Anda di halaman 1dari 1

Rasdana (2017:1) menyatakan bahwa pada permulaan abad ke-19, yaitu di sekitar 1803, Dalton

mengemukakan hipotesis bahwa zat tidak bersifat kontinu, melainkan terdiri atas partikel-partikel
kecil yang disebut atom. Mengenai atom itu sendiri, Dalton menganggapnya sebagai bola kaku
yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi partikel-partikel yang lebih kecil
Menurut Roidah (2017:1) pada permulaan abad ke-19, yaitu di sekitar 1803, Dalton
mengemukakan hipotesis bahwa zat tidak bersifat kontinu, melainkan terdiri atas partikel-partikel
kecil yang disebut atom. Mengenai atom itu sendiri, Dalton menganggapnya sebagai bola kaku
yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi partikel-partikel yang lebih kecil.
Menurut Roidah (dalam Rasdana, 2017:1) pada permulaan abad ke-19, yaitu di sekitar 1803,
Dalton mengemukakan hipotesis bahwa zat tidak bersifat kontinu, melainkan terdiri atas partikel-
partikel kecil yang disebut atom. Mengenai atom itu sendiri, Dalton menganggapnya sebagai bola
kaku yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi partikel-partikel yang lebih kecil.
Pada permulaan abad ke-19, yaitu di sekitar 1803, Dalton mengemukakan hipotesis bahwa zat
tidak bersifat kontinu, melainkan terdiri atas partikel-partikel kecil yang disebut atom. Mengenai
atom itu sendiri, Dalton menganggapnya sebagai bola kaku yang tidak dapat diuraikan lagi
menjadi partikel-partikel yang lebih kecil (Rasdana, 2017:1).
Pada permulaan abad ke-19, yaitu di sekitar 1803, Dalton mengemukakan hipotesis bahwa zat
tidak bersifat kontinu, melainkan terdiri atas partikel-partikel kecil yang disebut atom. Mengenai
atom itu sendiri, Dalton menganggapnya sebagai bola kaku yang tidak dapat diuraikan lagi
menjadi partikel-partikel yang lebih kecil (Ridoh dalam Rasdana, 2017:1).

Anda mungkin juga menyukai