Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan.


Tabel 4.1. Data Hasil Pengamatan
Temperatur (°C)
Mv x
Q (kW)
(g/s) (mmH2O) T1 T2 T3 T4 T5 T6

20 26,56 24,86 29,11 27,36 35,76 28,16


0,5 30 15 27,56 24,86 29,81 28,26 35,76 27,66
40 26,56 24,86 30,11 28,26 35,76 26,66
20 26,56 25,86 31,61 28,36 43,76 31,76
1 30 15 26,06 24,86 31,81 28,86 43,76 30,46
40 26,56 24,86 32,11 29,06 43,76 29,96

Dimana:
T1 = Temperatur dry bulb masuk
T2 = Temperatur wet bulb masuk
T3 = Temperatur dry bulb keluar
T4 = Temperatur wet bulb keluar
T5 = Temperatur air masuk
T6 = Temperatur air keluar.

4.2. Hasil Pengolahan Data


Tabel 4.2. Specific Volume (Psychrometric Chart) Udara-Air Tipe B-200 m−1
x Specific Volume
Q (kW) T3°C T4°C
(mmH2O) (Vb)
29,11 27,36 0,8903
0,5 15 29,81 28,26 0,8921
30,11 28,26 0,8928
31,61 28,36 0,8975
1 15 31,81 28.86 0,8999
32,11 29,06 0,9006

20
Tabel 4.3. Kecepatan Udara, Approach to Wet Bulb, dan Cooling Range

Mv Kecepatan Approach to Cooling Range


Q (kW)
(g/s) Udara (m/s) Wet Bulb (°C) (°C)

20 22,2488 3,3 7,6


0,5 30 22,2911 2,8 8,1
40 22,2822 1,8 9,1
20 22,5009 5,9 12,3
1 30 22,38177 5,6 13,3
40 22,3795 5,1 13,8

4.2.1. Grafik Hasil Pengamatan


3.5
Approach to Wet Bulb (ºC)

3 Mv = 30 g/s
Mv = 20 g/s
2.5
2
1.5 Mv = 40 g/s
1
0.5
0
22.24 22.25 22.26 22.27 22.28 22.29 22.3
Kecepatan Udara (m/s)

Gambar 4.1. Kecepatan Udara vs Approach to Wet Bulb Q = 0,5 kW

9.2 Mv = 40 g/s
9
Cooling Range (ºC)

8.8
8.6
8.4
8.2
8 Mv = 30 g/s
7.8 Mv = 20 g/s
7.6
7.4
22.24 22.25 22.26 22.27 22.28 22.29 22.3
Kecepatan Udara (m/s)

Gambar 4.2. Kecepatan Udara vs Cooling Range Q = 0,5 kW

20
6 Mv = 20 g/s

Approach to Wet Bulb (ºC)


5.9
5.8
5.7 Mv = 30 g/s
5.6
5.5
5.4
5.3
5.2
5.1 Mv = 40 g/s
5
22.35 22.4 22.45 22.5 22.55

Kecepatan Udara (m/s)

Gambar 4.3. Kecepatan Udara vs Approach to Wet Bulb Q = 1 kW

14 Mv = 40 m/s
13.8
13.6
Cooling Range (ºC)

13.4 Mv = 30 m/s
13.2
13
12.8
12.6
12.4 Mv = 20 m/s
12.2
22.35 22.4 22.45 22.5 22.55

Kecepatan Udara (m/s)

Gambar 4.4. Kecepatan Udara vs Cooling Range Q = 1 kW

20
4.3. Pembahasan
Cooling tower apparatus yang digunakan pada praktikum hanya berskala
laboratorium yang memiliki spesifikasi aliran counterflow, forced draft,
recirculation type, dan regular packing. Prinsip kerja cooling tower apparatus
yaitu perpindahan massa dan panas antara air dan udara berdasarkan prinsip difusi
karena memiliki temperatur yang berbeda. Jenis aliran pada cooling tower
apparatus berlawanan arah karena air panas mengalir dari bagian atas melalui
nozzle sedangkan udara mengalir dari bagian bawah. Air panas dan udara yang
lebih dingin kemudian akan mengalami kontak antara satu sama lain, sehingga
terjadi perpindahan panas secara konveksi antara kedua fluida tersebut. Proses
perpindahan massa pada cooling tower ini terjadi ketika air panas dikontakkan
secara langsung dengan udara pendingin sehingga terdapat molekul-molekul air
yang terserap ke udara. Proses perpindahan momentum terjadi pada aliran air yang
bersentuhan langsung dengan packing dari cooling tower yang digunakan.
Komponen-komponen yang akan mendukung kinerja dari cooling tower
adalah fan, bahan isian atau packing, drift eliminator, basin atau wadah air
pendingin, louvers, nozzle, dan saluran air pendingin. Bahan isian atau packing
yang digunakan pada cooling tower skala laboratorium ini merupakan jenis
regular packing dengan berbahan dasar kayu cypress. Drift eliminator yang
digunakan terletak di bagian atas cooling tower dan berfungsi untuk menangkap
molekul-molekul air yang terbawa oleh udara. Louvers pada industri umumnya
berbahan dasar dari besi maupun baja, sedangkan louvers yang digunakan pada
cooling tower apparatus di laboratorium menggunakan bahan acrylic.
Air dingin akan keluar dari bagian bawah cooling tower dan ditampung
di basin sedangkan udara yang keluar melalui bagian atas cooling tower akan
memiliki temperature yang lebih tinggi. Berdasarkan posisi alat bantu, cooling
tower apparatus ini dapat dikategorikan sebagai forced draft tower. Hal ini terjadi
karena posisi fan yang berada pada bagian bawah cooling tower berfungsi untuk
mengalirkan udara dari luar ke bagian dalam cooling tower. Kecepatan fan
tersebut dapat diatur untuk mengontrol laju alir udara yang masuk, dimana
semakin cepat kecepatan fan maka laju alir udara yang masuk akan semakin besar.

20
Pengaturan laju alir udara yang masuk ke dalam cooling tower pada fan
akan mempengaruhi hasil temperatur air yang keluar. Berdasarkan data percobaan,
dapat dinyatakan bahwa pada saat beban panas 1 kW, semakin cepat laju alir
udara yang masuk maka temperatur air yang keluar akan semakin rendah. Hal
tersebut dapat terjadi karena semakin banyak molekul udara di dalam cooling
tower, maka partikel-partikel udara yang mengalami kontak langsung dengan air
panas akan turun dari bagian atas cooling tower. Jumlah air panas yang turun dari
bagian atas cooling tower akan semakin banyak sehingga akan menyebabkan laju
perpindahan panas yang terjadi semakin besar dan air yang keluar semakin dingin.
Dalam proses pemilihan material packing cooling tower terdapat
beberapa parameter atau kriteria, yaitu biaya, kinerja cooling tower, dan sifat fisik.
Namun pada umumnya, material packing cooling tower terbuat dari kayu.
Pemilihan kayu sebagai bahan packing pada cooling tower adalah harganya yang
ekonomis. Spesifikasi packing yang digunakan pada cooling tower sebagai bahan
isian dapat mempengaruhi temperatur air yang keluar. Hal tersebut dapat terjadi
karena packing dapat mempengaruhi luas permukaan dan waktu kontak antara air
panas dengan udara dingin. Packing digunakan untuk memperbesar luas
permukaan kontak dan meningkatkan waktu kontak antar fluida sehingga proses
perpindahan panas dapat terjadi lebih baik dan menurunkan temperatur air keluar.
Pada proses pendinginan air di dalam cooling tower terdapat losses
meliputi evaporation losses, drift losses, dan blowdown. Evaporation losses
merupakan suatu losses yang terjadi saat molekul-molekul air terserap mengikuti
laju alir udara. Losses ini dapat dicegah dengan cara menggunakan drift eliminator
yang akan memecah partikel air pada partikel udara. Drift losses merupakan
losses yang terjadi pada saat percikan-percikan air jatuh di packing sehingga air
tersebut keluar dari cooling tower. Louvers digunakan untuk menahan percikan air
dari packing agar tidak terjadi drift losses. Blowdown losses diakibatkan oleh
pembuangan sejumlah air sirkulasi untuk mencegah terjadinya konsentrasi larutan
atau zat lain pada air sirkulasi. Penggunaan make up water juga dapat diterapkan
untuk mengkompensasi kehilangan air pada sirkulasi seperti pada proses
penguapan yang akan terjadi saat air dikontakkan langsung dengan udara.

20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1) Prinsip kerja cooling tower yaitu proses pperpindahan massa dan panas
antara air panas dan udara pendingin berdasarkan prinsip difusi karena
memiliki perbedaan temperatur.
2) Semakin rendah temperatur udara yang masuk, maka temperatur air yang
keluar dari cooling tower akan semakin rendah karena perpindahan panas
semakin efisien.
3) Semakin cepat laju alir dari udara yang masuk, maka temperatur air yang
keluar dari cooling tower akan semakin rendah.

5.2. Saran
1) Agar proses pendinginan air panas menjadi lebih efisien, maka dapat
digunakan random packing agar luas permukaan kontak antar fluida
meningkat dan waktu kontak antar fluida semakin lama.
2) Sebaiknya digunakan fan dengan daya yang lebih besar agar laju udara
masuk semakin besar sehingga dapat menurunkan temperatur air lebih
baik.
3) Sebaiknya cooling tower apparatus tersebut diperbaik agar dapat
digunakan kembali.

20
LAMPIRAN ALAT

Gambar 1. Cooling Tower Apparatus

Gambar 2. Psychrometric Chart untuk Beban Q = 0,5 kW dan Mv = 20 g/s


dengan Vb = 0,8903 m3/kg

20
Gambar 3. Psychrometric Chart untuk Beban Q = 0,5 kW dan Mv = 30 g/s
dengan Vb = 0,8921 m3/kg

Gambar 4. Psychrometric Chart untuk Beban Q = 0,5 kW dan Mv = 40 g/s


dengan Vb = 0,8928 m3/kg

20
Gambar 5. Psychrometric Chart untuk Beban Q = 1 kW dan Mv = 20 g/s
dengan Vb = 0,8975 m3/kg

Gambar 6. Psychrometric Chart untuk Beban Q = 1 kW dan Mv = 30 g/s


dengan Vb = 0,8999 m3/kg

20
Gambar 7. Psychrometric Chart untuk Beban Q = 1 kW dan Mv = 40 g/s
dengan Vb = 0,9006 m3/kg

20

Anda mungkin juga menyukai