Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Kerja Praktek

4.1.1 PIT 24 NPI

Dalam kegiatan yang dilakukan di lapangan dengan pengamatan secara


langsung mengenai masalah yang dibahas, antara lain:

Gambar 4.1 Pit 24 NPI


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Hasil dan Pembahasan - 21


Gambar 4.2 Pit 24 NPI
Sumber : Dokumentasi Pribadi

4.1.2 Data Curah Hujan

Data Curah Hujan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data curah
hujan dari tahun 2016 hingga tahun 2018. Data curah hujan 3 tahun ini digunakan
untuk mendapatkan curah hujan rencana maksimum. Metode pengolahan data curah
hujan yang digunakan adalah persamaan distribusi Gumbel matematis untuk
mendapatkan curah hujan rencana maksimum harian. Curah hujan rencana harian
diperlukan untuk menghitung intensitas hujan sehingga didapatkan debit air limpasan
yang masuk ke tambang. ( Lihat Lampiran A )

4.1.3 Perhitungan Curah Hujan Rencana

Data curah hujan yang telah didapatkan selanjutnya diolah menggunakan


Microsoft Excel untuk mendapatkan nilai Curah Hujan Maksimum. Data ini
diperolah dengan menentukan curah hujan harian tertinggi dalam satu bulan. Setelah
mendapatkan curah hujan maksimum dalam satu bulan, maka selanjutnya ditentukan
curah hujan maksimum dalam satu tahun seperti yang terlihat pada tabel 4.1.

Selanjutnya, dari curah hujan maksimum yang didapatkan, ditentukan curah


hujan rencana menggunakan persamaan distribusi Gumbel matematis. Dalam

Hasil dan Pembahasan - 22


menentukan curah hujan rencana, periode ulang yang digunakan adalah 3 (tiga)
bulan dengan pertimbangan bahwa untuk sarana tambang, syarat periode ulang yang
disarankan adalah 2 – 5 tahun, resiko hidrologi lebih besar dari 85%, dan periode
ulang yang digunakan harus lebih kecil dari umur tambang. Di PT Anugerah Bara
Kaltim, umur tambang yang selalu digunakan adalah 5 (lima) tahun. Dari
perhitungan yang telah dilakukan, nilai resiko hidrologi yang lebih besar dari 85%
adalah periode ulang 3 (tiga) tahun yaitu sebesar 86.83% seperti yang terlihat pada
table 4.2. ( Lihat Lampiran B )

Tabel 4.1 Curah hujan maksimum untuk waktu 3 tahun Plant Site PT. Anugerah
Bara Kaltim.

Sumber : Pengolahan data curah huja

Tabel 4.2 Resiko Hidrologi untuk Periode Ulang Hujan

Sumber : Pengolahan data curah huja

Untuk periode ulang 3 (tiga) bulan, pada tahun 2016 nilai koreksi periode
ulang (Yt) adalah 0,90272046, koreksi rata-rata (Yn) adalah 1,24589932, koreksi
simpangan (Sn) adalah 0,78810271 dan nilai koefisien periode ulang (k) adalah
-0.4354494. Dari beberapa perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat ditentukan
curah hujan rencana (Xt) yaitu sebesar 91,0922466 mm pada tahun 2016.

Hasil dan Pembahasan - 23


Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk tahun-tahun selanjutnya hingga tahun
2017, seperti yang terdapat pada ( tabel 4.3 ).

Tabel 4.3 Perhitungan Curah Hujan

Sumber : Pengolahan data curah hujan

4.1.4 Perhitungan Data Durasi Hujan


Pada metode pengolahan data durasi curah hujan yang digunakan adalah
persamaan distribusi Gumbel matematis untuk mendapatkan durasi max curah hujan
rencana maksimum harian, seperti yang terdapat pada ( tabel 4.4 ).
Tabel 4.4 Durasi hujan maksimum untuk waktu 3 tahun Plant Site PT. Anugerah
Bara Kaltim.

Sumber : Pengolahan data curah jam rencana

4.1.5 Perhitungan Intensitas Curah Hujan

Intensitas hujan (I) dapat diperoleh melalui perhitungan dengan


menggunakan rumus Mononobe ( lihat persamaan 2.9). Parameter dalam
menentukan nilai intensitas hujan adalah nilai curah hujan rencana dan durasi hujan.
Durasi hujan yang digunakan adalah lamanya hujan yang terjadi dalam waktu 24 jam
atau satu hari.
Kemudian, intensitas hujan di lokasi penelitian untuk periode ulang 3 (tiga)
bulan dapat dihitung sebagai berikut : ( Lihat Lampiran D).

2 /3
91,0922466 24
I=
24 1 ( )
Hasil dan Pembahasan - 24
I = 31,599181 mm/jam
Tabel 4.5 Intensitas hujan berdasarkan durasi hujan

Sumber : Pengolahan data curah hujan

4.1.6 Penentuan Catchment Area

Penentuan luas daerah tangkapan hujan ( DTH ) atau catchment area di PIT
24 NPI berdasarkan peta topografi lokasi penelitian. Penentuan Catchment Area ini
dibantu dengan menggunakan software. Peta catchment area dapat dilihat pada
Lampiran C. ( Lihat Lampiran C )

Luas catchment area yang dihitung pada PIT 24 NPI adalah 29,4 ha.

4.1.6 Perhitungan Debit Limpasan

Untuk mengetahui nilai debit air limpasan dilakukan perhitungan dengan


rumus rasional ( lihat persamaan 2.11). Dalam melakukan perhitungan debit air
limpasan diperlukan beberapa parameter yaitu koefisien limpasan, intensitas hujan
dan luas catchment area..

Untuk penentuan debit limpasan, maka terlebih dahulu menentukan nilai


sebagai berikut :

Koefisien limpasan (C) 0,9


Intensitas curah hujan rata-rata (I) 31,5799181 mm/jam
Luas daerah tangkapan hujan sebesar 29,4 ha.

Hasil dan Pembahasan - 25


Setelah mendapatkan masing-masing nilai parameter yang digunakan, maka
selanjutnya digunakan persamaan rasional sebagai berikut ;

Q = 0,278 x C x I x A
Q = 0,278 x 0,9 x 31,5799181 mm/jam x 0,294
Q = 2,32298088 m3/detik x 3600
= 8362,73116 m3/jam
Perhitungan secara lengkap debit limpasan hujan daerah penelitian dapat
dilihat pada Lampiran F. dalam penelitian ini, debit air tanah diasumsikan tidak ada
karena sangat kecil dan tidak berpengaruh besar terhadap debit total.

4.1.8 Perhitungan Volume Kolam Sump

Untuk penentuan dimensi kolam pengendapan disesuaikan dengan debit air


limpasan yang masuk ke dalam Catchment Areadan kecepatan pengendapan
material.
Perhitungan luas kolam pengendapan pada PIT 24 NPI menggunakan data-
data hasil perhitungan dari 2 data, sebagai berikut :
A = Qin-Qout
Qin = 4616,9245 m3/jam
Qout = 6400 jam
A = 4616,9245 m3/jam - 6400 jam
= 2696,9245 m3

4.1.9 Perhitungan Rancangan Kolam Sump

Untuk mengetahui rancangan kolam pengendapan yang aman, yaitu memiliki


kedalaman 5 m dengan perbandingan Panjang dan Lebar yaitu 1:3 pada area dapat
diperoleh dengan rumus mencari volume :
Penyelesaian :
2696,9245 m3 =PxLx5m
2696,9245 m 3
=PxL
5m
539,384899 m2 =PxL
Untuk L

Hasil dan Pembahasan - 26


L=
√ 539,384899 m2
2
L ¿ 16,4223156 m
Untuk P
P=2xL
P = 2 x 16,4223156 m
P = 32,8446312 m
Jadi, panjang dan lebar yang dibutuhkan untuk merancang kolam sump
dengan kedalaman 5 m pada area Revegetasi PIT 24 NPI yaitu P = 32,8446312 m
dan L = 16,4223156 m

Gambar 4.3 Rancangan dimensi Sump


Sumber : Perhitungan Rancangan Sump

Hasil dan Pembahasan - 27


Gambar 4.4 Rancangan dimensi Sump
Sumber : Perhitungan Rancangan Sump

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisa Periode Ulang (T)

Periode ulang hujan ditentukan dengan berbagai pertimbangan, yang pertama


ditentukan berdasarkan peruntukan periode ulang hujan.‘
Tabel 4.5 Periode Ulang Hujan untuk Sarana Penyaliran pada Daerah Tambang
Periode Ulang Hujan
Keterangan
(Tahun)
Daerah terbuka 0–2
Sarana tambang 2- 5
Lereng tambang dan penimbunan 5- 10
Sumuran utama 10 -25
Penyaliran keliling tambang 25
Pemindahan aliran sungai 100
Sumber: Agus Winarno, 2009
Selain itu, penentuan periode ulang hujan tidak boleh melebihi dari umur
tambang. Pada daerah penelitian, umur tambang yang digunakan yaitu 5 (lima)
bulan. Dan pertimbangan yang terkahir menggunakan rumus Resiko Hidrologi, yaitu
nilai dari resiko hidrologi harus di atas 85%. Penentuan Tt awalnya hanya
menggunakan metode trial and error, hingga mendapatkan hasil lebih dari 85%.
Sehingga ditentukan bahwa periode ulang hujan yang digunakan adalah periode
ulang hujan 3 bulan.

4.2.2 Penentuan Catchment Area

Hasil dan Pembahasan - 28


Penentuan daerah tangkapan hujan (catchment area)dibuat untuk mengetahui
besarnya luas cathment area, dapat pula ditentukan banyaknya air yang mengalir
menuju kolam pengendapan. Dengan menngunakan Software luas catchment area
pada PIT 24 NPI adalah 29,4 Ha yang ditentukan berdasarkan peta topografi daerah
penelitian.

4.2.3 Analisa Curah Hujan Rencana dan Intensitas Curah Hujan

Sumber utama air yang masuk ke lokasi penelitian PIT 24 NPI adalah air
hujan, sehingga besar kecilnya curah hujan yang terjadi di sekitar lokasi penelitian
akan mempengaruhi banyak sedikitnya air limpasan yang harus dikendalikan.
Analisa curah hujan dilakukan dengan menggunakan Metode Gumbel yang
dilakukan dengan mengambil data curah hujan bulanan yang ada, kemudian diambil
curah hujan maksimum setiap bulannya dari data tersebut, untuk sampel dapat
dibatasi jumlahnya sebanyak n data. Dalam penelitian ini, data curah hujan yang
digunakan adalah data curah hujan tahun 2016 sampai tahun 2018. Untuk data curah
hujan yang dipakai dalam penelitian ini digunakan data curah hujan stasiun PT.
Anugerah Bara Kaltim.
Dengan menggunakan Distribusi Gumbel, curah hujan rencana untuk periode
ulang tertentu dapat ditentukan. Periode ulang merupakan suatu kurun waktu dimana
curah hujan rencana tersebut diperkirakan berlangsung sekali. Penentuan curah hujan
rencana untuk periode ulang tertentu berdasarkan Distribusi Gumbel. Untuk itu data
curah hujan harus diolah terlebih dahulu menggunakan kaidah statistik mengingat
kumpulan data adalah kumpulan yang tidak tergantung satu sama lain, maka untuk
proses pengolahannya digunakan analisis regresi metode statistik.
Dari penelitian ini curah hujan rencana sebesar 148,427315 mm dan
intensitas curah hujan sebesar 51,45687632 mm/jam. Nilai intensitas hujan yang
didapat nantinya akan digunakan untuk menghitung debit air limpasan hujan yang
masuk area penambangan.

4.2.4 Analisis Durasi Max Air hujan

Durasi adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan yang jatuh pada suatu
daerah tangkapan hujan untuk mengalir dari titik terjauh. Dalam hal ini diasumsikan
bahwa jika durasi hujan sama dengan waktu konsentrasi, maka setiap bagian DAS

Hasil dan Pembahasan - 29


secara serentak telah menyumbangkan aliran terhadap titik kontrol. Data durasi max
curah hujan di gunakan data yang sudah ada.

4.2.5 Analisis Air Limpasan yang masuk dan keluar

Untuk mengetahui debit air limpasan yang masuk dan keluar menurut tipe
pompa CF 48 yang akan digunakan di PIT 24 NPI. ( Lampiran H )

Gambar 4.5 Tipe Pompa CF 48


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Hasil dan Pembahasan - 30


Gambar 4.6 Tipe Pompa CF 48
Sumber : Dokumentasi Pribadi

4.2.6 Analisa Luas Sump

Kolam pengendapan adalah suatu daerah yang dibuat khusus untuk


menampung air limpasan sebelum dialirkan ke daerah pengaliran umum. Lokasi
kolam pengendapan harus berada pada elevasi yang lebih rendah dari area
penambangan agar mudah dalam pengaplikasiannya, selain itu rancangan kolam
pengendapan tidak boleh berada di atas dari lokasi rencana penambangan.
Luas kolam pengedapan untuk area PIT 24 NPI yaitu sebesar 1122,8983 m3

4.2.7 Analisa Rancangan Sump

Jadi, panjang dan lebar yang dibutuhkan untuk merancang kolam sump
dengan kedalaman 5m pada area Revegetasi PIT 24 NPI yaitu P = 21,1933792 m
dan L = 10.5966896 m
Apabila penambangan yang sudah rusak atau air limpasan yang masuk ke
tambang sudah tidak bisa di atasi, seperti ( Gambar 4.7 ) dan ( Gambar 4.8 )

Hasil dan Pembahasan - 31


Gambar 4.7 PIT MDS
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.8 PIT KBBTP


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Jadi desain yang akan di gunakan pada daerah tambang yang sudah rusak
pengalirannya akan di gunakan desain, seperti ( gambar 4.9 )

Hasil dan Pembahasan - 32


Gambar 4.9 Rancangan Kolam Sump
Sumber : Hasil Perhitungan

Pada rancangan ini sama dengan pengendapan settling pond and cara
pemompaannya seperti sistem kolam terbuka ( Mine Dewatering ), seperti ( gambar
4.10 )

Gambar 4.10 PIT MDS


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Hasil dan Pembahasan - 33

Anda mungkin juga menyukai