PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
2
1.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
B. Definisi bencana :
Peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan
ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan
dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan
bantuan luar biasa dari pihak luar (Depkes RI)
Setiap kejadian yang mengakibatkan kerusakan, gangguan ekologis,
hilangnya nyawa manusia atau memburuknya deraja kesehatan atau
pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari
luar masyarakat atau wilayah yang terkena (WHO)
Situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Tergantung padacakupannya, bencana ini bisa merubahpola kehidupan
dari kondisi kehidupanmasyarakat yang normal menjadi
rusak,menghilangkan harta benda dan jiwamanusia, merusak struktur
sosialmasyarakat serta menimbulkan lonjakan kebutuhan dasar
(Bakornas PB)
5
c. Koordinasi dan keterpaduan
d. Berdaya guna dan berhasil guna (efektif efesien)
e. Transparansi dan akuntabilitas
f. Kemitraan
g. Pemberdayaan
h. Nondiskriminatif, dan
i. Nonproletisi
6
efektif dan siap siaga. Misalnya pesiapan sarana komunikasi, pos
komando dan lokasi evakuasi, pembentukan kelompok siaga bencana
dan simulasi atau pelatihan yang melibatkan banyak pihak.
d. Peringatan Dini (early warning)Upaya untuk memberikan tanda
peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi. Yang
sifatnya harus menjangkau masyarakat, segera, tegas tidak
membingungkan dan bersifat resmi.
e. Tanggap Darurat (response)Upaya yang dilakukan segera pada saat
kejadian bencana, untuk mengrangi dampak yang ditimbulkan,
terutama penyelamatan korban , harta benda, evakuasi dan
pengungsian.
Bantuan darurat merupakan upaya memberikan bantuan berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang,
airbersih, puast kesehatan, tempat tinggal sementara . sanitasi dan air
bersih.
f. Bantuan Darurat (relief)upaya memberikan bantuan berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang,
airbersih, puast kesehatan, tempat tinggal sementara . sanitasi dan air
bersih.
g. Pemulihan (recovery)Merupakan proses pemulihan kondisi
masyarakat yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali
prasarana dan sarana seperti keadaan semula dengan upaya yang
dilakukan memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar seperti jalan,
listrik, air bersih, pasar, posyandu, dll.
h. Rehablitasi (rehabilitation)Upaya langkah yang diambil setelah
kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki
rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas social penting, dan
menghidupkan kembali roda perekonomian.
i. Rekonstruksi (reconstruction)Program jangka menengah dan jangka
panjang guna perbaikan fisik, social dan ekonomi untuk
mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau
yang lebih baik dari sebelumnya.
7
5. PENCEGAHAN
Upaya untuk mencegah terjadinya bencana. Misalnya:
a. Membuat Peta Daerah Bencana
b. Mengadakan dan mengaktifkan isyarat-isyarat tanda bahaya
c. Menyusun Rencana Umum Tata Ruang
d. Menyusun Perda mengenai syarat keamanan, bangunan, pengendalian
limbah dsb.
e. Mengadakan peralatan/perlengkapan Ops. PB
f. Membuat Protap, Juklak, Juknis PB.
g. Perbaikan kerusakan lingkungan.
6. MITIGASI
8
7. KESIAPSIAGAAN
Upaya untuk mengatipasi bencana melalui pengorganisasian langkah
secara tepat, efektif, dan siap siaga. Misalnya:
a. Penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi
evakuasi,
b. Rencana Kontinjensi/Kesiapsiagaan dan sosialisasi peraturan /
pedoman PB.
8. PERINGATAN DINI
Upaya memberikan tanda peringatan akan kemungkinan terjadinya
bencana. Dengan ketentuan dimana pemberian informasi harus:
a. menjangkau masyarakat (accesible)
b. segera (immediate)
c. tegas tidak membingungkan
d. (coherent)
e. bersifat resmi (official)
9
d. Cadangan, inventaris dan pemeliharaan peralatan dan perlengkapan
bencana
e. Mengembangkan organisasai masyarakat yang terdiri dari awam
terlatih
9. TANGGAP DARURAT
11. PEMULIHAN
Serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat
dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan
kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya
10
rehabilitasi (UU 24/2007). Pemulihan meliputi kegiatan fisik dan non-
fisik.
Tujuan dari tahap pemulihan adalah mengembalikan daerah yang
terkena bencana kembali ke keadaan semula. Hal ini berbeda dari tahap
respons dalam hal fokus; usaha-usaha pemulihan berhubungan dengan
masalah dan keputusan yang harus dibuat setelah kebutuhan penting
dipenuhi. Usaha-usaha ini terutama berhubungan dengan aksi yang
melibatkan pembangunan kembali bangunan yang hancur, pengerjaan
kembali dan perbaikan infrastuktur penting lainnya. Aspek penting dari
usaha pemulihan yang efektif adalah memanfaatkan 'jendela kesempatan'
untuk mengimplementasikan langkah-langkah mitigatif yang mungkin
kurang disukai. Penduduk dari daerah yang terkena bencana lebih mudah
menerima perubahan mitigatif ketika bencana masih segar dalam ingatan.
12. REHABILITASI
Upaya untuk membantumasyarakat untukmemperbaiki rumah,
fasilitas umum & sosial, dan menghidupkan rodaperekonomian.
13. REKONSTRUKSI
Pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan
pada wilayah pasca-bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban dan
bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat.
Secara singkat tahapan penyelenggaraan pengangulangan bencana
meliputi:
a. Pra bencana, pada tahapan ini dilakukan kegiatan perencanaan
penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana, pencegahan,
pemaduan dalam perencanaan pembangunan, persyaratan analisis
risiko bencana, penegakan rencana tata ruang, pendidikan dan
peletahihan serta penentuan persyaratan standar teknis
11
penanggulangan bencana (kesiapsiagaan, peringatan dini dan
mitigasi bencana).
b. Tanggap darurat, tahapan ini mencakup pengkajian terhadap loksi,
kerusakan dan sumber daya; penentuan status keadan darurat;
penyelamatan dan evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan
dasar; pelayanan psikososial dan kesehatan.
c. Paska bencana, tahapan ini mencakup kegiatan rehabilitasi
(pemulihan daerah bencana, prasaranan dan saran umum, bantuan
perbaikan rumah, social, psikologis, pelayanan kesehatan,
keamanan dan ketertiban) dan rekonstruksi (pembangunan,
pembangkitan dan peningkatan sarana prasarana termasuk fungsi
pelayanan kesehatan.
12
hidup bersama masyarakat dalam keaadaan alam yang ditinggalinya
maupun pada pemenuhan hasratnya dalampengelolaan alam sekitar. Akan
tetapi, seringnya masyarakat Indonesia kurang perhatian terhadap bencana
justeru sebelum bencana itu menimpanya. Saat melanda, benca selalu saja
membawa kepiluan atas tragedi kemanusiaan.
Bencana menyebabkan kerugian baik moril maupun materil di tengah-
tengah masyarakat, menyebabkan degradasi mental masyarakat, gangguan
psikis dan jatuhnya korban jiwa. Bencana selalu menyandera kita atas
perjumpaan kita dengan mereka yang terkena dampak. Dalam bencana
yang datang tiba-tiba dan tanpa prediksi, masyarakat larut dalam suasana
yang mencekam, panik dengan membawa segudang persoalan masing-
masing yang berubah menjadi gangguan psikis ditala oleh bencana yang
menimpa.
Dalam setiap peristiwa bencana, karena dampak buruk yang
ditimbulkannya dari insiden kritis. Psikologi selalu dibutuhkan dan
diarahkan pada upaya meminimalisir dampak yang muncul dari bencana.
Pada kasus-kasus insiden kritis yang ringan, seseorang mungkin dapat
pulih dengan cepat pada peristiwa bencana yang dialaminya.
Namun pada kasuskasus tertentu, terutama yang melibatkan kehilangan,
seseorang terkadang membutuhkan bantuan untuk memulai kembali
hidupnya. Bantuan psikologis sebagaimana intervensi psikologi terhadap
bencana hanya difokuskan pada bantuan setelah peristiwa bencana terjadi
pada orang-orang yang terkena dampak bencana sedemikian ini, dan
belum terlihat atau jarang bantuan psikologi melakukan intervensi pada
masyarakat yang dianggap rentan terhadap bencana khususnya bencana
alam.
1. Fase-Fase Bencana
Menurut Barbara Santamaria (1995), ada 3 fase dalam terjadinya suatu
bencana yaitu;
–fase preimpact,
–fase impact
–fase postimpact
13
1. Fase preimpact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana.
Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya
pada fase inilah segala persiapan dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga,
dan warga masyarakat.
2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-
saat dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup
(survive). Fase impact ini terus berlanjut hingga terjadi kerusakan dan
bantuan-bantuan darurat dilakukan.
3. Fase postimpact adalah saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari
fase darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada
fungsi komunitas normal. Secara umum dalam fase postimpact ini para
korban akan mengalami tahap respon psikologis mulai penolakan, marah,
tawar-menawar, depresi hingga penerimaan.
TIM BANTUAN KESEHATAN (BERDASARKAN KEPMENKES
066/MENKES/SK/II/2006)
Tim yang Diberangkatkan Berdasarkan Kebutuhan setelah Tim Gerak
Cepat dan Tim RHA Kembali dengan Laporan Hasil Kegiatan Mereka di
Lapangan
2. PERAN PERAWAT KOMUNITAS DALAM MANAJEMEN
KEJADIAN BENCANA
Perawat komunitas dalam asuhan keperawatan komunitas memiliki
tanggung jawab peran dalam membantu mengatasi ancaman bencana baik
selama tahap preimpact, impact/emergency, dan post impact.
Peran perawat disini bisa dikatakan multiple; sebagai bagian dari penyusun
rencana, pendidik, pemberi asuhan keperawatan bagian dari tim pengkajian
kejadian bencana.
Tujuan utama
14
3. PERAN PERAWAT
A. Peran dalam Pencegahan Primer
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana
ini, antara lain:
15
Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan
tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk
penanganan segera (emergency) akan lebih efektif. (Triase )
TRIASE
16
7.Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas,
depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri)
maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual
muntah, dan kelemahan otot)
8.Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan
dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
9.Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog
dan psikiater
10.Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan
kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi
C. Peran perawat dalam fase postimpact
Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan
psikologis korban. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat
untuk kembali pada kehidupan normal. Beberapa penyakit dan kondisi fisik
mungkin memerlukan jangka waktu yang lama untuk normal kembali
bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi.
17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan keperawatan bencana adalah salah satu aktivitas yang dilakukan selam
a masa tenang dari siklus bencana. Perawata mempunyai peranan penting dalam f
ase ini, yakni meningkatkan kesadarannya, dan pada saat normal memperoleh pen
getahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk keperawatan bencana. Untuk m
elakukan tugas ini, perlu mengembangan kesiap-siagaan pada bencana dengan me
mpertahankan dan mengingatkan keterampilan diri sendiri melalui program pendi
dikan dan pelatihan secara berkala dan berkelanjutan, dan perlu terus melanjutkan
praktik keperawatan didalam aktivitasnya sehari-hari.
18
DAFTAR PUSTAKA
https://dumadia.wordpress.com/2010/11/03/prinsip-dasar-manajemen-bencana/
https://qhsepromotions.com/2014/12/26/manajemen-keadaan-darurat/
19