Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mola hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh berganda
berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai
buah anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Kelainan
merupakan neoplasma tofoblas yang jinak (benigna) (Sofian,2011).
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dibandingkan
dengan Negara-negara Barat. Di Negara-negara Barat dilaporkan 1:200 atau 2000
kehamilan. Di Negara-negara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan. Soejoenoes dkk.
(1967) melaporkan 1:85 kehamilan; RS Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta 1:3 persalinan
dan 1:49 kehamilan; Luat A.Siregar (Medan) tahun 1982:11-16 per 1000 kehamilan;
Soetomo (Surabaya): 1:80 persalinan; Djamhoer Martaadisoebrata (Bandung): 9-21 per
1000 kehamilan. Biasanya dijumpai lebih sering pada umur reproduksi (15-45); dan pada
multipara. Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan menderita mola akan lebih
besar. Wanita dengan riwayat abortus spontas akan berisiko lebih besar untuk terkena mola
komplit ataupun mola partial pada kehamilan berikutnya. Mola hidatidosa akan berulang
pada 0,5-2,6% pasien dengan kemungkinan berkembang mola invasive atau
choriocarsinoma (Sofian,2011).
Pemeriksaan ultrasonografi (US) merupakan modalitas pilihan dalam penegakan
diagnosis serta adanya peningkatan kadar serum HCG. Gambaran klasik pemeriksaan US
kasus kehamilan mola komplit menampilkan gambaran “snowstorm” (Sofian,2011).

1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
reproduksi mola hidatidosa
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan sistem
reproduksi mola hidatidosa
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada klien dengan gangguan sistem
reproduksi mola hidatidosa
c. Mahasiswa mampu menetapkan intervensi pada klien dengan gangguan sistem
reproduksi mola hidatidosa
d. Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi pada klien dengan gangguan sistem
reproduksi mola hidatidosa
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi klien dengan gangguan sistem reproduksi mola
hidatidosa
f. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian pada klien dengan gangguan
sistem reproduksi mola hidatidosa.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Medis
2.1.1 Pengertian
Mola hidatidosa merupakan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
yang tidak disertai janin dan seluruh vilikorealis mengalami perubahan hidrofik. Pada beberapa
kasus, sebagian perkembangan dan pertumbuhan villi korealis berjalan normal sehingga janin
dapat tumbuh dan berkembang bahkan sampai aterm. Keadaan ini disebutkan mola hidatidosa
parsialis. Karna mengalami perubahan hidropik disertai pengeluaran hormon gonadotropin,
mola hidatidosa dapat menimbulkan gejala klinis yang bervariasi. Disamping itu, infiltrasi sel
tropoblas dapat merusak pembuluh darah yang menimbulkan perdarahan, menyebabkan wanita
untuk memeriksakan diri (Manuaba,2010).
Mola hydatidosa merupakan kehamilan yang dihubungkan dengan edema vesikular dari
vili khorialis plasenta dan biasanya tidak disertai fetus yang intak. Secara histologis terdapat
proliferasi trofoblast dengan berbagai tingkatan hiperplasia dan displasia. Vili khorialis terisi
cairan, membengkak, dan hanya terdapat sedikit pembuluh darah (Cunningham,2013).
Mola hydatidosa terbagi atas 2 kategori. Yakni komplet mola hidatidosa dan parsial
mola hydatidosa. Jenis total/komplet pada jenis ini tidak terdapat embrio atau kandung amnion.
Jenis parsial pada jenis ini tidak terdapat embrio (yang biasanya dengan kelainan multiple dan
kantung amnion (Lockhart,2014)
Mola hydatidosa komplet tidak terdapat janin atau bagian tubuh janin, 90 % biasanya
terdiri dari kariotipe 46,XX dan 10% 46,XY. Semua kromosom berasal dari paternal. Ovum
yang tidak bernukleus mengalami fertilisasi oleh sperma haploid yang kemudian berduplikasi
sendiri, atau satu telur dibuahi oleh 2 sperma. Pada mola yang komplet, vili khoriales memiliki
ciri seperti buah angur, ada gambaran proliferasi trofoblas, degenerasi hidropik villi chorialis
dan berkurangnya vaskularisasi / kapiler dalam stroma. Sering disertai pembentukan kista lutein
(25-30%) (Cunningham,2013).
Pada mola hydatidosa parsial terdapat jaringan fetus. Eritrosit fetus dan pembuluh darah
di vili khorialis sering didapatkan. Ciri histologik, terdapat jaringan plasenta yang sehat dan
fetus. Gambaran edema villi hanya fokal dan proliferasi trofoblas hanya ringan dan terbatas

3
pada lapisan sinsitiotrofoblas. Perkembangan janin terhambat akibat kelainan kromosom dan
umumnya mati pada trimester pertama (Cunningham,2013) .

Gambar 1. Mola hydatidosa komplet Gambar 2. Mola hydatidosa partial

2.1.2 Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti akan tetapi factor yang dapat
menyebabkan antara lain:
a. Asupan vitamin A dan lemak hewani yang rendah
b. Defisiensi protein
c. Paritas tinggi
d. Imuno selektif trofoblas (Sofian, 2011)
Penyakit trofoblastik gestasional merupakan penyebab utama perdarahan pada trimester
ke 2. Deteksi ini diperlukan karena penyakit ini berkaitan dengan kariokarsinoma suatu kelainan
malignansi yang tumbuh dengn cepat dan sangat invasif (Lockhart,2014)
Penyebabnya belum pasti diketahui namun para peneliti riset meyakini bahwa penyakit
trofloblastik gestasional berkaitan dengan kondisi ibu yang buruk, khususnya asupan protein
dan asam folot yang kurang, ovum yang cacat, kelainan kromosom atau gangguan
keseimbangan hormonal sekitar 50% pasien kariokarsinoma memiliki riwayat hamil mola dan
pada 50% lainnya penyakit tersebut biasanya didahului oleh abortus spontan atau abortus yang
diinduksi, kehmilan etopik atau kehamilan normal. Sel-sel trofloblastik pada kelainan ini akan
mengakibatkan peningkatan ukuran yang cepat dan terisi dengan cairan sel trofloblas terletak
pada cicncin sebelah luar blastokis (struktur yang terbentuk lewat pembelahan sel pada sekitar
hari ke 3 hinggak ke 4 pasca vertilisasi dan sel-sel pada akhirnya akan menjadi bagian dari
struktur yang menbentuk plasenta dan selaput janin ketika mulai berdegenerasi,sel-sel tersebut
akan terisi cairan sehingga sel trofoblast edematous dan gambrannya berupa vesikel yang

4
terlihat sebagian kumpulan buah anggur ,sehingga embrio tidak dapat berkembang melewati
tahap primitive awal (Lockhart,2014).

2.1.3. Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala :
a. Pembesaran uterus yang tidak proposional ,kumpulan seperti buah anggur mungkin
ditemukan vagina pada pemeriksaan pelvis (VT / Vagina Toucher)
b. Nausea dan vomitus yang berlebihan
c. Perdarahan pervaginam yang intermiten akan terus menerus dengan darah yang
berwarna merah cerah atau kecoklatan pada minggu ke-12
d. Keluarnya jaringan yang menyerupai kumpulan buah anggur
e. Gejala hipertensi gestasional yang timbul sebelum minggu kehamilan ke-20
f. Tidak terdengarnya bunyi jantung janin
g. Perdarahan pervaginam adalah gejala yang paling sering, biasanya terjadi pada usia
kehamilan 6-16 minggu.
h. Mual muntah
i. Tidak adanya gerakan janin
j. Uterus membesar tidak sesuai dengan usia kehamilan
k. Tidak terdengar DJJ
(Lockhart,2014).
Gejala awal degenerasi mola hidatidosa tidak jauh berbeda dengan hamil muda yaitu
mual muntah, pusing, hanya kadang- kadang berlangsung lebih hebat. Perkembangan hamil
selanjutnya menunjukkan pembesaran rahim yang pesat yang bervariasi.. disertai pengeluaran
hormone semakin meningkat. Infiltrasi sel tropoblas yang merusak pembuluh darah yang
menimbulkan gejala perdarahan sedikit demi sedikit sampai perdarahan banyak dan
pengeluaran gelembung mola. Pengeluaran gelembung masyarakat dikenal dengan sebutan
hamil anggur. Gejala perdarahan dapat menyebabkan keadaan anemia sampai terjadi syok.
Tinggi fundus uteri pada penderita mola hidatidosa dapat lebih tinggi usia kehamilan
sebenarnya (Manuaba, 2010).

5
2.1.4 Patofisiologi (Manuaba,2010)
Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kista-kista
seperti anggur. Biasanya didalamnya tidak berisi embrio. Secara histopatologik kadang-
kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi
kehamilan ganda mola adalah: satu janin tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola
hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai
berdiameter lebih dari 1 cm. Mola parsialis adalah bila dijumpai janin dan gelembung
gelembung mola.
Secara mikroskopik terlihat trias:
a. Proliferasi dari trofoblas
b. Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban
c. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.
Sel-sel Langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dan adanya sel sinsisial
giantik. Pada kasus mola banyak kita jumpai ovarium dengan kista lutein ganda
berdiameter 10 cm atau lebih (25-60%). Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil
dan kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh.
Patofisiologi mola hidatidosa yaitu ovum Y telah dibuahi mengalami proses
segmentasi sehingga terjadi blastomer kemudian terjadi pembelahan dan sel telur
membelah menjadi 2 buah sel. Masing-masing sel membelah lagi menjadi 4, 8, 16, 32,
dan seterusnya hingga membentuk kelompok sel yang disebut morula. Morula bergerak
ke cavum uteri kurang lebih 3 hari dan didalam morula terdapat exozeolum. Sel-sel
morula terbagi dalam 2 jenis yaitu trofoblas (sel yang berada disebelah luar yang
merupakan dinding sel telur) sel kedua yaitu bintik benih atau nodus embrionale (sel
yang terdapat disebelah dalam yang akan membentuk bayi). Pada fase ini sel seharusnya
mengalami nidasi tetapi karena adanya poliferasi dari trofoblas atau pembengkakan vili
atau degenerasi hidrifilik dari stroma vili dan hilangnya pembuluh darah stroma vili
maka nidasi tidak terjadi. Trofoblas kadang berproliferasi ringan kadang keras sehingga
saat proliferasi keras uterus menjadi semakin besar. Selain itu trofoblas juga
mengeluarkan hormone HCG yang akan mengeluarkan rasa mual dan muntah. Pada
mola hidatidosa tidak jarang terjadi perdarahan pervaginam, ini juga dikarenakan

6
proliferasi trofoblas yang berlebihan. Pengeluaran darah ini kadang disertai gelembung
vilus yang dapat memastikan diagnose mola hidatidosa.
2.1.5 Komplikasi
a. Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong dapat berakibat fatal
b. Perdarahan berulang yang dapat menyebabkan anemia
c. Menjadi ganas; koriokarsinoma (Sofian, 2011)
Komplikasi yang mungkin terjadi : Koriokarsinoma (Lockhart,2014)

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik


Uji sonde; sonde (penduga Rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam
kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik
sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison).
a. Foto rontgen abdomen; tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3-4 bulan)
b. Ultrasonografi; pada mola akan terlihat bayangan badai salju dan tidak terlihat janin.
c. Reaksi kehamilan; karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologic dan uji
imunologik (galli maini dan planotest) akan positif setelah pengenceran (titrasi);
1) Galli maini 1/300 (+), maka suspek mola hidatidosa
2) Galli maini 1/200 (+), maka kemungkinan mola hidatidosa atau hamil kembar.
Bahkan pada mola atau koriokasinoma, uji biologic atau imunologik cairan
serebrospinal dapat menjadi positif.
(Sofian, 2011)
a. Pemeriksaan radioimmunoassay menunjukkna kenaikan hCG yang ekstrim pada
awal kehamilan.
b. Pemeriksaan histolagi terhadap vesikel akan membantu konfirmasi diagnosis .
c. Ultrasonografi yang dilakukan sesudah kehamilan bulan ke-3 akan memperlihatkan
kumpulan mirip anggur dan bukan janin,skeleton janin tidak terdeteksi dengan
pemeriksaan USG dan gambaran USG menujukkna pola mirip serpihan salju.
d. Kadar hemoglobin ,niilai hematoktrit,jumlah sel darah merah eritosit
RBC,prothombin time,partial thromoplastin time,kadar fibrinogen dan hasil
pemeriksaan fungsi hati serta renal semuanya menujukkan nilai yang abnormal.
e. Hitung leukosit dan laju endap drah mengalami peningkatan (Lockhart,2014).

7
2.1.6 Penatalaksaanaan
Langkah pengobatan mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap sebagai berikut:
1. Perbaikan keadaan umum. Pengeluaran mola yang disertai perdarahan memerlukan
tranfusi, sehingga penderita tidak jatuh dalam keadaan syok dan dapat menjadi penyebab
kematian.
2. Pengeluaran jaringan mola hidatidosa. Menghadapi kasus mola hidatidosa terdapat
beberapa pertimbangan berkaitan dengan usia penderita dan paritas. Pada mola
hidatidosa dengan usia muda dan jumlah anak sedikit maka rahim perlu diselamatkan
dengan melakukan tindakan:
a. Evakuasi jaringan mola hidatidosa dilakukan dengan kuretage atau dengan vakum
kuretage, yaitu alat pengisap listrik yang kuat sehingga dapat mengisap jaringan
mola dengan cepat. Penggunaan alat vakum listrik pmempunyai keuntungan, yaitu
jaringan mola dengan cepat dapat diisap, dan mengurangi perdarahan. Evakuasi
jaringan mola dilakukan sebanyak 2 kali dengan interval satu minggu, dan jaringan
diperiksa kepada alih patologis.
b. Histerektomi. Dengan pertimbangan usia yang relative tua ( >35 tahun) dan paritas
lebih dari 3, penderita mola hidatidosa mendapat tindakan radikal histerektomi.
pertimbangan ini didasarkan kemungkinan keganasan koriokarsinoma menjadi lebih
tinggi.
3. Pengobatan proviklasis dengan sistostatika (kemoterapi). Mola hidatidosa merupakan
penyakit trofoblas yang dapat berkelanjutan menjadi koriokarsinoma (65-75%). Untuk
menghindari terjadinya degenerasi ganas, penderita mola hidatidosa diberikan
provilaksi dengan sistostatika (kemoterapi) Methotraxate (MTX) atau Actinomycin D.
Pengobatan provilaksis atau terapi sistostatika memerlukan perawatan dengan
pengawasan dirumah sakit.
4. Pengawasan lanjut. Degenerasi korio karsinoma memerlukan waktu sehingga
kesembuhan penyakit mola hidatidosa memerlukan pengawasan.
a. Terapi; Pemberian carian dan transfuse darah kalau perdarahan banyak dan keluar
jaringan mola.
b. Periksa ulang (follow up); dianjurkan untuk menunda kehamilan dan menggunakan
alat KB

8
c. Pemberian methotrexate (MTX) pada penderita mola dengan tujuan sebagai
profilaksis terhadap keganasan (Sofian, 2011)

Penatalaksanaan yang lain adalah:


a. Melakukan tindakan induksi abortus jika abortus spontan tidak terjadi.
b. Perawatan tindak lanjut sangat penting karena peningkatan resika karoakarsinoma .
c. Monitoring kadar hCG seminggu sekali dilakukan sampai kadar tersebut tetap
normal selama 3 minggu berturutan
d. Pemeriksaan tindak lanjut secara periodic selama I hingga 2 tahun
e. Pemeriksan VT dan foto rontgen toraks denga interval teratur
f. Dukungan emosional bagi pasutri yng berduka krena kehilangan bayinya dan masa
depan obstetric serat medis yang tidak menentu
g. Menhindari kehamilan sampai kadar hCGnormal kembali (Lockhart,2014).

9
2.2 Konsep Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
a. Anamnese
1) Perdarahan pervaginam adalah gejala yang paling sering, biasanya terjadi pada
usia kehamilan 6-16 minggu.
2) Terdapat gejala hamil muda yang sering lebih nyata dari kehamilan biasanya
3) Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan
4) Perdarahan bisa sedikit atau banyak, tidak teratur berwarna merah kecoklatan
seperti bumbu rujak.
5) Kadang kala timbul gejala preeklamsia.
b. Inspeksi
1) Muka dan kadang-kadang badan terlihat pucat kekuning-kuningan yang disebut
muka mola (mola face)
2) Kalau gelumbung molar keluar dapat dilihat jelas
c. Palpasi
1) Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek
2) Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotemen, juga gerakan janin
3) Adanya fenomena harmonica; darah dan gelumbung mola keluar, dan fundus
uteri turun; lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru
4) Fundus uteri lebih tinggi daripada usia kehamilan yang dihitung berdasarkan
haid terakhir
d. Auskultasi
1) Tidak terdengar bunyi DJJ
2) Terdengar bising dan bunyi khas

2.2.2. Diagnosa Keperawatan


1. Resiko syok dengan factor resiko komplikasi pasca partum
2. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor
biologis
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
4. ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
5. Dukacita berhubungan dengan kematian orang terdekat

10
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Resiko Syok Keparahan syok Pengurangan perdarahan
hipovolemik (0419): (4020); membatasi hilangnya
keparahan tanda dan volume darah selama episode
gejala ketidakcukupan perdarahan.
aliran darah ke perfusi 1. Identifikasi penyebab
jaringan karena perdarahan
penurunan drastis cairan 2. Monitor pasien akan
intravaskuler. perdarahan secara ketat
3. Beri penekanan langsung atau
Setelah dilakukan penekanan pada balutan , jika
tindakan keperawatan ..x sesuai
.. Jam diharapkan syok 4. Beri kompres es pada daerah
teratasi dengan indicator : yang terkena dengan tepat
a. Penurunan tekanan 5. Monitor jumlah dan sifat
nadi perifer tidak ada kehilangan darah
b. Akral dingin, kulit 6. Monitor ukuran dan karakter
lembab/basah tidak hematoma jika ada
ada 7. Perhatikan kadar hemoglobin
c. Penurunan tekanan /hematokrit sebelum dan
darah sistolik dan sesudah kehilangan darah
diastolik tidak ada 8. Monitor kecendurungan
d. Tidak adanya aritmia dalam tekanan darah serta
e. Tidak adanya pucat, parameter hemodinamik, juka
lesu tersedia (misalnya tekanan
vena sentral dan kapiler
paru/artery wedge pressure)
9. Monitor status cairan ,
termasuk asupan (intake) dan
haluaran (output)
10. Monitor tinjauan koagulasi
termasuk waktu
prothrombin,waktu
thromboplastin
parsial,fibronegen ,degdasi
fibrin/produk split dan jumlah
thrombosit dengan tepat
11. Monitor penentu dari jaringan
pelepasan oksigen misalnya
pa02,sa02,dan kadar
hemoglobin dan cardiac
output jika tersedia
12. Monitor fungsi neurologis

11
13. Periksa perdarahan dari
selaput lendir, memar setelah
trauma minimal , mengalir
dari tempat tusukan ,dan
adanya peteki
14. Monitor tanda gejala
perdarahan persisten (yaitu
periksa semua sekresi darah
yang tampak ataupun yang
tersembunyi/okultisme)
15. Atur kesediaan produk-
produk darah untuk transfusi
,jika perlu
16. Beri produk darah (misalnya
trombosit dan plasma beku
segar )dengan tepat
17. Lakukan hematest semua
kotoran dan amati darah pada
emesis, ahak , tinja, urin
,drainase,luka dengan tepat
18. Lakukan tindakan pencegahan
yang tepat dalam menengani
produk darah atau sekresi
yang berdarah
19. Evaluasi respon psikologis
pasien terhadap dalam
menangain produk darah atau
sekresi yang berdarah
20. Instruksikan pasien akan
pembatasan aktifitas
21. Instruksikan pasien dan
keluarga megenai tingkat
keparahan krhialangandarah
dan tindakan-tindakan yang
tepat untuk dilakukan.
2. Ketidakseimbangan status nutrisi:Asupan Manajemen nutrisi (1100):
nutrisi kurang dari makanan dan cairan menyediakan dan meningkatkan
kebutuhan tubuh b/d (1008); jumlah makanan intake nutrisi yang seimbang.
factor biologis dan cairan yang masuk
kedalam tubuh lebih dari 1. Kaji adanya alergi makanan
suatu periode 24 jam. 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
Setelah dilakukan kalori dan nutrisi yang
tindakan keperawatan ..x dibutuhkan pasien.
.. Jam diharapkan nutrisi 3. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe

12
terpenuhi dengan 4. Anjurkan pasien untuk
indicator : meningkatkan protein dan
a. Adanya peningkatan vitamin C
berat badan sesuai 5. Berikan substansi gula
dengan tujuan 6. Yakinkan diet yang dimakan
b. Berat badan ideal mengandung tinggi serat untuk
sesuai dengan tinggi mencegah konstipasi
badan 7. Berikan makanan yang terpilih
c. Mampu ( sudah dikonsultasikan dengan
mengidentifikasi ahli gizi)
kebutuhan nutrisi 8. Ajarkan pasien bagaimana
d. Tidak ada tanda tanda membuat catatan makanan
malnutrisi harian.
e. Tidak terjadi 9. Monitor jumlah nutrisi dan
penurunan berat badan kandungan kalori
yang berarti 10. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
3. Nyeri Akut b/d Kontrol nyeri (1605): Manajemen nyeri (1400):
agens cedera biologis tindakan pribadi untuk pengurangan atau reduksi nyeri
mengontrol nyeri. sampai pada tingkat kenyamanan
yang dapat diterima oleh pasien.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan ..x 1. Kaji secara komprehensif
.. Jam diharapkan rasa tentang karakteristik nyeri.
nyeri berkurang dengan 2. Kaji ketidaknyamanan pasien
indikator : 3. Observasi isyarat dari
a. Mengenali datangnya ketidaknyamanan
serangan nyeri 4. Gunakan komunikasi
b. Mampu melaporkan terapeutik agar pasien dapat
skala nyeri mengekspresikan nyeri
c. Perbaikan skala nyeri 5. Kontrol faktor lingkungan yang
d. Respon pasien mempengaruhi respon pasien
membaik terhadap
e. Pasien dapat ketidaknyamanan/nyeri
mengendalikan nyeri 6. Ajarkan pasien untuk melatih
f. Ekspresi wajah teknik meringankan rasa nyeri
membaik yaitu : hipnotik, relaksasi,
g. Mengatakan terapi, musik, masase dll.
perbaikan pada fisik 7. Anjurkan pasien istrahat/tidur
dan psikologi yang cukup
Perbaikan pada TTV 8. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang nyeri yang
meliputi: penyebab nyeri,

13
waktu timbulnya nyeri dan cara
mengurangi rasa nyeri
9. Kolaborasi denga dokter dalam
pemberian analgetik
4. Ansietas b/d Koping (1302): tindakan Pengurangan Kecemasan
perubahan status pribadi untuk mengelola (5820): mengurang tekanan,
kesehatan stres yang membebani ketakutan, firasat, maupun
kemampuan individu ketidaknyamanan terkait dengan
sumber-sumber bahaya yang tidak
Setelah dilakukan terindentifikasi.
tindakan keperawatan ..x
.. Jam diharapkan 1. Gunakan pendekatan yang
kecemasan berkurang tenang dan menyakinkan
dengan indikator : 2. Pahami situasi krisis yang
a) Mengidentifikasi pola terjadi dari perspektif klien
koping yang efektif 3. Berikan informasi factual
b) Melaporkan terkait diagnosis, perawatan,
pengurangan stress dan prognosis
c) Menyatakan 4. Berada disisi klien untuk
penerimaan terhadap meningkatkan rasa aman dan
situasi mengurangi ketakutan
d) Mencari iinformasi 5. Dorong keluarga untuk
tentang diagnosis mendampingi klien dengan
e) Memodifikasi gaya cara yang tepat
hidup untuk 6. Lakukan usapan pada
mengurangi strees punggung atau leher dengan
Melaporkan peningkatan cara yang tepat
kenyamanaan psikologis 7. Dengarkan klien
8. Puji/kuatkan perilaku yang
baik secara tepat
9. Ciptakan atmosfer rasa aman
untuk meningkatkan
kepercayaan
10. Dorong verbalisasi perasaan,
persepsi dan ketakutan
11. Identifikasi pada saat terjadi
perubahan tingkat kecemasan
12. Bantu klien mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
13. Kontrol stimulus untuk
kebutuhan klien secara tepat
14. Instruksikan klien untuk
menggunakan teknik relaksasi
15. Kaji untuk tanda verbal dan
non verbal kecemasan

14
5. Dukacita b/d Resolusi Berduka Inspirasi harapan (5310):
kematian orang (1304); tindakan individu meningkatkan kepercayaan
terdekat untuk menyesuaikan mengenai kapasitas seseorang
pikiran, perasaan, dan untuk memulai dan
perilaku dalam mempertahankan tindakan.
menghadapi kehilangan
aktual atau kehilangan 1. Bantu pasien dan keluarga
yang akan terjadi. untuk mengidentifikasi area
dari harapan dalam hidup
Setelah dilakukan 2. Informasikan pada pasien
tindakan keperawatan ..x mengenai apakah situasi
.. Jam diharapkan yang terjadi sekarang bersifat
dukacita teratasi dengan sementara
indikator : 3. Demonstrasikan harapan
1. menyelesaikan dengan menunjukkan bahwa
perasaan tentang sesuatu dalam diri pasien
kerugian. adalah sesuatu yang berharga
2. mengungkapkan dan memandang bahwa
keyakinan spiritual penyakit pasien adalah hanya
tentang kematian. satu segi dari individu
3. verbalizes realitas 4. Kembangkan daftar
kerugian. mekanisme koping pasien
4. verbalizes 5. Ajarkan pengenalan realitas
penerimaan kerugian. dengan mensurvey situasi
5. menjelaskan arti dari dan membuat rencana ke
kerugian. depan
6. berpartisipasi dalam 6. Bantu pasien untuk
pelayanan menenmukan dan merevisi
perencanaan. tujuan berakaitan dengan
7. membahas konflik objek yang diharapkan
yang belum 7. Bantu pasien
terselesaikan. mengembangkan spritualitas
8. melaporkan tidur diri
yang cukup . 8. Jangan memalsukan hal yang
9. laporan menurun sebenarnya
keasyikan dengan 9. Fasilitasi kaitan anatara
kerugian. kehilangan personal pasien
10. mempertahankan dengan gambaran dirinya
lingkungan hidup 10. Fasilitasi untuk bisa
mengenang dan menikmati
prestasi dan pengalaman
masa lalu
11. Tekankan pada keberlanjutan
hubungan, seperti
menyebutkan nama
seseorang yang disukai ,

15
(dilakukan) pada pasien yang
tidak mau berespon
12. Lakukan review (mengenai
bagaimana) petunjuk tentang
hidup dan atau (bagaimana)
mengenang
(sesuatu/seseorang ),dengan
cara yang tepat.
13. Libatkan pasien secara aktif
pada perawatana dirinya
sendiri
14. Kembangkan rencana
perawatan yang melibatkan
tujuan bertingkat dari yang
ingin dicapai , dari tujuan
sederhana sampai pada
tujuan yang komplek
15. Dukung hubungan teraupetik
dengan orang yang penting
bagi pasien (significant
other/so)
16. Ajarkan pasien tentang aspek
postif mengenai harapan
(misalnya mengembangkan
arti tema pembicaraan yang
menrefleksikan kasih sayang
dan kebutuhan untuk pasien
17. Berikan kesempatan bagi
pasien /keluarga untuk
terlibat dalam kelompok
pendukung
18. Ciptakan lingkunagan yang
memfasilitasi pasien
melaksanakan praktik
agamanya dengan cara yang
tepat.
(Bulecheck,2016).

2.2.4 Evaluasi Keperawatan


Hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan dari rencana keperawatan, sehingga asuhan
keperawatan yang diberikan memberi hasil yang positif.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, Gloria.,dkk. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC). Singapore:


Elsevier

Herdman,T.Heather.(2015). Nanda International Inc.diagnosis keperawatan: definisi &


klasifikasi 2015-2017. Jakarta:EGC

Cunningham, FG. (2013). Obstetri Williams. Jakarta: EGC

Lockhart dan Saputra. (2014). Asuhan Kebidanan Kehamilan Fisiologis dan


Patologis.Tangerang: Binarupa Aksara.

Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC

Moorhead,Sue.,Dkk.(2016).Nursing Outcomes Classification (NOC).Singapore:Elsevier

Sofian, Amru. (2011). Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta: EGC

17

Anda mungkin juga menyukai