LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen
Dalam kegiatan produksi perusahaan tentunya harus dikelola dan
dikoordinasikan dengan baik. Berpegang pada acuan menurut pendapat Dyck dan
Neubert (2009:7), manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
memimpin, mengendalikan sumber daya manusia dan sumber daya organisasi
lainnya agar dapat secara efektif mencapai tujuan organisasi. Terdapat 4 fungsi
manajemen, yaitu :
1. Planning (Perencanaan)
Perencanaan berarti mengidentifikasi tujuan organisasi dan strategi dan
mengalokasikan sumber daya organisasi yang tepat yang diperlukan untuk
mencapainya.
2. Organizing (Mengorganisasi)
Pengorganisasian berarti memastikan bahwa tugas - tugas telah ditetapkan
dan struktur hubungan organisasi diciptakan untuk memfasilitasi pertemuan
dari tujuan-tujuan organisasi.
3. Leading (Memimpin)
Memimpin berarti berhubungan dengan orang lain sehingga pekerjaan
mereka menghasilkan upaya pencapaian tujuan organisasi.
4. Controlling (Mengendalikan)
Mengendalikan adalah melibatkan memastikan bahwa tindakan - tindakan
anggota organisasi konsisten dengan nilai-nilai organisasi dan standar.
Menurut Robbins dan Coulter (2007:8), manajemen adalah proses
pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut
terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain.
Efisiensi mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input terkecil,
digambarkan sebagai “melakukan segala sesuatu secara benar.”
Sedangkan efektivitas mengacu pada menyelesaikan kegiatan-
kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai; digambarkan sebagai
“melakukan segala sesuatu yang benar.” Sedangkan, Heene dan Desmidt
(2010:8), menyatakan bahwa manajemen adalah serangkaian aktivitas
2
1. MO adalah satu dari tiga fungsi utama dari setiap organisasi dan
berhubungan secara utuh dengan semua fungsi bisnis lainnya. Semua
organisasi memasarkan (menjual), membiayai (mencatat rugi laba), dan
memproduksi (mengoperasikan), maka sangat penting untuk mengetahui
bagaimana aktivitas MO berjalan. Karena itu pula, kita mempelajari
bagaimana orang-orang mengorganisasikan diri mereka bagi perusahaan
yang produktif.
2. Kita mempelajari MO karena kita ingin mengetahui bagaimana barang
dan jasa diproduksi. Fungsi produksi adalah bagian dari masyarakat yang
menciptakan produk yang kita gunakan.
3. Kita mempelajari MO untuk memahami apa yang dikerjakan oleh
manajer operasi. Dengan memahami apa saja yang dilakukan oleh
manajer ini, kita dapat membangun keahlian yang dibutuhkan untuk dapat
menjadi seorang manajer seperti itu. Hal ini akan membantu Anda untuk
menjelajahi kesempatan kerja yang banyak dan menggiurkan di bidang
MO.
Kita mempelajari MO karena bagian ini merupakan bagian yang paling
banyak menghabiskan biaya dalam sebuah organisasi. Sebagian besar pengeluaran
perusahaan digunakan untuk fungsi MO. Walaupun demikian, MO memberikan
peluang untuk meningkat keuntungan dan pelayanan terhadap masyarakat
2.2 Forecasting
Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang optimal diperlukan suatu
cara yang tepat, sitematis dan dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu alat yang
diperlukan oleh manajemen dan merupakan bagian yang integral dari proses
pengambilan keputusan adalah menggunakan metode peramalan (forecasting).
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia,peramalan adalah suatu teori dimana dapat
menduga keadaan yang akan terjadi. Heizer dan Render (2009:162), Peramalan
(forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian dimasa depan. Hal
ini dapat dikakukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan
menempatkannya kemasa akan datang dengan suatu bentuk model matematis. Bila
juga merupakan prediksi intuasi yang bersifat subjektif. Atau bisa juga dengan
menggunakan kombinasi model matematis yang disesuaikan dengan pertimbangan
yang baik dari seorang manajer. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peramalan
adalah suatu cara yang digunakan untuk memperkirakan kejadian yang akan terjadi
dimasa yang akan datang dengan melibatkan data masa lalu
1. Peramalan Jangka Pendek Peramalan ini meliputi jangka waktu hingga satu tahun,
tetapi umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan ini digunakan untuk
merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja,
dan tingkat produksi.
2. Peramalan Jangka Menengah Peramalan jangka menengah atau intermediate
umumnya mencakup hitungan bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini bermanfaat
untuk merencanakan penjualan, perencanaan dan anggaran produksi, anggaran kas,
serta menganalisis bermacam-macam rencana operasi.
3. Peramalan Jangka Panjang Umumnya untuk perencanaan masa tiga tahun atau
lebih. Peramalan jangka panjang digunakan untuk merencanakan produk baru,
pembelanjaan modal, 11 lokasi atau pengembangan fasilitas, serta penelitian dan
pengembangan (litbang).
bagi pelanggan. Persediaan seperti ini digunakan secara umum pada bisnis
eceran.
3. Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian dalam
jumlah besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang.
4. Melindungi terhadap inflasi dan kenaikan harga
Terdapat dua pendekatan umum untuk peramalan sebagaimana ada dua cara
mengatasi semua model keputusan. Pendekatan yang satu adalah analisis kuantitatif
dan pendekatan lain adalah analisis kualitatif.
1. Peramalan kuantitatif (quantitative forecast) menggunakan model matematis
yang beragam dengan data masa lalu dan variable sebab akibat untuk
meramalkan permintaan.
2. Peramalan subjektif atau kualitatif (qualitative forecast) menggabungkan
factor, seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi, dan sistem nilai pengambil
keputusan untuk meramal.
3. Siklus adalah pola dalam data yang terjadi setiap beberapa tahun. Siklus
ini biasanya terkait pada siklus bisnis dan merupakan hal penting dalam
analisis dan perencanaan bisnis jangka pendek. Memprediksi siklus bisnis
sulit dilakukan karena adanya pengaruh kejadian politik ataupun
kerusuhan internasional.
4. Variasi acak merupakan satu titik khusus dalam data yang disebabkan oleh
peluang dan situasi yang tidak lazim. Variasi acak tidak mempunyai pola
khusus sehingga tidak dapat diprediksi.
Rata-rata bergerak =
Dimana :
= Sebuah bobot atau konstanta penghalus yang dipilih oleh
Dimana :
= peramalan baru
= peramalan sebelumnya
= + ,
Dimana :
Dimana:
= nilai terhitung dari variable yang akan diprediksi
= persilangan sumbu
14
ini.
Dimana :
= nilai terhitung dari variable yang akan diprediksi
= persilangan sumbu
(Mean Absolute Deviation – MAD), kesalahan kuadrat rerata (Mean Squared Error –
MSE), dan kesalahan persen mutlak rerata (Mean Absolute Percent Error – MAPE).
1. Deviasi Rata-Rata Absolut (Mean Absolute Deviation)
MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan
untuk sebuah model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai
absolut dari tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode
data n. Rumus untuk menghitung MAD adalah sebagai berikut.
MAD =
MSE =
menentukan jumlah barang mentah yang akan dibutuhkan untuk membuat barang
jadi tersebut.
Persediaan pada umumnya merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang
jumlah nya cukup besar dalam suatu perusahaan. Hal ini mudah dipahami karena
persediaan merupakan faktor penting dalam menentukan kelancaran operasi
perusahaan. Persediaan adalah bentuk investasi, dimana keuntungan (laba) ini bisa
diharapkan melalui penjualan dikemudian hari. Oleh sebab itu pada kebanyakan
perusahaan sejumlah minimal persediaan harus dipertahankan untuk menjamin
kontinuitas dan stabilitas penjualannya.
Mengendalikan persediaan yang tepat bukan hal yang mudah. Apabila jumlah
persediaan terlalu besar yang dapat mengakibatkan timbulnya dana yang tertanam
dalam persediaan, meningkatnya biaya penyimpanan dan risiko kerusakan barang
yang lebih besar. Namun, jika persediaan terlalu sedikit mengakibatkan risiko
terjadinya kekurangan persediaan (stockout) karena seringkali barang tidak dapat
didatangkan secara mendadak dan sebesar yang dibutuhkan sehingga dapat
menyebabkan terjadinya proses produksi, tertundanya penjualan, bahkan hilangnya
pelanggan.
Sebagaimana keputusan manajemen operasi lainnya, kebijaksanaan yang
paling efektif dengan mencapai keseimbangan diantara berbagai kepentingan dalam
perusahaan. Pengendalian persediaan harus dilakukan sedemikian rupa agar dapat
melayani kebutuhan bahan/barang yang tepat dan dengan biaya yang rendah.
Pengendalian persediaan berfungsi menentukan tingkat persediaan yang sesuai,
dimana pemesanan harus dilakukan kembali, persediaan pengaman, pendataan
singkat dan kondisi persediaan.
Menurut Render, Stair dan Hanna (2012:193), ada beberapa asumsi penting
untuk EOQ, antara lain:
Permintaan diketahui dan konstan
Waktu tunggu (lead time) yaitu waktu antara penempatan pemesanan dan
penerimaan pemesanan diketahui dan konstan.
Penerimaan persediaan bersifat instantaneous. Dengan kata lain, persediaan
dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada satu waktu.
19
Model EOQ ini merupakan metode dengan penentuan jumlah pesanan paling
ekonomis yang dapat dilakukan apabila bahan baku perusahaan sepenuhnya
bergantung kepada pemasok sehingga perlu dipertimbangkan jumlah pembelian
sesuai dengan kebutuhan proses produksi.
Menurut Sugiono (2009:51), kebijakan investasi merupakan hal yang sangat
menentukan bagi pencapaian tujuan baik ditinjau dari penggunana dana yang
tertanam dalam proses maupun dari tingkat efisiensi yang akan dicapai perusahaan
guna dalam memperoleh return yang layak didalam usahanya tersebut. Maka dari itu
dapat digunakan konsep matematis atau grafik yang disebut EOQ, yang merupakan
penentuan besarnya jumlah unit yang harus dipesan setiap kali mengadakan
pemesanan agar biaya-biaya yang berkaitan dengan pengadaan persediaan dapat
diminimalkan.
Keterangan:
Q* = jumlah optimum unit per pesanan (EOQ)
D = permintaan per periode
S = biaya pemesanan untuk setiap pesanan
H = biaya penyimpanan per unit per tahun
Q = jumlah unit per pesanan
TC = biaya total
I = rata-rata tingkat persediaan (average inventory)
N = jumlah pemesanan yang diperkirakan selama setahun
T = waktu antara pesanan yang diperkirakan
21
Menetapkan jumlah penggunaan selama lead time, yaitu waktu mulai barang
dipesan sampai barang datang ditambah presentase tertentu sebagai
persediaan pengaman.
Menetapkan jumlah penggunaan selama lead time ditambah penggunaan
selama periode tertentu sebagai safety stock.
Penetapan lead time dengan biaya yang ekonomis atau minimum.
d=
Keterangan:
ROP = reorder point
d = permintaan per hari
L = lead time
SS = safety stock
beberapa jam sampai beberapa bulan. Perbedaan waktu antara saat memesan barang
sampai saat barang datang dikenal dengan istilah waktu tunggu (lead time). Lead
time sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dari barang itu sendiri dan jarak pembeli
dengan pemasok.
Adanya lead time tersebut menyebabkan perusahaan harus mempunyai
persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan selama menunggu barang datang.
Persediaan itu disebut sebagai persediaan pengaman (safety stock).
Menurut Yunarto (2005:14), safety stock merupakan cadangan inventory yang
harus disediakan untuk menghindari terjadinya kekurangan bahan atau barang
terutama pada saat memenuhi permintaan pelanggan yang tidak bisa diduga.
Menurut Rangkuti (2006:93), safety stock adalah tingkat persediaan minimal
yang harus selalu ada pada setiap periode, sehingga dapat mengantisipasi apabila
terjadi lonjakan permintaan atau keterlambatan pengiriman.
Bagi perusahan safety stock merupakan dilema, di mana jika terjadi
kekurangan barang (stock out) akan berakibat terganggunya proses produksi.
Sedangkan jika stock yang dimiliki perusahaan berlebihan akan mengakibatkan biaya
penyimpanan semakin bertambah. Oleh karena itu dalam penentuan safety stock
(persediaan penyelamat) harus memperhatikan keduanya, dengan kata lain dalam
safety stock (persediaan penyelamat) diusahakan terjadinya keseimbangan di antara
keduanya. Dalam penentuan safety stock (persediaan penyelamat) pada level tertentu
tergantung pada jenis pemesanan persediaan di masing-masing perusahaan apakah
didasarkan pada quantity.
Safety stock yang terlalu banyak mengakibatkan perusahaan menanggung biaya
penyimpanan yang terlalu mahal, tetapi jika terlalu sedikit maka perusahaan akan
menanggung biaya atau kerugian karena kekurangan barang.
Berdasarkan pendapat Assauri (2008:186), ada dua faktor yang menentukan besarnya
persediaan pengaman yakni :
Penggunaan bahan baku rata-rata. Salah satu dasar untuk memperkirakan
penggunaan bahan baku selama periode tertentu, khususnya selama periode
pemesanan adalah rata-rata penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya.
Hal ini perlu diperhatikan karena setelah kita mengadakan pesanan, maka
pemenuhan kebutuhan atau permintaan pelanggan sebelum barang yang
dipesan datang harus dapat dipenuhi dari persediaan yang ada
24
Faktor waktu atau lead time. Lead time adalah lamanya waktu antara mulai
dilakukannya pemesanan bahan sampai dengan kedatangan bahan yang
dipesan tersebut dan diterima digudang persediaan.
Untuk menghitung besar safety stock dapat menggunakan metode berikut ini:
1. Metode perbedaan pemakaian maksimum dan rata-rata
Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih antara pemakaian maksimum
dengan pemakaian rata-rata dalam jangka waktu tertentu, kemudian selisih tersebut
dikalikan dengan lead time.
Safety stock = (Pemakaian maksimum - Pemakaian rata-rata) Lead time
2. Metode statistika yang berdistribusi normal
Safety stock = Z
Keterangan:
Z = standar normal (diperoleh dari tabel distribusi normal. Misalnya Z =
90%, ini berarti tingkat pelayanan sebesar 90% dari permintaan atau
penjagaan terhadap
kemungkinan terjadinya stock out hanya 10%)
= standar deviasi
L = lead time
Q = C ( P+T+ R) - ( S + O )
Rumus tersebut terdiri dari 2 bagian besar, yang pertama ialah (P+T+R)
sedangkan bagian kedua adalah (S+O). Bagian pertama menunjukkan kebutuhan
yang akan datang dan yang kedua menunjukkan persediaan pada saat ini. Jadi Q atau
kebutuhan yang perlu dipesan adalah selisih kebutuhan yang akan datang dikurangi
dengan persediaan saat ini. Secara lebih jelas, setiap komponen perhitungan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut ini.
1. Consumption (C)
Ini adalah kebutuhan rata-rata per bulan, yang umumnya dapat dihitung dari
kebutuhansatu tahun terakhir dibagi dengan 12. Perlu dijelaskan bahwa ini adalah
kebutuhan rutin,bukan kebutuhan ekstra. Dengan cara perhitungan di atas, agaknya
sekaligus diasumsikanbahwa kebutuhan rata-rata per bulan yang akan datang sama
dengan kebutuhan rata-rataper bulan pada tahun yang lalu.
2. Period (P)
Period adalah waktu antara setiap perhitungan kebutuhan atau pemesanan
kembali.Beberapa perusahaan, berdasarkan pengalaman membuat perhitungan ini
secara mudahatau dengan pembulatan. Misalnya untuk barang yang pemakaiannya
cepat (fast movin gitems), perhitungan dilakukan perbulan sekali, jadi P = 1; untuk
barang yang pemakaiannya lambat (slow moving items), perhitungan dilakukan
26
setiap tahun, jadi P=12;dan sebagainya. Namun perusahaan yang ingin lebih akurat,
dapat menggunakan rumus EOQ frekuensi.
3. Total Elapsed Time (T)
Total elapsed time atau disebut jugalead time , adalah waktu yang dibutuhan
untuk memesanbarang, dari sejak perhitungan jumlah kebutuhan sampai barang itu
tiba di gudangpembeli, siap untuk digunakan. Waktu ini termasuk
permintaan penawaran atau tender,analisis tender, pembuatan surat
pesanan, pembuatan barang, pengapalan, pembongkaran, dan sebagainya. Perlu
diperhatikan, apabila T makin besar, maka Q jugamakin besar.
4. Reserve (R)
Reserve stock atau safety stock atau persediaan pengaman adalah persediaan ekstra
yangperlu ditambah untuk menjaga sewaktu-waktu ada tambahan
kebutuhan atauketerlambatan kedatangan barang. Cara perhitungan yang teliti
adalah seperti telahdijelaskan di bab terdahulu. Dengan demikian, formula
tersebut sudah memperhitungkanpersediaan pengaman.
5. Stock on Hand (S)
Ini adalah jumlah persediaan yang ada di gudang, yang dapat digunakan,
yangdinyatakan dalam satuan barang. Perlu diperhatikan bahwa satuan P, T, dan R
adalahbulan, sedangkan satuan S dan O adalah satuan barang. Satuan C adalah
satuan/bulan.
6.On Order (O)
Kadang-kadang istilahon order disebut jugastock on order , karena barang yang
sudahdipesan sudah dapat diperhitungkan juga sebagai persediaan yang belum
datang. Hal inidari perhitungan formula memang benar, tetapi tetap p
Q = Max – Min
Dalam hal ini, saya akan menggunakan tiga kelas, yaitu: A, B, dan C, di mana
besaran masing-masing kelas ditentukan sebagai berikut (Jay Heizer dan Barry
Render 2009, p84)
Kelas A, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 15% dari total
seluruh barang, tetapi merepresentasikan 70-80% dari total nilai uang.
Kelas B, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 30% dari total
seluruh barang, tetapi merepresentasikan 15-20% dari total nilai uang.
Kelas C, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 55% dari total
seluruh barang, tetapi merepresentasikan 5% dari total nilai uang.
Adapun langkah-langkah atau prosedur klasikasi barang dalam analisis ABC adalah
sebagai berikut:
Menentukan jumlah unit untuk setiap tipe barang.
Menentukan harga per unit untuk setiap tipe barang.
Mengalikan harga per unit dengan jumlah unit untuk menentukan total nilai
uang dari masing-masing tipe barang.
Menyusun urutan tipe barang menurut besarnya total nilai uang, dengan
urutan pertama tipe barang dengan total nilai uang paling besar.
Menghitung persentase kumulatif barang dari banyaknya tipe barang.
Menghitung persentase kumulatif nilai uang barang dari total nilai uang.
Membentuk kelas-kelas berdasarkan persentase barang dan persentase nilai
uang barang.
Menggambarkan kurva analisis ABC (bagan Pareto) atau menunjuk tingkat
kepentingan masalah.
Dengan analisis ABC, kita dapat melihat tingkat kepentingan masalah dari
suatu barang. Dengan begitu, kita dapat melihat barang mana saja yang perlu
diberikan perhatian terlebih dahulu
Menurut Jay Heizer dan Barry Render(2015, p556) Kebijakan-kebijakan yang
dapat di dasarkan pada analisis ABC mencakup hal-hal di bawah ini:
Membeli sumber daya yang ditunjukan pada pengembangan pemasok harus
jauh lebih tinggi untuk barang-barang kategori A dibanding dengan barang-
barang kategori C.
Barang-barang kategori A, yang berlawanan dengan barang-barang kategori
B dan kategori C, harus memiliki pengendalian persediaan fisik yang lebih
ketat; barang-barang tersebut mungkin di tempatkan di bagian yang lebih
aman, dan mungkin keakuratan catatan persediaannya untuk barang-barang
kategori A harus lebih sering diverifikasi.
30
Sehingga dapat disimpulkan untuk memilih metode forecast yang tepat perlu
diperhatikan keakuratan hasil forecast disetiap masing-masing metode melalui nilai
MAD yang terkecil, dan biasanya suatu data yang memiliki pola trend naik atau
turun, akan lebih tepat bila menggunakan metode Linear Regression sebagai metode
forecasting.
32
PT. Trackland
Nusantara
Penjualan Forecasting