Anda di halaman 1dari 19

Materi I

IDENTITAS NASIONAL

A. Pengertian Identitas Nasional Agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam


menghadapi globalisasi maka harus tetap meletakkan jatidiri dan identitas nasional
yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan
kreatifitas budaya globalisasi. Istilah “identitas nasional” secara terminologis adalah
suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa
tersebut dengan bangsa lain
Dalam hubungannya dengan identitas nasional secara dinamis, dewasa ini bangsa
Indonesia harus memiliki visi yang jelas dalam melakukan reformasi, melalui dasar
filosofi bangsa dan negara yaitu bhineka tunggal ika, yang terkandung dalam filosofi
Pancasila. Masyarakat harus semakin terbuka, dan dinamis namun harus
berkeadaban serta kesadaran akan tujuan hidup bersama dalam berbangsa dan
bernegara. Dengan kesadaran akan kebersamaan dan persatuan tersebut maka
insyaAllah bangsa Indonesia akan mampu mengukir identitas nasionalnya secara
dinamis di dunia internasional.
Istilah “identitas nasional” secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.
Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan
memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri, serta karakter
dari bangsa tersebut. Hal ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa
tersebut terbentuk secara historis.
Pengertian kepribadian, manusia sabagai individusulit dipahami manakala ia
terlepas dari manusia lainnya. Oleh karena itu manusia dalam melakukan interaksi
dengan individu lainnya senantiasa memiliki suatu sifat kebiasaan, tingkah laku
serta karakter yang khas yang membedakan manusia tersebut dengan manusia
lainnya. Demikian pada umumnya pengertian atau istilah kepribadian adalah
tercermin pada keseluruhan tingkah laku seseorang dalam hubungan dengan
manusia lain.

Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai


kesamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak
atau karakter yang kuat unttuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu
wilayah tertentu sebagai suatu “kesatuan nasional”.
Berdasarkan uraian diatas maka pengertian kepribadian sebagai suatu identitas
nasional suatu bangsa, adalah keseluruhan atau totalitas dari kepribadian individu-
individu sebagai unsur yang membentuk bangsa tersebut. Oleh karena itu
pengertian identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan
pengertian “Peoples Character”, “Nasional Character” atau “Nasional Identity”.
Dalam hubungannya dengan identitas nasional Indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia kiranya sangat sulit jikalau hanya dideskripsikan berdasarkan ciri khas
fisik. Bangsa Indonesia itu terdiri atas berbagai macam unsur etnis, ras, suku,
kebudayaan, agama, serta karakter yang sejak asalnya memang memiliki suatu
perbedaan. Oleh karena itu kepribadian bangsa Indonesia sebagai suatu idenitas
nasional secara historis berkembang dan menemukan jati dirinya setelah Proklamasi
Kemerdekaan 17Agustus 1945.

B. Faktor-faktor Pendukung Kelahiran IdentitasNasional


Faktor yang mendukung kelahiran identitas bangsa Indonesia meliputi :
1. Faktor Objektif, yang meliputi faktorgeografis, ekologis dan demografis
2. Faktor Subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik dan kebudayaan.
CPancasila sebagai Kepribadian dan IdentitasNasional
Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia pada hakikatnya
bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia sebagai kepribadian bangsa. Jadi filsafat pancasila bukan muncul secara
tiba-tiba dan dipaksakan oleh suatu rezim atau penguasa melainkan melalui suatu
fase historis yang cukup panjang.

Proses perumusan materi Pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam sidang-
sidang BPUPKI pertama, sidang “panitia 9”, sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya
disyahkan secara formal yuridis sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia.
Sejarah Budaya Bangsa sebagai Akar Identitas Nasional
Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam pancasila dalam kenyataannya secara
objektif telah dimiliki oleh bangsa Inodnesia sejak zaman dahulu kala sebelum
mendirirkan negara. Proses terbentuknya bangsa dan negara Indonesia melalui
proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman kerajaan-kerajaan pada abad
ke-IV, ke-V kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada
abad ke-VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya dibawah wangsa Syailendra
di Palembang, kemudian kerjaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timurserta
kerajaan-kerajaan lainnya.
Dasar-dasar pembentuka nasionalisme modern dirintis oleh para pejuang
kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang
kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian dicetuskan pada Sumpah Pemuda
pada tahun 1928. Akhirnya titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia
untuk menemukan identitas nasionalnya sendiri, membentuk suatu bangsa dan
negara Indonesia tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945 yang kemudian
diproklamasikan sebagai suatu kemerdekaan bangsaIndonesia.

DEMOKRASI INDONESIA

A. Demokrasi dan Implementasi


Pembahasan tentang peranan negara dan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari
telaah tentang demokrasi dan hal ini karena dua alasa. Pertama, hampir semua
negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai asasnya yang fundamental
sebagaimana telah ditunjukkan oleh hasil studi UNESCO pada awal 1950-an yang
mengumpulkan lebih dari 100 Sarjana Barat dan Timur, sementara di negara-negara
demokrasi itu pemberian peranan kepada negara dan masyarakat hidup dalam porsi
yang berbeda-beda (kendati sama-sama negara demokrasi). Kedua, demokrasi
sebagai asa kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi peranan
masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai organisasi tertingginya tetapi
ternyata demokrasi itu berjalan dalam jalur yang berbeda-beda (Rais. 1995 : 1)
Dalam hubungannya dengan implementasi ke dalam sistem pemerintahan,
demokrasi juga melahirkan sistem yang bermacam-macam seperti : pertama, sistem
presidensial yang menyejajarkan antara parlemen dan presiden dengan memberi
dua kedudukan kepada presiden yakni sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan.
Kedua, sistem parlementer yang meletakkan pemerintahan dipimpin oleh perdana
menteri yang hanya berkedudukan sebagai kepala pemerintahan dan bukan kepala
negara , sebab kepala negaranya bisa diduduki oleh raja atau presisden yang hanya
menjadi simbol kedaulatan dan persatuan ; ketiga, sistem referendum yang
meletakkan pemerintahan sebagai bagian (badan pekerja) dari parlemen. Di
beberapa negara ada yang menggunakan sistem campuran antara presidensial
dengan parlementer, yang antara lain dapat dilihat dari sistem ketatanegaraan di
Perancis atau di Indonesia berdasar UUD 1945.
Dengan alasan tersebut, menjadi jelas bahwa asas demokrasi yang hampir
sepenuhnya disepakati sebagai model terbaik bagi dasar penyelenggaraan negara
ternyata memberikan implikasi yang berbeda diantara pemakai-pemakainya bagi
peranan negara.

B. Arti dan Perkembangan Demokrasi


Secara etimologis Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, “demos” berarti
rakyat dan “kratos/kratein” berarti kekuasaan. Konsep dasar demokrasi berarti
“rakyat berkuasa” (government of rule by the people). Ada pula definisi singkat
untuk istilah demokrasi yang diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari
rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Namun demikian penerapan demokrasi
diberbagai negara di dunia, memiliki ciri khas dan spesifikasi masing-masing, yang
lazimnya sangat dipengaruh oleh ciri khas masyarakat sebagai rakyat dalam suatu
Negara

Demokrasi mempunyai arti yang penting bagi masyarakat yang menggunakannya,


sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya
organisasi dijamin. Oleh sebab itu, hampir semua pengertian yang diberikan untuk
istilah demokrasi ini selalu memberikan posisi penting bagi rakyat kendati secara
operasional implikasinya di berbagai negara tidak selalu sama. Sekedar untuk
menunjukkan betapa rakyat diletakkan pada posisi penting dalam asas demokrasi
ini berikut akan dikutip beberapa pengertian demokrasi.
Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberi pengertian bahwa pada tingkat
terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok mengenai
kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijaksanaan negara, karena
kebijaksanaan tersebut menentukan kehidupan rakyat (Noer, 1983: 207). Jadi,
negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan
kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi, ia berarti suatu berarti
suatu pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiru atau asas
persetujuan rakyat karena kedaulatan berada ditangan rakyat.
Dalam hubungan ini menurut Henry B. Mayo bahwa sistem politik demokratis
adalah sistem yang menunjukkan bahwa kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar
mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-
pemilihann berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik (Mayo, 1960:70)
Meskipun dari berbagai pengertian itu terlihatbahwa rakyat diletakkan pada posisi
sentral “rakyat berkuasa” (government of role by the people) tetapi dalam
praktiknya oleh UNESCO disimpulkan bahwa ide demokrasi itu dianggap
ambiguous atau memiliki arti ganda, sekurang-kurangnya ada ambiguity atau
ketidaktentuan mengenai lembaga-lembaga atau cara-car yang dipakai untuk
melaksanakan ide atau mengenai keadaan kultural serta historis yang
mempengaruhi istilaj ode dan praktik demokrasi (Budiarjo, 1982:50).
hal ini bisa dilihat betapa negara-negara yang sama menganut asas demokrasi
ternyata mengimplementasikannya secara tidak sama. Ketidaksamaan tersebut
bahkan bukan hanya pada pembentukan lembaga-lembaga atau aparatur demokrasi,
tetapi juga menyangkut perimbangan porsi yang terbuka bagi peranan maupun
pernan rakyat.

Memang sejak dimunculkannya kembali asa demokrasi yaitu setelah tenggelam


beberapa abad dari permukaan Eropa telah menimbulkan masalah tentang siapakah
sebenarnya yang lebih berperan dalam menentukan jalannya negara sebagai
organisasi tertinggi. Pemakaian demokrasi sebagai prinsip-prinsip hidup bernegara
sebenarnya telah melahirkan fiksi-yuridis bahwa negara adalah milik masyarakat,
tetapi pada fiksi-yuridis telah terjadi tolak-tarik kepentingan, atau kontrol, tolak-
tarik antara negara-masyarakat, karena kemudian negara terlihat memiliki
pertumbuhannya sendiri sehingga lahirlah konsep tentang negara organis (Mahasin,
1982:2)
Konsep demokrasi semula lahir dari pemikiran mengenai hubungan negara dan
hukum di Yunani Kuni dan dipraktikkan dalam hidup bernegara antara abad ke-4
sebelum masehi sampai abad 6 masehi. dilihat dari pelaksanaannya, demokrasi yang
dipraktekkan bersifat langsung (direct democracy), artinya hak rakyat untuk
membuat keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh
warga negara yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas.
Sifat langusng ini dapat dilaksanakan secara efektif karena Negara Kota (city state)
Yunani Kuno berlangsung dalam kondisi sederhana. Ketentuan-ketentuan
demokrasi hanya berlaku untuk warga negara yang resmi merupakan sebagian kecil
dari seluruh penduduk. Sebagian besar yang terdiri dari budak belian, pedagang
asing, perempuan, dan anak-anak tidak dapat menikmati hak demokrasi (Budiarto,
1982:54).
Masyarakat abad pertengahan terbelenggu oleh kekuasaan feodal dan kekuasaan
pemimpin-pemimpin agama, sehingga tenggelam dalam apa yang disebut sebagai
masa kegelapan. Kendati begitu, ada sesuatu yang penting berkenaan dengan
demokrasi pada abad pertengahan itu, yakni lahirnya dokumen Magna Charta
(piagam besar), sesuatu piagam yang berisi semacam perjanjian antara beberapa
bangsawan dan Raja Jhon di Inggris bahwa Raja mengakui dan menjamin beberapa
hak dan previleges bahwasanya sebagai imbalan untuk penyerahan dana bagi
keperluan perang dan lainnya.
Ranaissance adalah aliran yang menghidupkan kembali minat pada sastra dan
budaya Yunani Kuno. Massa renaissance adala masa ketika orang mematahkan
semua ikatan yang ada dan menggantikan dengan kebebasan bertindak yang seluas-
luasnya sepanjang sesuai dengan yang dipikirkan , karena dasar ide ini adalah
kebebasan berpikir dan bertindak bagi manusia tanpa boleh ada orang lain yang
menguasai atau membatasi dengan ikatan-ikatan.
Selain renaissance, peristiwa lain yang mendorong timbulnya kembali “demokrasi”
yang sebelumnya tenggelam dalam abad pertengahan adalah terjadinya Reformasi,
yakni revolusi agama. Dua kejadian (Renaissance dan Reformasi) ini telah
mempersiapkan Eropa masuk ke dalam Aufklarung (Abad Pemikiran) dan
Rasionalisme yang mendorong mereka untuk memerdekakan pikiran dari batas-
batas yang ditentukan,
Tampak bahwa teori hukum alam merupakan usaha untuk mendobrak
pemerintahan absolut dan menetapkan hak-hak politik rakyat dalam suatu asas
yang disebut demokrasi (pemerintah rakyat). Dari pemikiran tentang hak-hak
politik rakyatr dan pemisahan kekuasaan ini terlihat munculnya kembali ide
pemerintahan rakyat (demokrasi). tetapi dalam kemunculannya sampai saat ini
demokrasi telah melahirkan dua konsep demokrasi yang berkaitan dengan peranan
masyarakat, yaitu demokrasi konstitusional abad ke-19 dan demokrasi
konstitusional abad ke-20 yang keduanya senantiasa dikaitkan pada konsep negara
hukum (Mahfud, 1999:20)
C. Bentuk-bentuk Demokrasi
Formal demokrasi menunjuk pada demokrasi dalam arti system pemerintahan. Hal
ini dapat dilihat dalam berbagai pelaksanaan demokrasi di berbagai Negara. Dalam
suatu Negara misalnya dapat diterapkan demokrasi dengan menerapkan system
presidensial atau sistem parlementer.
Sistem Presidensial : sistem ini menekankan pentingnya pemilihan presiden secara
langsung, sehingga presiden terpilih mendapatkan mandat secara langsung dari
rakyat. Dalam sistem ini kekuasaan eksekutif (kekuasaan menjalankan permintaan)
sepenuhnya berada di tangan presiden.
Sistem Parlementer : Sistem ini menerpakan model hubungan yang menyatu antara
kekuasaan eksekutif dan legeslatif. Kepala eksekutif (head of government) adalah
berada di tangan seorang perdana menteri. Adapun kepala Negara (head of state)
adalah berada pada seorang ratu, misalnya di Negara Inggris atau ada pula yang
berada pada seorang presiden misalnya di India.

1. Demokrasi Perwakilan Liberal

Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaraan bahwa manusia
adalah sebagai makhluk individu yang bebas. Oleh karena itu dalam sistem
demokrasi ini kebebasan individu sebagai dasar fundamental dalam pelaksanaan
demokrasi.
2. Demokrasi Satu Partai dan Komunisme
Demokrasi satu partai lazimnya dilaksanakan di negara-negara komunis. Kebebasan
formal berdasalkan demokrasi liberal menghasilkan kesenjangan kelas yang
semakin lebar dalam masyarakat dan akhirnya kapitalislah yang menguasai Negara
.D. Demokrasi di Indonesia

1. Perkembangan Demokrasi di Indonesia


Masalah pokok yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah bagaimana
meningkatkan kehidupan ekonomi dan membangun kehidupan sosial dan politik
yang demokratis dalam masyarakat yang beraneka ragam pola adat budayanya.
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi dalam empat periode :
1. Periode 1945-1959, masa demokrasi parlementer
2. Periode 1959-1965, masa demokrasi terpimpin
3. Periode 1966-1998, masa demokrasi Pancasila era Orde Baru
4. Periode 1999-sekarang, masa demokrasi Pancasila era Reformasi

2. Pengertian Demokrasi menurut UUD 1945

a. Seminar Angkatan Darat II (Agustus 1966)


1) DalambidangPolitik&Konstitusional.
Menurut UUD 1945, demokrasi berarti menegakkan kembali asas-asas negara
hukum dimana kepastian hukum dirasakan oleh segenap warga negara. Hak-hak
asasi manusia baik dalam aspek kolektif maupun dalam aspek perorangan dijamin,
dan penyalahgunaan kekuasaan dapat dihindarkan secara intitusional.
2) Dalam bidang Ekonomi.
Demokrasi berarti Kehidupan yang layak bagi semua warga negara. Mencakup :
Pengawasan oleh rakyat terhadap penggunaan kekayaan dan keuangan negara
Koperasi Pengakuan atas hak milik perorangan dan kepastian hukum dalam
penggunaannya
Peranan pemerintahan yang bersifat pembinaan, penunjuk jalan serta pelindung.

b. Munan III Persahi : The Rule of Law (Desember 1966)


Asas negara hukum Pancasila mengandung prinsip :
1) pengakuan dan perlindungan hak asasi yang mengandung persamaan dalam
politik , hukum, sosial, ekonomi, kultural dan pendidikan.
2) Peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak terpengaruh oleh sesuatu
kekuasaan/kekuatan lain apapun.
3) Jaminan kepastian hukum dalam semua persoalan. Yang dimaksudkan kepastian
hukum yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami, dapat
dilaksanakan dan aman dalam melaksanakannya

c. Simposium hak-hak Asasi Manusia (Juni 1967)


Persoalan hak-hak asasi manusia dalam kehidupan kepartaian untuk tahun-tahun
mendatang harus ditinjau dalam rangka keharusan kita untuk mencapai
kesetimbangan yang wajar diantara 3 hal :
1) Adanya pemerintah yang mempunyai cukup kekuasaan dan kewibawaan,
2) Adanya kebebasan yang sebesar-besarnya
3) perlunya untuk membina suatu “rapidlyexpandingeconomy” (pengenmbangan
ekonomi secara cepat).

3. Demokrasi Pasca Reformasi

Dalam suatu negara yang menganut sistem demokrasi harus berdasarkan pada
suatu kedaulatan rakyat. Kekuasaan pemerintahan negara ditangan rakyat
mengandung pengertian tiga hal :
1. Pemerintah dari rakyat (government of the people)
2. Pemerintahan oleh rakyat (government by people)
3. Pemerintahan untuk rakyat (government for people)
Struktur Pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945

1. Demokrasi Indonesia Sebagaimana Dijabarkan dalam Undang-Undang Dasar


1945 Hasil Amandemen2002 Secara umum dalam sistem pemerintahan yang
demokratis senantiasa mengandung unsur yang paling penting dan mendasar, yaitu:

– Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik.


– Tingkat persamaan tertentu diantara warga negara.
– Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh
warganegara.
– Suatu sistem perwakilan
– Suatu sistem pemilihan kekuasaan mayoritas.

2. Penjabaran Demokrasi menurut UUD 1945 dalam Sistem Ketatanegaraan


Indonesia Pasca Amandemen 2002 Berdasarkan ciri-ciri sistem demokrasi tersebut
maka penjabaran demokrasi dalam ketatanegaraan Indonesia dapat ditemukan
dalam konsep demokrasi sebagaimana terdapat dalam UUD 1945 sebagai
“Staatfundamentalnorm” yaitu ” Suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat.. ” (ayat 2).
Oleh karena itu “rakyat” adalah merupakan paradigma sentral kekuasaan negara.
Adapun rincian struktural ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan demokrasi
menurut UUD 1945 adalah sebagai berikut :
a) Konsep Kekuasaan
Konsep kekuasaan negara menurut demokrasi adalah :
1.) Kekuasaan ditangan rakyat
(a) Pembukaan UUD alinea IV
“…Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD RI
yang berkedaulatan rakyat…”
(b) Pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945
“Negara yang berkedaulatan rakyyat, berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan perrwakilan” (pokok pikiran III)
(c) UUD 1945 Pasal 1 ayat (1)
“Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik”
(d) UUD 1945 Pasal 1 ayat (2)
“kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan menurut undang-undang dasar”
Jadi, kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat dan realisasinya diatur dalam
UUD. Sebelum dilakukan amandemen kekuasaan tertinggi dilakukan oleh MPR.

2.) Pembagian kekuasaan


Pembagian kekuasaan menurut demokrasi :
1. Kekuasaan Eksekutif, didelegasikan kepada Presiden (pasal 4 ayat (1) UUD 1945)
2. Kekuasaan Legislatif, didelegasikan kepada Preisiden, DPR, dan DPD pasal 5 ayat
(1), pasal 19 dan pasal 22 C UUD 1945.
3. Kekuasaan Yudikatif, didelegasikan kepada MA pasal 24 ayat (1) UUD 1945.
4. Kekuasaan Inspektif atau pengawasan didelegasikan kepada BPK dan DPR.
Dalam UUD 1945 pasal 20 ayat (1) “… DPR juga memiliki fungsi pengawasan
terhadap presiden selaku penguasa eksekutif”.
5. Dalam UUD 1945 hasil amandemen tidak ada kekuasaan Konsultatif,
didelegasikan kepada DPA, pasal 16 UUD 1945. Artinya DPA dihapuskan karena
berdasarkan kenyataan pelaksanaan kekuasaan Negara fungsinya tidak jelas.
3.) Pembatasan Kekuasaan
Pembatasan kekuasaan menurt konsep UUD 1945, dapat dilihat melalui mekanisme
5 tahunan kekeuasaan:
(a) Pasal 1 ayat (2) “kedaulatan ditangan rakyat…”
Pemilu untuk membentuk MPR dan DPR setiap 5 tahun sekali.
(b) MPR memilki kekuasaan melakukan perubahan UUD, melantik Presiden dan
Wapres,serta melakukan impeachment terhadap presiden jika melanggar konstitusi.
(c) Pasal 20 A ayat (1),”DPR memiliki fungsi pengawasan.” Yang berarti mengawasi
pemerintahan selama jangka waktu 5 tahun.
(d) Rakyat kembali mengadakan Pemilu setelah membentuk MPR dan DPR
(rangkaian kegiatan 5 tahunan sebagai periodesasi kekuasaan.

b) Konsep Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan menurut UUD 1945 dirinci sebagai berikut :
(1) Penjelasan UUD 1945 tentang Pokok Pikiran III, “… Oleh karena itu sistem
Negara yang terbentuk dalam UUD 1945, harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan
berdasarkan atas permusyawaratan/perwakilan.”
(2) Putusan MPR ditetapkan dengan suara terbanyak, misalnya pasal 7B ayat 7.

c) Konsep Pengawasan
Konsep Pengawasan menurut UUD 1945 ditentukan sebagai berikut :
(1) Pasal 1 ayat (2), “Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan menurut
UUD.”
(2) Pasal 2 ayat (1), “MPR terdiri atas DPR dan anggota DPD”
(3) DPR senantiasa mengawasi tindakan Presiden.

d) Konsep Partisipasi
Konsep partisipasi menurut UUD 1945 adalah sebagai berikut :
(1) Pasal 27 ayat (1), “Segala warganegara bersamaan kedudukannya didalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tiada kecualinya.”
(2) Pasal 28, “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan UU.”
(3) Pasal 30 ayat (1), ”Tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pembelaan Negara.”
Konsep partisipasi menyangkut seluruh aspek kehidupan kenegaraan dan
kemasyarakatan yang terbuka untuk seluruh warga Negara Indonesia. Demokrasi
Indonesia mengandung suatu pengertian bahwa rakyat adalah sebagai unsur sentral,
oleh karena itu pembinaan dan pengembangannya harus ditunjang oleh adanya
orinentasi baik pada nilai-nilai yang universal yakni rasionalisasi hukum dan
perundang-undangan juga harus ditunjang norma-norma kemasyarakatan yaitu
tuntutan dan kehendak yang berkembang dalam masyarakat.

NEGARA DAN KONSTITUSI

A. Pengertian negara
Nicollo Machiavelli yang merumuskan Negara sebagai Negara kekuasaan. Teori
Negara menurut Machiavelli tersebut mendapat tantangan dan reaksi yang kuat dari
filsuf lain separti Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704) dan
Rousseau (1712-1778). Mereka mengartikan Negara sebagai suatu badan atau
organisasi hasil dari perjanjian masyarakat secara bersama. Menurut mereka,
manusia sejak dilahirkan telah membawa hak-hak asasinya seperti hak untuk hidup,
hak milik serta hak kemerdekaan.
Konsep pengertian Negara modern yang dikemukakan oleh para tokoh lain antara
lain :
1. Roger H. Soltau, mengemukakan bahwa Negara adalah sebagai alat agency atau
wewenang / authority yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan
besama atas nama masyarakat.
2. Menurut Harold J. Lasky bahwa Negara adalah merupakan suatu masyarakat
yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat sah lebih agung dari
pada individu atau sekelompok.
3. Mc. Iver bahwa Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban suatu
masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan system hukum yang
diselenggarakan oleh suatu pemerintah maksud tersebut diberi kekuasaan
memaksa.
4. Miriam Budiardjo bahwa Negara adalah suatu daerah territorial yang rakyatnya
diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut dr warga
Negaranya ketaatan pada perundang-undangannya melalui penguasaan (control)
monopolitis dari kekuasaan yang sah.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh berbagai filsuf serta para sarjana
tentang negara, maka dapat disimpulkan bahwa semua Negara memiliki unsur-
unsur yang mutlak harus ada. Unsur-unsur Negara meliputi :
1. Wilayah
2. Rakyat
3. Pemerintahan

Bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dilatar belakangi oleh adanya kesatuan
nasib, yaitubersama-sama dalam suatu penderitaan dibawah penjajahan bangsa
asing serta berjuang merebut kemerdekaan. Selain itu yang sangat khas bagi bangsa
Indonesia adalah unsur-unsur etnis yang membentuk bangsa itu sangat beraneka
ragam, baik latar belakang budaya seperti bahasa, adat kebiasaan serta nilai-nilai
yang dimilikinya.
Prinsip-prinsip Negara Indonesia dapat dikaji melalui makna yang terkandung
dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea I,II,III & IV.
B. Konstitusionalisme
Konstitusionalisme mengacu kepada pengertian sistem institusionalisasi secara
efektif dan teratur terhadap suatu pelaksanaan pemerintahan. Basis pokok
konstitusionalisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan (consensus)
diantara mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkaitan dengan
negara.
Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme pada umumnya dipahami
berdasarkan pada :
1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama
2. Kesepakatan tentang the rule of law
3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur ketatanegaraan
Kesepakatan pertama, yaitu berkenaan dengan cita-cita bersama yang sangat
menentukan tegaknya konstitusionalisme dan konstitusi dalam suatu Negara.
Kesepakatan kedua , adalah kesepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan atas
aturan hukum dan konstitusi.
Kesepakatan ketiga, adalah berkenaan dengan (a) bangunan organ Negara dan
prosedur-prosedur yang mengatur kekuasaan, (b) hubungan-hubungan antar organ
Negara itu satu sama lain, serta (c) hubungan antar organ-organ Negara itu dengan
warga Negara .
Keseluruhan kesepakatan itu pada intinya menyangkut prinsip pengaturan dan
pembatasan kekuasaan. Atas dasar pengertian tersebut maka sebenarnya prinsip
konstitusionalisme modern adalah menyangkut prinsip pembatasan kekuasaan atau
yang lazim disebut sebagai prinsip limited government. Konstitusionalisme
mengatur dua hubungan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu: Pertama,
hubungan antara pemerintahan dengan warga Negara; dan Kedua, hubungan antara
lembaga pemerintahan yang satu dengan lainnya.
C. konstitusi Indonesia
Amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan oleh bangsa Indonesia sejak tahun 1999,
dimana amandemen pertama dilakukan dengan memberikan tambahan dan
perubahan terhadap pasal 9 UUD 1945. Kemudian amandemen kedua dilakukan
pada tahun 2000, amandemen ketiga dilakukan pada tahun 2001 dan disahkan pada
tanggal 10 Agustus 2002.
Penegertian hukum dasar meliputi dua macam yaitu, hukum dasar tertulis dan
hukum dasar tidak tertulis. Oleh karena itu sifatnya yang tertulis, maka Undang-
Undang Dasar itu rumusannya tertulis dan tidak mudah berubah. Undang-Undang
Dasar menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka
dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu Negara dan
menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut.
Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Undang-Undang
Dasar 1945 bersifat singkat dan supel. UUD 1945 hanya memiliki 37 pasal, adapun
pasal-pasal lain hanya memuat aturan peralihan dan aturan tambahan.
Sifat-sifat UUD 1945 adalah sebagai berikut :
1. Rumusannya jelas
2. Bersifat singkat dan supel
3. Memuat norma-norma, aturan-aturan serta ketentuan-ketentuan yang dapat dan
harus dilaksanakan secara konstitusional
4. Peraturan hukum positif yang tinggi
Convensi adalah hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang
timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun sifatnya
tidak tertulis.
Convensi ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
(1) Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan Negara.
(2) Tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar dan berjalan sejajar.
(3) Diterima oleh semua rakyat.
(4) Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan-aturan
dasar yang tidak terdapat dalam Undang-Undang Dasar.
Jadi convensi bilamana dikehendaki untuk menjadi suatu aturan dasar yang tertulis,
tidak secara otomatis setingkat dengan UUD, melainkan sebagai suatu ketetapan
MPR.

Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas dari pada pengertian UUD, karena
pengertian UUD hanya meliputi konstitusi tertulis saja, dan selain itu masih
terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak tercakup dalam UUD.
Sistem pemerintahan negara Indonesia dibagi atas tujuh :
1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtstaat)
2. Sistem konstitusional
3. Kekuasaan tertinggi ditangan rakyat
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi disamping
MPR dan DPR
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
6. Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung
jawab kepada DPR
7. Kekuasaan kepala negara tidak tak-terbatas
Menurut penjelasan UUD 1945, Negara Indonesia adalah Negara hukum, Negara
hukum yang berdasarkan Pancasila dan bukan berdasarkan atas kekuasaan. Sifat
Negara hukum hanya dapat ditunjukkan jikalau alat-alat perlengkapanya bertindak
menurut dan terikat kepada aturan-aturan yang ditentukan lebih dahulu oleh alat-
alat perlengkapan yang dikuasai untuk mengadakan aturan-aturan itu.
Ciri-ciri suatu Negara Hukum adalah :
a. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung persamaan dalam
bidang politik, hukum, sosial, ekonomi dan kebudayaan.
b. Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak
memihak.
c. Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat
dipahami dapat dilaksanakan dan aman dalam melaksanakannya.

Dalam era reformasi dewasa ini bangsa Indonesia benar-benar ingin


mengembalikan peranan hukum, aparat penegak hukum beserta seluruh sistem
peraturan perundang-undangan akan dikembalikan pada dasar-dasar Negara
hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 hasil amandemen 2002 yang
mengemban amanat demokrasi dan perlindungan hak-hak asasi manusia.

https://bagusdimas471.wordpress.com/2015/04/13/identitas-nasional-demokrasi-indonesianegara-dan-
konstitusi/

Anda mungkin juga menyukai