat gangguan proses pikir, dimana pada pemeriksaan
psikiatri didapatkan adanya waham yaitu suatu keyakinan tentang suatu isi
pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan
inteligensi dan latar belakang kebudayaannya.

Fungsi Intelektual

 Orientasi
Gangguan orientasi biasanya dibedakan menurut tempat, waktu dan personal.
Biasanya dalam gangguan yang berat, pasien dapat tidak mengenali dirinya sendiri.
Pasien ini mengalami orientasi yang tidak baik

 Daya Ingat
17
Fungsi daya ingat biasanya dibagi menjadi empat bidang yaitu daya ingat jarak jauh
(remote memory), daya ingat masa lalu yang belum lama (recent past memory), daya
ingat yang baru saja (recent memory), dan penyimpanan dan daya ingat segera
(immediate retention and recall).

 Konsentrasi dan Perhatian


Konsentrasi pasien dapat terganggu dalam berbagai hal seperti gangguan kognitif,
kecemasan, depresi dan stimulasi internal (halusinasi). Pemeriksaan konsentrasi
dapat dilakukan dengan seven serial.

 Kemampuan membaca dan menulis


Pasien harus diminta untuk bereaksi terhadap suatu kalimat dan selanjutnya
melakukan apa yang diperintahkan oleh kalimat. Pasien harus juga diminta untuk
menulis kalimat yang sederhana tetapi lengkap.

 Kemampuan visuospasial
Pasien diminta untuk mencontoh suatu gambar seperti jam atau segi lima misalnya.

 Pikiran abstrak
kemampuan pasien untuk berhadapan dengan konsep. Pada suatu reaksi katastropik,
pasien dengan suatu cedera otak menjadi sangat emosional dan tidak dapat berpikir
secara abstrak.

Pengendalian Impuls

Pengandalian impuls penting dalam memastikan kesadaran pasien tentang perilaku yang
sesuai secara sosial dan suatu pengukuran tentang kemungkinan bahaya pasien bagi dirinya
sendiri atau orang lain. Pengendalian impuls dapat diperkirakan dari informasi dalam riwayat
pasien sekarang dan dari perilaku yang diobservasi selama wawancara.

Tilikan

Tilikan adalah derajat kesadaran dan pengertian pasien bahwa mereka sakit. Pasien mungkin
menunjukan penyangkalan penyakitnya sama sekali atau mungkin menunjukan suatu
kesadaran bahwa mereka sakit tetapi melemparkan kesalahan pada orang lain, pada faktor
eksternal, atau bahkan faktor organik.2

Pada kasus ini dapat disimpulkan pasien berada pada tilikan 1 karena pasien
mengatakan bahwa dirinya tidak sakit.

18
Diagnosa Multiaksial

Axis I : Sindroma klinis  F06 Gangguan mental lainnya akibat

kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit

fisik

Axis II : Gangguan keperibadian  F60.7 Gangguan kepribadian

dependen

Axis III : Kondisi medis lain  A00-B99 penyakit infeksi dan parasit tertentu

Axis IV : Masalah psikososial  tidak ada diagnosis

Axis V : GAF  42 Beberapa disabilitas dalam hubungan

dengan realita & komunikasi, disabilitas berat

dalam beberapa fungsi

Aksis I : F06 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan

penyakit fisik

Pasien pada kasus ini memenuhi kriteria diagnosis:

 Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit fisik sistemik yang

diketahui berhubungan dengan salah satu sindrom mental yang tercantum.


 Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau dihilangkannya penyebab

yang mendasarinya. Pada kasus, apabila penyakit tifoid disembuhkan maka gejala-

gejala psikiatri akan hilang.

19
 Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari sindrom mental ini

(seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau pengaruh stres sebagai

pencetus). Pada kasus tidak didapatkan riwayat keluarga yang pernah menderita

gangguan jiwa seperti psikosis.

Aksis II: F60.7 Gangguan kepribadian dependen

Pada pemeriksaan psikiatri, didapatkan bahwa pasien dimanjakan oleh ibu, ayah, dan
kakak-kakak pasien. Pasien diam saja bila dirinya diatur orang lain, kurang percaya akan
kemampuan diri, pasien tidak tahan dengan celaan dan pasien menarik diri dari hubungan
sosial karena takut tidak diterima oleh lingkungan, dan pasien sangat mudah dipengaruhi oleh
orang lain. Oleh karena itu pasien memenuhi ciri-ciri:

 Mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian besar keputusan
penting untuk dirinya
 Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan yang
dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus diri sendiri.
 Preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya,
dan dibiarkan untuk mengurus diri sendiri
 Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa mendapat
nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang lain.

Aksis III: A00-B99 penyakit infeksi dan parasit tertentu

Pada pemeriksaan diketahui bahwa pasien menderita penyakit tifoid. Toksin yang
dihasilkan oleh bakteri tersebut menyerang gastrointestinal, saraf dan otak sehingga
menyebabkan gejala diare, nyeri dan gejala-gejala psikiatri. Pada pemeriksaan laboratorium
juga didapatkan hipokalemi akibat dari banyaknya cairan yang terbuang melalui diare.

Aksis IV : Tidak ada diagnosis

20
Aksis V: 42 Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita & komunikasi,

disabilitas berat dalam beberapa fungsi

Global Assessment of Functioning Scale pasien 42, yaitu beberapa disabilitas dalam

hubungan dengan realita & komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi. Dari

anamnesis didapatkan bahwa pasien minta ditopang bahunya untuk dapat berjalan ke tempat

tidur “kaki saya lemas dua-duanya, pegal-pegal, dan linu-linu seperti lumpuh”. Sebelumnya

pasien mengalami pusing dan tidak enak badan, BAB 4-5 kali/ hari dengan konsistensi cair.

Sejak 4 hari yang lalu, makan sedikit sekali karena merasa mual disertai muntah. Pasien

mulai mengigau memanggil- manggil almarhum neneknya dan berteriak ada temannya yang

berniat menjahati dirinya.3

Patofisiologi

Bakteri Salmonella typhii masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang terkontaminasi.
Sebagian kuman dimusnahkan di dalam lambung, sedangkan sebagian lolos dan masuk ke
dalam usus untuk selanjutnya berkembangbiak. Bila imunitas humoral mukosa (IgA) kurang
baik, maka kuman akan menembus sel-sel epitel (terutama sel M) dan selanjutnya ke lamina
propria. Di lamina propria, kuman berkembangbiak dan difagosit terutama oleh makrofag.
Kuman dapat hidup dan berkembangbiak di dalam makrofag dan selanjutnya di bawa ke plak
Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui
duktus torasikus, kuman masuk ke sirkulasi darah (mengakibatkan bakteriemia pertama yang
asimptomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan
limpa. Di dalam organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian
berkembangbiak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi
darah lagi dan mengakibatkan bakteriemia yang kedua kalinya dengan disertai tanda dan
gejala-gejala penyakit infeksi sistemik oleh karena makrofag yang teraktivasi. Gejala
sistemik yang mungkin timbul adalah demam, malaise (lemah), sakit perut, instabilitas
vaskular, dan koagulasi.

Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan
bersama cairan empedu dieksresikan secara intermitten ke dalam lumen usus. Sebagian
21
kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian lagi masuk ke dalam sirkulasi menembus
usus. Pada kasus disebutkan bahwa pasien mengalami demam hingga 38,50C. Demam
merupakan akibat fase akut dari suatu infeksi. Pada keadaan ini, zat yang menimbulkan
demam menyebabkan perubahan pada set level. Pada typhoid fever, setelah menginvasi
mukosa lambung maka bakteri S. typhii akan difagosit oleh makrofag dan selanjutnya dibawa
ke kelenjar getah bening dan juga dibawa ke sistem RES yaitu hati dan limpa. Pada hati dan
limpa, bakteri ini akan dimusnahkan sehingga terjadilah hepatosplenomegali. Selain itu
hepatosplenomegali juga dapat disebabkan hepar dan lien yang menjadi tempat infeksi
sekunder oleh bakteri S. typhii. Pengeluaran dari sitokin proinflamasi tersebut dapat
mendepresi sum-sum tulang terutama seri eritrosit, hal inilah yang membuat pasien
mengalami anemia. Anemia pada pada pasien dapat dilihat dari pemeriksaan inspeksi pasien
yang tampak pucat dan Hb pasien yang menurun yaitu sebesar 10,5 gr%. Kemungkinan
anemia yang dialami pasien disebabkan juga karena pasien tidak mau makan.

Pada infeksi Salmonella typhii, terdapat pendepresian dari sum-sum tulang sehingga
didapatkan juga keadaan leukopenia. Namun pada pasien ini belum sampai terjadi leukopenia
karena masih dalam kategori normal batas bawah dimana kadar leukosit pasien sebesar 4000.

Pada pemeriksaan penunjang diketahui uji widal pasien diketahui yaitu anti O sebesar 1/320.
Uji widal widal merupakan suatu uji yang dilakukan untuk mendeteksi Salmonella typhii
melalui reaksi aglutinasi antara antigen kuman S. Typhii dengan antibodi yang disebut
aglutinin. Anti O sebesar 1/320 menandakan bahwa pasien benar terinfeksi S. typhii/
paratyphii namun di Indonesia yang merupakan daerah endemic, perlu dilakukan
pemeriksaan widal 4x dengan kenaikan titer. Selain gejala-gejala tersebut, kuman Salmonella
typhii dapat menyebabkan komplikasi berupa gejala gangguan neuropsikiatrik akibat
endotoksin yang dihasilkan. Gejala gangguan psikiatrik yang timbul dapat berupa penurunan
kesadaran akut, misalnya delirium. Penurunan kesadaran yang dialami pasien menyebabkan
pasien bicaranya menjadi kacau. Selain itu diketahui juga pasien mengalami kegelisahan
serta halusinasi.4

PENATALAKSANAAN

Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada pasien ini perlu ditekankan pendekatan
yang dapat mencakup sehat fisik, psikologis, spiritual dan sosial. Dalam hal ini pendekatan
satu aspek saja tidak akan menunjang pelayanan yang kompherensif. Pendekatan inilah yang
22
dalam bidang kesehatan jiwa (mental health) disebut pendekatan elektrik holistik, yaitu suatu
pendekatan yang tidak tertuju pada pasien semata-mata, akan tetapi juga mencakup aspek
psikososial dan lingkungan yang menyertainya (menyeluruh).

Medikamentosa

1. Hospitalisasi
Karena pada pasien ditemukan kemungkinan keadaan dehidrasi (akibat demam tinggi,
diare serta hipokalemia) dengan larutan NaCl fisiologis 0,9% ditambah dengan 40
mEq/L potasium klorida. Karena pada pasien ini diketahui kadar elektrolit kaliumnya
dibawah normal yaitu 1,5 mEq/L yang normalnya adalah 3,5-5 mEq/L dan sekaligus
untuk mencegah dehidrasi karena diare. Pemberian 40-60 mEq dapat menaikkan
kadar kalium sebesar 1-1,5 mEq/L, sedangkan 135-160 mEq dapat menaikkan kalium
2,5-3,5 mEq/L.5
2. Antimikroba
Ciprofloxacin 500mg 2x1. (3) Ciprofloxacin adalah antibiotik golongan fluorokuinolon
yang bekerja untuk menghentikan mulitiplikasi bakteri dengan menghambat
reproduksi DNA bakteri. Ciprofloxacin merupakan agen yang paling efektif dengan
angka penyembuhan hingga 98% serta angka relaps dan karier <2%. Kloramfenikol
tidak digunakan lagi untuk mengobati demam tifoid karena sudah terjadi resistensi.6
3. Antipiretik
Karena pada pasien ini ditemukan adanya demam (38,5º C) untuk mengatasi
demamnya diberikan antipiretik, seperti parasetamol.
4. Pemberian Psikotropik
Sebenarnya, keadaan delirium dapat diobati dengan mengobati gangguan dasarnya
yang menyebabkan delirium itu sendiri. Namun, apabila pasien tetap tidak bisa
kooperatif pada saat perawatan, keadaan delirium pasien dapat diberikan
physostigmine salicylate (Antilirium) 1 sampai 2 mg intravena (IV) atau
intramuskular (M) dengan dosis ulang dalam 15 sampai 30 menit.
Non Medikamentosa
1. Tirah baring sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari.
2. Mobilisasi secara bertahap sesuai kesembuhan. Menjaga hygiene perseorangan dan
lingkungan
3. Diet
Diet adalah hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit demam
typhoid. Penderita demam typhoid diberi diet bubur saring, kemudian ditingkatkan
menjadi bubur kasar dan akhirnya diberi nasi. Pemberian bubur saring pada awal
dikarenakan ada pendapat bahwa usus harus diistirahatkan.
4. Terapi Psikososial
23
 Dukungan keluarga dalam penyembuhan pasien
 Higienitas lingkungan pasien harus dijaga
Gaya Hidup (pola hidup) pasien harus dijaga termasuk kebiasaan makan pasien.7,8

KOMPLIKASI

Pada pasien inis udah terjadi komplikasi neuropsikiatrik dari Demam Typhoid yang di derita
pasien, yaitu Delirium. Seperti yang kita tau komplikasi dari Demam Typhoid itu ada berbaga
imacam, yaitu:

1. Komplikasi intestinal

- PerdarahanUsus
- PerforasiUsus
- Ileus Paralitik
2. Komplikasiekstraintestinal

- Komplikasi kardiovaskular Miokarditis, Trombosis, danTromboplebitis.


- Komplikasi darah  Anemia Hemolitik, Trombositopenia, dana tau
koagulasi intravaskuler diseminata dan Syndrome Uremia Hemolitik.
- Komplikasi paru Pneumonia,Pleuritis.
- Komplikasi hepar dan kandung kemih Hepatitis danKolelitiasis.
- Komplikasi ginjal Glomerulonefritis, PielonefritisdanPerinefritis.
- Komplikasi tulang Osteomielitis, Periostitis, SpondilitisdanArtritis.
Komplikasi neuropsikiatrikDelirium, Meningitis, Polineuritis Perifer, Syndrome
Guillain – Barre, Psikosisdan Syndrome Katatonia

PROGNOSIS

Prognosis gangguan mental yang dialami pasien adalah ad bonam karena jika
penyebab terjadinya gangguan mental ini (organo-biologi) berhasil ditatalaksana dengan baik,
maka gangguan mental yang terjadi juga akan membaik.

Prognosis kondisi medik umum :

 Ad vitam : dubia ad bonam

24
Jika typhoid ditangani dengan baik, pasien akan sembuh dan tidak membahayakan
nyawa pasien.

 Ad fungsionam : dubia ad bonam


Fungsi organ akan membaik dan dapat kembali berfungsi normal apabila penyakitnya
berhasil ditangani dengan tatalaksana yang baik.

 Ad sanasionam : dubia ad bonam


Jika pasien selalu menjaga kebersihan diri dan menjaga kebersihan asupan makanan
yang dikonsumsi dapat mencegah timbulnya penyakit ini.

25
BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

TYPHOID (TYPUS)

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Demam tifoid jarang terjadi
di negara-negara industri. Namun, tetap menjadi ancaman kesehatan yang serius di negara
berkembang. Demam tifoid menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi atau
melalui kontak dekat dengan seseorang yang terinfeksi. Tanda dan gejala biasanya termasuk
demam tinggi, sakit kepala, sakit perut, dan baik sembelit atau diare.

Gejala

Tanda-tanda dan gejala berkembang secara bertahap, sering muncul 1-3 minggu
setelah terpapar penyakit.

Minggu pertama:

• Demam, sering sebagai tinggi sebagai 103 atau 104 F (39,4º atau 40º C)
• Sakit kepala
• Kelemahan dan kelelahan
• Sakit tenggorokan
• Nyeri abdomen
• Diare atau konstipasi
• Ruam

Anak-anak lebih cenderung memiliki diare, sementara orang dewasa mungkin


menjadi konstipasi.

Minggu kedua:

 Berkembangnya ruam kecil di dada bawah atau perut bagian atas. Ruam ini timbulnya
sementara, biasanya menghilang dalam dua sampai lima hari.
 Demam tinggi
 Penurunan berat badan yang cukup berarti
 Perut membuncit
26
Minggu ketiga :

• Mengigau
• Komplikasi yang mengancam jiwa sering berkembang pada saat ini.

Minggu keempat:

Perbaikan mungkin datang perlahan-lahan pada minggu keempat. Demam cenderung


menurun secara bertahap sampai suhu kembali normal dalam satu minggu. Tapi tanda-tanda
dan gejala dapat kembali sampai dua minggu setelah demamnya mereda.

Penyebab

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri virulen disebut Salmonella typhi. Meskipun
mereka terkait, ini tidak sama dengan bakteri yang bertanggung jawab untuk salmonellosis,
infeksi usus yang serius lainnya.

Fecal-oral

Bakteri yang menyebabkan demam tifoid menyebar melalui makanan yang


terkontaminasi atau air dan kadang-kadang melalui kontak langsung dengan seseorang yang
terinfeksi. Di negara berkembang, di mana typhoid adalah endemik, kebanyakan kasus hasil
dari air minum yang tercemar dan sanitasi yang buruk. Mayoritas orang di negara-negara
industri mengambil bakteri tifoid saat bepergian dan menyebarkannya kepada orang lain
melalui rute fecal-oral.

Ini berarti bahwa S. typhi dilewatkan dalam tinja dan kadang-kadang dalam urin
orang yang terinfeksi. Anda dapat kontrak infeksi jika Anda makan makanan ditangani oleh
seseorang dengan demam tifoid yang tidak dicuci dengan hati-hati setelah menggunakan
kamar mandi. Anda juga dapat terinfeksi oleh air minum yang tercemar dengan bakteri.
tifoid operator

Bahkan setelah pengobatan dengan antibiotik, sejumlah kecil orang yang sembuh dari
demam tifoid terus pelabuhan bakteri dalam saluran usus mereka atau kandung empedu,
sering selama bertahun-tahun. Orang-orang ini, disebut carrier kronis, melepaskan bakteri
dalam kotoran mereka dan mampu menginfeksi orang lain, meskipun mereka tidak lagi
memiliki tanda-tanda atau gejala dari penyakit itu sendiri.

Faktor Resiko
27
• Bekerja atau perjalanan ke daerah endemik tifoid
• Bekerja sebagai penanganan Salmonella typhi klinis mikrobiologi bakteri
• Memiliki hubungan dekat dengan seseorang yang terinfeksi atau baru-baru ini telah
terinfeksi dengan demam tifoid
• Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah karena oleh obat-obatan seperti
kortikosteroid atau penyakit seperti HIV / AIDS
• Minum air yang tercemar oleh limbah yang mengandung S. Typhi

Patofisiologi

Infeksi S. typhi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap usus halus kemudian
melalui pembuluh linfe masuk ke peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan
limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-
organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk kembali
ke dalam darah (bakterimia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar
limfoid usus halus, menimbulkan tukak pada mukosa diatas plaque peyeri. Tukak tersebut
dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh
endotoksin yang dieksresikan oleh basil S. typhi sedangkan gejala pada saluran pencernaan
oleh kelainan pada usus.(8)

Pemeriksaan

Untuk mendiagnosis tifoid, pertama perlu ditanyakan pada pasien apakah pernah ke
daerah endemic tifoid. Selain itu dapat dilihat adanya gejala dan riwayat medis serta riwayat
perjalanan. Tetapi diagnosis biasanya dikonfirmasi dengan mengidentifikasi S. typhi dalam
kultur darah (biakan Salmonela). Untuk kultur dapat menggunakan sampel kecil dari feses
atau urin yang ditempatkan pada media khusus yang mendorong pertumbuhan bakteri. Dalam
48 sampai 72 jam, kultur tersebut akan diperiksa di bawah mikroskop untuk adanya bakteri S.
typhi.

Selain pemeriksaan kultur bakteri, kita dapat melakukan pemeriksaan darah tepi.
Umumnya pada tifoid terdapat anemia karena supresi sumsum tulang, defisiensi Fe, atau
perdarahan usus. Dijumpai adanya leukopneia namun jarang kurang dari 3000/uL, juga
terjadi linfositosis dan trombositopeni terutama pada tifoid yang berat. Selain itu dapat
dilakukan pemeriksaan serologi widal. Untuk membuat diagnosis yang diperlukan adalah
titer terhadap antigen O dengan kenaikan titer 1/200 atau kenaikan 4 kali titer.(8)

28
Tatalaksana

1. Antibiotik
 Kloramfenikol (drug of choice) 50-100mg/kgBB/hari peroral atau IV, dibagi
dalam 4 dosis selama 10-14 hari.
 Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari peroral selama 10 hari.
 Kotrimoksazol 6 mg/kgBB/hari peroral, dibagi dala 2 dosis selama 10 hari
2. Kortikosteroid diberikan pada kasis berat dengan gangguan kesadaran:
 Deksametason 1-3 mg/kgBB/hari IV, dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik.
3. Antipiretik
4. Suportif
 Tirah baring
 Isolasi yang memadai
 Kebutuhan cairan dan kalori yang cukup
 Diet rendah serat dan mudah dicerna

DELIRIUM

Delirium adalah keadaan yang yang bersifat sementara dan biasanya terjadi secara
mendadak, dimana penderita mengalami penurunan kemampuan dalam memusatkan
perhatiannya dan menjadi linglung, mengalami disorientasi dan tidak mampu berfikir secara
jernih. Berbagai keadaan atau penyakit (mulai dari dehidrasi ringan sampai keracunan obat
atau infeksi yang bisa berakibat fatal), bisa menyebabkan delirium. Saat delirium aktif,
penderita cenderung menghilang ke dalam atau keluar dari keadaan yang terang/jelas/jernih,
yang memiliki arti bahwa terkadang penderita mengetahui apa yang sedang terjadi sedangkan
pada saat yang lain, dapat menunjukkan disorientasi pada waktu, tempat, orang, atau situasi.
Diyakini bahwa semakin lama delirium tidak dirawat, disorientasi yang terjadi akan semakin
berkelanjutan atau progresif.

Manifestasi Klinis

Gambaran dapat bervariasi tergantung pada masing-masing individu. Mood, persepsi,


dan tingkah-laku yang abnormal merupakan gejala-gejala psikiatrik umum; tremor, asteriksis,
nistagmus inkoordinasi, inkontinensia urin, dan disfasia merupakan gejala-gejala neurologik
umum.
29
Gambaran utama adalah gangguan kesadaran berupa kesadaran yang berkabut dengan
penurunan kemampuan untuk memusatkan, mencantumkan, dan mengalihkan perhatian.
Keadaan ini berlangsung beberapa hari dengan berkembangnya ansietas, mengantuk,
insomnia, halusinasi yang transien, mimpi buruk, dan kegelisahan.

Pasien delirium yang berhubungan dengan sindrom putus zat merupakan jenis
hiperaktif yang dapat dikaitkan dengan tanda-tanda otonom, seperti flushing, berkeringat,
takikardi, dilatasi pupil, nausea, muntah, dan hipertermia. Orientasi waktu seringkali hilang,
sedangkan orientasi tempat dan orang mungkin terganggu pada kasus yang berat. Pasien
seringkali mengalami abnormalitas dalam berbahasa, seperti pembicaraan yang bertele-tele,
tidak relevan, dan inkoheren. Fungsi kognitif lain yang mungkin terganggu adalah daya ingat
dan fungsi kognitif umum. Pasien mungkin tidak mampu membedakan rangsang sensorik dan
mengintegrasikannya sehingga sering merasa terganggu dengan rangsang yang tidak sesuai
atau timbul agitasi. Gejala yang sering nampak adalah marah, mengamuk, dan ketakutan
yang tidak beralasan. Pasien selalu mengalami gangguan tidur sehingga sering tampak
mengantuk sepanjang hari dan tertidur di mana saja.

Pada kasus yang berat, penderita tidak mengetahui diri mereka sendiri.
Beberapa penderita mengalami paranoia dan delusi (percaya bahwa sedang terjadi hal-hal
yang aneh). Delirium sering bertambah parah pada malam hari (suatu fenomena yang dikenal
sebagai matahari terbenam). Pada akhirnya, penderita akan tidur gelisah dan bisa berkembang
menjadi koma (tergantung kepada penyebabnya).

BAB V
30
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang


kelompok kami menyimpulkan bahwa Nn. I mengalami gangguan mental organik akibat
kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik. Prognosis gangguan mental yang dialami
pasien adalah dubia ad bonam, gangguan mental yang terjadi pada pasien ini akan membaik
apabila ditangani dengan terapi yang tepat. Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini yaitu
dirawat, pemberian antimikroba, psikotropik serta edukasi psikososial.

DAFTAR PUSTAKA

31
1. Maramis WF, Maramis AA. Pemeriksaan psikiatrik. In: Catatan Ilmu Kedokteran
Jiwa. 2nd ed. Surabaya: Airlangga University Press; 2009. p. 150-55.
2. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri. Tanggerang: Bina Rupa Aksara;
2010. p. 432-439.
3. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; 2001.p. 12-13,46-48.

4. Widodo D. Demam Tifoid. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata


M, Setiati S (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna
Publishing;2009 .p. 2797-803, 2800-4.
5. Gennari FJ. Hypokalemia: Current Concept .The New England Journal of
Medicine 1998 Aug 13;339(7): 451-458.
6. Mark Graber. Terapi Cairan, Elektrolit dan Metabolik. Farmedia; 2003. p. 95.
tatalaksana
7. Mayo Clinic Staff. Typhoid fever. Available at:
http://www.mayoclinic.com/health/typhoid-fever/DS00538/DSECTION.
Accessed on May 7, 2012.
8. Bhutta ZA. Current Concepts in The Diagnosis and Treatment of Typhoid Fever.
BMJ 2006; 333: 78-82.

9. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Media


Aesculapsius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2001. p. 189-192. tipus

32

Anda mungkin juga menyukai