Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar belakang
Dermatitis sereboik adalah kelainan kulit papuloskuamosa. Dengan
predileksi di daerah kaya kelenjar sebasea, skalp, wajah, dan badan.
Dermatitis ini dikaitkan dengan malasesia, terjadi gangguan imunologis
meliputi kelembaban lingkungan, perubahan cuaca ataupun trauma, dengan
penyebaran lesi dimulai dari derajat ringan, misalnya ketombe sampai dengan
bentuk eritoderma.1
Prevalensi dermatitis sereboik secara umum berkisar 3-5% pada
populasi umum. Lesi ditemui pada kelompok remaja dengan ketombe sebagai
bentuk yang lebih sering dijumpai. Pada kelompok HIV, angka kejadian
dermatitis sereboik lebih tinggi dari pada umum. Selama 36% pasien HIV
mengalami dermatitis sereboik, umumnya diawali saaat usia pubertas, dan
memuncak pada usia 40 tahun. Dalam usia lanjut dapat dijumpai yang ringan,
sedangkan pada bayi dapat terlihat lesi berupa kerak kulit kepala (cradle cup),
jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.1
Dermatitis seboroik mempunyai 2 puncak usia yaitu puncak ke-1 pada
bayi usia 3 bulan dan puncak ke-2 pada usia antara decade ke-4 sampai ke-7.
Pada dewasa penyakit ini lebih sering dibandingkan psoriasis, misalnya di
Amerika Serikat mencapai 3-5% populasi. Pria lebih banyak terkena daripada
wanita. Tidak ada predileksi rasial. Dermatitis seboroik terdapat 85% pasien
HIV-AIDS.2
Laporan kasus ini dibuat sebagai tugas dan bahan pembelajaran pada
stase kulit kelamin di Rumah Sakit Daerah Palembang Bari, sebab menurut
Konsil Kedokteran Indonesia (2012), dermatitis seboroik adalah kasus dengan
tingkat kemampuan 4A, yaitu lulusan dokter dapat mendiagnosis klinis dan
melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.3

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DERMATITIS SEBOROIK


2.1.1. DEFINISI
Dermatitis sereboik adalah kelainan kulit papuloskuamosa. Dengan
predileksi di daerah kaya kelenjar sebasea, skalp, wajah, dan badan. Dermatitis
ini dikaitkan dengan malasesia, terjadi gangguan imunologis meliputi
kelembaban lingkungan, perubahan cuaca ataupun trauma, dengan penyebaran
lesi dimulai dari derajat ringan, misalnya ketombe sampai dengan bentuk
eriroderma.1

2.1.2. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi dermatitis sereboik secara umum berkisar 3-5% pada populasi
umum. Lesi ditemui pada kelompok remaja dengan ketombe sebagai bentuk
yang lebih sering dijumpai. Pada kelompok HIV, angka kejadian dermatitis
sereboik lebih tinggi dari pada umum. Selama 36% pasien HIV mengalami
dermatitis sereboik, umumnya diawali saaat usia pubertas, dan memuncak pada
usia 40 tahun. Dalam usia lanjut dapat dijumpai yang ringan, sedangkan pada
bayi dapat terlihat lesi berupa kerak kulit kepala (cradle cup), jenis kelamin
laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.1

2.1.3. ETIOPATOLOGI
Peranan kelenjar sebasea dalam patogenesis dermatitis sereboik masih
diperdebatkan, sebab pada remaja dengan kulit berminyak yang mengalami
dermatitis sereboik, menunjukan sekresi kelenjar sebum yang normal pada laki-
laki dan menurun pada perempuan. Dengan demikian penyakit ini lebih tepat
disebut sebagai dermatitis didaerah sebasea. Namun demikian, patogenesis
dermatitis sereboik dapat diuraikan sebagai berikut : dermatitis sereboik dapat

2
merupakan tanda awal infeksi HIV. Dermatitis sereboik banyak ditemukan
pada pasien HIV/AIDS, transplantasiorgan, malignansi, pankreatitis alkoholik
kronik, hepatitis C juga pasien parkinson. Terapi levadova kadang memprbaiki
dermatitis ini. Kelainan ini juga sering dijumpai pada pasien dengan gangguan
paralisis saraf.1
Meningkatnya lapisan sebum pada kulit, kualitas sebum, respon
imunologis terhadap pytirosporum, degenerasi sebum dapat mengiritasi kulit
sehingga terjadi mekanisme eksema. Jumlah ragi genus malassezia meningkat
dalam epidermis yang terkelupas. Pada ketombe ataupun dermatitis sereboik.
Diduga hal ini terjadi akibat lingkungan yang mendukung. Telah banyak bukti
yang mengaitkan dermatitis sereboik dengan Malassezia. Pasien dengan
ketombe menunjukan peningkatan titer antibodi terhadap malassezia serta
mengalami perubahan imunitas seluler. Kelenjar sebasea aktif saat bayi
dilahirkan. Namun dengan menurunnya androgen ibu, kelenjar ini menjadi
tidak aktif selama 9-12 tahun. 1

2.1.4. GAMBARAN KLINIS


Lokasi yang terkena sering kali didaerah kulit kepala berambut : wajah,
alis, lipat nasolabial, side burn, telinga, dan liang telinga bagian atas- tengah
dada dan punggung., lipat glutes, inguinal, genital, ketiak. Sangat jarang
menjadi luas. 1
Biasanya kulit penderita tampak berminyak, dengan kuman pityrosporum
ovale yang hidup komersal di kulit berkembang lebih subur. Pada kepala
tampak eritema dan skuama halus sampai kasar (kotombe). Kulit tampak
berminyak dan menghasilkan skuama yang putih berminyak pula. Penderita
akan mengeluh rasa gatal yang hebat.4
Dapat ditemukan skuama kuning berminyak eksematosa ringan,
kadangkala disertai rasa gatal dan menyengat. Ketombe merupakan tada awal
dermatitis seboroik. Dapat dijumpai kemerahan perifolikular yang pada tahap
lanjut menjadi plak eritematosa yang berkonfluensi, bahkan dapat membentuk

3
rangkaian plak disepanjang batas rambut frontal dan disebut sebagai korona
seboroika.1
Pada fase kronis dapat dijumpai kerontokan rambut. Lesi dapat di jumpai
juga pada daerah retroaurikuler bila terjadi di liang telinga, lesi blefanitis
bentuk varian tubuh dapat dijumpai pitiriasiform (mirip pitiriasis rosea) atau
anular. Pada keadaan parah dermatitis seboroboik dapat berkembang menjadi
eritroderma. Obat-obat yang memicu dermatitis seboroik antara lain: buspiron,
klopromazinn, simetidin, etionamid, flurourasil,gold, griseovulvin, haloperidor,
interferon alfa, litium, metoksalen, metildopa, fenotiazine, prosalen. 1

Gambar 2.1. Dermatitis Seboroik

2.1.5. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan morfologi khas lesi eksema dengan
skuama kuning berminyak di area predileksi. Pada kasus yang sulit perlu
pemeriksaan histopatologi. 1

2.1.6. DIAGNOSIS BANDING


1. Psoriasis Vulgaris
- Epidemiologi
Insiden pada pria agak lebih banyak dari pada wanita,
psoriasis terdapat pada semua usia, tetapi umunya pada orang
dewasa.1

4
- Predileksi
Lokasi penyakit ini yaitu di daerah scalp, berbatasan
didaerah tersebut dengan muka ekstremitas bagian ekstensor
terutama siku serta lutut dan daerah lumbosakral.2
- Gambaran klinis
Kelainan kulit terdiri dari atas bercak-bercak eritema yang
meninggi (Plak) dengan skuama diatasnya. Eritema sirkumskrip
dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema yang
ditengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama
berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta
transparan. Keluhan gatal sering terjadi, terutama psoriasis di
scalp dan psoriasis anogenital.2
- Efloresensi
Bercak-bercak eritema yang meninggi (Plak) dengan
skuama diatasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada
stadium penyembuhan sering eritema yang ditengah menghilang
dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan
berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan
bervariasi : lentikular, nummular atau plakat, dapat berkonfluensi.2

2. Dermatitis Atopik
- Epidemiologi
Insiden dermatitis atopik berdasarkan umur dibagi menjadi
tiga yaitu : bentuk bayi (2 bulan - 2 tahun), Bentuk anak (3 - 10
tahun), dan bentuk dewasa (13 – 30 tahun). Lebih banyak pada
wanita.4
- Etiologi
Timbulnya inflamasi dan rasa gatal pada dermatitis atopik
merupakan hasil interaksi berbagai faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah faktor predisposisi genetik (melibatkan

5
banyak gen) yang menghasilkan disfungsi sawar kulit serta
perubahan pada sistem imun, khususnya hipersensitivitas terhadap
berbagai allergen dan antigen mikroba. Faktor psikologis dapat
merupakan penyebab atau sebagai dampak dermatitis atopik.1
- Predileksi
 Pada bayi tempat predileksi utama diwajah diikuti kedua pipi dan
tersebar simetris. Lesi dapat meluas kedahi, kulit kepala, telinga,
leher, pergelangan tangan, dan tungkai terutama di bagian volar
dan fleksor.
 Pada anak tempat predileksi lebih sering di fosa kubiti dan
poplitea, fleksor pergelangan tangan, kelopak mata dan leher,
dan tersebar simetris
 Pada remaja dan dewasa tempat predileksi mirip dengan fase
anak, dapat meluas mengenai kedua telapak tangan, jari-jari,
pergelangan tangan, bibir, leher bagian anterior, skalp, dan
puting susu.1
- Efloresensi
 Pada bayi : Eritema berbatas tegas, papula/vesikel miliar disertai
erosi dan eksudasi serta kusta
 Pada anak : papula-papula miliar, likenifikasi, tak eksudatif
 Pada dewasa : biasanya hiperpigmentasi, kering dan likenifikasi.4
- Gambaran Klinis
Diagnosis dermatitis atopik dapat ditegakkan secara klinis dengan
gejala utama gatal, penyebaran simetris di temapat predileksi
(sesusai usia), terdapat dermatitis yang kronik dan residif, riwayat
atopi pada pasien atau keluarganya.1

6
2.1.7. TATALAKSANA
Pengobatan tidak menyembuhkan secara permanen sehingga terapi
dilakukan secara berulang saat gejala timbul. Tatalaksana yang dilakukan
antara lain:
1. Sampo yang mengandung obat anti malassezia, misalnya: salenium
sulfida, zinc pirithione, ketokonazol, berbagai shampoo yang
mengandung ter dan solosio terbinafine 1%.
2. Untuk menghilangkan skuama tebal dan mengurangi jumlah sebum pada
kulit dapat dengan mencuci wajah berulang dengan sabun lunak.
Pertumbuhan jamur dapat dikurangi dengan imidazol krim dan
turunannya, bahan antimikotik di daerah lipatan bila ada gejala.
3. Skuama dapat diperlunak denga krim yang mengandung asam salisilat
atau sulfur.
4. Pengobatan simtomatik dengan kortikosteroid topikal potensi sedang,
imunosupresan topikal (takrolimus dan pimekrolimus) terutama pada
daerah wajah sebagai pengganti kortikosteroid topikal.
5. Metronidazole topikal, siklopiroksilamin, talkasitol, benzoil peroksida
dan salep litium sukinat 5%.
6. Pada kasus yang tidak membaik dengan terapi konvensional dapat
digunakan terapi UVB atau pemberian itrakonazole 100mg/hari peroral
selama 21 hari.
7. Bila tidak membaik juga modalitas terapi, pada dermatitis sereboik yang
luas dapat diberikan prednisolon 30mg/hari untuk respons cepat. 1

2.1.8. PROGNOSIS
Baik, jika faktor-faktor pencetus dapat di hilangkan.4

7
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien


Nama : Tn. S
Tempat tanggal lahir : Jejawi, 6 April 1986 (32 tahun)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat : Desa Lingkis Jejawi. Kab Ogan Komering Ilir.
Sumatera selatan
Pekerjaan : Buruh kapal
Tanggal Pemeriksaan : 10 September 2018

3.2. Anamnesis
Autoanamnesis (10 September 2018 pukul 11.00 WIB)
3.2.1. Keluhan Utama
Timbul bintil kemerahan pada leher belakang sejak ± 1 minggu yang
lalu.
3.2.2. Keluhan Tambahan
Gatal terutama saat berkeringat
3.2.3. Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 1 minggu yang lalu pasien mengeluh timbul bintil
kemerahan pada leher belakang sebesar jarum pentol berjumlah > 5
sekitar kulit kepala yang terasa gatal disertai bercak kuning berminyak,
halus tidak kasar, tidak tebal dan tidak berlapis-lapis, serta mudah lepas
saat digaruk. Bintil padat tidak terdapat cairan, juga tidak terdapat darah
dan nanah. Pasien mengeluh gatal semakin terasa saat berkeringat tetapi

8
tidur tidak terganggu. Pasien sering menggaruk-garuk daerah tersebut
saat gatal.
Pasien juga merasa keluhan yang sama di tangan kanan, awalnya
timbul bintil kemerahan disertai sisik kuning berminyak sebesar jarum
pentol berjumlah ± 2 dan terasa gatal. Pasien mengaku tidak muncul
bintil disertai bercak bersisik berwarna kuning pada daerah lain. Pasien
tidak melakukan pengobatan apapun karena tidak terlalu mengganggu
sehingga bintil kemerahan semakin membesar seukuran biji jagung dan
menyebar ke leher.
± 4 hari yang lalu pasien mengeluh bintil tersebut menyebar dan
semakin banyak. Serta terjadi penebalan kulit pada daerah yang sering
digarut. Pasien membeli obat salep untuk mengurangi keluhannya yang
dibelinya sendiri di apotik yang dioleskan 3 kali sehari pada daerah yang
mengalami keluhan. Gatal berkurang namun kemerahan belum hilang.
Pasien mengatakan bahwa keluhan ini tidak pernah dirasakan
sebelumnya dan baru pertama kali terjadi. Keluarganya tidak ada yang
mengalami keluhan serupa. Pasien mengaku bintil disertai sisik kuning
tersebut tidak dipengaruhi oleh cuaca seperti dingin ataupun panas.
Pasien menyangkal adanya kulit kering maupun kulit bersisik. Pasien
menyangkal adanya riwayat alergi seperti asma, alergi makanan, alergi
terhadap cuaca, dll pada dirinya serta riwayat alergi pada keluarga.
Pasien bekerja sebagai buruh angkut di kapal, pasien mengaku kulit nya
sering berkeringat dan berminyak saat bekerja. Pasien mengaku kulit
kepalanya sering berketombe, rambut rontok disangkal. Sehari-hari
pasien selalu mandi 2 kali sehari dan berkeramas ± 2 kali dalam 1
minggu, pasien mengatakan sering bergonta-ganti sampo saat keramas.
Pasien mengaku sering mengkonsumsi makan-makanan yang berlemak
seperti gorengan, nasi padang dll. Pasien menyangkal adanya merokok
dan mium alkohol. Pasien mengaku tidak ada riwayat penyakit

9
sebelumnya seperti penyakit DM, TB dll. Riwayat konsumsi obat-
obatan sebelumnya disangkal.
Pada tanggal 10 September 2018, pasien datang berobat ke
poliklinik kulit dan kelamin RSUD Palembang BARI untuk berobat
karena pasien merasa keluhan bintil disertai bercak kuning berminyak
seperti sisik tersebut semakin banyak.

3.2.4. Riwayat Penyakit Dahulu


1. Riwayat keluhan yang sama sebelumnya tidak ada.
2. Riwayat alergi disangkal.

3.2.5. Riwayat Penyakit Keluarga


1. Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan pada kulit
yang sama seperti penderita.
2. Riwayat alergi dalam keluarga disangkal.

3.3. Pemeriksaan Fisik


3.3.1. Status Generalis
Keadaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Berat Badan : 75 kg
Nadi : 80 x/menit, regular.
Suhu : 36,7 °C
Pernapasan : 21 x/menit
Keadaan Spesifik
Kepala : Tidak ada kelainan
Leher : Lihat status dermatologikus
Thoraks : Tidak ada kelainan
Thoraks posterior : Tidak ada kelainan

10
Abdomen : Tidak ada kelainan
Genitalia : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Lihat status dermatologikus

3.3.2. Status Dermatologikus

Plak eritema

Skuama halus
berwarna
kuning
berminyak

Likenifikasi

Gambar 1 dan 2. Regio coli posterior

11
 Pada regio coli posterior terdapat plak eritema multipel, bentuk irreguler
dengan ukuran 0,2-3 cm x 1-4 cm diskret sebagian konfluens disertai skuama
halus berwarna kuning dan likenifikasi.

Papul eritema

Gambar 3. Regio coli posterior

 Pada regio brachii dextra terdapat papul eritema multipel dengan ukuran diameter
0,5 - 1,5 cm diskret sebagian konfluens disertai skuama halus berwarna kuning.

3.4 Pemeriksaan Penunjang


 Uji fenomena tetesan lilin
 Uji fenomena kobner
 Tes auspitz
 Pemeriksaan histopatologi

3.5 Diagnosa Banding


1. Dermatitis seboroik
2. Psoriasis vulgaris
3. Dermatitis atopik

12
3.6 Diagnosis Kerja
Dermatitis seboroik

3.7 Penatalaksanaan
Non Farmakologi
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit serta kemungkinan
penyebab penyakit ini.
2. Menganjurkan kepada pasien untuk jangan menggaruk lesi agar tidak
terjadi infeksi.
Farmakologi
1. Pemberian topikal
a. Ketokonazol 1% shampoo sebanyak satu kali sehari selama 2 minggu
b. Betametasone Valerate 0,01% dioleskan pada lesi 2 kali sehari selama
2 minggu
2. Pemberian sistemik
a. Cetirizine tab 10 mg 1x sehari
Resep
R/Ketokonazole 1% shampo fls No.1
S.1.d.d.ue
R/Betametasone valerate 0,01% cream tube 10 g No VIII
S.1.d.d.2.ue.applic part.dol
R/ Cetirizine tab 10 mg No X
S.1.d.d.tab 1 p.r.n

3.8 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad cosmetica : bonam

13
BAB IV
ANALISA KASUS

Pada kasus diketahui bahwa pasien Tn. S berjenis kelamin laki-laki berusia
32 tahun dengan keluhan timbul bintil kemerahan pada leher belakang sejak ± 1
minggu yang lalu. Berdasarkan teori dermatitis seboroik umumnya diawali saat usia
pubertas, dan memuncak pada usia 40 tahun. Dalam usia lanjut dapat dijumpai yang
ringan, sedangkan pada bayi dapat terlihat lesi berupa kerak kulit kepala (cradle cup),
jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.1
Dari anamnesis pasien mengeluh timbul bintil kemerahan pada leher belakang
dan tangan kanan sebesar jarum pentol yang terasa gatal disertai bercak kuning halus
berminyak, tidak kasar, tidak tebal dan tidak berlapis-lapis, serta mudah lepas saat
digaruk. Bintil padat tidak terdapat cairan, juga tidak terdapat darah dan nanah.
Berdasarkan teori biasanya kulit penderita dermatitis seboroik tampak berminyak,
dengan kuman pityrosporum ovale yang hidup komersal di kulit berkembang lebih
subur. Kepala tampak eritema dan skuama halus sampai kasar (kotombe). Penderita
akan mengeluh rasa gatal.4
Pasien mengaku tidak muncul bintil disertai bercak bersisik berwarna kuning
pada daerah lain. Berdasarkan teori, lesi pada dermatitis seboroik jarang menjadi luas
dan sering didaerah kulit kepala berambut.1 Pasien mengatakan bahwa keluhan ini
tidak pernah dirasakan sebelumnya dan baru pertama kali terjadi. Keluarganya tidak
ada yang mengalami keluhan serupa. Berdasarkan teori, faktor genetik pada
dermatitis seboroik tidak berpengaruh tetapi cenderung meningkat pada orang-orang
yang stres emosional.4
Pasien bekerja sebagai buruh angkut di kapal, pasien mengaku kulit nya sering
berkeringat dan berminyak saat bekerja. Pasien mengaku kulit kepalanya sering
berketombe. Pasien mengaku sering mengkonsumsi makan-makanan yang berlemak.
Berdasarkan teori dermatitis seboroik mengenai bayi dan dewasa, biasanya
berhubungan dengan meningkatnya produksi sebum (seborrhea) dikepala, wajah dan

14
badan yang kaya kelenjar sebasea.2 Dermatitis seboroik lebih sering pada orang-orang
yang banyak memakan makanan berlemak dan minum alkohol.4
Keluhan timbul hanya pada leher belakang disekitar kulit kepala dan tangan
kanan. Hal diatas sesuai teori yaitu lokasi yang sering terkena pada dermatitis
seboroik yaitu di daerah kulit kepala berambut : wajah, alis, lipat nasolabial, side
burn, telinga, dan liang telinga bagian atas-tengah dada dan punggung., lipat glutes,
inguinal, genital, ketiak. Sangat jarang menjadi luas.1
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada regio coli posterior terdapat plak
eritema multipel, bentuk irreguler dengan ukuran 0,2-3 cm x 1-4 cm diskret sebagian
konfluens disertai skuama halus berwarna kuning dan likenifikasi. Dan pada regio
brachii dextra terdapat papul eritema multipel dengan ukuran diameter 0,5 - 1,5 cm
diskret sebagian konfluens disertai skuama halus berwarna kuning. Hal ini sesuai
dengan teori dimana pada dermatitis seboroik dapat ditemukan makula eritematosa
yang diutupi oleh papula-papula milliar dengan skuama halus berminyak berbatas tak
tegas. Kadang-kadang ditemukan erosi dengan krusta yang sudah mengering
berwarna kekuningan.4 Dapat dijumpai kemerahan perifolikular yang pada tahap
lanjut menjadi plak eritematosa yang berkonfluensi, bahkan dapat membentuk
rangkaian plak disepanjang batas rambut frontal dan disebut sebagai korona
seboroika.1

Tabel 4.1 Perbandingan tinjauan pustaka dermatitis seboroik dengan kasus


Kasus Dermatitis Seboroik
Epidemiologi  Pasien berjenis kelamin  Jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari
Laki-laki pada perempuan
 Berusia 32 tahun.  Dermatitis seboroik umumnya diawali
saaat usia pubertas, dan memuncak pada
usia 40 tahun.
Anamnesis  Timbul bintil  Kulit penderita dermatitis seboroik
kemerahan pada leher tampak berminyak, dengan kuman
belakang dan tangan pityrosporum ovale yang hidup

15
kanan sebesar jarum komersal di kulit berkembang lebih
pentol yang terasa gatal subur. Pada kepala tampak eritema dan
disertai bercak kuning skuama halus sampai kasar (kotombe).
halus berminyak. Penderita akan mengeluh rasa gatal.

 Pasien mengaku tidak  Lesi pada dermatitis seboroik jarang


muncul bintil disertai menjadi luas dan sering disaerah kulit
bercak bersisik kepala berambut
berwarna kuning pada
 Faktor genetik pada dermatitis seboroik
daerah lain
tidak berpengaruh tetapi cenderung
 Keluhan ini tidak meningkat pada orang-orang yang stres
pernah dirasakan emosional
sebelumnya dan baru
 Dermatitis seboroik mengenai bayi dan
pertama kali terjadi.
dewasa, biasanya berhubungan dengan
Keluarganya tidak ada
meningkatnya produksi sebum
yang mengalami
(seborrhea) dikepala, wajah dan badan
keluhan serupa
yang kaya kelenjar sebasea. Dermatitis
 Pasien bekerja sebagai seboroik lebih sering pada orang-orang
buruh angkut di kapal, yang banyak memakan makanan
pasien mengaku kulit berlemak dan minum alkohol
nya sering berkeringat
dan berminyak saat
bekerja. Pasien
mengaku kulit
kepalanya sering
berketombe, sering
mengkonsumsi
makanan yang
berlemak

16
Predileksi Keluhan timbul hanya lokasi yang sering terkena pada dermatitis
pada leher belakang seboroik yaitu di daerah kulit kepala
disekitar kulit kepala dan berambut : wajah, alis, lipat nasolabial,
tangan kanan side burn, telinga, dan liang telinga bagian
atas-tengah dada dan punggung., lipat
glutes, inguinal, genital, ketiak. Sangat
jarang menjadi luas
Efloresensi Pada regio coli posterior  Ditemukan makula eritematosa yang
terdapat plak eritema diutupi oleh papula-papula milliar
multipel, bentuk irreguler dengan skuama halus berminyak
dengan ukuran 0,2-3 cm x berbatas tak tegas, dan skuama halus
1-4 cm diskret sebagian berminyak. Kadang-kadang ditemukan
konfluens disertai skuama erosi dengan krusta yang sudah
halus berwarna kuning mengering berwarna kekuningan
dan likenifikasi. Dan pada  Dapat dijumpai kemerahan perifolikular
regio brachii dextra yang pada tahap lanjut menjadi plak
terdapat papul eritema eritematosa yang berkonfluensi
multipel dengan ukuran
diameter 0,5 - 1,5 cm
diskret sebagian konfluens
disertai skuama halus
berwarna kuning

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut dapat kita pikirkan tiga
diagnosis banding yaitu dermatitis seboroik, psoriasis vulgaris, dan dermatitis atopik.

Diagnosis banding dapat ditinjau dari epidemiologi, gejala klinis, daerah


predileksi dan efloresensinya. Bila ditinjau dari aspek epidemiologi, pada kasus ini
pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 32 tahun. Berdasarkan teori, Dermatitis
seboroik umumnya diawali saaat usia pubertas, dan memuncak pada usia 40 tahun.
Jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.1 Insiden psoriasis pada
pria sama dengan wanita, psoriasis dapat timbul mulai dari usia kapan saja dari bayi

17
sampai dekade 8 kehidupan, namun ada dua puncak timbulnya psoriasis yaitu antara
usia 20-30 tahun dan antara 50-60 tahun.2 Sedangkan pada dermatitis atopik
insidennya dibagi menjadi tiga yaitu : pada bayi (2 bulan - 2 tahun), pada anak (3 - 10
tahun), dan pada dewasa (13 – 30 tahun). Lebih banyak pada wanita.4 Meskipun
sesuai dengan teori, namun hal ini belum dapat menyingkirkan diagnosis banding.

Tabel 4.2. Diagnosis Banding Berdasarkan Epidemiologi


Kasus Dermatitis Psoriasis Dermatitis Atopik
Seboroik Vulgaris
Epidemiologi  Pasien  Jenis kelamin  pria sama  Lebih banyak
berjenis laki-laki lebih dengan pada wanita
kelamin banyak dari wanita,  Insidennya dibagi
Laki-laki pada  Psoriasis dapat menjadi tiga yaitu
 Berusia 32 perempuan timbul mulai : pada bayi (2
tahun.  Umumnya dari usia bulan - 2 tahun),
diawali saaat kapan saja dari pada anak (3 - 10
usia pubertas, bayi sampai tahun), dan pada
dan memuncak dekade 8 dewasa (13 – 30
pada usia 40 kehidupan, tahun).
tahun. namun ada
dua puncak
timbulnya
psoriasis yaitu
antara usia 20-
30 tahun dan
antara 50-60
tahun.

Jika ditinjau dari anamnesis, pada kasus diketahui bahwa awalnya timbul
bintil kemerahan pada leher belakang dan tangan kanan sebesar jarum pentol yang
terasa gatal disertai bercak kuning halus berminyak seperti sisik halus, tidak kasar,

18
tidak tebal dan tidak berlapis-lapis, serta mudah lepas saat digaruk. Bintil padat tidak
terdapat cairan, juga tidak terdapat darah dan nanah. Pasien mengaku tidak muncul
bintil disertai bercak bersisik berwarna kuning pada daerah lain. Pasien mengatakan
bahwa keluhan ini tidak pernah dirasakan sebelumnya dan baru pertama kali terjadi.
Keluarganya tidak ada yang mengalami keluhan serupa. Pasien mengaku bintil
kemerahan disertai sisik kuning tersebut tidak dipengaruhi oleh cuaca seperti dingin
ataupun panas. Pasien menyangkal adanya kulit kering maupun kulit bersisik. Pasien
menyangkal adanya riwayat alergi seperti asma, alergi makanan, alergi terhadap
cuaca, dll pada dirinya serta riwayat alergi pada keluarga. Pasien bekerja sebagai
buruh angkut di kapal, pasien mengaku kulit nya sering berkeringat dan berminyak
saat bekerja. Pasien mengaku kulit kepalanya sering berketombe. Pasien mengaku
sering mengkonsumsi makan-makanan yang berlemak. Pasien menyangkal adanya
merokok dan mium alkohol. Pasien mengaku tidak ada riwayat penyakit sebelumnya
seperti penyakit DM, TB dll. Riwayat konsumsi obat-obatan sebelumnya disangkal.

Berdasarkan teori kulit penderita dermatitis seboroik pada kepala tampak


eritema dan skuama halus sampai kasar (kotombe). Kulit tampak berminyak dan
menghasilkan skuama kuning berminyak. Penderita akan mengeluh rasa gatal yang
hebat. Lesi pada dermatitis seboroik jarang menjadi luas dan sering didaerah kulit
kepala berambut. Faktor genetik pada dermatitis seboroik tidak berpengaruh tetapi
cenderung meningkat pada orang-orang yang stres emosional. Dermatitis seboroik
mengenai bayi dan dewasa, biasanya berhubungan dengan meningkatnya produksi
sebum (seborrhea) dikepala, wajah dan badan yang kaya kelenjar sebasea. Dermatitis
seboroik lebih sering pada orang-orang yang banyak memakan makanan berlemak
dan minum alkohol.4
Pada psoriasis tampak lesi yang khas berupa bercak-bercak eritema berbatas
tegas, ditutupi oleh skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilap. Peranan
autoimunitas dan genetik dapat merupakan penyebab dari psoriasis. Pada psoriasis
perjalanan penyakit dapat akut maupun kronik, psien psoriasis sering relaps dalam
waktu pekanan/bulanan.1,4 Sedangkan pada dermatitis atopik yaitu peradangan kulit

19
berupa dermatitis yang kronis residif, diserati rasa gatal yang hebat. Etiologi
dermatitis atopik merupakan hasil interaksi berbagai faktor internal dan ekternal
berupa perubahan pada siste imun, genetik, dan faktor psikologis. Pada dermatitis
atopik terjadi perubahan kulit menjadi kering dan bersisik.1 Dasar penyakit adalah
faktor herediter yang oleh faktor luar menimbulkan kelainan kulit dimulai dengan
eritema, papula-papula, vesikel sampai erosi dan likenifikasi. Penderita tampak
4
gelisah, gatal dan sakit berat. Berdasarkan teori tersebut, maka diagnosis banding
dermatitis seboroik lebih mendekati dibandingkan psoriasis dan dermatitis atopik.

Tabel 4.3. Diagnosis Banding Berdasarkan Gejala Klinis


Kasus Dermatitis Psoriasis Dermatitis Atopik
Seboroik Vulgaris
Anamnesis  Timbul bintil  Tampak eritema  Tampak lesi  Peradangan kulit
kemerahan dan skuama halus berupa bercak- berupa dermatitis
disertai sampai kasar bercak eritema yang kronis
bercak kuning (kotombe). Kulit berbatas tegas, residif,
halus tampak ditutupi oleh
 rasa gatal yang
berminyak berminyak dan skuama tebal
hebat.
seperti sisik menghasilkan berlapis-lapis
halus, tidak skuama kuning berwarna putih  Etiologi
kasar, tidak berminyak mengkilap. dermatitis atopik
tebal dan disertai rasa merupakan hasil
 Peranan
tidak berlapis- gatal. interaksi berbagai
autoimunitas
lapis faktor internal
 Lesi pada dan genetik
dan ekternal
 keluhan ini dermatitis dapat
berupa perubahan
tidak pernah seboroik jarang merupakan
pada sistem imun,
dirasakan menjadi luas dan penyebab dari
genetik, dan
sebelumnya sering didaerah psoriasis.
faktor psikologis.
dan baru kulit kepala
 Pada psoriasis
pertama kali berambut.  Pada dermatitis
perjalanan
atopik terjadi

20
terjadi  Faktor genetik penyakit dapat perubahan kulit
pada dermatitis akut maupun menjadi kering
 Tidak ada
seboroik tidak kronik, pasien dan bersisik.1
riwayat alergi
berpengaruh. psoriasis sering
 Dasar penyakit
 Tidak ada relaps dalam
 Biasanya adalah faktor
kulit kering waktu pekanan/
berhubungan herediter
dan bersisik bulanan
dengan
 Pasien meningkatnya
mengaku kulit produksi sebum
nya sering (seborrhea)
berkeringat
 Dermatitis
dan
seboroik lebih
berminyak
sering pada
saat bekerja
orang-orang yang
dan sering
banyak memakan
makan-
makanan
makanan
berlemak dan
berlemak
minum alkohol
 Pasien
mengaku
tidak ada
riwayat
penyakit
sebelumnya
seperti
penyakit DM,
TB dll

21
Berdasarkan daerah predileksi, Pada kasus keluhan timbul pada leher
belakang sekitar kulit kepala dan tangan kanan. Berdasarkan teori, daerah predileksi
pada dermatitis seboroik adalah lokasi yang terkena sering kali didaerah kulit kepala
berambut, wajah, alis, lipat nasolabial, side burn, telinga, dan liang telinga bagian
atas- tengah dada dan punggung., lipat glutes, inguinal, genital, ketiak. Sangat jarang
menjadi luas.1 Pada psoriasis vulgaris biasanya terdistribusi pada bagian ekstremitas
ekstensor terutama di siku dan lutut, pada perbatasan rambut kepala, lumbosakral
bawah, gluteal dan genital.2 Sedangkan dermatitis atopik, dapat mengenai kedua
telapak tangan, jari-jari, pergelangan tangan, bibir, leher bagian anterior, skalp, dan
puting susu.1 Oleh karena itu, diagnosis banding dermatitis seboroik lebih mendekati
dibandingkan dua penyakit lainnya.

Tabel 4.4. Diagnosis Banding Berdasarkan Tempat Predileksi


Kasus Dermatitis Psoriasis Dermatitis
Seboroik Vulgaris Atopik
Predileksi Keluhan Lokasi yang Terdistribusi Dapat
timbul pada terkena sering pada bagian mengenai
leher belakang kali didaerah ekstremitas kedua telapak
sekitar kulit kulit kepala ekstensor tangan, jari-
kepala dan berambut, terutama di siku jari,
tangan kanan wajah,alis, lipat dan lutut, pada pergelangan
nasolabial, side perbatasa tangan, bibir,
burn, telinga, rambut kepala, leher bagian
dan liang telinga lumbosakral anterior, skalp,
bagian atas- bawah, gluteal dan puting
tengah dada dan dan genital. susu
punggung., lipat
glutes, inguinal,
genital, ketiak.
Sangat jarang
menjadi luas.

22
Jika ditinjau berdasarkan efloresensinya, pada kasus diketahui bahwa pada
regio coli posterior terdapat plak eritema multipel, bentuk irreguler dengan ukuran
0,2-3 cm x 1-4 cm diskret sebagian konfluens disertai skuama halus berwarna kuning
dan likenifikasi dan pada regio brachii dextra terdapat papul eritema multipel dengan
ukuran diameter 0,5 - 1,5 cm diskret sebagian konfluens disertai skuama halus
berwarna kuning.
Berdasarkan teori, pada dermatitis seboroik dapat ditemukan makula
eritematosa yang diutupi oleh papula-papula milliar dengan skuama halus berminyak
berbatas tak tegas, dan skuama halus berminyak. Kadang-kadang ditemukan erosi
dengan krusta yang sudah mengering berwarna kekuningan.4 Dapat dijumpai
kemerahan perifolikular yang pada tahap lanjut menjadi plak eritematosa yang
berkonfluensi, bahkan dapat membentuk rangkaian plak disepanjang batas rambut
frontal dan disebut sebagai korona seboroika.1
Pada psoriasis tampak makula eritematosa yang besarnya bervariasi dari
milliar sampai numular, berbatas tegas ditutupi oleh skuama kasar berwarna putih
mengkilat. Jika skuama digores dengan benda tajam menunjukkan tanda tetesan lilin.
Jika penggoresan diteruskan maka timbul tanda auspitz dengan bintik-bintik darah.4
Sedangkan, pada dermatitis atopi berupa plak hiperpigmentasi, hiperkeratosis,
likenifikasi, eksoriasi dan skuamasi.1 Oleh karena itu, diagnosis banding dermatitis
seboroik lebih mendekati dibandingkan dua penyakit lainnya

Tabel 4.5. Diagnosis Banding Berdasarkan Efloresensi


Kasus Dermatitis Seboroik Psoriasis Dermatitis
Vulgaris Atopik
Efloresensi Pada regio coli Makula eritematosa Makula eritematosa Plak
posterior terdapat yang diutupi oleh yang besarnya hiperpigmentasi,
plak eritema papula-papula milliar bervariasi dari milliar hiperkeratosis,
multipel, bentuk dengan skuama halus sampai numular, likenifikasi,
irreguler dengan berminyak berbatas berbatas tegas eksoriasi dan
ukuran 0,2-3 cm x tak tegas. Kadang- ditutupi oleh skuama skuamasi

23
1-4 cm diskret kadang ditemukan kasar berwarna putih
sebagian konfluens erosi dengan krusta mengkilat. Jika
disertai skuama yang sudah skuama digores
halus berwarna mengering berwarna dengan benda tajam
kuning dan kekuningan.2 Dapat menunjukkan tanda
likenifikasi dan dijumpai kemerahan tetesan lilin. Jika
pada regio brachii perifolikular yang penggoresan
dextra terdapat pada tahap lanjut diteruskan maka
papul eritema menjadi plak timbul tanda auspitz
multipel dengan eritematosa yang dengan bintik-bintik
ukuran diameter 0,5 berkonfluensi, darah.
- 1,5 cm diskret bahkan dapat
sebagian konfluens membentuk
disertai skuama rangkaian plak
halus berwarna disepanjang batas
kuning. rambut frontal dan
disebut sebagai
korona seboroika

Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan pada kasus ini yaitu pemerikaan


fenomena tetesan lilin, fenomena kobner, dan uji auspitz untuk menyingkirkan
diagnosis banding psoriasis. Pada fenomena tetesan lilin bila lesi tersebut digores
dengan benda berujung agak tajam (ujung kuku, pungggung scalpel, atau pensil)
maka bagian yang bening pada skuama akan tampak lebih putih daripada sekitarnya,
tidak transfaran lagi dan berbentuk linier sesuai dengan goresan. Pada fenomena
kobner bila pada kulit sehat pasien dilakukan goresan atau digaruk berulang-ulang
maka setelah kurang lebih 3 minggu (atau lebih), ditempat goresan/garukan tersebut
akan muncul lesi serupa dengan lesi awal, hal ini disebu fenomena kobner positif.
Sedangkan, pada tes auspitz bila skuama dikerok lembar demi lembar maka satu saat
akan sampai ke bagian papila dermis akan tampak bintik-bintik perdarahan pada
permukaan kulit yang skuamanya terkelupas. Ketiga uji tersebut akan positif pada lesi

24
psoriasiss, bila uji tersebut negatif maka diagnosis banding psoriasis dapat
disingkirkan.
pemeriksaan histopatologi. Gambaran histopatologi dermatitis seboroik
yaitu pada epidermis dapat ditemukan parakeratosis fokal dengan abses munro. Pada
dermis terdapat pelebaran ujung pembuluh darah dipuncak stratum papilaris disertai
sebukan sel-sel neutrofil dan monosit.4 Gambaran histopatologi psoriasis
menunjukkan akantosis, papilomatosis dan hilangnya stratum granulosum, juga
hiperkeratosis, parakeratosis serta abses munro. Pada dermis ditemukan infiltrasi sel-
sel polinuklear, limfosit dan monosit serta pelebaran ujung-ujung pembuluh darah.4
Sedangkan pada dermatitis atopik pemeriksaan penunjang hanya dilakukan bila ada
keraguan klinis. Peningkatan kadar IgE dalam serum juga dapat terjadi pada sekitar
15% orang sehat, demikian pula kadar eosinofil, sehingga tidak patognomonik. Uji
kulit dilakukan bila ada dugaan pasien alergik terhadap debu atau makanan tertentu,
bukan untuk diagnostik karena gambaran histopatologi dari dermatitis atopik tidak
khas.1

Penatalaksaan dalam kasus ini berupa:


1. Non farmakologi
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit serta kemungkinan
penyebab penyakit ini misalnya peningkatan produksi sebum (seborrhea),
memakan makanan berlemak dan minum alkohol. Edukasi diet rendah lemak,
karena penyakit ini berhubungan dengan kerja dari kelenjar minyak.
Menganjurkan kepada pasien untuk jangan menggaruk lesi agar tidak terjadi
infeksi.1

2. Farmakologi
Diberikan obat anti histamin berupa cetirizin tab 10 mg 1 x sehari selama 2
minggu. Antihistamin banyak digunakan pada berbagai penyakit kulit
eksematosa demikian juga pada penyakit alergi karena keluhan pruritusnya.
Antihistamin bekerja secara kompetitif inhibitor terhadap histamin pada reseptor

25
jaringan. Dipilih anihistamin 1 karena merupakan golongan antihistamin yang
terbanyak digunakan, menyusul antihistamin 2, sedangkan antihistamin 3 tidak
digunakan khususnya dalam bidang dermatologi. Penggunaan antihistamin 2
dalam bidang dermatologi dapat digunakan secara kombinasi dengan
antihistamin 1 apabila pengobatan dengan satu jenis antihistamin gagal. Di pilih
antihistamin 1 generasi kedua karena memiliki efek antihistamin yang tinggi,
efek sedasi minimal atau tidak ada karena tidak dapat menembus sawar darah
otak. Antihistamin 1 generasi kedua kerjanya lebih lama dibangingkan
antihistamin 1 generasi satu.1
Di pilih cetirizine karena masa kerja lebih lama dan efek sedasi lebih
minimal. Sedangkan loratadine juga mempunyai efek sedasi dan antikolinergik
minimal akan tetapi kurang efektif dalam menghambat pelepasan histamin. Obat
astemizol dan feksofenadin tidak dipilih karena mulai kerjanya lambat juga dapat
menyebabkan gangguan metabolisme hati walaupun risiko aritmia lebih rendah.5
Diberikan secara oral karena penggunaan antihistamin topikal tidak
dianjurkan karena dapat menimbulkan sensitasi pada kulit. Sediaan cetirizine
yaitu 5 mg dan 10 mg. Diberikan 10 mg karena dosis cetirizine usia 2-6 tahun 5
mg sedangkan usia ≥ 6 tahun diberikan 5-10 mg. Cetirizine diberikan 1 x sehari
karena lama kerja cetirizine yaitu 12-24 jam.1

Diberikan ketokonazol 1% shampo sebanyak satu kali sehari selama 2


minggu. Pemberian shampo menawarkan pilihan yang nyaman untuk mengobati
scaling dan pruritus pada kulit kepala. Produk-produk ini memiliki keunggulan
sebagai kosmetik yang lebih elegan daripada formulasi topikal lainnya, seperti
larutan, salep, dan busa. Sampo secara bersamaan membersihkan rambut dan
kulit kepala dengan mengemulsi sekresi berminyak sambil mengobati penyakit
yang mendasarinya.6
Secara garis besar pemberian shampo untuk mengatasi ketombe dibagi
menjadi tiga yaitu shampo keratolitik (Asam salisilat dan Sulphur), regulator
keratinisasi (Zinc dan Tar), dan agen antimikrobial (Selenium sulfide dan

26
Ketokonazol). Pada kasus di pilih agen antimikrobial karena salah satu penyebab
dari dermatitis seboroik yaitu ragi mallasezia sehingga lebih efektif diberikan
shampo agen antimikrobial. Dipilih ketokonazole daripada selenium sulfide
karena ketoconazole lebih ditoleransi karena efek samping obat yang lebih
sedikit. Minyak yang berlebihan pada kulit kepala adalah efek samping obat yang
signifikan bagi banyak pasien yang secara teratur menggunakan selenium sulfida
untuk mengendalikan ketombe.6
Ketokonazol adalah salah satu anti jamur golongan azole sintetik yang
merupakan turunan imidazole dengan spektrum luas dan efektifitas tinggi yang
bekerja menghambat sintesa ergosterol yaitu komponen yang penting bagi
integritas jamur. Ketokonazol mempunyai efek fungistatik tetapi dapat berefek
fungisidal pada kadar tinggi setelah inkubasi yang lama atau terhadap organisme
yang sangat rentan. 7
Dipilih shampo ketokonazol 1% karena shampo ketokonazol 1% telah
disetujui untuk penggunaan over-the-counter sedangkan shampo 2% tersedia
dengan resep (Nizoral).6 Ketokonazol 1% adalah salah satu obat yang
mempunyai efek anti pityrosporum dengan harga yang lebih murah dan
memiliki efektivitas yang sama dengan ketokonazol 2%. Ketokonazol 1%
efektivitasnya dalam menghambat pertumbuhan Pityrosporum ovale secara in
vitro masih lebih baik dibandingkan zinc pyrithione 1%. 7
Sampo biasanya digunakan sekali sehari selama dua minggu, kemudian satu
hingga dua kali seminggu setelahnya untuk perawatan. Disarankan agar pasien
menggunakan dan mengoleskan shampo, dibiarkan di kulit kepala selama 5
hingga 10 menit, dan kemudian bilas. Shampo ketokonazol kurang efektif
apabila dioleskan lalu langsung dibilas tanpa dibiarkan terlebih dahulu selama 5-
10 menit, dianjurkan di biarkan 5-10 menit agar obat lebih meresap kekulit
sehingga efektivitas obat maksimal sebagai antimikoba 6

27
Diberikan kortikosteroid topikal betametasone Valerate 0,1% 2 kali sehari
selama 2 minggu. Kortikosteroid potensi tinggi digunakan untuk penyakit kulit
yang parah di area nonfacial dan nonintertiginous, contohnya pada kulit kepala,
telapak tangan , telapak kaki, dan plak yang tebal pada permukaan ekstensor.
Kortikosteroid sedang digunakan untuk nonfacial ringan sampai sedang dan
daerah nonintertiginous. Sedangkan, kortikosteroid rendah digunakan pada
daerah kulit yang luas dan tipis contohnya daerah wajah, kelopak mata, genital
dan intertiginous. Maka dari itu dipilih kortikosteroid sedang.

Tabel 4.6 perbandingan obat topikal kortikosterois golongan VI


Perbandingan Indikasi Kontraindikasi Efek samping
0,1 % Triamcinolone Pengobatan dan Tuberkulosis kulit, Gangguan
acetonide untuk penyembuhan ineksi jamur, virus penecrnaan edema,
sementara pada serta bakteri pada reaksi
gejala yang daerah mulit dan hipersensitifitas,
berhubungan dengan tenggorokan. lemah dan pusing.
luka inflamasi oral
dan luka bernanah
akibat trauma.
0,05 % Meringankan Hipersensitivitas, Rasa panas, terbakar,
aclometasone inflamasi dan infeksi primer pada gatal, iritasi kering,
pruritus dari kulit karena bakteri, infeksi sekunder,
dermatosis yang jamur, atau viru, folikulitis, dermatitis
responsive terhadap rosasea akne. kontak, maserasi
kortikosteroid kulit.
0,01% betametasone Meringankan Penyakit virus pada Perubahan kulit
valerate inflamasi dari kulit, infeksi atrofi lokal.
dermatosis yang bernanah akut
responsive terhadap bakteri, jamur.
kotikosteroid

28
0,1 % hidrokortison Dermatitis kontak, Penyakit virus dan Kulit kering,
butyrate neurodermatitis, TB kulit, akne pruritus, kulit
liken simpleks vulgaris scabies, terbakar, atrofi kulit,
kronik, akne dermatitis perioral. hipopigmentasi,
urtikaria. maserasi kulit,
miliaria.

Dipilih kortikosteroid golongan VI (potensi medium) seperti 0,01%


betametasone valerate, yaitu untuk dermatosis yang responsive terhadap
kortikosteroid topikal, contohnya yaitu dermatitis seboroik, psoriasis, dermatitis
kontak, dermatitis atopi, neurodermatitis sirkumskripta, dermatitis numularis,
dermatitis statis, dermatitis venenata, dermatitis intertiginosa dan dermatitis
solaris (fotodermatitis).1
Diberikan 2 kali sehari karena pada umumya pemakaian salep
kortikosteroid dianjurkan 2-3 kali/hari sampai penyakit tersebut sembuh. Karena
perlu dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis yaitu menurunnya respon kulit
terhadap glukokortikoid karena pemberian obat yang berulang-ulang, berupa
toleransi akut yang berarti efek vasokontriksinya akan menghilang. Mengapa
dipilih 2 kali sehari daripada 3 kali sehari karena efek takifilaksis yang lebih
minimal dan juga pada lesi yang baru dan tidak tebal cukup di berikan 2 kali
sehari untuk menghindari resistensi terhadap kortikosteroid1
Diberikan selama 2 minggu karena lama pemakaian steroid topikal
sebaiknya tidak lebih dari 4-6 minggu untuk steroid potensi lemah dan tidak
lebih dari 2 minggu untuk potensi kuat. 1
Untuk menghitung jumlah kortikosteroid yang diresepkan, sebaiknya
menggunakan ukuran “fingertip unit”. Pada laki-laki satu fingertip unit setara
dengan 0,5 gram, sedangkan pada perempuan setara dengan 0,4 gram. Bayi dan
anak-anak kira-kira 1/4 atau 1/3 nya. 8

29
Pada kasus ini diketahui Tn.S 32 tahun, dengan predileksi pemberian
betametasone valerate 0,01% yaitu pada leher (2,5 FTU) dan lengan (3 FTU)
jadi total 5,5 FTU. Dimana diketahui 1 fingertip unit pada laki-laki setara
dengan 0,5 gram (5,5 x 0,5 = 2,75 gram) diberikan selama 2 minggu (2,75 g x 28
hari = 77 gram).
Prognosis quo ad vitam dan quo ad fungsional adalah bonam karena
predileksi bagian-bagian yang kaya kelenjar sebum, seperti pada kulit kepala,
garis batas rambut, alis mata, glabela, lipatan nasolabial, telinga, dada atas,
punggung, ketiak, pusar dan sela paha dengan gejala klinis eritema dan
skuamanya berminyak dan agak kekuningan,1 sehingga tidak mengacam nyawa
dan tidak menyebabkan gangguan organ tubuh. Sedangkan untuk quo ad
sanationam adalah dubia ad bonam karena dermatitis seboroik dewasa sering
kambuh dan kronis.2

30
BAB V
KESIMPULAN

1. Pada kasus memiliki tiga diagnosis banding yaitu dermatitis seboroik, psoriasis,
dan dermatitis atopik berdasarkan epidemiologi, gejala klinis, predileksi dan
efloresensinya.
2. Diagnosis kerja pada kasus ini yaitu dermatitis seboroik dimana gejala klinis
berupa pada kepala tampak eritema dan skuama halus sampai kasar (kotombe)
berwarna kuning dan berminyak, penderita akan mengeluh rasa gatal. Dapat
dijumpai kemerahan perifolikular yang pada tahap lanjut menjadi plak
eritematosa yang berkonfluensi, bahkan dapat membentuk rangkaian plak
disepanjang batas rambut frontal dan disebut sebagai korona seboroika.
3. Tatalaksana dermatitis seboroik non farmakologi adalah menjelaskan kepada
pasien mengenai penyakit serta kemungkinan penyebab penyakit ini.
mengedukasi pasien untuk memperhatikan faktor risiko (predisposisi), misalnya
stress emosional dan kurang tidur. Edukasi diet rendah lemak, karena penyakit
ini berhubungan dengan kerja dari kelenjar minyak serta menganjurkan kepada
pasien untuk jangan menggaruk lesi agar tidak terjadi infeksi.. Sedangkan
farmakologi pada pengobatan sitemik Certirizine dan pengobatan topical
ketokonazol 1% shampoo dan Betametasone Valerate 0,01%.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Tjut Nurul Alam Jacoeb. Dermatitis Seboroik. dalam : Djuanda Adhi, Mochtar
H, Siti A, eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Cetakan VII, Jakarta :
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015. Hal 232-233
2. Kartowigno S. Sepuluh Besar Kelompok Penyakit Kulit. Edisi Kedua.
Palembang : Falkultas kedokteran universitas sriwijaya; 2011.
3. Konsil Kedokteran Indonesia Ed. Perkonsil Nomor 11 Tahun 2012 : Standar
Kompetensi Dokter Indonesia 2012. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia. 2012.
4. Siregar. R.S. Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta : EGC,
2004. Hal : 104-106.
5. Gunawan, GS. 2012. Farmakologi dan terapi. Departemen farmakologi dan
terapeuti FKUI.
6. Sanfilippo,A and English J.C. 2006. An Overview of Medicated Shampoos Used
In Dandruff Treatment. Vol.31 No.7. Pennsylvania : Departement of
dermatology at the University of Pittsburgh.
7. Kurnianto aditya. 2008. Perbandingan efektivitas ekstrak lidah buaa (Aloe vera)
100%, Zinc Pyrhione 1% dan ketokonazol 1% secara in vitro terhadap
pertumbuhan Pityrosporum ovale. Fakultas kedokteran universitas diponegoro
semarang.
8. Johan R (2015). Penggunaan Kortikosteroid Topikal yang Tepat. Jurnal Vol 42
No 4. Continuing Professional Development.

32
PERTANYAAN

1. Mengapa makan-makanan berlemak dapat menyebabkan dermatitis seboroik?


Apakah memakan-makanan berlemak pasti akan terkena dermatitis seboroik?
Jawab :
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit dermatitis
seboroik adalah makanan. Orang-orang yang banyak makan-makan berlemak
lebih beresiko terjadinya dermatitis seboroik.4 Makanan berlemak dapat
meningkatkan produksi kelenjar sebum. Dimana dermatitis seboroik
berhubungan dengan meningkatnya produksi sebum (seborrhea) di kepala,
wajah, dan badan yang kaya kelenjar sebasea. Makan-makanan berlemak tidak
pasti akan terjadi dermatitis seboroik karena makanan berlemak bukan
merupakan satu-satunya faktor yang dapat menyebabkan dermatitis seboroik,
contohnya yaitu produksi sebum yang meningkat, efek mikrobial, obat,
abnormalitas neurotransmitter, faktor fisik, kelainan nutrisi, dan defisiensi imun.2

2. Dari 3 jenis shampo ketombe mengapa memilih agen antimikroba jenis


ketokonazol? dan mengapa ketokonazol 1% daripada 2%?
Jawab :
Dipilih agen antimikroba karena telah banyak bukti yang mengaitkan
dermatitis seboroik dengan malasezia. Jumlah ragi genus mallasezia meningkat
didalam epidermis yang terkelupas pada ketombe ataupun dermatitis seboroik.1
Dipilih agen antijamur imidazole seperti ketokonazol karena bersifat
antimikotik spektrum luas yang aktif melawan Candida albicans dan Malasezia
furfur. Selain itu dipilih ketokonazole daripada selenium sulfide karena
ketoconazole lebih ditoleransi karena efek samping obat yang lebih sedikit.
Minyak yang berlebihan pada kulit kepala adalah efek samping obat yang
signifikan bagi banyak pasien yang secara teratur menggunakan selenium sulfida
untuk mengendalikan ketombe. Ketoconazole bertindak dengan memblokir
biosintesis ergosterol, turunan sterol utama dari membran sel jamur. Perubahan

33
permeabilitas membran yang disebabkan oleh penipisan ergosterol tidak sesuai
dengan pertumbuhan jamur dan kelangsungan hidup.6
Dipilih shampo ketokonazol 1% karena shampo ketokonazol 1% telah
disetujui untuk penggunaan over-the-counter sedangkan shampo 2% tersedia
dengan resep (Nizoral).6 Ketokonazol 1% adalah salah satu obat yang
mempunyai efek anti pityrosporum dengan harga yang lebih murah dan
memiliki efektivitas yang sama dengan ketokonazol 2%.7

3. Apa saja tanda-tanda perbaikan dari dermatitis seboroik?


Jawab :
Bila ditatalaksana secara non farmakologi dan farmakologi yang baik maka akan
tampak tanda perbaikan dermatitis seboroik yaitu sudah berkurangnya keluhan
pasien seperti kemerahan dan sisik kekuningan sudah tidak ada lagi, ketomeb
(pitiriasis sika) sudah tidak ada serta keluhan gatal tidak ada lagi.

4. Mengapa anda mendiagnosis banding dermatitis seboroik dengan psoriasis?


Jawab :
Karena berdasarkan efloresensinya dermatitis seboroik dan psoriasis sama-sama
berupa makula eritema dengan skuama diatasnya. Bedanya pada dermatitis
seboroik makula eritematosa yang diutupi oleh papula-papula milliar dengan
skuama halus berminyak berbatas tak tegas, dan skuama halus berminyak.
Kadang-kadang ditemukan erosi dengan krusta yang sudah mengering berwarna
kekuningan. Sedangkan, pada psoriasis tampak makula eritematosa yang
besarnya bervariasi dari milliar sampai numular, berbatas tegas ditutupi oleh
skuama kasar berwarna putih mengkilat. Jika skuama digores dengan benda
tajam menunjukkan tanda tetesan lilin. Jika penggoresan diteruskan maka timbul
tanda auspitz dengan bintik-bintik darah.4

34
5. Mengapa prognosis sanationam dubia ad bonam?
Jawab :
Karena dermatitis seboroik pada orang dewasa sering kambuh dan kronis
berbeda dengan prognosis dermatitis seboroik pada bayi yang cukup baik,
walaupun dapat mengalami eksaserbasi dan jarang menjadi generalista.2

35

Anda mungkin juga menyukai