Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Plasenta, cairan amnion dan tali pusat merupakan tiga hal penting yang termasuk dalam bagian
kehamilan dan janin. Ketiga bagian ini sangat penting dalam tumbuh kembang janin dalam
kandungan, dan bagian ini juga sama pentingnya untuk menentukan kelangsungan dalam
persalinan. Dengan otomatis maka ketika terjadi kelainan pada ketiga bagian ini akan
menyebabkan gangguan pada tumbuh kembang janin selama dalam kandungan dan dalam proses
persalinan (Manuaba, 20012).
Plasenta memiliki lima fungsi, yakni sebagai tempat pertukaran zat dan pengambilan bahan
nutrisi untuk tumbuh kembangnya janin, sebagai alat respirasi, sebagai alat sekresi hasil
metabolisme, sebagai perlindungan (barrier), dan sebagai sumber hormonal kehamilan. Plasenta
berfungsi sangat vital, semakin tua usia kehamilan maka dalam anantomi plasenta akan terjadi
perubahan susunan jaringan sehingga pada saatnya dapat berfungsi sebagai inisiasi proses
persalinan (Mochtar,2012).
Secara normal, plasenta akan berimplantasi di daerah fundus (bagian atas) uterus. Plasenta
berimplantasi pada dinding uterus bagian depan atau belakang fundus uteri, karena tempat ini
paling subur sehingga cukup dapat memberikan nutrisi melalui aliran darah retroplasma, akan
tetapi keadaan demikian tidak selalu terjadi sehingga dapat dijumpai implantasi yang bervariasi.
Begitu banyak kelainan pada plasenta, akan tetapi penyebab umumnya adalah karena perbedaan
kesuburan endometrium di seluruh kavum uteri tidak sama, atau pun karena masuknya kedalam
kavum uteri agak terlambat dan kontraksi uterus (Mochtar,2012).
Setelah terbentuknya fetal plate, diikuti dengan pembetukan amnion sac (air ketuban) yang
akan berkembang terus sampai meliputi seluruh janin. Dengan demikian, janin tumbuh kembang
dengan bebas kesegala arah di dalam ruang amnion yang berkembang. Pada minggu ke-16, seluruh
ruang uterus telah diisi oleh amnion, pada usia aterm air ketuban berjumlah 1000 cc. Air ketuban
mengandung parathyroid hormone related protein (PTH-rP) yang berfungsi untuk meningkatkan
pembetukan paru dan surfaktan paru sehingga mampu berkembang saat lahir dan berfungsi dalam
pertukaran CO2 dan O2. Peredaran air ketuban sangat lancar. Kegagalan sirkulasi air ketuban dan
kehamilan yang lewat waktu dapat menyebkan kelainan pada air ketuban. Seperti Hidroamnion,
hidroamnion adalah atau kadang disebut polyhidraamnion merupakan keadaan cairan amnion yang
berlebihan (Manuaba,2012)
Hidraamnion dapat disebabkan oleh tidak terjadinya proses menelan pada fetus saat
dikandungan, peningkatan transudasi cairan dari meningen yang terbuka ke dalam rongga amnion,
ada diabetes maternal selama trisemester ketiga, pemebtukan paru yang hiperplastik (Manuaba,
2012).
Fetal plate terbentuk di antara yolk sac dan amnion. Umbilikus merupakan penghubung antara
janin menuju bagian plasenta, yaitu korion plate. Diameter umbilikus antara 0,8-2 cm, panjang
rata-ratanya 55 cm, dan berkisar antara 30-100 cm. Berfungsi sebagai tempat aliran darah fetus
(Mochtar, 20012).
Tali pusat merupakan salah satu strukturdalam amnion yang memfiksasi antara salah satu sisi
plasenta dan tali pusat bayi sebagai penghubung, dengan panjang normal 50 – 60 cm terdiri dari
tiga pembuluh darah : dua arteri dan satu vena. Sebuah tali pusat normal memiliki rata – rata 11
koil pembuluh darah tali pusat (mochtar, 2012).
Gangguan aliran tali pusat 50 % secara signifikan menyebabkan asfiksia pada janin, yang
menimbulkan efek terhadap organ dan metabolisme janin baik akut maupun kronis, sehingga pada
akhirnya akan mempengaruhi luaran bayilahir yang dapat mempengaruhi berat badan bayi lahir
(Mochtar, 2012)
Kelainan pada ketiga bagian ini menunjukkan angka yang hampir sering ditemukan pada
kehamilan, bayak pengaruh yang menyebabkan terjadinya hal ini, sekitar 25 % dari angka ibu
mengandung terjadi kelainan pada ketiga bagian ini, yakni umbilikus, plasenta dan cairan amnion.
Sekitar 45 % dari kejadian tersebut menyebabkan kegawat daruratan jadin bahkan kematian janin,
akibat terganggunya asupan nutrisi dan O2 (mochtar,2012).
Untuk penanganan kelainan cairan amnion diberikan terapi amnion, seperti pemberian
indomentasin, dilakukan amniosentesis, atau memecah ketuban. Untuk penanganan kelainan
plasenta adalah dengan proses atau mekanisme pelepasan plasenta saat proses persalinan seperti
Cara Schultze, Matthews Duncan. Penanganan untuk prolaps tali pusat adalah dengan memberikan
posisi yang tepat pada ibu. (Mochtar,2012).
2.1.4 Patofisiologi

2.1.4.1 hidramnion

Volume cairan amnion dikendalikan lewat sejumlah cara. Pada awal kehamilan, rongga
amnion akan terisi oleh cairan yang komposisinya serupa dengan komposisi cairan ekstrasel.
Selama trisemester pertama, pengalihan air dan molekul kecil lainnya tidak berlangsung lewat
selaput amnion melainkan melalui sirkulas fetal. ( mochtar,2012)
Dalam trisemester kedua, janin mulai meperlihatkan kegiatan urinasi, menelan dan mengisap
cairan amnion proses ini hampir selalu mempunyai peranan yang penting dalam mengendalikan
volume cairan amnion. Meskipun sumber utama cairan amnion pada kasus hidramnion dianggap
terdapat pada epitel amnion atau perubahan kimia pada cairan amnion tidak ditemukan.
( green,2012)
Karena janin normalnya akan menelan cairan amnion, mekanisme ini diperkirakan menjadi salah
satu cara untuk mengendalikan volume cairan tersebut. Kebenaran teori ini dibuktikan dengan
hidramnion yang hampir selalu terjadi kalau aktivitas menelan di hambat, misalnya saja pada kasus
atresia esofagus. Namun demikian, aktivitas menekan sama sekali bukan satu-satunya mekanisme
untuk mencegah terjadinya hidramnion. ( green,2012)
Pada kasus anensefalus dan spina bifida peningkatan transudasi cairan dari meningen yang
terbuka kedalam rongga amnion dapat menjadi faktor penyebab. Keadaan lain yang mungkin
menerangkan terjadinya hidramnion pada anensefalus ketika aktivitas menelan terganggu, adalah
urinasi berlebihan yang dapat terjadi akibat stimulasi pusat-pusat serebrospinal yang tidak
mempunyai penutup untuk melindunginya. Konsentrasi prolaktin juga turut mempengaruu
produksi cairan amnion. Prolaktin juga dicurigai berperan dalam pengendalian volume cairan
amnion. Konsentrasi prolaktin dalam cairan amnion biasanya lebih tinggi bila dibandingkan
dengan kadarnya dalam plasma maternal, dan reseptor prolaktin ditemukan dalam daun korion.
pengikatan reseptor prolaktin lebih sedikit pada kasus-kasus hidramnion idiopatik daripada
keadaan normal, dan mereka mengemukakan hipotesis bahwa resistensi yang disebabkan oleh
defisiensi reseptor mungkin menjadi penyebab yang mendasari hidramnion kronis.(mochtar,2012)
DAFTAR PUSTAKA

Belechek M Gloria. 2013.Nursing Intervention Classification.Amerika:United states

Herdman. 2016.NANDA Diagnosa keperawatan.Jakarta:EGC

Green, Carol J.2012. Rencana Asuhan Keperawatan: Maternal dan bayi baru lahir. Jakarta:EGC

Manuaba, 2012. Kuliah Obstetri.Jakarta: EGC

MoorHead,sue.2013.Nursing Outcome Classification. Amerika:United states

Sarwono.2008. Buku Ajar Ashan Kebidanan. Jakarta:EGC

Sofian, amru. 2012.Sinopsis Obsetri. Jakarta:EGC

Varney, Helen. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai