Anda di halaman 1dari 22

AUDIT REPORTS

Diajukan untuk memenuhi tugas PEMERIKSAAN AKUNTANSI 1

Dosen pengampu : SYAHILUL AMRI, SE, M.Ak

Disusun oleh :

KELOMPOK 2

RINIWATI SIANTURI – 023001704120

OCTO MERABONA - 023001714026

1
LAPORAN AUDIT

A. LAPORAN AUDIT
Laporan merupakan hal yang sangat penting dalam penugasan audit dan assurance karena
mengkomunikasikan temuan-temuan auditor.
Laporan Audit adalah tahap akhir dari keseluruhan proses audit. Alasan mempelajarinya
saat ini adalah untuk memperkenalkan berbagai jelnis laporan audit karena pengumupulan
berbagai jenis laporan Karen pengumpulan bukti akan dipelajari dalam buku ini. Konsep-konsep
bukti audit ini akan lebih berarti setelah anda memahami bentuk dan isi dari hasil akhir audit.
Kita memulainya dengan menguraikan isi dari laporan audit standar.
Seperti dibahas di Bab 2, Auditing Standart Board (ASB) AICPA menetapkan standar untuk
entitas nonpublic, sementara PCAOB menetapkan standar auditing untuk perusahaan public.
Karena PCAOB mengadopsi standar AICPA yang sudah ada sebagai standar interim, maka
standar auditing, termasuk yang terkait dengan pelaporan audit, adalah serupa bagi perusahan
public dan entitas non profit. Namun seabagi bagian dari Clarity Project AICPA, ASB
memodifikasi pelaporan audit bagi entitas non public agar serupa dengan pelaporan menurut
Standart Auditing International. Akibatnya format laporan Audit bagi entitas Publik non Publik
saat ini berbeda, meskipun substansi umum dari isin laporan serupa baik menurut standart
Auditing AICPA atau PCAOB.

B. LAPORAN AUDIT STANDAR TANPA PENGECUALIAN UNTUK ENTITAS


NONPUBLIK

Laporan Audit Standar Tanpa Pengecualian Berisi delapan bagian yang berbeda yakni

1. Judul Laporan Standar Auditing mensyaratkan bahwa laporan harus diberi judul yang
mengandung Independent. Sebagai contoh, judul yang tetap mencakup “ laporan audit
independen” atau “Pendapat akuntan independen” Kewajiban mencantumkan kata
independen dimaksudkan untuk member tahu para pemakai laporan bahwa audit tersebut
dalam segala aspeknya dilaksanakan secara tidak memihak atau tidak bias.
2. Alamat Laporan Audit. Laporan ini umumnya ditujukan kepada perusahaan para
pemegang perusahaan, atau dewan direksi perusahaan. Dalam tahun-tahun terakhir ini

2
telah menjadi hal yang biasa mengalamatkan laporan ini kepada dewan direksi dan para
pemegang saham untuk menunjukan bahwa auditor independen terhadap perusahaan.
3. Paragraf Pendahuluan. Paragraf pertama pelaporan bahwa menunjukan bahwa kantor
akuntan public bersangkutan telah melaksanakan audit, yang membedakan laporan audit
dari laporan kompilasi atau laporan review. Paragraf pertama juga menyatakan laporan
keuangan yang telah diaudit, termasuk catatan atas laporan keuangan dan tanggal neraca
serta periode akuntansi untuk laporan laba rugi dan laporan arus kas. Kata-kata tentang
laporan keuangan dalam laporan audit harus indentik dengan yang digunakan oleh
manajemen pada laporan keuangan tersebut. Perhatikan bahwa laporan Gambar 3-1
merupakan laporan keuangan komparatif. Karena itu diperlukan laporan audit laporan
audit atas laporan keuangan untuk kedua tahun tersebut.
4. Tanggung Jawab Manajemen. Judul dan paragraf ini menyatakan bahwa laporan
keuangan merupakan tanggung jawab manajemen. Tanggung jawab ini meliputi
pemilihan prinsip-prinsip akuntansi yang tepat dan penyelenggara pengendalian internal
atas laporan keuangan yang mencukupi untuk penyajian lsporan keuangan yang bebas
dari salah saji yang material akibat kecurangan atau kesalahan
5. Tanggung Jawab Auditor. Bagian pada tanggung jawab auditor berisi tiga paragraf.
Paragraf pertama menyatakan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar
auditing yang berlaku umum di A.S . Paragraf ini juga menyatakan bahwa audit
dirancang untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan telah
bebas dari salah saji yang material (material misstatement ). Pencantuman kata material
menunjukan bahwa auditor hanya bertanggung jawab mencari salah saji yang signifikan,
bukan salah saji kecil yang tidak mempengaruhi keputusan para pemakai laporan
keuangan. Istilah keyakinan yang memadai (reason able assurance) digunakan untuk
menunjukkan bahwa audit tidak dapat diharapkan menghapus seluruh kemungkinan
adanya salah saji yang material dalam laporan keuangan. Dengan kata lain, audit memang
memberikan tingkat assurance yang tinggi, tetapi bukan suatu jaminan.
Paragraf Kedua menguraikan ruang lingkup audit dan bukti audit yang dikumpulkan.
Paragraf ini menunjukkan bahwa prosedur yang digunakan tergantung pada
pertimbangan auditor dan mencakup penilaian risiko salah saji yang material dalam
laporan keuangan. Paragraf ini juga menunjukan penilaian risiko salah saji yang material

3
dalam laporan keuangan. Paragraf ini juga menunjukan bahwa auditor
mempertimbangkan pengendalian internalyang relevan terhadap penyusunan dan
penyajian wajar laporan keuangan ketika merancang prosedur audit yang akan
dilaksanakan, tetapi penilaian pengendalian internal ini bukan untuk tujuan serta tidak
cukup untuk menyatakan pendapat tentang keefektifan pengendalian internal entitas.
Kalimat terakhir dari paragraph ini menunjukan bahwa audit mencakup pengevaluasian
kebijakan akuntansi yang dipilih, kelayakan estimasi akuntansi, dan penyajian laporan
keuangan secara keselurahan.
Paragraf ketiga menunjukkan auditor yakin bahwa bukti audit yang tepat dan mencukupi
telah diperoleh demi mendukung pendapat auditor.
6. Paragraf Pendapat. Paragraf terakhir dalam laporan audit standar menyatakan
kesimpulan auditor berdasarkan hasil audit. Bagian laporan ini begitu penting, sehingga
sering kali keseluruhan laporan audit dinyatakan secara sederhana sebagai pendapat
auditor. Paragraf pendapat dinyatakan sebagai suatu pendapat saja bukan sebagai
pernyataan yang mutlak atau sebagai jaminan. Maksudnya adalah untuk menunjukkan
bahwa kesimpulan tersebut dibuat berdasarkan pertimbangan professional. Frasa menurut
pendapat kami menunjukkan bahwa mungkin ada beberapa risiko informasi yang
berkaitan dengan laporan keuangan tersebut meskipun telah diaudit.
Salah satu bagian dalam laporan auditor yang controversial adalah arti istilah menyajikan
secara wajar (present fairly). Apakah ini berarti jika prinsip – prinsip akuntansi yang
berlaku umum telah dipatuhi, maka laporan keuangan telah disajikan secara wajar, atau
lebih dari itu? Terkadang pengadilan menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab
mencari lebih dari sekedar kepatuhan terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum untuk menetukan apakah pemakai laporan tidak disesatkan, sekalipun prinsip-
prinsip tersebut telah dipatuhi. Sebagian besar auditor percaya bahwa laporan keuangan
telah “disajikan secara wajar” apabila disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku amum , tetapi auditor juga harus menguji substansi transaksi serta saldo
akun terhadap kemungkinan adanya informasi yang salah.
7. Nama dan Alamat KAP Nama mengidentifikasi kantor akuntan public (KAP) atau
praktisi yang melaksanakan audit. Biasanya yang dituliskan adalah nama kantor akuntan
public, karena seluruh bagian dari kantor akuntan public mempunyai tanggung jawab

4
umum memenuhi standart professional. Kota dan Negara bagian lokasi KAP itu juga
harus dicantumkan.
8. Tanggal Laporan Audit. Tanggal yang tepat untuk dicantumkan pada laporan audit
adalah ketika auditor menyelesaikan prosedur audit di lokasi pemeriksaan. Tanggal ini
merupakan hal yang penting bagi para pemakai loporan karena menunjukkan hari
terakhir dari tanggung jawab auditor untuk mereview peristiwa peristiwa penting yang
terjadi setelah tanggal laporan keuangan. Dalam laporan audit yang disajikan pada
gambar 3-1, tanggal neraca adalah 31 Desember 2013, dan tanggal laporan audit adalah
15 februari 2014. Ini menunjukkan bahwa auditor telah memeriksa transaksi dan
peristiwa material yang belum dicatat, yang terjadi hungga tanggal 15 Februari 2014.

C. KONDISI-KONDISI LAPORAN AUDIT STANDAR TANPA PENGECUALIAN

Laporan audit standar tanpa pengecualian diterbitkan bila kondisi-kondisi berikut


terpenuhi:

5
1. Semua laporan keuangan-neraca,laporan laba-rugi,saldo laba,dan laporan arus kas-sudah
tercakup di dalam laporan keuangan. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya
dalam penugasan.
2. Bahan bukti yang cukup telah dikumpulkan dan auditor tersebut telah melaksanakan
penugasan dengan cara yang memungkinkan baginya untuk menyimpulkan bahwa ketiga
standar pekerjaan lapangan telah dipenuhi.
3. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.Ini
berarti bahwa pengungkapan yang memadai telah disertakan dalam catatan kaki dan
bagian-bagian lain dalam laporan keuangan.
4. Tidak terdapat situasi yang memerlukan penambahan paragraph penjelasan atau
modifikasi kata-kata dalam laporan.

D. LAPORAN AUDIT STANDAR TANPA PENGECUALIAN DAN LAPORAN


TENTANG PENGENDALIAN INTERNAL ATS PELAPORAN KEUANGAN
MENURUT STANDAR AUDITING PCAOB

Terdapat dua perbedaan pelaporan audit yang signifikan untuk perusahaan yaitu:

1. Laporan Audit Standar tanpa pengecualian untuk perusahaan Publik.


Laporan Audit standar tanpa pengecualian untuk perusahaan public meliputi tiga
paragraph dimana :
Paragraf Pertama Adalah paragraph pendahuluan dan menunjukkan bahwa audit
telah dilaksanakan serta laporan keuangan telah diaudit. Paragraf pendahuluan juga
menunjukkan bahwa laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen dan
tanggung jawab auditor adalah menyatakan pendapat tentang laporan keuangan.
Bahwa informasi ini serupa dengan tiga paragraph pertama dalam laporan audit
standar tanpa pengecualian untuk entitas non public seperti gambar 3-1.contoh buku

Paragrag Ruang Lingkup serupa dengan paragraph kedua menurut tanggung jawab
auditor pada gambar 3-1, dibuku, dan menunjukkan bahwa audit dirancang untuk
memberikan kepastian yang layak bahwa laporan keuangang telah bebas dari salah

6
saji yang material . Paragraf Ruang Lingkup menyatakan bahwa audit dinyatakan atas
dasar pengujian.

Paragraf Ketiga merupakan paragraph pendapat dan serupa dengan paragraph


pendapat yang tersaji pada seperti conth gambar 3-1. Jika auditor juga mengeluarkan
laporan terpisah tentang pengendalian internal atas laporan keuangan, paragraph
keempat kan mengikuti paragraph pendapat yang disebut laporan audit tentang
pengendalian internal.

2. Laporan tentang pengendalian Internal atas Pelaporan Keuangan


Sebagaimana dibahas pada bab 1, Section 404 (b) dari Sarbanes-Oxley Act
mengharuskan auditor perusahaan public untuk mengatasi laporan manajemen
tentang keefektifan pengendalian internal atas pelaporan. Sejak tahun 2004,
Perusahaan public berukuran besar (dikenal sebagai accelerated filers) telah
diwajibkan oleh SEC untuk menyerahkan laporan auditor tentang pengendalian
internal atas pelaporan keuangan setiap tahunnya. Seperti disinggung di Bab 1, non-
accelerated filers dikecualikan dari persyaratan ini disahkan oleh Congress melalui
pembuatan legislasi reformasi keuangan Dodd-Frank 2010 tentang pengecualian
permanen bagi non-accelerated filers.

7
PCAOB Auditing Standar 5 mewajibkan audit atas pengendalian internal dipadukan
dengan audit atas laporan keuangan. Namun auditor dapat memilih untuk
menerbitkan laporan terpisah, seperti laporan, seperti laporan terpisah tentang
pengendalian internal atas pelaporan keuangan yang ditunjukan pada gambar
3-4, atau pada laporan gabungan. Laporan gabungan tentang laporan keuangan
dan pengendalian internal atas pelaporan keuangan menyajikan baik laporan
keuangan maupun laporan manajemen tentang pengendalian internal atas pelaporan
keuangan. Meskipun laporan gabungan diijinkan, laporan terpisah tentang
pengendalian internal atas pelaporan keuangan jauh lebih umum dan meliputi unsur-
unsur berikut.

8
Penjelasan
 Paragraf pendahuluan, ruang lingkup, dan pendapat menguraikan ruang
lingkup pekerjaan auditor serta pendapat tentang pengendalian internal atas
pelaporan keuangan, sementara paragraph pendahuluan menyoroti tanggung
jawab manajemen terhadap serta penilaian terpisah tentang pengendalian
internal atas pelaporan keuangan.
 Paragraph pendahuluan dan pendapat juga mengacu pada kerangka kerja yang
digunakan untuk mengevaluasi pengendalian internal.
 Laporan itu menyertakan paragraph sesudah paragraph ruang lingkup yang
menetapkan pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
 Laporan itu juga menyertakan paragraph tambahan sebelum paragraph
pendapat menyatakan keterbatasan yang melekat dari pengendalian internal.
 Meskipun pendapat audit atas laporan keuangan keuangan mencakup banyak
periode pelaporan, pendapat auditor tentang efektivitas peengendalian internal
adalah untuk akhir tahun fiscal terkini.
 Paragraf terakhir dari laporan itu menyertakan sebuah referensi silang ke
laporan terpisah auditor tentang laporan keuangan.

Menyajikan pendapat wajar tanpa pengecualian tentang efektivitas pengendalian internal


atas pelaporan keuangan yang disusun sesuai dengan PCAOB Auditing Standar 5.
Auditor dapat mengeluarkan pendapat dengan pengecualian, pendapat tidak wajar, atau
menolak memberikan pendapat tentang efektivitas operasi pengendalian internal atas
laporan keuangan. Kondisi-kondisi yang mengharuskan auditor mengeluarkan laporan
selain dari pendapat wajar tanpa pengeculaian menyangkut efektivitas operasi
pnegendalian internal . bersama dengan pengaruh kondisi ini terhadap kata-kata dalam
laporan auditor menyangkut pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

9
E. LAPORAN AUDIT WAJAR TANPA PENGECUALIAN DENGAN PARAGRAF
PENJELASAN ATAU MODIFIKASI KATA-KATA

Beberapa penyebab ditambahkannya suatu paragraph penjelasan atau modifikasi kalimat


pada laporan wajar tanpa pengecualian standar baik menurut standar auditing AICPA maupun
PCAOB lain :

1. Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan (going concern).
3. Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
4. Penekanan pada suatu masalah.
5. Laporan yang melibatkan auditor lainnya.
Keempat penyebab pertama dibutuhkan suatu paragraph penjelasan. Pada masing
masing kasus, ketiga paragraf standar tetap disertakan tanpa ditambahi modifikasi apapun
kemudian ditambahkan sebuah paragraf penjelasan dan baru diikuti dengan paragraf
pendapat.

1. TIDAK ADANYA APLIKASI YANG KONSISTEN DARI GAAP

Standar pelaporan kedua mewajibkan auditor untuk memperhatikan situasi dimana


prinsip akuntansi tidak dilaksanakan secara konsisten dalam periode berjalan
dihubungkan dengan periode sebelumnya.Prinsip akuntansi yang berlaku umum
menetapkan bahwa perubahan dalam prinsip akuntansi atau metode aplikasinya
merupakan hal yang dapat diterima dan bahwa sifat dan dampak perubahan itu
diungkapkan secara memadai.

Konsistensi versus Komparabilitas

Auditor harus dapat menentukan perbedaan antara perubahanyang dapat


mempengaruhi konsistensi pelaporan serta perubahan yang dapat mempengaruhi
komparabilitas, tapi tidak mempengaruhi konsistensi pelaporan. Berikut ini adalah contoh-
contoh perubahan yang mempengaruhi konsistensi dan karenanya, memerlukan paragraf
penjelasan jika perubahan tersebut material :

10
1. Perubahan prinsip akuntansi, seperti perubahan metode penilaian persediaan dan FIFO
menjadi LIFO.
2. Perubahan entitas pelaporan, seperti penambahan perusahaan baru dalam laporan
keuangan gabungan.
3. Perbaikan kesalahan yang melibatkan prinsip-prinsip akuntansi, yaitu dengan mengubah
prinsip akuntansi yang tidak berlaku umum menjadi prinsip akuntansi yang berlaku
umum, termasuk perbaikan atas akibat dari kesalahan penggunaan prinsip akuntansi
tersebut.

Perubahan yang mempengaruhi komparabilitas tetapi tidak mempengaruhi konsistensi


sehingga tidak perlu dimasukkan dalam laporan audit adalah sebagai berikut :
1. Perubahan estimasi, seperti penurunan umur manfaat aktiva untuk tujuan penyusutan.
2. Koreksi kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntansi, seperti kesalahan matematis
dalam tahun sebelumnya.
3. Variasi format dan penvajian informasi keuangan.
4. Perubahan yang terjadi akihat transaksi atau peristiwa yang sangat berbeda, seperti
usaha dalam riset dan pengembangan yang baru atau penjualan anak perusahaan.
Hal-hal yang secara material mempengaruhi komparabilitas laporan keuangan umumnya
memerlukan suatu pengungkapan dalam catatan kaki. Laporan audit wajar dengan pengecualian
menyangkut pengungkapan yang tidak memadai mungkin diperlukan bila klien menolak
mengungkapkan secara layak pos tersebut.

2. KERAGUAN YANG SUBSTANSIAL TENTANG GOING CONCERN


Walaupun tujuan audit bukan untuk mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan, auditor
memiliki tanggung jawab menurut SAS 59 (AU 341) untuk mengevaluasi apakah perusahaan
mempunvai kemungkinan untuk tetap bertahan (going concern). Sebagai contoh, keberadaan
satu atau lebih faktor-faktor berikut dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kemampuan
perusahaan untuk terus mempertahankan kelangsungan hidupnya :
1. Kerugian operasi atau kekurangan modal kerja yang berulang dan signifikan.
2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya ketika jatuh tempo.

11
3. Kehilangan pelanggan utama, terjadi bencana yang tak dijamin oleh asuransi seperti
gempa bumi atau banjir, atau masalah ketenagakerjaan Yang tidak biasa.
4. Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal serupa lainnva yang sudah terjadi dan
dapat membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi.
Dalam situasi tertentu, akuntan publik mungkin ingin menekankan beberapa masalah
tertentu berkaitan dengan laporan keuangan, walaupun ia bermaksud mengekspresikan suatu
pendapat wajar tanpa pengecualian. Biasanya, informasi penjelas harus dicantumkan dalam suatu
paragraf terpisah pada laporan audit.

3. AUDITOR MENYETUJUI PENYIMPANGAN DARI PRINSIP AKUNTANSI


YANG BERLAKU UMUM
Peraturan 203 dari kode Perilaku Profesional AICPA menyatakan bahwa dalam
situasi yant tidak biasa, penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum
mungkin tidak memerlukan pendapat wajar. Akan tetapi untuk menjustifkasi
pendapat wajar tanpa pengecualian auditor harus yakin dan harus menyatakan serta
menjelaskan, dalam satu atau beberapa paragraph terpisah pada laporan audit, bahwa
dengan menaati prinsip akuntansi dapat menimbulkan hasil menyesatkan pada situsi

4. PENEKANAN PADA MASALAH

Dalam keadaan tertentu mungkin akuntan publik ingin memberikan penekanan pada hal-
hal spesifik mengenai laporan keuangan yang di auditnya,meskipun dia bermaksud untuk
memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Biasanya, Informasi penjelas harus
dicantumkan dalam suatu paragraph terpisah pada laporan audit. Contoh Informasi penjelas
dimana dapat melaporkannya sebagai penekanan pada suatu masalah adalah sebagai berikut:

 Ada transaksi dengan pihak terkait yang berniali besar


 Peristiwa penting yang terjadi setelah tanggal neraca
 Uraian tentang masalah akuntansi yang mempengaruhi komparabilitas laporan
keuangan tahun berjalan dengan tahun sebelumnya.
 Ketidakpastian yang material yang diungkapkan dalam catatan kaki.

12
5. LAPORAN YANG MELIBATKAN AUDITOR LAIN

Apabila akuntan publik mengandalkan kantor akuntan publik lain untuk melaksanakan
sebagian proses audit, yang biasa terjadi bila klien memiliki sejumlah cabang atau subdivisi yang
tersebar letaknva, maka kantor akuntan publik utama memiliki tiga altenatif. Hanya altenatif
kedua yang memberikan laporan audit wajar tanpa pengecualian dengan modifikasi kata-kata.
1. Tidak Memberikan Referensi dalam Laporan Audit
Ketika tidak ada referensi yang diberikan kepada auditor lainnya, maka pendapat wajar
tanpa pengecualian standar akan diberikan kecuali ada situasi lain yang mengharuskan
adanya penvimpangan.
2. Memberikan Referensi dalam Laporan (Modifikasi Kalimat)
Jenis laporan ini disebut juga sebagai laporan atau pendapat bersama. Laporan bersama
yang wajar tanpa syarat adalah laporan yang tepat untuk diterbitkan apabila tidak praktis
untuk mereview pekerjaan auditor lain, atau apabila proporsi laporan keuangan yang
diaudit oleh auditor lain material terhadap keseluruhan laporan.
3. Mengeluarkan Pendapat Wajar dengan Pengecualian
Pendapat wajar dengan pengecualian atau menolak memberikan pendapat, bergantung
pada materialitas, diperlukan jika auditor utama tidak ingin memikul tanggung jawab apa
pun atas pekerjaan auditor lain. Auditor utama dapat juga memutuskan bahwa diperlukan
kualifikasi bagi keseluruhan laporan jika auditor lain memberikan pendapat wajar dengan
pengecualian atas sebagian laporan keuangan yang telah diauditnya.

F. PENYIMPANGAN DARI LAPORAN AUDIT WAJAR TANPA PENGECUALIAN


Para auditor dan pembaca laporan audit perlu untuk memahami situasi dan kondisi yang
tepat di mana laporan audit wajar tanpa pengecualian perlu untuk diterbitkan. Dalam studi
tentang laporan audit yang menyimpang dan laporan wajar tanpa pengecualian, terdapat tiga
topik yang berkaitan erat satu sama lain : kondisi yang menyebabkan penyimpangan dari laporan
audit bentuk baku, jenis pendapat audit selain wajar tanpa pengecualian, dan materialitas.

13
Ketiga kondisi yang memerlukan penyimpangan diikhtisarkan secara singkat, antara lain :
1. Ruang Lingkup Audit Dibatasi (Pembatasan Ruang Lingkup)
Apabila auditor tidak dapat mengumpulkan bukti audit yang memadai untuk
menyimpulkan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan GAAP/PSAK,
maka terdapat pembatasan atas ruang lingkup audit.
2. Laporan Keuangan Tidak Sesuai Dengan Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku
Umum (Penyimpangan GAAP)
Sebagai contoh, jika klien bersikeras menggunakan biaya pengganti (replacement cost)
untuk aktiva tetapnya atau menilai persediaannya pada harga jual daripada biaya historis,
maka diperlukan pendapat di luar pendapat wajar tanpa syarat.

3. Auditor Tidak Independen


Independensi umumnya ditentukan oleh Peraturan 101 dan aturan Kode Perilaku
Profesional. Persyaratan independensi auditor dan Kode Perilaku Profesional akan
dibahas bab berikutnya.

Apabila salah satu dan dari tiga kondisi di atas menunjukkan gejala penyimpangan yang
bernilai material, maka laporan selain laporan wajar tanpa syarat harus diterbitkan. Tiga jenis
utama laporan audit yang diterbitkan sesuai dengan ketiga kondisi tersebut adalah laporan wajar
dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat tidak wajar (adverse opinion), serta menolak
memberikan pendapat (disclaimer of opinion).

Laporan wajar dengan pengecualian (qualified opinion) dapat diterbitkan akibat


pembatasan ruang lingkup audit atau kelalaian untuk mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Laporan pendapat wajar dengan pengecualian dapat diterbitkan hanya apabila auditor
menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara wajar.
Laporan pendapat tidak wajar atau menolak memberikan pendapat harus diterbitkan jika auditor
merasa yakin bahwa kondisi yang dilaporkan tersebut bersifat sangat material. Oleh karena itu,
pendapat wajar dengan pengecualian ini dianggap sebagai jenis laporan audit yang paling baik
artinya setelah laporan audit wajar tanpa syarat (unqualified report).

14
Pendapat tidak wajar (adverse opinion) digunakan hanya apabila auditor yakin bahwa
keseluruhan laporan keuangan telah disajikan dengan tidak wajar sehingga tidak menyajikan
posisi keuangan atau hasil usaha dan arus kas yang wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Laporan pendapat tidak wajar hanya dapat diterbitkan apabila auditor memiliki
pengetahuan, setelah melakukan investigasi yang mendalam, bahwa tidak ada kesesuaian dengan
GAAP/PSAK namun hal ini jarang terjadi sehingga pendapat tidak wajar jarang sekali
diterbitkan.

Menolak memberikan pendapat (disclaimer of opinion) diterbitkan apabila auditor


tidak dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah
disajikan secara wajar. Kebutuhan untuk menolak memberikan pendapat akan timbul apabila
terdapat pembatasan ruang lingkup audit atau terdapat hubungan yang tidak independent
menurut Kode Perilaku Profesional antara auditor dengan kliennya. Kedua situasi ini
menghalangi auditor untuk mengeluarkan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan.
Auditor juga meiniliki opsi untuk menolak memberikan pendapat pada masalah kelangsungan
hidup perusahaan (going concern).

Penolakan memberikan pendapat berbeda dengan pemberian pendapat tidak wajar di mana
penolakan memberikan pendapat hanya dapat terjadi apabila auditor kurang memiliki
pengetahuan atas penyajian laporan keuangan, sedangkan untuk menyatakan pendapat tidak
wajar, auditor harus memiliki pengetahuan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar.
Penolakan memberikan pendapat maupun pendapat tidak wajar hanya digunakan apabila
kondisinya sangat material.

G. MATERIALISTIS

Materialitas memberikan suatu pertimbangan penting dalam menentukan jenis laporan audit
yang tepat untuk diterbitkan dalam situasi tertentu. Sebagai contoh, jika kesalahan penyajian
relatif tidak material terhadap laporan keuangan suatu entitas selama periode berjalan, maka
tepat untuk menerbitkan pendapat wajar tanpa syarat.

15
Situasinya akan berubah total apabila jumlahnya signifikan sehingga keseluruhan laporan
keuangan akan dipengaruhi secara material. Dalam kondisi ini, auditor perlu menolak
memberikan pendapat atau menerbitkan pendapat tidak wajar, tergantung pada sifat salah saji
tersebut. Dalam situasi-situasi yang tingkat materialitasnya lebih rendah, akan lebih tepat jika
menerbitkan pendapat wajar dengan pengecualian.

Tingkat Materialitas
Definisi umum dan materialitas yang diterapkan dalam bidang akuntansi dan juga berlaku dalam
pelaporan audit adalah sebagai berikut : "Kesalahan penyajian laporan keuangan dapat
dianggap material jika kesalahan penyajian tersebut mempengaruhi keputusan para pengguna
laporan”. Dalam penerapan definisi ini, terdapat tiga tingkat materialitas digunakan untuk
menentukan jenis pendapat yang akan diterbitkan.

Jumlahnya tidak Material Jika terdapat salah saji dalam laporan keuangan tetapi cenderung
tidak mempengaruhi keputusan pemakai laporan, hal tersebut dianggap sebagai tidak material.
Karena itu, pendapat wajar tanpa syarat layak untuk diterbitkan.

Jumlahnya Material tetapi Tidak Memperburuk Laporan Keuangan secara Keseluruhan


Tingkat materialitas yang kedua terjadi apabila terdapat kesalahan penyajian dalam laporan
keuangan akan mempengaruhi keputusan para penguna laporan, namun laporan keuangan secara
keseluruhan tetap disajikan secara wajar dan karenanya masih berguna.

Jumlahnya Sangat Material Atau Begitu Pervasif Sehingga Kewajaran Laporan Keuangan
secara Keseluruhan Diragukan.
Tingkat materialitas tertinggi terjadi ketika terdapat probabilitas yang sangat tinggi bahwa
pengguna laporan akan membuat keputusan yang tidak benar jika pengguna laporan
menyandarkan dirinya pada keseluruhan laporan keuangan dalam pembuatan keputusan mereka.
Saat menentukan tingkat materialitas dari suatu kesalahan penyajian, maka auditor harus
memepertimbangkan seberapa besar pengaruh kesalahan penyajian tersebut terhadap bagian-
bagian laporan keuangan lainnya. Hal ini disebut sebagai tingkat resapan (pervasiveness).

16
Hubungan antara Materialitas dan Opini

Tingkat Pengaruh terhadap keputusan pengguna


Jenis Opini
Materialitas laporan

Tidak material Tidak mempengaruhi keputusan yang dibuat Wajar tanpa syarat
oleh pengguna laporan

Material Akan mempengaruhi keputusan pengguna Wajar dengan


laporan jika kesalahan penyajian tersebut pengecualian
sangat penting bagi keoutusan tertentu. Tetapi
keseluruhan laporan keuangan telah disajikan
secara wajar.

Sangat material Sebagaian besar atau seluruh keputusan yang Menolak memberikan
dibuat oleh para pengguna laporan sangat pendapat (disclaimer)
dipengaruhi oleh kesalahan penyajian tersebut. atau Pendapat Tidak
Wajar (adverse)

Keputusan Materialitas – Kondisi Non – GAAP


Ketika seorang klien gagal dalam mengikuti prinsip-prinsip GAAP, maka laporan audit
yang diterbitkan tergantung dari materialitas dari penyimpangan yang terjadi. Beberapa aspek
materialitas harus dipertimbangkan.

 Jumlah Dolar Dibandingkan Denagn Dasar Tertentu


Masalah utama dalam mengukur dalam mengukur materialitas apabila klien gagal
mematuhi GAAP biasanya adalah total dolar salah saji pada akun-akun yang terlibat,
yang dibandingkan dengan bebearapdasar pengukuran. Salah saji sebesar $10.000
mungkin material bagi perusahaan kecil, tetapi tidak material bagi perusahaan besar.
Oleh karenanya, salah saji harus dibandingklan dengan beberapa besar pengukuran
sebelum keputusan dapat diambil tentang materialitas dari kelalaian mematuhi GAAP.
Dasar yang umum mencakup laba bersih, Total Aset, Aset Lancar, dan modal Kerja.

17
 Dapat Terukur
Nilai uang dari sejumlah kesalahan penyajian tidak dapat diukur secara akurat.
Contohnya ketidaksediaanya seorang klien untuk mengungkapkan suatu gugatan pengadilan
yang sedang berlangsung atau pembelian sebuah perusahaan baru yang dilakukan setelah tanggal
neraca adalah sulit dilakukan, jika memungkingkan, untuk diukur dalam satuan uang.

 Sifat Pos
Keputusan seorang pengguna laporan mungkin dipengaruhi juga oleh jenis kesalahan
penyajian dalam laporan keuangan. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi
keputusan para pengguna laporan serta mempengaruhi pula pendapat auditordalam suatu
pendekatan yang berbeda dengan mayoritas kesalahan penyajian.
1. Transaksi yang ilegal atau curang.
2. Suatu ítem yang secara material dapat mempengaruhi penyajian dalam beberapa periode
mendatang walaupun kesalahan penyajian tersebut tidak bersifat material bagi penyajian
laporan pada periode berjalan.
3. Suatu item yang mempunyai pengaruh “fisik” (sebagai contoh, item yang mengubah
kerugian yang kecil menjadi laba yang kecil)
4. Suatu ítem mungkin bersifat penting dalam kaitannya dengan probabilitas konsekuensi yang
timbul dari kewajiban pada perjanjian yang telah disepakati bersama.

 Keputusan Materialitas—Kondisi Pembatasan Lingkup Audit


Ketika terdapat pembatasan ruang lingkup audit, laporan audit dapat berupa pendapat
wajar tanpa pengecualian, ruang lingkup dan pendapat wajar dengan pengecualian, atau menolak
memberikan pendapat, tergantung pada materialitas pembatasan ruang lingkup audit tersebut.
Auditor akan mempertimbangkan faktor-faktor sebelumnya dalam keputusan materialitas atas
kondisi non-GAAP, tetapi dengan pertimbangan-pertimbangan yang sama sekali berbeda.

18
H. PEMBAHASAN TENTANG KONDISI YANG MEMERLUKAN PENYIMPANGAN
Kadang kala terdapat kondisi-kondisi yang membutuhkan penyimpangan atas laporan audit
bentuk baku, jenis laporan audit lainnya, serta tingkat materialitas. Ada dua kategori utama
pembatasan lingkup audit yaitu pembatasan lingkup audit yang disebabkan oleh klien dan yang
disebabkan oleh kondisi-kondisi yang berada di luar kendali klien maupun auditor. Kedua jenis
pembatasan ruang lingkup tersebut memilliki pengaruh yang sama terhadap laporan auditor,
tetapi interpretasi materialitasnya mungkin berbeda. Bila ada pembatasan ruang lingkup audit,
maka respons yang tepat adalah menerbitkan suatu laporan audit bentuk baku, wajar dengan
pengecualian, atau menolak memberikan pendapat, tergantung pada materialitasnya.
Ketika auditor tidak dapat melaksanakan prosedur-prosedur yang harus dilakukan namun
telah puas dengan suatu prosedur alternatif yang dapat membantunya menyimpulkan bahwa
informasi yang disajikan wajar maka laporan audit bentuk baku dapat diterbitkan. Namun
sebaliknya jika seorang auditor mengetahui laporan keuangan dapat menyesatkan pengguna
laporan keuangan karena tidak sesuai dengan GAAP/PSAK, maka ia harus menerbitkan suatu
pendapat wajar dengan pengecualian atau bahkan tidak wajar, tergantung tingkat materialitas
daeri item yang dipertanyakan tersebut. Hal ini diatur dalam peraturan 203 mengenai prinsip-
prinsip akuntansi.
Jika auditor tidak dapat memenuhi persyaratan independensi yang dinyatakan dalam Kode
Perilaku Profesional, maka penolakan memberikan pendapat harus dilakukan walaupun semua
prosedur audit yang dianggap perlu dalam situasi tersebut telah dilaksanakan.

Laporan Audit untuk setiap kondisi yang mengharuskan adanya penyimpangan

dari Laporan Audit Bentuk Baku pada tingkat Materialitas yang berbeda-beda

Tingkat Materialitas
Kondisi
Tidak Material Material Sangat Material

19
Kondisi yang memerlukan
laporan audit bentuk baku
dengan modifikasi kalimat
atau paragraf penjelasan

Prinsip Akuntansi tidak Wajar tanpa Wajar tanpa syarat,


diterapkan secara konsisten syarat paragraf penjelasan

Ragu akan kelangsungan hidup Wajar tanpa Wajar tanpa syarat,


perusahaan (going concern) syarat paragraf penjelasan

Pembenaran penyimpangan dari Wajar tanpa Wajar tanpa syarat,


GAAP/PSAK syarat paragraf penjelasan

Wajar tanpa Wajar tanpa syarat,


Penekanan pada masalah
syarat paragraf penjelasan

Kondisi yang memerlukan


penyimpangan dari Laporan
Bentuk Baku

Wajar dengan
Menolak
Lingkup audit dibatasi oleh klien Wajar tanpa pengecualian atas
memberikan
atau kondisi lain syarat lingkup, paragraf
pendapat
tambahan

Penyusunan laporan keuangan


Wajar tanpa Paragraf tambahan Pendapat tidak
tidak sesuai dengan dan wajar dengan wajar
syarat
GAAP/PSAK pendapat

20
pengecualian

Auditor tidak independen Menolak memberikan pendapat

I. PROSES PEMBUATAN KEPUTUSAN AUDITOR UNTUK PENERBIT LAPORAN


AUDIT

Para auditor menggunakan suatu proses yang tersusun dengan baik dalam memutuskan
laporan audit yang tepat pada serangkaian situasi tertentu. Pertama auditor harus menilai apakah
ada kondisi yang menyebabkan penyimpangan. Jika kondisi tersebut ada, auditor kemudian
harus menilai materialitas kondisi tensebut dan menentukan jenis laporan audit yang tepat.
Langkah-langkahnya yaitu :
1. Menentukan Apakah Ada Kondisi yang Memerlukan Penyimpangan dari Laporan
Wajar Tanpa Pengecualian Standar
Apabila ada kondisi tersebut, auditor mengevaluasi pengaruh potensialnya terhadap
laporan keuangan dan mengidentifikasikan kondisi-kondisi tersebut beserta informasinya
ke dalam kertas kerja auditor sebagai bahan diskusi untuk menentukan laporan audit apa
yang tepat untuk diterbitkan.
2. Memutuskan Materialistis untuk Setiap Kondisi
Dalam kondisi terdapat penyimpangan dari GAAP atau pembatasan lingkup audit,
auditor harus memutuskan apakah hal tersebut tidak material, material , atau sangat
material. Memutuskan tingkat materialitas merupakan hal yang sulit dan membutuhkan
pertimbangan yang matang.

3. Memutuskan Jenis Laporan Audit yang Tepat untuk Kondisi Tertentu


Berdasarkan Tingkat Materealistis
Setelah memutuskan kedua hal yang pertama, maka merupakan hal yang mudah untuk
memutuskan jenis pendapat yang akan dikeluarkan dengan bantuan suatu alat pembantu
pembuat keputusan.

21
4. Menuliskan laporan audit
Mayoritas kantor akuntan publik telah memiliki file komputer yang telah berisi kalimat
yang tepat untuk masing-masing kondisi yang berbeda yang dapat membantu auditor
dalam menuliskan laporan auditnya.

Auditor sering kali menghadapi situasi yang melibatkan lebih dari satu kondisi yang
membutuhkan penyimpangan dari laporan wajar tanpa syarat atau modifikasi dari laporan audit
bentuk baku. Situasi-situasi berikut merupakan contoh ketika diperlukan lebih dan satu
modifikasi kalimat untuk dicantumkan dalam laporan:
 Auditor tidak independen dan mengetahui jikaa perusahaan tidak mengikuti prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
 Terdapat pembatasan ruang lingkup audit dan ada keraguan akan kemampuan perusahaan
untuk terus bertahan (going concern).
 Terdapat keraguan akan kelangsungan hidup perusahaan, namun informasi mengenai
penyebab ketidakpastian ini tidak diungkapkan secara memadai pada catatan laporan
keuangannya.
 Terdapat deviasi (penyimpangan) terhadap GAAP dalam penyusunan laporan keuangan dan
ketidak konsistenan penerapan prinsip-prinsip akuntansi tersebut.

22

Anda mungkin juga menyukai