Anda di halaman 1dari 32

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen
Dalam kegiatan produksi perusahaan tentunya harus dikelola dan
dikoordinasikan dengan baik. Berpegang pada acuan menurut pendapat Dyck dan
Neubert (2009:7), manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
memimpin, mengendalikan sumber daya manusia dan sumber daya organisasi
lainnya agar dapat secara efektif mencapai tujuan organisasi. Terdapat 4 fungsi
manajemen, yaitu :
1. Planning (Perencanaan)
Perencanaan berarti mengidentifikasi tujuan organisasi dan strategi dan
mengalokasikan sumber daya organisasi yang tepat yang diperlukan untuk
mencapainya.

2. Organizing (Mengorganisasi)
Pengorganisasian berarti memastikan bahwa tugas - tugas telah ditetapkan
dan struktur hubungan organisasi diciptakan untuk memfasilitasi pertemuan
dari tujuan-tujuan organisasi.

3. Leading (Memimpin)
Memimpin berarti berhubungan dengan orang lain sehingga pekerjaan
mereka menghasilkan upaya pencapaian tujuan organisasi.

4. Controlling (Mengendalikan)
Mengendalikan adalah melibatkan memastikan bahwa tindakan - tindakan
anggota organisasi konsisten dengan nilai-nilai organisasi dan standar.
Menurut Robbins dan Coulter (2007:8), manajemen adalah proses
pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut
terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain.
Efisiensi mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input terkecil,
digambarkan sebagai “melakukan segala sesuatu secara benar.”
Sedangkan efektivitas mengacu pada menyelesaikan kegiatan-
kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai; digambarkan sebagai
“melakukan segala sesuatu yang benar.” Sedangkan, Heene dan Desmidt
(2010:8), menyatakan bahwa manajemen adalah serangkaian aktivitas
2

manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang telah


ditetapkannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses
dari terjadinya pengoordinasian, perencanaan, pengarahan, pengawasan
kegiatan sebagai aktivitas dari manusia yang berkesinambungan untuk
mencapai suatu tujuan.
Solihin (2010) mengatakan bahwa berdasarkan atas fungsi-fungsinya,
manajemen dapat didefinisikan sebagai proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian dari berbagai sumber
daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Definisi
manajemen dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
1. Manajemen merupakan sebuah proses. Artinya, seluruh kegiatan manajemen
yang dijabarkan ke dalam empat fungsi manajemen dilakukan secara
berkesinambungan dan semuanya bermuara kepada pencapaian tujuan
perusahaan.
2. Pencapaian tujuan perusahaan dilakukan melalui serangkaian aktivitas yang
dikelompokkan ke dalam fungsi-fungsi manajemen dan mencakup fungsi
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan serta pengendalian.
3. Pencapaian tujuan dilakukan secara efektif dan efisien. Efektivitas
menunjukkan tercapianya tujuan yang diinginkan melalui serangkaian
tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Sedangkan efesiensi
menunjukkan pencapaian tujuan secara optimal dengan menggunakan
sumber daya yang paling minimal. Pencapaian tujuan perusahaan dilakukan
dengan memanfaatkan sumber daya organisasi yang dimiliki oleh
perusahaan.

2.1.2 Pengertian Manajemen Operasi


Daft (2006: 216) mendefinisikan Manajemen Operasi sebagai bidang
manajemen yang mengkhususkan pada produksi barang. Artinya kegiatan operasi
hanya berfokus pada kegiatan memproduksi barang dan memecahkan masalah-
masalah yang berkaitan dengan sektor produksi.
Menurut Heizer dan Render (2010: 4), manajemen operasi adalah
serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan
mengubah input menjadi output.
3

Menurut Assauri (2008: 12), manajemen produksi dan operasi merupakan


proses pencapaian dan pengutilisasian sumber-sumber atau jasa-jasa yang berguna
sebagai usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen
operasi merupakan kegiatan produksi dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada
sehingga menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa.

2.1.3 Pengertian Manajemen Operasional


Menurut Evans dan Coller (2007:5), manajemen operasional adalah ilmu dan
seni untuk memastikan bahwa barang dan jasa diciptakan dan berhasil dikirim ke
pelanggan.
Menurut Heizer dan Render (2009:4), manajemen operasi adalah serangkaian
aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah
input menjadi output. Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa berlangsung di
semua organisasi. Dalam perusahaan manufaktur, aktivitas produksi yang
menghasilkan barang yang dapat terlihat secara jelas. Kita dapat melihat pembuatan
produk-produk fisik, seperti TV Sony atau motor Harley Davidson.
Dalam organisasi yang tidak menghasilkan produk secara fisik, fungsi
produksinya mungkin tidak terlihat secara jelas. Kita sering menyebut aktivitas-
aktivitas ini sebagai jasa. Fungsi jasa ini mungkin “tersembunyi” dari masyarakat,
bahkan dari pelanggan. Produknya dapat berbentuk layanan pengiriman dana dari
rekening tabungan ke rekening giro, proses transplantasi hati, pengisan kursi kosong
di pesawat, atau proses pendidikan seorang mahasiswa. Terlepas dari produk
akhirnya berupa barang atau jasa, aktivitas produksi yang berlangsung dalam
organisasi biasanya disebut operasi atau manajemen operasi.
Menurut Heizer dan Render (2009:04), untuk menghasilkan barang dan jasa,
semua jenis organisasi menjalankan tiga fungsi. Fungsi-fungsi ini merupakan hal
penting, bukan hanya untuk proses produksi, tetapi juga demi kelangsungan hidup
sebuah organisasi. Fungsi-fungsi ini adalah sebagai berikut.
- Pemasaran yang menghasilkan permintaan, paling tidak, menerima
pemesanan untuk sebuah barang atau jasa (tidak akan ada aktivitas jika
tidak ada penjualan).
- Produksi/operasi yang menghasilkan produk.
- Keuangan/akuntansi yang mengawasi sehat tidaknya sebuah organisasi,
membayar tagihan, dan mengumpulkan uang.
Kita mempelajari MO (Manajemen Operasi) karena empat alasan berikut:
4

1. MO adalah satu dari tiga fungsi utama dari setiap organisasi dan
berhubungan secara utuh dengan semua fungsi bisnis lainnya. Semua
organisasi memasarkan (menjual), membiayai (mencatat rugi laba), dan
memproduksi (mengoperasikan), maka sangat penting untuk mengetahui
bagaimana aktivitas MO berjalan. Karena itu pula, kita mempelajari
bagaimana orang-orang mengorganisasikan diri mereka bagi perusahaan
yang produktif.
2. Kita mempelajari MO karena kita ingin mengetahui bagaimana barang
dan jasa diproduksi. Fungsi produksi adalah bagian dari masyarakat yang
menciptakan produk yang kita gunakan.
3. Kita mempelajari MO untuk memahami apa yang dikerjakan oleh
manajer operasi. Dengan memahami apa saja yang dilakukan oleh
manajer ini, kita dapat membangun keahlian yang dibutuhkan untuk dapat
menjadi seorang manajer seperti itu. Hal ini akan membantu Anda untuk
menjelajahi kesempatan kerja yang banyak dan menggiurkan di bidang
MO.
Kita mempelajari MO karena bagian ini merupakan bagian yang paling
banyak menghabiskan biaya dalam sebuah organisasi. Sebagian besar pengeluaran
perusahaan digunakan untuk fungsi MO. Walaupun demikian, MO memberikan
peluang untuk meningkat keuntungan dan pelayanan terhadap masyarakat

2.1.4 Keputusan Kritis dalam Manajemen Operasi


Menurut Heizer dan Render (2009:56-57), diferensi, biaya rendah dan
respons yang cepat dapat dicapai saat manajer membuat keputusan efektif dalam
sepuluh wilayah manajemen operasional. Keputusan ini dikenal sebagai keputusan
operasi (operational decision). Berikut sepuluh keputusan manajemen operasional
yang mendukung misi dan menetapkan strategi.
1. Perancangan barang dan jasa. Perancangan barang dan jasa menetapkan
sebagian besar proses transformasi yang akan dilakukan. Keputusan biaya,
kualitas dan sumber daya manusia bergantung pada keputusan
perancangan.
2. Kualitas. Ekspektasi pelanggan terhadap kualitas harus ditetapkan,
peraturan dan prosedur dibakukan untuk mengidentifikasi serta mencapai
standar kualitas tersebut.
5

3. Perancangan proses dan kapasitas. Keputusan proses yang diambil


membuat manajemen mengambil komitmen dalam hal teknologi, kualitas,
penggunaan sumber daya manusia dan pemeliharaan yang spesifik.
Komitmen pengeluaran dan modal ini akan menentukan struktur biaya
dasar suatu perusahaan.
4. Pemilihan lokasi. Keputusan lokasi organisasi manufaktur dan jasa
menentukan kesuksesan perusahaan.
5. Perancangan tata letak. Aliran bahan baku, kapasitas yang dibutuhkan,
tingkat karyawan, keputusan teknologi dan kebutuhan persediaan
mempengaruhi tata letak.
6. Sumber daya manusia dan rancangan pekerjaan. Manusia merupakan
bagian yang intergral dan mahal dari keseluruhan rancangan sistem,.
Karenanya, kualitas lingkungan kerja diberikan, bakat dan keahlian yang
dibutuhkan, dan upah yang harus ditentukan dengan jelas.
7. Manajemen rantai pasokan. Keputusan ini menjelaskan apa yang harus
dibuat dan apa yang harus dibeli.
8. Persediaan. Keputusan persediaan dapat dioptimalkan hanya jika kepuasan
pelanggan, pemasok, perencanaan produksi dan sumber daya manusia
dipertimbangkan.
9. Penjadwalan. Jadwal produksi yang dapat dikerjakan dan efisien harus
dikembangkan.
10. Pemeliharaan. Keputusan harus dibuat pada tingkat kehandalan dan
stabilitas yang diinginkan.

2.1.5 Riset Operasi (Operating Research)


Menurut Heizer dan Render (2009:51), perusahaan mencapai misi mereka
melalui tiga cara yaitu:
1. Bersaing dalam diferensiasi
Diferensiasi berhubungan dengan penyajian suatu keunikan. Diferensiasi
harus diartikan melampaui ciri fisik dan atribut jasa yang mencakup segala
sesuatu mengenai produk atau jasa yang mempengaruhi nilai dimana
konsumen dapatkan darinya.
2. Bersaing dalam biaya
Kepemimpinan biaya yang rendah berarti mencapai nilai maksimum
sebagaimana yang diinginkan pelanggan. Hal ini membutuhkan pengujian
sepuluh keputusan manajemen operasi dengan usaha yang keras untuk
6

menurunkan biaya dan tetap memenuhi nilai harapan pelanggan. Strategi


biaya rendah tidak berarti nilai atau kualitas barang menjadi rendah.
3. Bersaing dalam respons
Keseluruhan nilai yang dengan pengembangan dan pengantaran barang
yang tepat waktu, penjadwalan yang dapat diandalkan dan kinerja yang
fleksibel. Respons yang fleksibel dapat dianggap sebagai kemampuan
memenuhi perubahan yang terjadi di pasar dimana terjadi pembaruan
rancangan dan fluktuasi volume.
Tiga strategi yang ada masing-masing memberikan peluang bagi para
manajer operasi untuk meraih keunggulan bersaing. Keunggulan bersaing berarti
menciptakan sistem yang mempunyai keunggulan unit atas pesaing lain. Idenya
adalah menciptakan nilai pelanggan (customer value) dengan cara yang efisien dan
efektif.

2.2 Forecasting
Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang optimal diperlukan suatu
cara yang tepat, sitematis dan dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu alat yang
diperlukan oleh manajemen dan merupakan bagian yang integral dari proses
pengambilan keputusan adalah menggunakan metode peramalan (forecasting).
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia,peramalan adalah suatu teori dimana dapat
menduga keadaan yang akan terjadi. Heizer dan Render (2009:162), Peramalan
(forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian dimasa depan. Hal
ini dapat dikakukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan
menempatkannya kemasa akan datang dengan suatu bentuk model matematis. Bila
juga merupakan prediksi intuasi yang bersifat subjektif. Atau bisa juga dengan
menggunakan kombinasi model matematis yang disesuaikan dengan pertimbangan
yang baik dari seorang manajer. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peramalan
adalah suatu cara yang digunakan untuk memperkirakan kejadian yang akan terjadi
dimasa yang akan datang dengan melibatkan data masa lalu

2.2.1 Klasifikasi Peramalan Berdasarkan Waktu


Peramalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu masa depan
yang dilingkupinya. Heizer dan Render (2009:163) mengatakan bahwa peramalan
biasanya diklarifikasikan berdasarkan horizon waktu masa depan yang
dilingkupinya. Horizon waktu terbagi menjadi beberapa kategori:
7

1. Peramalan Jangka Pendek Peramalan ini meliputi jangka waktu hingga satu tahun,
tetapi umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan ini digunakan untuk
merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja,
dan tingkat produksi.
2. Peramalan Jangka Menengah Peramalan jangka menengah atau intermediate
umumnya mencakup hitungan bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini bermanfaat
untuk merencanakan penjualan, perencanaan dan anggaran produksi, anggaran kas,
serta menganalisis bermacam-macam rencana operasi.
3. Peramalan Jangka Panjang Umumnya untuk perencanaan masa tiga tahun atau
lebih. Peramalan jangka panjang digunakan untuk merencanakan produk baru,
pembelanjaan modal, 11 lokasi atau pengembangan fasilitas, serta penelitian dan
pengembangan (litbang).

2.2.2 Jenis Peramalan


Organisasi pada umumnya menggunakan tiga tipe peramalan yang utama
dalam perencanaan operasi di masa depan Heizer, dan Render (2009:164):
1. Peramalan ekonomi (economis forecast) menjelaskan siklus bisnis dengan
memprediksi tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk
membangun perumahan dan indicator perencanaan lainnya.
2. Peramalan teknologi (techonological forecast) memperhatikan tingkat
kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik,
yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru.
3. Peramalan permintaan (demand forecast) adalah proyeksi permintaan untuk
produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut juga peramalan
penjualan, dimana mengendalikan produksi, kapasitas, serta sistem
penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran, dan
sumber daya manusia
Menurut Heizer dan Render (2009:82), persediaan dapat melayani 4 fungsi
yang menambah fleksibilitas bagi operasi perusahaan:
1. Decouple atau memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi.
Sebagai contoh, jika persediaan sebuah perusahaan berfluktuasi,
persediaan tambahan mungkin diperlukan untuk melakukan decouple
proses produksi dari pemasok.
2. Melakukan decouple perusahaan dari fluktuasi permintaan dan
menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan
8

bagi pelanggan. Persediaan seperti ini digunakan secara umum pada bisnis
eceran.
3. Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian dalam
jumlah besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang.
4. Melindungi terhadap inflasi dan kenaikan harga

2.2.3 Peramalan Permintaan


Peramalan yang baik sangatlah penting dalam semua aspek bisnis. Peramalan
merupakan satu-satunya prediksi mengenai permintaan hingga permintaan yang
sebelumnya diketahui. Peramalan ekonomi dan teknologi adalah teknik khusus yang
mungkin bukan termasuk bagian dari tugas manajer operasi, Heizer dan Render
(2009:164). Peramalan permintaan mengendalikan keputusan di banyak bidang.
Berikut ini akan dibahas dampak peramalan produk pada tiga aktivitas: sumber daya
manusia, kapasitas dan manajemen rantai pasokan.
1. Sumber Daya Manusia Memperkerjakan, melatih dan memberhentikan
pekerja bergantung pada permintaan. Jika departemen sumber daya
manusia harus memperkerjakan pekerja tambahan tanpa adanya
persiapan,akibatnya kualitas pelatihan menurun dan kualitas pekerja
menurun.
2. Kapasitas Saat kapasitas tidak mencukupi, kekurangan yang
diakibatkannya bisa berarti 12 tidak terjaminnya pengiriman, kehilangan
konsumen dan kehilangan pangsa pasar.
3. Manajemen Rantai Pasokan Hubungan yang baik dengan pemasok,serta
harga barang dan komponen yang bersaing bergantung pada peramalan
yang akurat.

2.2.4 Langkah-Langkah Sistem Peramalan


Peramalan terdiri atas tujuh langkah dasar menurut Heizer dan Render
(2009:165) mengatakan bahwa terdapat tujuh langkah peramalan tersebut,yaitu :
1. Menetapkan tujuan peramalan
2. Memilih unsur yang akan diramalkan
3. Memilih jenis model peramalan
4. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk melakukan peramalan
5. Membuat peramalan
6. Memvalidasi dan menerapkan hasil peramalan
9

2.2.5 Pendekatan dalam Peramalan


Menurut Hanke dan Wichern, International Edition (2006:78) metode
peramalan dapat dibagi 2 yaitu:
1. Metode Peramalan Kualitatif atau Subyektif
“Qualitative forecasting techniques relied on human judgement and
intuition more than manipulation of past historical data,” atau metode
yang hanya didasarkan kepada penilaian dan intuisi, bukan kepada
pengolahan data historis.

2. Metode Peramalan Kuantitatif


Sedangkan peramalan kuantitatif diterangkan sebagai:
“Quantitative techniques that need no input of judgments; they are
mechanical procedures that produce quantitative result and some
quantitative procedures require a much more sophisticated manipulation
of data than do other, of course” atau metode yang tidak memerlukan
penilaian, melainkan data.

Terdapat dua pendekatan umum untuk peramalan sebagaimana ada dua cara
mengatasi semua model keputusan. Pendekatan yang satu adalah analisis kuantitatif
dan pendekatan lain adalah analisis kualitatif.
1. Peramalan kuantitatif (quantitative forecast) menggunakan model matematis
yang beragam dengan data masa lalu dan variable sebab akibat untuk
meramalkan permintaan.
2. Peramalan subjektif atau kualitatif (qualitative forecast) menggabungkan
factor, seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi, dan sistem nilai pengambil
keputusan untuk meramal.

2.2.6 Peramalan Deret Waktu


Heizer dan Render (2009:169), menganalisis deret waktu berarti membagi
data masa lalu menjadi komponen-komponen, kemudian memproyeksikannya
kemasa depan. Deret waktu mempunyai empat komponen, antara lain:
1. Tren merupakan pergerakan data sedikit demi sedikit meningkat atau
menurun. Perubahan pendapatan, populasi, penyebaran umur, atau
pandangan budaya dapat mempengaruhi pergerakan tren.
2. Musim adalah pola data yang berulang pada kurun waktu tertentu, seperti
hari, minggu, bulan, atau kuartal.
10

3. Siklus adalah pola dalam data yang terjadi setiap beberapa tahun. Siklus
ini biasanya terkait pada siklus bisnis dan merupakan hal penting dalam
analisis dan perencanaan bisnis jangka pendek. Memprediksi siklus bisnis
sulit dilakukan karena adanya pengaruh kejadian politik ataupun
kerusuhan internasional.
4. Variasi acak merupakan satu titik khusus dalam data yang disebabkan oleh
peluang dan situasi yang tidak lazim. Variasi acak tidak mempunyai pola
khusus sehingga tidak dapat diprediksi.

2.2.7 Metode Peramalan


Model Deret waktu adalah model deret waktu membuat prediksi dengan
asumsi bahwa masa depan merupakan fungsi dari masa lalu, dengan kata lai, mereka
melihat apa yang terjadi selama kurun waktu tertentu dan menggunakan data masa
lalu tersebut untuk melakukan peramalan.
Model asosiatif (hubungan sebab-akibat), seperti regresi linear,
menggabungkan banyak variable atau factor yang mungkin memengaruhi kuantitas
yang sedang diramalkan.

Heizer dan Render dalam buku Manajemen Operasi (2009:170), metode-


metode peramalan kuantitatif, terdiri dari:
1. Pendekatan Naif (Naive Method)
Cara paling sederhana untuk meramal adalah berasumsi bahwa
permintaan di periode mendatang akan sama dengan permintaan pada
periode terakhir. Untuk beberapa jenis produk, pendekatan naïf (Naïve
Method) merupakan model peramalan objektif yang paling efektif dan
efisien dari segi biaya. Paling tidak pendekatan naïf memberikan titik
awal untuk perbandingan dengan model lain yang lebih canggih.
2. Rata-Rata Bergerak (Moving Average)
Peramalan rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual masa
lalu untuk menghasilkan peramalan. Rata-rata bergerak berguna jika
kita dapat mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil
sepanjang masa yang kita ramalkan. Secara matematis, rata-rata
bergerak sederhana (merupakan prediksi permintaan periode
mendatang) dinyatakan sebagai berikut.
11

Rata-rata bergerak =

Dimana n adalah jumlah periode dalam rata-rata bergerak.

3. Rata-Rata Bergerak dengan Pembobotan (Weighted Moving Average)


Saat terdapat tren atau pola yang terdeteksi, bobot dapat digunakan
untuk menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini. Pemilihan
bobot merupakan hal yang tidak pasti karena tidak ada rumus untuk
menetapkan mereka. Oleh karena itu, pemututsan bobot yang digunakan
membutuhkan pengalaman. Sebagai contoh, jika bulan atau periode
terakhir diberi bobot yang terlalu berat, peramalan dapat
menggambarkan perubahan yang terlalu cepat yang tidak biasa pada
permintaan atau pola penjualan.
Rata-rata bergerak dengan pembobotan dapat digambarkan secara
matematis sebagai berikut.
Pembobotan rata-rata bergerak =

Baik rata-rata bergerak sederhana maupun rata-rata bergerak dengan


pembobotan sangat efektif dalam meredam fluktuasi pada pola
permintaan untuk menghasilkan prediksi yang stabil. Rata-rata bergerak
mempunyai tiga persoalan.
a) Bertambahnya jumlan n (jumlah periode yang dirata-ratakan)
memang meredam fluktuasi dengan lebih baik, tetapi membuat
metode ini kurang sensitive terhadap perubahan nyata pada data.
b) Rata-rata bergerak tidak dapat menggambarkan tren dengan baik.
Karena merupakan rata-rata, mereka akan selalu berada dalam
tingkat yang sebelumnya dan tidak akan memprediksi perubahan ke
tingkat yang lebih tinggi atau lebih rendah yang merupakan nilai
aktual sesungguhnya.
c) Rata-rata bergerak membutuhkan data masa lalu yang ekstensif.

4. Penghalusan Eksponensial (Exponential Smoothing)


12

Penghalusan eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata


bergerak dengan pembobotan yang canggih, tetapi masih mudah
digunakan. Metode ini mengunakan pencatatan data masa lalu yang
sangat sedikit. Rumus penghalusan eksponensial dasar dapat
ditunjukkan sebagai berikut.

Peramalan baru = Peramalan periode terakhir + (permintaan periode

terakhir – Peramalan periode terakhir)

Dimana :
= Sebuah bobot atau konstanta penghalus yang dipilih oleh

peramal yang mempunya nilai antara 0 dan 1


Persamaan dapat ditulis secara matematis sebagai berikut :

Dimana :
= peramalan baru

= peramalan sebelumnya

= konstanta penghalus (pembobotan)

= permintaan aktual periode lalu

5. Penghalusan Eksponensial dengan Penyesuaian Tren (Exponential


Smoothing With Trend)
Model penghalusan eksponensial yang lebih rumit dan dapat
menyesuaikan diri pada tren yang ada. Idenya adalah menghitung tren
rata-rata data penghalusan eksponensial, kemudian menyesuaikan untuk
kelambatan (lag) positif atau negatif pada tren. Dengan penghalusan
eksponensial dengan penyesuaian tren, estimasi rata-rata dan tren

dihaluskan. Prosedur ini membutuhkan dua konstanta penghalusan,

untuk rata-rata β untuk tren. Kemudian, kita menghitung rata-rata dan


tren untuk setiap periode.
13

Rumus Penghalusan Eksponensial dengan Penyesuaian Trend adalah


sebagai berikut:

= + ,

Dimana :

= peramalan dengan eksponensial yang dihaluskan dari data

berseri pada periode t


= tren dengan eksponensial yang di haluskan pada periode t

= permintaan aktual periode t

= konstanta penghalusan untuk rata-rata

= konstanta penghalusan untuk rata-rata

6. Proyeksi Trend (Linear Regression)


Proyeksi Tren merupakan suatu metode peramalan yang mencocokan
garis tren pada serangkaian data masa lalu, kemudian memproyeksikan
garis pada masa mendatang untuk peramalan jangka menengah atau
jangka panjang.
Rumus untuk menentukan perhitungan Linear Regression adalah
sebagai berikut:

Dimana:
= nilai terhitung dari variable yang akan diprediksi

= persilangan sumbu
14

= kemiringan garis regresi (atau tingkat perubahan pada

untuk perubahan yang terjadi di ),

= variable bebas (dalam kasus ini adalah waktu)

Untuk menentukan nilai dan , akan di jelaskan pada rumus dibawah

ini.

Dimana :
= nilai terhitung dari variable yang akan diprediksi

= persilangan sumbu

= kemiringan garis regresi (atau tingkat perubahan pada

untuk perubahan yang terjadi di ),

= variable bebas (dalam kasus ini adalah waktu)

= nilai variabel terikat yang diketahui

= jumlah data atau pengamatan

2.2.8 Menghitung Kesalahan Peramalan


Menurut Heizer dan Render (2009:177), ada beberapa perhitungan yang biasa
digunakan untuk membandingkan model peramalan yang berbeda, mengawasi
peramalan, dan untuk memastikan peramalan, dan untuk memastikan peramalan
berjalan baik. Tiga dari perhitungan yang paling terkenal adalah deviasi mutlak rerata
15

(Mean Absolute Deviation – MAD), kesalahan kuadrat rerata (Mean Squared Error –
MSE), dan kesalahan persen mutlak rerata (Mean Absolute Percent Error – MAPE).
1. Deviasi Rata-Rata Absolut (Mean Absolute Deviation)
MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan
untuk sebuah model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai
absolut dari tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode
data n. Rumus untuk menghitung MAD adalah sebagai berikut.

MAD =

2. Kesalahan Rata-Rata Kuadrat (Mean Square Error)


MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan
keseluruhan. MSE merupakan rata-rata selisih kuadrat antara nilai yang
diramalkan dan yang diamati. Kekurangan penggunaan MSE adalah
bahwa ia cenderung menonjolkan deviasi yang besar karena adanya
pengkuadratan. Rumus untuk menghitung MSE adalah sebagai berikut.

MSE =

2.3 Manajemen persediaan (inventory)


2.3.1 Definisi Persediaan
Persediaaan menurut Sundjaja (2007:379), persediaan meliputi semua barang
atau bahan yang diperlukan dalam proses produksi dan distribusi yang digunakan
untuk proses lebih lanjut atau dijual. Sedangkan pesediaan menurut Herjanto
(2007:237), persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan
digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses
produksi atau perakitan, untuk dijual kembali atau suku cadang dari peralatan atau
mesin.
Persediaan merupakan suatu sumber daya yang disimpan yang digunakan
untuk menghilangkan kebutuhan saat ini atau kebutuhan yang akan datang.
Persediaan diatas termasuk bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi.
Ketika menentukan permintaan dari suatu barang, ini merupakan informasi yang
memungkinkan untuk dapat menentukan permintaan dari suatu barang, dan
16

menentukan jumlah barang mentah yang akan dibutuhkan untuk membuat barang
jadi tersebut.
Persediaan pada umumnya merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang
jumlah nya cukup besar dalam suatu perusahaan. Hal ini mudah dipahami karena
persediaan merupakan faktor penting dalam menentukan kelancaran operasi
perusahaan. Persediaan adalah bentuk investasi, dimana keuntungan (laba) ini bisa
diharapkan melalui penjualan dikemudian hari. Oleh sebab itu pada kebanyakan
perusahaan sejumlah minimal persediaan harus dipertahankan untuk menjamin
kontinuitas dan stabilitas penjualannya.
Mengendalikan persediaan yang tepat bukan hal yang mudah. Apabila jumlah
persediaan terlalu besar yang dapat mengakibatkan timbulnya dana yang tertanam
dalam persediaan, meningkatnya biaya penyimpanan dan risiko kerusakan barang
yang lebih besar. Namun, jika persediaan terlalu sedikit mengakibatkan risiko
terjadinya kekurangan persediaan (stockout) karena seringkali barang tidak dapat
didatangkan secara mendadak dan sebesar yang dibutuhkan sehingga dapat
menyebabkan terjadinya proses produksi, tertundanya penjualan, bahkan hilangnya
pelanggan.
Sebagaimana keputusan manajemen operasi lainnya, kebijaksanaan yang
paling efektif dengan mencapai keseimbangan diantara berbagai kepentingan dalam
perusahaan. Pengendalian persediaan harus dilakukan sedemikian rupa agar dapat
melayani kebutuhan bahan/barang yang tepat dan dengan biaya yang rendah.
Pengendalian persediaan berfungsi menentukan tingkat persediaan yang sesuai,
dimana pemesanan harus dilakukan kembali, persediaan pengaman, pendataan
singkat dan kondisi persediaan.

2.3.2 Fungsi Persediaan


Menurut Herjanto (2007:238), beberapa fungsi penting yang dikandung oleh
persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan, sebagai berikut:
1. Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau
barang yang dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga
harus dikembalikan.
3. Menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau biasa
disebut inflasi.
17

4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman


sehingga perusahan tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia di
pasaran.
5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas.
6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang
yang diperlukan.

2.3.3 Jenis-Jenis Persediaan


Terdapat 4 jenis persediaan yang harus dipelihara perusahaan untuk
mengakomodasi fungsi-fungsi persediaan menurut Heizer dan Render (2009:82),
yaitu :
1. Persediaan bahan mentah (raw material inventory)
Bahan-bahan yang biasanya dibeli, tetapi belum memasuki proses
manufaktur dan digunakan untuk melakukan decouple (memisahkan)
pemasok dari proses produksi.
2. Persediaan barang setengah jadi (WIP inventory)
Komponen atau bahan mentah yang telah melewati beberapa proses
perubahan, tetapi belum selesai. WIP ada karena waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan sebuah produk (disebut waktu siklus).
3. MRO (Maintenance, Repair, Operating)
Persediaan yang disediakan untuk pesediaan pemeliharaan, perbaikan,
operasi, yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin-mesin dan proses-
proses tetap produktif.
4. Persediaan barang jadi
Produk yang telah selesai dan tinggal menunggu pengiriman tetapi
masih merupakan asset dalam pembukuan perusahaan.

2.3.4 Biaya-Biaya Persediaan


Untuk pengambilan keputusan penentuan besarnya biaya-biaya variabel dan
untuk menentukan kebijakan persediaan yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
perusahaan dapat meminimalkan biaya-biaya.
Ada tiga jenis biaya dalam persediaan menurut Heizer dan Render (2009:91), antara
lain:

1. Biaya penyimpanan (holding cost) yaitu, biaya yang terkait dengan


menyimpan atau “membawa” persediaan selama waktu tertentu.
2. Biaya pemesanan (ordering cost) mencakup biaya dari persediaan,
formulir, proses pemesanan, pembelian, dukungan administrasi dan
18

seterusnya. Ketika pemesanan sedang diproduksi, biaya pemesanan


juga ada, tetapi mereka adalah bagian dari biaya penyetelan.
3. Biaya penyetelan (setup cost) adalah biaya untuk mempersiapkan
sebuah mesin atau proses untuk membuat sebuah pemesanan. Ini
menyertakan waktu dan tenaga kerja untuk membersihkan serta
mengganti peralatan atau alat penahan. Manajer operasi dapat
menurunkan biaya pemesanan dengan mengurangi biaya penyetelan
serta menggunakan prosedur yang efisien serta menggunakan prosedur-
prosedur yang efisien seperti pemesanan dan pembayaran elektronik.

Sedangkan menurut Ristono (2009:4) faktor biaya persediaan meliputi :


1. Biaya penyimpanan di gudang, semakin banyak barang yang disimpan
maka akan semakin besar biaya penyimpanannya.
2. Resiko kerusakan barang, semakin lama barang tersimpan di gudang
maka resiko kerusakan barang semakin tinggi.
3. Resiko keusangan barang, barang-barang yang tersimpan lama akan
“out of date” atau ketinggalan zaman.
4.
2.4 Model Dasar Economic Order Quantity (EOQ)
Economic Order Quantity pertama kali dikembangkan oleh F. W. Haris pada
tahun 1915 dengan mengembangkan formula kuantitas pesanan ekonomis. Economic
Order Quantity adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya
minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal.
EOQ merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengoptimalkan
pembelian bahan baku yang dapat menekan biaya-biaya persediaan sehingga
efisiensi persediaan bahan dalam perusahaan dapat berjalan dengan baik.
Penggunaan metode EOQ dapat membantu suatu perusahaan dalam menentukan
jumlah unit yang dipesan agar tercapai biaya pemesanan dan biaya persediaan
seminimal mungkin.

Menurut Render, Stair dan Hanna (2012:193), ada beberapa asumsi penting
untuk EOQ, antara lain:
 Permintaan diketahui dan konstan
 Waktu tunggu (lead time) yaitu waktu antara penempatan pemesanan dan
penerimaan pemesanan diketahui dan konstan.
 Penerimaan persediaan bersifat instantaneous. Dengan kata lain, persediaan
dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada satu waktu.
19

 Tidak adanya diskon kuantitas.


 Biaya variabel hanya biaya untuk melakukan pemesanan (ordering cost) dan
biaya untuk menyimpan persediaan (holding or carrying cost).
 Kekurangan persediaan dapat dihindari sepenuhnya jika pemesanan
dilakukan pada waktu yang tepat.

Berdasarkan pendapat Pardede (2005:422) menyatakan bahwa Economic


Order Quantitiy (EOQ) menunjukkan sejumlah barang yang harus dipesan untuk tiap
kali pemesanan agar biaya persediaan keseluruhan menjadi sekecil mungkin.
Tahapan untuk mencari jumlah pemesanan yang menyebabkan biaya minimal
adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan persamaan untuk biaya pemasangan atau pemesanan.
2. Mengembangkan persamaan untuk biaya penahanan atau penyimpanan.
3. Menetapkan biaya pemasangan sama dengan biaya penyimpanan.
4. Menyelesaikan persamaan dengan hasil angka jumlah pemesanan yang
optimal.

Model EOQ ini merupakan metode dengan penentuan jumlah pesanan paling
ekonomis yang dapat dilakukan apabila bahan baku perusahaan sepenuhnya
bergantung kepada pemasok sehingga perlu dipertimbangkan jumlah pembelian
sesuai dengan kebutuhan proses produksi.
Menurut Sugiono (2009:51), kebijakan investasi merupakan hal yang sangat
menentukan bagi pencapaian tujuan baik ditinjau dari penggunana dana yang
tertanam dalam proses maupun dari tingkat efisiensi yang akan dicapai perusahaan
guna dalam memperoleh return yang layak didalam usahanya tersebut. Maka dari itu
dapat digunakan konsep matematis atau grafik yang disebut EOQ, yang merupakan
penentuan besarnya jumlah unit yang harus dipesan setiap kali mengadakan
pemesanan agar biaya-biaya yang berkaitan dengan pengadaan persediaan dapat
diminimalkan.

Gambar 2.1 Penggunaan Persediaan dalam Waktu Tertentu


20

Sumber : Herjanto (2007:246)

Berikut rumus yang biasa digunakan dalam perhitungan persediaan:

Keterangan:
Q* = jumlah optimum unit per pesanan (EOQ)
D = permintaan per periode
S = biaya pemesanan untuk setiap pesanan
H = biaya penyimpanan per unit per tahun
Q = jumlah unit per pesanan
TC = biaya total
I = rata-rata tingkat persediaan (average inventory)
N = jumlah pemesanan yang diperkirakan selama setahun
T = waktu antara pesanan yang diperkirakan
21

Gambar 2.2 Grafik EOQ

Sumber: Sugiono (2009:52)

2.4.1 Re-Order Point (ROP)


Menurut Siagian (2005:178), mengemukakan bahwa ROP adalah titik/tingkat
persediaan, dimana pemesanan kembali harus dilakukan.
Menurut Sugiono (2009:59), reoder point adalah suatu titik ketika perusahaan
harus mengadakan pemesanan kembali sedemikian rupa sehingga kedatangan atau
penerimaan material yang dipesan itu tepat pada saat persediaan dititik nol atau pada
tingkat safety stock yang ditetapkan.
Bisa disimpulkan Reorder point (ROP) yaitu, batas/titik jumlah pemesanan
kembali. ROP berguna untuk mengetahui kapan suatu perusahaan mengadakan
pemesanan. Terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat dalam stock berkurang
terus sehingga harus ditentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan
yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan.
Jumlah yang diharapkan tersebut dihitung selama masa tenggang, ditambah
dengan persediaan pengaman (safety stock) yang biasanya mengacu kepada
probabilitas atau kemungkinan terjadinya kekurangan stok selama masa tenggang
(lead time). Untuk tingkat pelayanan dari siklus pemesanan, semakin besar tingkat
permintaan atau masa tenggang menyebabkan jumlah safety stock harus lebih
banyak sehingga dapat memenuhi tingkat pelayanan yang diinginkan. Titik
pemesanan kembali harus ditentukan dengan tepat sehingga kedatangan atau
penerimaan barang yang dipesan tepat waktu.
Menurut Siagian (2005:179), dalam pelaksanaanya ternyata perusahaan
menetapkan beberapa kebijakan dalam menentukan ROP, yaitu sebagai berikut:
22

 Menetapkan jumlah penggunaan selama lead time, yaitu waktu mulai barang
dipesan sampai barang datang ditambah presentase tertentu sebagai
persediaan pengaman.
 Menetapkan jumlah penggunaan selama lead time ditambah penggunaan
selama periode tertentu sebagai safety stock.
 Penetapan lead time dengan biaya yang ekonomis atau minimum.

Gambar 2.3 Titik Pemesanan Ulang (ROP)

Sumber : Siagian (2005:179)

Persamaan matematis untuk menghitung ROP adalah:


ROP = (d x L) + SS

Permintaan perhari, dicari dengan membagi permintaan tahunan, D, dengan jumlah


hari kerja per tahun:

d=

Keterangan:
ROP = reorder point
d = permintaan per hari
L = lead time
SS = safety stock

2.4.2 Lead time dan Safety stock

Pada proses pemesanan barang, di mulai dari memesan sampai barang


tersebut datang/siap digunakan diperlukan jangka waktu yang bisa bervariasi dari
23

beberapa jam sampai beberapa bulan. Perbedaan waktu antara saat memesan barang
sampai saat barang datang dikenal dengan istilah waktu tunggu (lead time). Lead
time sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dari barang itu sendiri dan jarak pembeli
dengan pemasok.
Adanya lead time tersebut menyebabkan perusahaan harus mempunyai
persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan selama menunggu barang datang.
Persediaan itu disebut sebagai persediaan pengaman (safety stock).
Menurut Yunarto (2005:14), safety stock merupakan cadangan inventory yang
harus disediakan untuk menghindari terjadinya kekurangan bahan atau barang
terutama pada saat memenuhi permintaan pelanggan yang tidak bisa diduga.
Menurut Rangkuti (2006:93), safety stock adalah tingkat persediaan minimal
yang harus selalu ada pada setiap periode, sehingga dapat mengantisipasi apabila
terjadi lonjakan permintaan atau keterlambatan pengiriman.
Bagi perusahan safety stock merupakan dilema, di mana jika terjadi
kekurangan barang (stock out) akan berakibat terganggunya proses produksi.
Sedangkan jika stock yang dimiliki perusahaan berlebihan akan mengakibatkan biaya
penyimpanan semakin bertambah. Oleh karena itu dalam penentuan safety stock
(persediaan penyelamat) harus memperhatikan keduanya, dengan kata lain dalam
safety stock (persediaan penyelamat) diusahakan terjadinya keseimbangan di antara
keduanya. Dalam penentuan safety stock (persediaan penyelamat) pada level tertentu
tergantung pada jenis pemesanan persediaan di masing-masing perusahaan apakah
didasarkan pada quantity.
Safety stock yang terlalu banyak mengakibatkan perusahaan menanggung biaya
penyimpanan yang terlalu mahal, tetapi jika terlalu sedikit maka perusahaan akan
menanggung biaya atau kerugian karena kekurangan barang.

Berdasarkan pendapat Assauri (2008:186), ada dua faktor yang menentukan besarnya
persediaan pengaman yakni :
 Penggunaan bahan baku rata-rata. Salah satu dasar untuk memperkirakan
penggunaan bahan baku selama periode tertentu, khususnya selama periode
pemesanan adalah rata-rata penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya.
Hal ini perlu diperhatikan karena setelah kita mengadakan pesanan, maka
pemenuhan kebutuhan atau permintaan pelanggan sebelum barang yang
dipesan datang harus dapat dipenuhi dari persediaan yang ada
24

 Faktor waktu atau lead time. Lead time adalah lamanya waktu antara mulai
dilakukannya pemesanan bahan sampai dengan kedatangan bahan yang
dipesan tersebut dan diterima digudang persediaan.

Untuk menghitung besar safety stock dapat menggunakan metode berikut ini:
1. Metode perbedaan pemakaian maksimum dan rata-rata
Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih antara pemakaian maksimum
dengan pemakaian rata-rata dalam jangka waktu tertentu, kemudian selisih tersebut
dikalikan dengan lead time.
Safety stock = (Pemakaian maksimum - Pemakaian rata-rata) Lead time
2. Metode statistika yang berdistribusi normal

Safety stock = Z

Keterangan:
Z = standar normal (diperoleh dari tabel distribusi normal. Misalnya Z =
90%, ini berarti tingkat pelayanan sebesar 90% dari permintaan atau
penjagaan terhadap
kemungkinan terjadinya stock out hanya 10%)
= standar deviasi

L = lead time

2.5 EOI (Economic Order Interval)


Sejaman dengan pengembangan perhitungan kebutuhan barang dengan
konsep EOQ,berkembang pula konsep-konsep lain. Konsep-konsep itu antara lain
ialah formula berdasarkan perencanaan berkala atau economic order interval (EOI),
metoda persediaan minimum-maksimum, economic production quantity
(EPQ), runout time (ROT), dan aggregate runout time (AROT). Sama dengan
konsep EOQ, perencanaan berkala atau EOI, sesuai dengan namanya, ialah
perencanaan dan perhitungan kebutuhan barang yang dilakukansecara berkala
tetap, misalnya setiap bulan, setiap tiga bulan, setiap enam bulan, dan
sebagainya. Sedangkan konsep persediaan min-maks, seperti nanti akan dijelaskan
dibelakang, berdasarkan suatu perhitungan lain.Salah satu jenis formula yang
digunakan dalam perencanaan berkala untuk menghitung kebutuhan barang sekaligus
juga untuk menghitung jumlah pemesanan kembali, adalah sebagai berikut:
25

Q = C ( P+T+ R) - ( S + O )

di mana : Q = Quantity, adalah jumlah yang harusdipesan (dalam satuan barang)


C = Consumption, yaitu pemakaian rata-rataper bulan (dalam satuan
barang),dihitung dari rata-rata selama setahunterakhir.
P = Periode, adalah periode antara perhitungan(dalam bulan), yang dapat
dihitung dengan menggunakan rumus EOQ(frekuensi) atau dapat
ditentukan secara khusus.
T = Total Elapsed Time, atau lead time pembelian (dalam bulan)
R = Reserve, atau safety stock (dalambulan), dapat dihitung dengan metode
tertentu.
S = Stock on hand, atau jumlah yangtersedia di gudang (dalam satuan
barang)
O = On order , atau jumlah yang sedangdipesan (dalam satuan barang)

Rumus tersebut terdiri dari 2 bagian besar, yang pertama ialah (P+T+R)
sedangkan bagian kedua adalah (S+O). Bagian pertama menunjukkan kebutuhan
yang akan datang dan yang kedua menunjukkan persediaan pada saat ini. Jadi Q atau
kebutuhan yang perlu dipesan adalah selisih kebutuhan yang akan datang dikurangi
dengan persediaan saat ini. Secara lebih jelas, setiap komponen perhitungan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut ini.
1. Consumption (C)
Ini adalah kebutuhan rata-rata per bulan, yang umumnya dapat dihitung dari
kebutuhansatu tahun terakhir dibagi dengan 12. Perlu dijelaskan bahwa ini adalah
kebutuhan rutin,bukan kebutuhan ekstra. Dengan cara perhitungan di atas, agaknya
sekaligus diasumsikanbahwa kebutuhan rata-rata per bulan yang akan datang sama
dengan kebutuhan rata-rataper bulan pada tahun yang lalu.
2. Period (P)
Period adalah waktu antara setiap perhitungan kebutuhan atau pemesanan
kembali.Beberapa perusahaan, berdasarkan pengalaman membuat perhitungan ini
secara mudahatau dengan pembulatan. Misalnya untuk barang yang pemakaiannya
cepat (fast movin gitems), perhitungan dilakukan perbulan sekali, jadi P = 1; untuk
barang yang pemakaiannya lambat (slow moving items), perhitungan dilakukan
26

setiap tahun, jadi P=12;dan sebagainya. Namun perusahaan yang ingin lebih akurat,
dapat menggunakan rumus EOQ frekuensi.
3. Total Elapsed Time (T)
Total elapsed time atau disebut jugalead time , adalah waktu yang dibutuhan
untuk memesanbarang, dari sejak perhitungan jumlah kebutuhan sampai barang itu
tiba di gudangpembeli, siap untuk digunakan. Waktu ini termasuk
permintaan penawaran atau tender,analisis tender, pembuatan surat
pesanan, pembuatan barang, pengapalan, pembongkaran, dan sebagainya. Perlu
diperhatikan, apabila T makin besar, maka Q jugamakin besar.
4. Reserve (R)
Reserve stock atau safety stock atau persediaan pengaman adalah persediaan ekstra
yangperlu ditambah untuk menjaga sewaktu-waktu ada tambahan
kebutuhan atauketerlambatan kedatangan barang. Cara perhitungan yang teliti
adalah seperti telahdijelaskan di bab terdahulu. Dengan demikian, formula
tersebut sudah memperhitungkanpersediaan pengaman.
5. Stock on Hand (S)
Ini adalah jumlah persediaan yang ada di gudang, yang dapat digunakan,
yangdinyatakan dalam satuan barang. Perlu diperhatikan bahwa satuan P, T, dan R
adalahbulan, sedangkan satuan S dan O adalah satuan barang. Satuan C adalah
satuan/bulan.
6.On Order (O)
Kadang-kadang istilahon order disebut jugastock on order , karena barang yang
sudahdipesan sudah dapat diperhitungkan juga sebagai persediaan yang belum
datang. Hal inidari perhitungan formula memang benar, tetapi tetap p

2.6 Metode Min-Maks


Berlainan dengan konsep EOQ dan formula perencanaan berkala, konsep
persediaan minimum dan maksimum tidak berdasarkan perhitungan secara berkala
tetap, tetapi dapat dilakukan setiap waktu, dengan konsep ’titik pemesanan kembali’
atau reorder point.
Konsep Min-Max ini dikembangkan berdasarkan suatu pemikiran sederhana sebagai
berikut.
 Untuk menjaga kelangsungan beroperasinya suatu pabrik atau fasilitas
lain,diperlukan bahwa beberapa jenis material tertentu dalam jumlah
27

minimum tersedia di gudang, supaya sewaktu-waktu ada yang rusak, dapat


langsungdiganti.
 Tetapi material yang disimpan dalam persediaan tadi juga jangan
terlalubanyak, ada maksimumnya, supaya biayanya tidak menjadi terlalu mahal.
 Keduanya sebetulnya pengikuti prinsip inventory control yaitu
pengendalian tingkat persediaan sedemikian rupa sehingga setiap kali barang
diperlukan,selalu tersedia, tetapi sekaligus juga harus menjaga agar tingkat
persediaan seminimal mungkin, untuk menghindari investasi berupa biaya
penyediaan yang besar.
Secara ideal, sebetulnya persediaan minimum seharusnya adalah nol dan persediaan
maksimum adalah sebanyak yang secara ekonomis mencapai optimal, yaitu sesuai
dengan perhitungan EOQ, yang sudah dijelaskan di depan. Jadi dapat dibayangkan
bahwa persis pada waktu barang habis, pemesanan barang sejumlah yang paling
ekonomis tadi datang. Tetapi ini perhitungan teori, artinya dalam kenyataan tidaklah
dapat dijamin bahwa perencanaan dapat secara sempurna terpenuhi. Ada
kemungkinan pemakaian barang berubah dan meningkat secara mendadak, ada
kemungkinan barang yang dipesan datang terlambat dan sebagainya. Oleh karena
dalam menentukan minimum dan maksimum ini, sebaiknya tidak mengambil angka
yang ekstrim tadi, tetapi ada factor pengaman yang dapat dihitung berdasarkan
pengalaman. Berdasarkan pemikirantersebut, timbul formula min-max untuk
pengisian kembali persediaan, yaitu sebagai contoh misalnya sebagai berikut.

Q = Max – Min

Q = Jumlah yang perlu dipesan untuk pengisianpersediaan kembali.

Min = Minimum stock ,


adalah jumlah pemakaian selama waktu pesananpembelian yang dihitung dari
perkalian antarawaktu pesanan (dalam bulan) dan pemakaian rata-rata dalam satu
bulan ditambah dengan persediaan pengaman. Jadi Min = (T x C) + R
Max =Maximum stock,
adalah jumlah maksimum yang diperbolehkandisimpan dalam persediaan, yaitu
jumlahpemakaian selama 2 x waktu pesanan, yang dihitungdari perkalian antara 2 x
waktu pesanan danpemakaian rata-rata selama satu bulan. Jadi Max = 2(Tx
C)
28

Titik pemesanan kembali atau titik kapan memesan, adalah setiap


kalipersediaan mencapai titik atau persediaan minimum
tersebut, harusdilakukan pemesanan kembali yang jumlahnya sebesar Q tadi.
Persediaan pengaman, cara perhitungan persediaan pengaman ini seperti
telahdijelaskan di depan.Waktu pemesanan , adalah waktu yang diperlukan untuk
memesan barang.

2.7 Analisis ABC


Analisis ABC menbagi persediaan yang ada menjadi tiga klasifikasi dengan
basis volume dolar tahunan. Analisis ABC adalah sebuah aplikasi persediaan dari
prinsip pareto. Prinsip Pareto Menyatakan teradapat “sedikit hal yang kritis dan
banyak yang sepele”. Gagagasannya adalah untuk membuaat kebijakan-kebikan
persediaan yang menfokuskan persediaan pada bagian-bagian persediaan kritis yang
sedikit dan tidak banyak. Tidaklah realistis jika memantau barang-barang yang tidak
mahal dengan intensitas yang sama dengan barang-barang yang sangat mahal.
“Pola distribusi pendapatan penduduk pada dasarnya sama di seluruh
negara dan di sepanjang sejarah. …hanya sebagian yang sangat kecil dari
penduduk memiliki sebagian besar dari pendapatan seluruh penduduk, dan
sebaliknya pula, sebagian besar penduduk hanya memiliki sebagian saja dari
pendapatan seluruh penduduk.” — Vilfredo Pareto, Ekonom dan Sosiolog Italia
Analisis ABC didasarkan pada sebuah konsep yang dikenal dengan nama
Hukum Pareto (Ley de Pareto), dari nama ekonom dan sosiolog Italia, Vilfredo
Pareto (1848-1923). Hukum Pareto menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki
persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%). Pada
tahun 1940-an, Ford Dickie dari General Electric mengembangkan konsep Pareto ini
untuk menciptakan konsep ABC dalam klasikasi barang persediaan.
Berdasarkan hukum Pareto, analisis ABC dapat menggolongkan barang
berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan kemudian dibagi
menjadi kelas-kelas besar terprioritas; biasanya kelas dinamai A, B, C, dan
seterusnya secara berurutan dari peringkat nilai tertinggi hingga terendah, oleh
karena itu analisis ini dinamakan “Analisis ABC”. Umumnya kelas A memiliki
jumlah jenis barang yang sedikit, namun memiliki nilai yang sangat tinggi.
29

Dalam hal ini, saya akan menggunakan tiga kelas, yaitu: A, B, dan C, di mana
besaran masing-masing kelas ditentukan sebagai berikut (Jay Heizer dan Barry
Render 2009, p84)
Kelas A, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 15% dari total
seluruh barang, tetapi merepresentasikan 70-80% dari total nilai uang.
Kelas B, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 30% dari total
seluruh barang, tetapi merepresentasikan 15-20% dari total nilai uang.
Kelas C, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 55% dari total
seluruh barang, tetapi merepresentasikan 5% dari total nilai uang.
Adapun langkah-langkah atau prosedur klasikasi barang dalam analisis ABC adalah
sebagai berikut:
 Menentukan jumlah unit untuk setiap tipe barang.
 Menentukan harga per unit untuk setiap tipe barang.
 Mengalikan harga per unit dengan jumlah unit untuk menentukan total nilai
uang dari masing-masing tipe barang.
 Menyusun urutan tipe barang menurut besarnya total nilai uang, dengan
urutan pertama tipe barang dengan total nilai uang paling besar.
 Menghitung persentase kumulatif barang dari banyaknya tipe barang.
 Menghitung persentase kumulatif nilai uang barang dari total nilai uang.
 Membentuk kelas-kelas berdasarkan persentase barang dan persentase nilai
uang barang.
 Menggambarkan kurva analisis ABC (bagan Pareto) atau menunjuk tingkat
kepentingan masalah.

Dengan analisis ABC, kita dapat melihat tingkat kepentingan masalah dari
suatu barang. Dengan begitu, kita dapat melihat barang mana saja yang perlu
diberikan perhatian terlebih dahulu
Menurut Jay Heizer dan Barry Render(2015, p556) Kebijakan-kebijakan yang
dapat di dasarkan pada analisis ABC mencakup hal-hal di bawah ini:
 Membeli sumber daya yang ditunjukan pada pengembangan pemasok harus
jauh lebih tinggi untuk barang-barang kategori A dibanding dengan barang-
barang kategori C.
 Barang-barang kategori A, yang berlawanan dengan barang-barang kategori
B dan kategori C, harus memiliki pengendalian persediaan fisik yang lebih
ketat; barang-barang tersebut mungkin di tempatkan di bagian yang lebih
aman, dan mungkin keakuratan catatan persediaannya untuk barang-barang
kategori A harus lebih sering diverifikasi.
30

 Meramalkan barang-barang kategori A memerlukan perhatian lebih


dibandingkan barang-barang lainnya.
31

2.7.1 Memilih Metode Yang Tepat

Berdasarkan pendapat-pendapat dari beberapa penerbit buku ditemukan


beberapa cara untuk memilih metode forecasting yang tepat, antara lain:
Menurut pendapat Santoso (2009: 13) dalam bukunya menyebutkan, suatu
proses perubahan yang dapat diketahui dengan cepat akan memberikan hasil forecast
yang mendekati kenyataan, akan tetapi sering kali proses perubahan ini sulit
diketahui. Hasil peramalan yang mendekati kenyataan merupakan ramalan yang
memiliki kesalahan (error) minimal. Hasil ramalan tersebut biasanya memiliki nilai
MAD dan MSE terkecil dan merupakan ramalan yang akurat dan bermanfaat bagi
penyusunan rencana selanjutnya.

Sehingga dapat disimpulkan untuk memilih metode forecast yang tepat perlu
diperhatikan keakuratan hasil forecast disetiap masing-masing metode melalui nilai
MAD yang terkecil, dan biasanya suatu data yang memiliki pola trend naik atau
turun, akan lebih tepat bila menggunakan metode Linear Regression sebagai metode
forecasting.
32

2.8 Kerangka Pemikiran

PT. Trackland
Nusantara

Penjualan Forecasting

ABC Method Inventory Naïve Method


Moving Averages
Weighted Moving
Averages
Exponential Smoothing
Exponentian Smoothing
Implikasi hasil
Optimal inventory with Trend
penelitian Linear Regression

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

Anda mungkin juga menyukai