Anda di halaman 1dari 1

1.

1 Latar Belakang

Monosodium glutamate pertama kali ditemukan pada tahun 1908 oleh Kikunae
Ikede, seorang professor di Universitas Tokyo. Sejak penemuan itu, Jepang memproduksi
asam glutamate melalui ektrasi dari bahan alamiah. Tetapi karena permintaan pasar terus
menolak, tahun 1956 mulai ditemukan cara produsi L-glutamatic acid melalui fermentasi. L-
glutamatic acid inilah inti dari monosodium glutamate, yang berbentuk butiran putih mirip
garam. Sejak tahun 1963, Jepang bersama Korea mempelopori produksi massal monosodium
glutamate yang kemudian berkembang ke seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Setidaknya
sampai tahun 1997 sebelum krisis, setiap tahun produksi monosodium glutamate Indonesia
mencapai 254.900 ton/tahun dengan konsumsi mengalami kenaikan rata-rata sekitar 24,1%
per tahun.

Monosodium glutamate merupakan bagian penting dalam dunia pangan. Hampir


seluruh makanan yang ada menggunakan Monosodium glutamate. Pada makanan olahan
buatan pabrik, dari mie instan sampai dengan makanan cepat saji. Dari keripik kentang
sampai dengan makanan di warung-warung tegal, yang biasa dikonsumsi, terutama pada saat
makan siang. Semuanya mengandung bumbu penyedap atau yang biasa dikenal dengan vetsin
atau MSG. Monosodium glutamate tidak hanya tersedia dalam kemasan tersendiri. Namun
juga tersedia dalam bentuk terlarut yang sudah dicampur ke dalam makanan, sehingga kita
tidak mengetahui makanan tersebut mengandung monosodium glutamate. Monosodium
glutamate sering digunakan saat memasak untuk menyedapkan masakan, karena setelah
diberi sedikit monosodium glutamate, makanan dapat menjadi sedap karena kandungan dari
monosodium glutamate tersebut.

Monosodium Glutamate digunakan secara luas di Indonesia dan digunakan dalam jangaka
waktu yang lama. Penggunaan monosodium glutamate juga cenderung meningkat. Namun,
masih banyak orang yang belum mengetahui bagaimana proses pembuatan monsodium
glutamate dan zat apa yang terkandung didalamnya.

Anda mungkin juga menyukai