Anda di halaman 1dari 7

Nama Kelompok

Isnu Purwono Aji

Taufik Anbiya

Viranda suranta Barus

Moh Fadil solihin

Parsaoran Kristiyanto Siregar

4 Bentuk Model Corporate Social Responsibility

Definisi yang sesahih-sahihnya mengenai Corporate Social Responsibility atau


tanggung jawab sosial perusahaan masih menjadi perdebatan yang seru baik
diantara para praktisi dari berbagai industri, dan juga para akademisi. Seberapa
luas makna dari tanggung jawab sosial masih menjadi topik yang hangat untuk
diperbincangkan. Ada yang membatasi CSR hanya pada aspek program dan
kegiatan yang bersifat donasi atau charity. Ada yang menekankan pada aspek
keberlanjutan dengan penekanan pada tiga aspek yakni sosial, ekonomi dan
lingkungan.

Barangkali 4 model CSR yang dikemukakan oleh Hartman, Des Jardins, dan
Macdonald, dalam buku Business Ethics, Decision making for Personal Integrity &
Social Responsibility Third Edition bisa membantu memilah seperti apa
implementasi CSR itu. Apa saja 4 bentuk atau model CSR?

1. Economic View of CSR

Economic View of CSR memandang tanggung jawab sosial sebuah perusahaan


sesuai dengan apa yang menjadi tanggung jawab perusahaan tersebut, misalnya
menghasilkan produk dan layanan yang memberikan manfaat kepada masyarakat
luas dan juga segala hal yang berhubungan dengan tindakan dari sebuah
perusahaan, seperti apakah dalam menghasilkan produknya, sebuah perusahaan
telah melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Tanggung jawab tersebut terdiri
dari 3 tingkatan, yakni apakah perusahaan tidak menimbulkan kerusakan, apakah
perusahaan telah melakukan segala daya upaya untuk mencegah timbulnya
kerusakan dan yang paling terakhir adalah apakah perusahaan selalu konsisten
untuk melakukan kebaikan dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.

2. Philantropic Model of CSR

Filantropi dapat diartikan sebagai perwujudan dari rasa kasih sayang kepada
sesama manusia yang berwujud sumbangan dalam bentuk uang, barang, atau karya
lainnya bagi orang yang membutuhkan atau untuk tujuan-tujuan sosial lainnya.
Filantropi dan program tanggung jawab perusahaan (CSR) memiliki spirit yang
sama, yaitu memberikan empati kepada orang lain atas nama kemanusiaan. Dari
sudut pandang ini, perusahaan tidak memiliki kewajiban untuk bekontribusi pada
hal sosial tetapi menjadi hal yang baik jika dilakukan dan sesuatu yang dapat kita
dorong.

Dengan model philanthropy dapat membangun pencitraan yang baik bagi


perusaahan, pengurangan pajak, membangun hubungan dan reputasi yang baik
dengan masyarakat dan komunitas setempat. Seperti banyak perusahaan yang
mensponsori kegiatan seni, museum, teater, atau acara sekolahan dengan harapan
akan diberikan manfaat publikasi. Walaupun beberapa perusahaan juga masih
berkontribusi dengan maksud sosial tanpa manfaat reputasi. Dalam situasi ini
dimana terdapat bisnis support pada hal sosial untuk tujuan menerima manfaat
bisnis tidak berbeda dengan pandangan ekonomi adalah investasi bukan kontribusi.

3. Social Web Model of CSR

Social Web Model of CSR ini mempunyai pendapat bahwa perusahaan dalam
menjalankan bisnis mempunyai hubungan keterkaitan sebagai masyarakat, dimana
perusahaan harus menjalankan tugas etika yang bersifat normatif dan memenuhi
kewajiban yang harus dipenuhi.

Perusahaan tidak hanya berkonsentrasi pada pertanggungjawaban terhadap bisinis


yang dijalankan dan kewajiban akan tetapi model CSR ini memandang bahwa
perusahaan juga mempunyai tanggung jawab terhadap karyawan yakni
memberikan hak karyawan walaupun tidak terikat dengan hukum seperti hak
karyawan mempunyai keselamatan dan kesehatan kerja, hak karyawan untuk
privasi dan proses pekerjaan karyawan. Tambahan tanggung jawab social lainnya
seperti memberikan produk yang aman, mempromosikan barang atau jasa yang
sifatnya tidak manipulatif atau ada unsur kebohongan.

Salah satu contoh praktek social web model adalah Teori Stakeholder, teori ini
menjelaskan bahwa perusahaan bukan hanya sekedar entitas semata yang hanya
melakukan kepentingan perusahaan sendiri akan tetapi memberikan nilai-nilai
maupun manfaat kepada stakeholdernya seperti : pemegang saham, karyawan,
konsumen, supplier, pemerintah dan lain-lain. Maksud dari tujuan stakeholder
adalah meningkatkan nilai-nilai perusahaan dari suatu yang telah dilakukan oleh
perusahaan.

4. Integrative Model of CSR

Setiap perusahaan membuat kontribusi yang signifikan kepada masyarakat. Pada


tingkat yang paling dasar, bisnis menawarkan barang dan jasa yang orang
inginkan. Dalam prosesnya, bisnis menyediakan modal, pekerjaan, keterampilan,
ide, dan pajak. Tapi banyak perusahaan tidak menekankan kontribusi itu. Secara
internal, hanya fokus pada apa yang bisa didapatkan dari masyarakat: input yang
lebih murah, harga yang lebih tinggi, dan regulasi yang ramah. Secara eksternal,
mereka mempromosikan CSR mengenai kontribusi kecil yang telah disumbangkan,
sebagai contoh sembako yang mereka salurkan atau taman yang telah mereka
bangun – mengabaikan kontribusi besar yang dibuat oleh bisnis sehari-hari.

Integerative model of CSR memperluas wawasan bahwa perusahaan yang berbasis


profit dapat juga memiliki tujuan sosial sebagai pusat dari misi strategis
perusahaan. Dalam dua bidang khususnya, social entrepeneruship dan
sustainability, Perusahaan mengintegrasikan antara profit dan tanggungjawab
sosial. Dikarenakan perusahaan ini membawa tujuan sosial sebagai core business
model, terintegrasi sepenuhnya antara tujuan ekonomi dan sosial, maka perusahaan
ini dapat disebut dengan integerative model of CSR.

Dalam pandangan ini berpendapat bahwa bisnis bergantung oleh society untuk
keberlangsungan dan pertumbuhan bahkan eksistensi perusahaan tersebut
sendirinya. Tuntutan sosial dianggap sebagai cara di mana masyarakat berinteraksi
dengan bisnis dan memberikan legitimasi dan prestise tertentu. Manajemen
perusahaan harus mempertimbangkan tuntutan sosial, dan mengintegrasikan
mereka sedemikian rupa bahwa bisnis beroperasi sesuai dengan nilai sosial.

Alur Alur Membuat Program Csr

Program CSR adalah salah satu program yang dapat meningkatkan hubungan baik
antara perusahaan dengan lingkungan sekitarnya. Mengikuti prinsip ekonomi,
keterbatasan sumber daya yang dimiliki harus dimobilisasi dengan program CSR
untuk semaksimal mungkin memberikan manfaat kepada masyarakat yang pada
akhirnya juga manfaat kepada perusahaan itu sendiri. Program CSR dengan
demikian perlu disiapkan dalam skala prioritas.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun skala prioritas
dalam kegiatan CSR bagi perusahaan-perusahaan:
A. Pengukuran atau penilaian kondisi masyakarat dan alam di lingkungan operasi
perusahaan. Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan masyarakat terkait.
B. Mengidentifikasi kebutuhan perbaikan pada kondisi masyarakat dalam hal
kesehatan, pendidikan, ekonomi, risiko bencana dan infrastruktur.
C. Mengidentifikasi kebutuhan perbaikan atau perawatan kondisi alam mencakup,
hutan, sungai, tanah dll.
D. Mengukur dan menetapkan jumlah dana, alat maupun tenaga kerja yang dapat
dialokasikan untuk program CSR dari waktu ke waktu.
E. Secara partisipatoris dengan masyarakat menetapkan prioritas program
perbaikan yang diharapkan.
F. Merancang alternatif kegiatan untuk berbagai program CSR dengan target
perbaikan yang terukur dari waktu ke waktu. Kegiatan ini memperhatikan
sumber daya yang tersedia dan berkoordinasi dengan lembaga pemerintah
terkait.
G. Melakukan koordinasi dengan Assosiasi atau Dinas Terkait untuk mendapatkan
evaluasi dan panduan pelaksanaan program CSR.
H. Secara rutin mengikuti jaringan komunikasi berkaitan dengan kegiatan CSR
untuk memastikan setiap aktivitas CSR sudah mengikuti metode terbaik dan
menghindari kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi di masa sebelumnya.
Jaringan komunikasi ini dimotori oleh Assosiasi atau Dinas terkait dan
melibatkan semua penanggung jawab CSR setiap perusahaan anggota dan juga
melibatkan tenaga-tenaga ahli terkait.
I Mengeluarkan keputusan rencana program CSR dalam jangka satu sampai
dengan tiga tahun ke depan yang dibuat dan disetujui oleh Manajemen
perusahaan yang bersangkutan.
Management Strategi Program Csr

A. Memastikan komitmen dimulai dari jenjang teratas yaitu Dewan


Komisaris dan Direksi serta memastikan bahwa penerapan tata kelola
perusahaan telah terlaksana dengan baik didalam operasi bisnis inti.

Implementasi Corporate Social Responsibility perusahaan harus sesuai dengan


visi dan misi perusahaan serta mendapatkan dukungan dari Dewan Komisaris
dan Direksi. Dengan dukungan yang kuat dari manajemen, implementasi CSR
menjadi lebih baik, lebih terarah. Hal ini penting guna mendapatkan kejelasan
arah dan fokus pada sektor apa CSR apa yang akan diimplementasikan oleh
perusahaan.

B. Memprakarsai diskusi kelompok antar para pemangku kepentingan.

Perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnis dan operasionalnya sering kali


bersinggungan dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) yang tentu
saja memiliki kepentingan yang juga berbeda-beda. Semua kelompok dan
pribadi-pribadi yang memiliki keterkaitan dengan perusahaan dapat
memberikan masukan kepada perusahaan dalam merumuskan program
Corporate Social Responsibility.

C. Stategi dasar CSR harus ditetapkan di tingkat eksekutif dan anak


perusahaan dapat mengangkat strategi tersebut sesuai dengan lingkungan
setempat.

Agar implementasi Corporate social Responsibility dapat berjalan selaras


antara holding dan anak perusahaan (bagi grup korporasi), perlu dirumuskan
strategi CSR yang holistik. Karenanya strategi Corporate Social Responsibility
harus dirumuskan pada jajaran eksekutif. Cara termudah lainnya, setiap anak
perusahaan dapat mengadopsi strategi CSR dari perusahaan induk. Tidak
hanya serta-merta langsung mengadopsi, tetapi juga harus menyesuaikan
dengan sektor industri yang digeluti oleh anak perusahaan itu dan
menyesuaikan dengan lingkungan setempat.
D. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam program
pengembangan pasar dan pembentukan citra masyarakat dan dalam
pengembangan rantai nilai.

Program Corporate Social Responsibility juga perlu mencermati kondisi riil


yang terjadi di dalam masyarakat. Pelibatan dan memberdayakan masyarakat
juga dapat didorong untuk merumuskan strategi CSR seperti dalam bentuk
Community Development Program. Hal ini dapat mendorong pengembangan
pasar, dan meningkatkan citra positif perusahaan dimasyarakat dan juga dapat
mengembangakan added value chain dari sebuah perusahaan.

E. Untuk program CSR seperti program lingkungan atau yang memberikan


manfaat tidak langsung dianjurkan agar perusahaan membentuk unit
CSR yang terpisah dari bagian operasi di perusahaan

Membentuk unit CSR yang terpisah merupakan pilihan dari perusahaan masing-
masing sesuai dengan besaran arah dan fokus CSR, luasnya skala, wilayah dan
pendanaan dari program CSR yang direncanakan. Hal ini tergantung dari
kebijakan masing-masing.

F. Menetapkan program pembangunan masyarakat dan peningkatan


kompetensi sumber daya manusia yang mendukung pendidikan dasar dan
kejuruan, keamanan lingkungan, kesejahteraan masyarakat, kesehatan
dan keamanan masyarakat

Secara berkesinambungan mengawasi dan menilai pelaksanaan program,


belajar dari kesalahan maupun dari kesuksesan agar dapat terus maju,
menerbitkan laporan keberlanjutan dengan standar Global Reporting
Initiatives.

G. Secara berkala program Corporate Social Responsibility harus dievaluasi


secara berkala untuk memastikan kesesuaian eksekusi program dengan
apa yang telah direncanakan.

Program CSR dapat juga dirumuskan dengan menggunakan rujukan dari


Global Reporting Initiatives agar proses perencanaan program CSR,
implementasi dan eksekusi dan evaluasi serta pelaporan kegiatan CSR dapat
berjalan dengan selaras.
H. Pelaporan kegiatan CSR yang efektif harus dipaparkan dengan jelas di
media untuk mendorong lembaga dan perusahaan lain ikut serta
melakukannya.

Sebagai bentuk keterbukaan informasi terhadap program CSR, perusahaan


selain menerbitkan Laporan Keberlanjutan, juga dapat mempublikasikannya
secara jelas di berbagai media.

Anda mungkin juga menyukai