Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MATERIAL TEKNIK
Disusun Oleh:
Nama Praktikan : Peris Gultom
NPM : 3333170032
Kelompok :4
Rekan : 1. Firyal Aqilla Putri
Alivani
2. Lula Salsabila
3. Muhammad Syaifullah
R.
Tanggal Praktikum : 22 September 2018
Tanggal Pengumpulan Lap. : 26 September 2018
Asisten : M. Zamzam Noor
1.
2.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................
1.2 Tujuan Percobaan ................................................................................
1.3 Batasan Masalah ..................................................................................
1.4 Sistematika Penulisan ..........................................................................
LAMPIRAN
LAMPIRAN A. CONTOH PERHITUNGAN ...........................................................
LAMPIRAN B. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS ................
LAMPIRAN C. GAMBAR ALAT DAN BAHAN ...................................................
LAMPIRAN D BLANKO PERCOBAAN ................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Efek normalizing pada sifat mekanik baja coran 0.26% C .......................
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan ................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
PENDAHULUAN
pengujian ini, kita dapat dengan mudah mengetahui gambaran sifat mekanik suatu
material. Meskipun pengukuran hanya dilakukan pada satu titik, atau daerah
tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk menyatakan kekuatan suatu
material. Dengan melakukan uji keras, material dapat dengan mudah digolongkan
Uji keras juga dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk
Material yang telah mengalami cold working, hot working, dan heat treatment
permukaan suatu material. Oleh sebab itu, dengan uji keras kita dapat dengan
nilainya tergantung pada kombinasi kuat luluh, kekuatan tarik dan modulus
elastisitas.
1.2 Tujuan Percobaan
Pada praktikum heat treatment benda uji yang akan digunakan adalah baja AISI
1045.
Sistematika penulisan pada laporan ini terdiri dari lima bab. BAB 1
dibagi menjadi metode 1 dan metode 2, yang berisi teori-teori yang dapat
alat dan bahan, dan prosedur percobaan. BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN
akhir laporan juga disertakan lampiran yang berisi contoh perhitungan, jawaban
pertanyaan dan tugas khusus, gambar alat dan bahan, dan blanko percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Proses pelakuan panas adalah suatu proses yang terdiri dari proses
pemanasan dan proses pendinginan pada logam dan paduannya dengan cara
Ketiga hal diatas tergantung dari material yang akan di heat treatment dan
sifat-sifat akhir yang diinginkan. Melalui perlakuan panas yang tepat tegangan
ditingkatkan atau dapat dihasilkan suatu permukaan yang keras di sekeliling inti
yang ulet. Secara umum unsur-unsur paduan ditambahkan dalam baja dengan
Meningkatkan kekerasan
Menaikkan keuletan
Proses Quenching biasa dilakukan pada semua perkakas dan bagian penting dari
mesin yang berkaitan dengan hal yang berat. Tujuan mengeraskan perkakas
bagian mesin adalah untuk meningkatkan kekuatan tarik serta kekuatan luluhnya.
Namun biasanya bila kekerasan tinggi maka kekuatan tariknya dan kekuatan
luluhnya rendah, oleh karena itu proses hardening yang dilakukan adalah dengan
proses hardening yang umum dilakukan adalah dengan memanaskan baja sampai
Pada saat dilakukan pendinginan lambat fasa austenit (FCC) akan berubah
sel satuannya menjadi BCC kembali. Namun karena adanya pendinginan cepat
maka ada atom karbon yang terjebak pada kisi tegak sehingga austenite
bertransformasi menjadi fasa martensit dengan sel sastuan BCT. Martensit inilah
yang bersifat keras dan getas. Contoh specimen yang berfasa martensit adalah
roda gigi, pahat potong, dan dies. Temperatur pemanasan untuk proses hardening
sama dengan proses seperti annealing dan normalizing. Tetapi ada perbedaan
sedikit bila baja yang ingin dikeraskan mempunya kadar karbon lebih besar dari
struktur yang terbentuk adalah martensit serta karbida yang tidak larut, dimana
kekerasannya lebih tinggi. Agar diperoleh hasil yang baik dari proses pengerasan,
maka benda kerja sebaiknya harus dibersihkan terlebih dahulu. Untuk baja karbon
rendah dan baja paduan rendah tidak perlu dilakukian preheat (pemanasan awal).
Namun pada baja perkakas harus dipreheat terlebih dahulu karena banyaknya
harus dengan media pendingin cepat agar atom karbonya terjebak pada kisi
tegaknya. Adapun media pendingin yang sering dipakai untuk proses hardening
adalah:
-Air
-Oli
-Brine
2.2 Normalizing
dengan media udara dimana akan didapatkan fasa berupa pearlite. Baja karbon
tinggi seperti die steel dan HSS (High Speed Steel) tidak pernah dilakukan proses
ini karena baja-baja ini dikeraskan menjadi struktur martensite dengan cara
coran dan tempa, sehingga dapat meningkatkan sifat mekanik dalam proses
pengerasan baja.
terjadi pada sifat mekanik pada material setelah mengalami proses normalizing.
Tabel 2.1 Efek normalizing pada sifat mekanik baja coran 0.26% C
Kekuatan luluh
23.4 28.5
2
(Kg/mm )
Kekuatan tarik
43.7 48.0
2
(Kg/mm )
2.3 Annealing
lambat didalam tungku. Tujuan utama dari proses ini adalah untuk mengurangi
kekerasan dari baja dan membuat struktur yang mudah dilakukan proses
pemesinan. Selain itu anneling bertujuan untuk memperbaiki sifat – sifat antara
lain:
- mampu mesin
- mampu bentuk
- keuletan
- kehomogenan struktur
Temperatur dan laju pendinginan dari annealing tergantung dari hasil yang
2.4 Tempering
temper. Dengan proses ini, duktilitas dapat ditingkatkan namun kekerasan dan
kekuatannya akan menurun. Pada sebagian besar baja struktur, proses temper
pengerasan akan menjadikan baja lebih bermanfaat karena adanya struktur yang
lebih stabil.
sekitar 20 - 500C di atas garis A3, dan untuk baja karbon hipereutektoid adalah
sekitar 30 - 500C diatas garis A13 (lihat Gambar ) Jika suatu baja misalnya
sampai temperatur di bawah A1, maka pemanasan tersebut tidak akan mengubah
struktur awal dari baja tersebut. Pemanasan sampai temperatur diatas A1 tetapi
Quenching dari temperatur ini akan menghasilkan baja yang semi keras
kenaikan ketangguhan. Jika suatu baja dipanaskan sedikit diatas A3 dan ditahan
pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu agar dijamin proses difusi
yang homogen, maka struktur baja akan bertransformasi menjadi austenit dengan
ukuran butir yang relatif kecil. Quenching dari temperatur austenisasi akan
ukuran butir austenit. Quenching dari temperatur seperti itu akan menghasilkan
struktur martensit, tetapi sifatnya, bahkan setelah ditemper sekalipun, akan
memiliki harga impak yang rendah. Disamping itu mungkin juga timbul retak
kemudian didinginkan dengan cepat agar diperoleh martensit yang halus dan
karbida-karbida yang tidak larut. Struktur hasil quench memiliki kekerasan yang
sangat tinggi dibandingkan dengan martensit. Jika karbida yang larut dalam
austenit terlalu sedikit, kekerasan hasil quench akan tinggi. Jumlah karbida yang
karbida yang larut akan meningkat jika temperatur austenisasinya dinaikkan. Jika
karbida yang terlarut terlalu besar, akan terjadi peningkatan ukuran butir disertai
pada beberapa faktor seperti jenis tungku dan jenis elemen pemanasnya. Lama
pemanasan yang dipilih dari rentang temperatur yang telah ditentukan untuk jenis
ditentukan. Tetapi jika penampang- penampang dari benda kerja yang diproses
pengerasan yang rendah. Pada kasus yang pertama, lama pemanasannya lebih
lama dibandingkan dengan lama pemanasan pada kasus kedua. Untuk mencegah
timbulnya pertumbuhan butir, baja-baja yang tidak dipadu dan baja paduan
rendah, lama pemanasannya harus diupayakan lebih singkat dibanding baja- baja
paduan tinggi seperti baja hot worked yang memerlukan waktu yang cukup untuk
martensit yang keras, sekurang-kurangnya di permukaan baja. Hal ini hanya dapat
didinginkan pada suatu laju yang dapat mencegah terbentuknya struktur yang
lebih lunak seperti perlit atau bainit. Tetapi berhubung sebagian besar benda kerja
sudah berada dalam tahap akhir dari proses , maka kualitas medium quenching
yang digunakan harus dapat menjamin agar tidak timbul distorsi pada benda kerja
setelah proses quench selesai dilaksanakan. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara
menggunakan media quenching yang sesuai tergantung pada jenis baja yang
diproses, tebal penampang dan besarnya distorsi yang diijinkan. Untuk baja
karbon, medium quenching yang digunakan adalah air, sedangkan untuk baja
C.Disamping itu, terdapat juga beberapa unsur yang lain seperti Mn, P, Sdan Si
yang senantiasa ada meskipun sedikit, unsur-unsur ini bukan unsur pembentuk
karbida . Penambahan unsur-unsur paduan seperti Cr, Mo, V,W, T dapat
temperatur kamar dengan laju pendinginan yang tinggi, sementara itu masih ada
sebagian yang tidak turut bertransformasi yang disebut sebagai austenit sisa.
Dimana sejumlah austenit sisa yang terbentuk akan semakin meningkat dengan
(Suratman,1994).
Kadar karbon yang tinggi akan menurunkan garis Ms, sehingga jumlah
austenit sisanya akan semakin banyak. Selain itu juga pengaruh temperatur
jumlah austenit sisa akan semakin banyak dengan naiknya suhu austenisasi (lihat
Gambar 2.4).
Gambar 2.4 Hubungan antara temperatur pengerasan dengan jumlah austenit sisa
PERCOBAAN
Data Pengamatan
Pembahasan
Gambar 3.1 Diagram Alir Heat Treatment dan Uji
Kekerasan
3.2 Alat dan Bahan
3. Muffle furnace
4. Stopwatch
5. Tang penjepit
6. Sarung tangan
7. Ampelas
2. Media pendingin
ampelas
7. Membersihkan permukaan benda uji yaitu baja AISI 1045 yang telah di
8. Memilih indentor yang digunakan sesuai dengan benda uji dan atur
pembebanannya, yaitu untuk baja AISI 1045 yang telah di heat treatment
Berikut adalah data hasil percobaan dari praktikum Heat Treatment dan
Uji Kekerasan:
Vickers
No Suhu Holding Hardne Average
Bahan Perlakuan Hardness
o
. ( C) (menit) ss Hardness
(VHN)
75,5
69
82
AISI Quenching
2. 912 60 79 80,33 155,433
1045 (Air)
80
59
Non-
3. - 63 60,67 107,32
Treatment
60
4.2 Pembahasan
Pada praktikum heat treatment dan uji kekerasan ini, dilakukan beberapa
specimen dipanaskan menggunakan pada suhu 900oC, dan pada perlakuan Non-
Treatment, tidak dilakukan pemanasan pada spesifikasi suhu tertentu, dengan kata
lain pada proses Non-Treatment, specimen hanya memiliki suhu ruang. Proses
Setelah tanur mencapai suhu yang telah ditentukan yaitu 900oC maka
dan menggunakan sepatu safety. Penggunaan alat pelindung diri seperti sarung
tangan dan sepatu safety bertujuan agar kita terlindungi dari kecelakaan yang
mungkin terjadi saat hendak melakukan proses pemanasan specimen pada suhu
Vickers.
benda uji atau spesimen dengan indentor intan yang berbentuk piramida dengan
alas segi empat dan besar sudut dari permukaan-permukaan yang berhadapan
136°. Penekanan oleh indentor akan menghasilkan suatu jejak atau lekukan pada
terhadap deformasi plastis, dalam hal ini pembebanan pada permukaan material,
menunjukkan tingkat atau nilai kekerasan material tersebut. Makin dalam atau
besar jejak tersebut berarti nilai kekerasan dari bahan tersebut makin kecil dan
sebalikknya makin kecil jejak yang dihasilkan atau ditinggalkan oleh identasi
maka makin besar nilai kekerasan dari logam tersebut. Hal ini berhubungan
ukuran butir, menghasilkan permukaan yang keras disekeliling inti yang ulet.
pendinginan sangat berpengaruh terhadap kekerasan baja, selain kadar karbon dan
ukuran benda.
:air, minyak pelumas, udara, Dengan pendinginan yang cepat dan mendadak
mengakibatkan austenit tidak memiliki waktu yang cukup kembali menjadi ferit
besar kandungan martensitnya, maka baja memiliki tingkat kekerasan yang tinggi
pula.
Metoda uji kekerasan yang digunakan dalam praktikum uji kekerasan ini
kekerasan yang continue untuk rentang yang luas, dari yang sangat lunak dengan
nilai 5 maupun yang sangat keras dengan nilai 1500 karena indentor intan yang
sangat keras dianjurkan untuk pengujian material yang sudah di proses case
hardening, dan proses pelapisan dengan logam lain yang lebih kera,s dapat
metoda lain yaitu Vickers membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
industri/manufaktur.
specimen atau suatu material yang dapat dilihat dari hasil akhir nilai kekerasaan
specimen yang telah diuji. Hal ini terlihat dari perbedaan nilai kekerasaan tiap
masing-masing specimen.
BAB V
5.1 Kesimpulan
c.) Nilai kekerasan terbesar dimiliki specimen dengan jenis perlakuan Non-
136,5
5.2 Saran
a.) Pada proses Quenching dapat digunakan media lain selain air guna
Materials”.1982.
[4] Dieter, George E. “Mechanical Metallurgy”. McGraw Hill Book Co. 1988.
[7] Sriati Djaprie. Metalurgi Mekanik edisi ketiga Jilid 1. Erlangga, 1993.
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN
Lampiran A. Contoh Perhitungan
75,5 + 76,5 + 69
Normalizing = = 73,67
3
82 + 79 + 80
Quenching = = 80,33
3
59+63+60
Non − Treatment = = 60,67
3
LAMPIRAN B
a. Quenching ( pengerasan )
kehomogenan ini maka audtenit perlu waktu pemanasan yang cukup. Selanjutnya
secara cepat baja tersebut dicelupkan ke dalam media pendingin, tergantung pada
Pada waktu pendinginan yang cepat pada fase austenit tidak sempat
berubah menjadi ferit atau perlit karena tidak ada kesempatan bagi atom-atom
karbon yang telah larut dalam austenit untuk mengadakan pergerakan difusi dan
bentuk sementitoleh karena itu terjadi fase lalu yang mertensit, imi berupa fase
b. Annealing
Proses anneling atau melunakkan baja adalah prose pemanasan baja di atas
dijaga agar temperature bagian luar dan dalam kira-kira samahingga diperoleh
udara. Hasil pendingin ini berupa perlit dan ferit namunhasilnya jauh lebih mulus
dari anneling. Prinsip dari proses normalizing adalah untuk melunakkan logam.
Namun pada baja karbon tinggi atau baja paduan tertentu dengan proses ini belum
tentu memperoleh baja yang lunak. Mungkin berupa pengerasan dan ini
d. Tempering
media pendingin. Jika kekerasan turun, maka kekuatan tarik turun pula. Dalamhal
ini keuletan dan ketangguhan baja akan meningkat. Meskipun proses ini akan
menghasilkan baja yang lebih lemah. Proses ini berbeda dengan anneling karena
dengan proses ini belum tentu memperoleh baja yang lunak, mungkin berupa
Jumlah inti yang ada atau luas permukaan total dari kristal yang ada.
Viskositas larutan
3. Apa yang anda ketahui tentang diagram TTT dan CCT serta jelaskan
mulai dan berakhir pada perlakuan panas yang isothermal (temperatur konstan)
antara laju pendinginan kontinyu dengan fasa atau struktur yang terbentuk setelah
(δ) adalah fasa padat pada temperatur tinggi dan kurang berarti untuk proses
perlakuan panas yang berlangsung pada temperatur yang lebih rendah. Liquid
logam cair dengan kandungan 4,3%C membentuk austenit (γ) dengan 2%C dan
(γ) padat dengan kandungan 0,8 %C menghasilkan ferit (α) dengan kandungan
padat yang mempunyai peran cukup penting pada proses perlakuan panas baja
karbon.
a. Kadar Karbon
Semakin tinggi kadar karbon, maka logam akan semakin keras namun
rapuh. Kadar karbon sebesar 0,6 – 1% merupakan kadar karbon yang sangat
berpengaruh pada kekerasan logam. Setelah lebih dari 1% maka kadar karbon
b. Unsur paduan
paduan yang terdapat pada baja beserta pengaruhnya pada sifat mekanik antara
lain:
Membentuk karbida
Meningkatkan kekerasan
c. Perlakuan panas
meningkatkan kekerasan baja dibandingkan keadaan awal baja atau baja tanpa
perlakuan panas.
Material dengan ukuran butir kecil akan memiliki kekerasan yang tinggi
sedangkan butir besar akan memiliki kekerasan yang rendah. Material dengan
butir halus akan memiliki kekerasan tinggi dibandingkan dengan material dengan
butir kasar.
Tempering!
a. Quenching ( pengerasan )
kehomogenan ini maka audtenit perlu waktu pemanasan yang cukup. Selanjutnya
secara cepat baja tersebut dicelupkan ke dalam media pendingin, tergantung pada
Pada waktu pendinginan yang cepat pada fase austenit tidak sempat
berubah menjadi ferit atau perlit karena tidak ada kesempatan bagi atom-atom
karbon yang telah larut dalam austenit untuk mengadakan pergerakan difusi dan
bentuk sementitoleh karena itu terjadi fase lalu yang mertensit, imi berupa fase
b. Annealing
Proses anneling atau melunakkan baja adalah prose pemanasan baja di atas
dijaga agar temperature bagian luar dan dalam kira-kira samahingga diperoleh
udara. Hasil pendingin ini berupa perlit dan ferit namun hasilnya jauh lebih mulus
dari anneling. Prinsip dari proses normalizing adalah untuk melunakkan logam.
Namun pada baja karbon tinggi atau baja paduan tertentu dengan proses ini belum
tentu memperoleh baja yang lunak. Mungkin berupa pengerasan dan ini
d. Tempering
media pendingin. Jika kekerasan turun, maka kekuatan tarik turun pula. Dalamhal
ini keuletan dan ketangguhan baja akan meningkat. Meskipun proses ini akan
menghasilkan baja yang lebih lemah. Proses ini berbeda dengan anneling karena
dengan proses ini belum tentu memperoleh baja yang lunak, mungkin berupa
gambaran dari temperatur terhadap waktu logaritma untuk baja paduan dengan
Kelemahan Metode Brinell yaitu tidak dapat digunakan pada benda yang tipis dan
kecil. Butuh ketelitian saat mengukur diameter lekukan hasil indentasi sedangkan
bahan-bahan uji yang bersifat heterogen. Kelebihan pengujian Vickers yaitu skala
kekerasan yang kontinue untuk rentang yang luas, dari yang sangat lunak dengan
nilai 5 maupun yang sangat keras dengan nilai 1500 karena indentor intan yang
sangat keras dianjurkan untuk pengujian material yang sudah di proses case
hardening, dan proses pelapisan dengan logam lain yang lebih keras, dapat
perlakuannya!
Baja AISI 1045 adalah baja karbon yang mempunyai kandungan karbon sekitar
Gambar C.3 Indentor Bola Baja Gambar C.4 Batu Tahan Panas
BLANKO PERCOBAAN