Anda di halaman 1dari 72

CARA MENENTUKAN UKURAN NH FUSE

Singkatan NH adalah
N = NIEDER SPANNUNG = tegangan rendah
H = HOCH LEISTUNG = arus besar

Jadi NH fuse di pergunakan untuk tegangan rendah degan arus besar

Contoh menghitung arus NH fuse untuk beban trafo Kapasitas trafo = 400 kva
Tegangan = 20 kv / 230-400
Jumlah jurusan = 4 jurusan
In = 400.000 volt amp / √3 x 400 volt = 577,35 amp arus tiap jurusan = 577,35 / 4
= 144,35
dengan asumsi beban = 90% KHA
NH fuse dipilih = 144,33 A x 0,9 = 125 A
Faktor kali 0,9 adalah faktor keamanan untuk beban trafo
ket : √3 hasilnya adalah 1,732
tegangan yang maksimal => fhase-netral = 230 volt
=> fhase-fhase = 400 volt

Gambar Ukuran Dan Cara Menghitung Atau Rumus NH Fuse

NH Fuse umumnya dipasang pada PHB trafo listrik yang berfungsi sebagai
pemutus atau pengaman terhadap arus lebih. Cara menghitung berapa Ampere NH
Fuse yang harus dipasang adalah sebagai berikut:

I= P/Vx1.73
I = Arus (A)
P = Daya (VA)
V = Tegangan (Volt) = 400 volt tegangan TR
Contohnya: jika trafo yang terpasang 100 KVA = 100.000 VA, maka NH Fuse
yang terpasang adalah:
I = 100.000/400x1.73
I = 144.5 A
Karena tidak ada NH Fuse dengan ukuran 144.5 A, maka NH Fuse yang dipasang
adalah 160A.

http://materiallistrik.blogspot.com/2014/06/gambar-ukuran-dan-cara-menghitung-
atau.html
Mengulas lebih dalam tentang MCCB
beserta Fungsi dan Cara Setting
By PLC DROID di 3/18/2018
Mengulas lebih dalam tentang MCCB - dunia listrik sangat banyak sekali
peralatan listrik sebagai pengaman untuk keselamatan dari bahaya listrik maupun
untuk mengamankan sebuah motor dan peralatan listrik lainya dari bahaya short
circuit.

Apa itu MCCB ?


MCCB adalah singkatan dari Moulded Case Circuit Breaker, sebagai pengaman
terjadinya hubung singkat short circuit dan beban lebih overload agar tidak
terjadinya kerusakan pada motor listrik maupun kebakaran yang disebabkan oleh
short circuit yang selalu menimbulkan bunga api.

MCCB biasanya digunakan oleh industri karena MCCB hanya untuk pengaman
listrik 3 phase, dan motor listrik industri juga menggunakan listrik 3 phase, jadi
jika anda ingin bertemu apa itu namanya mccb dan dan digunakan untuk apa
mampir deh pabrik terdekat dan minta tolong untuk dilihatkan apa itu mccb.
Pole MCCB
1 Pole
2 Pole
3 Pole
4 Pole

Karakter MCCB

 Hanya menggunakan 3 phase.


 Nilai Ampere lebih dari 100A dan maksimum 1000A
 50 / 60 Hz
 Menggunakan Thermal Magnetic
 Fixed atau adjudment jadi, setinganya bisa diatur atau tidak jika memilih
fixed

Cara membaca Nameplate spesifikasi MCCB

1. Type Device, tipe produk mccbnya.


2. Ui, rate insulated Voltage
3. Uimp, rate impulse withstand voltage
4. Ics, service breaking capacity, nilai ampere dari mccbnya.
5. Icu, ultimate breaking capacity, ini adalah kemampuan ampere yang bisa
diterima saat hubung singkat (kA)
6. Ue, operational operation, voltage yang dianjurkan.
7. Color lebel
8. symbol mccb
9. standart referensi yang sudah didapatkan.
10. sama juga standart referensi.
Dari name plate diatas yang penting dan paham untuk anda cermati dan melihat
adalah pada bagian Type Device, Ics, Icu, dan Ue karena mencapku mulai dari
ampere yang diijinkan dan voltage yang diperbolehkan.
macam - macam kA

 36 kA
 50 kA
 85 kA
 100 kA

Cara Setting MCCB Schneider


Untuk mccb schneider mempunya 4 jenis tipe trip yaitu,

1. Magnetic trip (MA)


2. Thermal Magnetic Trip (TM)\
3. Micrologic 1.3
4. Micrologic 2.0
5. Micrologic 5/6

Dari 4 jenis module tipe trip diatas akan saya ajarkan kepada anda satu persatu
untuk settingnya, bisa anda lihat untuk MA adalah tipe trip yang murah dan
sedehana dan paling tinggi adalah tipe microloc 5 dan 6, ini harganya juga mahal
tetapi fungsinya sangat lengkap.

Magnetic Trip (MA)

Untuk jenis trip MA atau bisa disebut magnetic trip hanya mendukung settingan
short circuit untuk settingan ampere adalah fixed jadi in-nya fixed tidak bisa
diubah, begini anda membeli mccb yang tipe MA rating amperenya adalah 100A
jadi in=100A tidak bisa dirubah lagi.
Im adalah Magnetic Protection Short Circuit, di gambar atas jenis mccbnya adalah
MA220 yaitu 220A dan dapat di setting Imnya sampai 3100A dengan rumus :
Im = In x Adjust selector

pada gambar diatas settinganya langsung menunjukan nilai amperenya yang sudah
dikalikan In, biasanya saya menjumpai rangenya 6- 14, jadi In bisa dikalikan
antara 9 - 14 untuk settingan Im, untuk waktunya itu tidak ada jadi lasung trip
jleb.

Thermal Magnetic Trip (TM)

Jenis trip TM ini mendukung untuk mengatur besarnya In / Ir tidak seperti jenis
trip MA yang hanya Short Circuit saja.
pada contoh diatas mccb yang dipilih adalah TM250D yang berkapasitas 250A,
nah ini bisa disetting Ir-nya mulai dari 175A - 250A terdapat 4 step saja anda bisa
settingnya.

untuk Imnya anda bisa membaca penjelasanya pada bagian Trip jenis MA, disini
saya jabarkan apaitu Ir, Ir adalah Thermal Protection yang berarti setting untuk
overload , Ir ini mempunya range waktu antara 0.7 - 1 detik, ini fixed ya tidak bisa
dirubah mungkin untuk micrologic 2.0 bisa dirubah.

Micrologic 1.3
Jenis trip ini sama halnya dengan MA hanya mendukung settingan Im atau short
circuit bedanya hanya di range yang panjang dan terdapat waktu jeda saat short
circuit.

Isd adalah Short Current Protection, sama halnya dengan Im tetapi ini beda istilah
saja karena membedakan antara menggunakan Micrologic 1.3 dan MA.

Untuk Micrologic 1.3 ini mempunya waktu tunda 10 ms atau 0.1 detik.

Micrologic 2.0

Nah Micrologic 2.0 ini lengkap untuk settingnya dan rangenya juga semakin
banyak ada 9 step settingan jadi gini jika mempunya mccb 40A maka rangenya
bisa diatur mulai 18A-40A sesuai perkalian Ir.
Io, Setting Awal Ampere diatas menggunakan mccb 250A yang bisa disetting 9
step 100-250A.
nah dari 100 - 250A bisa disetting lagi lebih spesifik dengan mengatur Irnya.
Ir, Long Time Protection ( Overload ) ini yang menambah rangenya jadi banyak
pilihan jadi tidak hanya Io.

Misal disitu terseting 100A dan Irnya bisa disetting 0.9 - 1 maka ampere yang
didapatkan dari 100A adalah 40A, 45A, 50A, 55A, 63A, 70A, 80A, 90A, 100A.
dari penjelasan saya diatas pasti anda sudah paham untuk setting mccb merek
schneider dengan micrologic 2.0

Micrologic 5 dan 6

Micrologic 5 dan 6 ini jujur saya belum pernah setting dan belum pernah beli juga
ini keluaran baru 2017 dari schneider, mungkin istilah saja yang akan saya
jelaskan.

Ir, Long Time Protection ( Overload )


Isd, Short Time Protection
Ig, Ground Fault Protection
li, Instantaneous Protection
Simbol MCCB

Ini adalah simbil dari MCCB 3 Phase yang biasanya digunakan untuk wiring
diagram, terdapat 2 garis pada simbil itu menunjukan pada garis pertama adalah
untuk hubung singkat dan pada garis kedua adalah untuk beban lebih atau
overlaod.

Perbedaan MCB dan MCCB

MCCB VS MCB
MCCB

 Rating Amper antara 100 - 1000 A.


 Memiliki kA yang besar 36 - 100kA.
 Bisa disetting untuk Rating Amperenya.
 Terdapat tombol Reset
 Bentuknya yang besar

MCB

 Rating Ampere antara 2-100A


 kA hanya 4.5kA
 Tidak bisa disetting untuk Rating Ampere.
 Bentuknya yang kecil.
 Tidak ada tombol reset.

Sekian artikel yang saya bagi semoga bermanfaat dan terus belajar jika ada unek-
unek bisa langsung komentar, saya berharap anda paham tentang mccb berserta
fungsinya dan cara settingnya.
https://www.plcdroid.com/2018/03/setting-mccb.html

Arti dan Fungsi MCB/MCCB


Posted: Oktober 5, 2011 in Iptek
Tag:iptek, listrik, mcb, mccb
15

38 Votes
MCB
Singkatan MCB adalah Mini Circuit Breaker yang memiliki fungsi sebagai alat
pengaman arus lebih. MCB ini memproteksi arus lebih yang disebabkan
terjadinya beban lebih dan arus lebih karena adanya hubungan pendek. Dengan
demikian prinsip dasar bekerjanya yaitu untuk pemutusan hubungan yang
disebabkan beban lebih dengan relai arus lebih seketika digunakan electromagnet.

Bila bimetal ataupun electromagnet bekerja, maka ini akan memutus hubungan
kontak yang terletak pada pemadam busur dan membuka saklar. MCB untuk
rumah seperti pada pengaman lebur diutamakan untuk proteksi hubungan pendek,
sehingga pemakaiannya lebih diutamakan untuk mengamankan instalasi atau
konduktornya. Sedang MCB pada APP diutamakan sebagai pembawa arus dengan
karakteristik CL (current limiter) disamping itu juga sebagai gawai pengaman arus
hubung pendek yang bekerja seketika.

Arus nominal yang digunakan pada APP dengan mengenal tegangan 230/400V
ialah: 1.2.4.6.10.16.20.25.35 dan 50 A disesuaikan dengan tingkat VA konsumen.
Adapun kemampuan membuka (breaking capacity) bila terjadi hubung singkat 3
KA dan 6 KA (SPLN 108-1993). MCB yang khusus digunakan oleh PLN
mempunyai tombol biru. MCB pada saat sekarang paling banyak digunakan untuk
instalasi rumah ataupun instalasi industri maupun instalasi gedung bertingkat.

MCCB
Singkatan MCCB adalah Moulded Case Circuit Breaker. Fungsi MCCB adalah
sebagai pemutus sirkit pada tegangan menengah.

Dalam memilih circuit breaker hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah :

– Karakteristik dari sistem di mana circuit breaker tersebut dipasang.


– Kebutuhan akan kontinuitas pelayanan sumber daya listrik.
– Aturan-aturan dan standar proteksi yang berlaku.

Karakteristik sistem
1. Sistem tegangan
Tegangan operasional dari circuit breaker harus lebih besar atau minimum sama
dengan tegangan sistem.
2. Frekuensi sistem
Frekuensi pengenal dari circuit breaker harus sesuai dengan frekuensi sistem.
Circuit breaker Merlin Gerin dapat beroperasi pada frekuensi 50 atau 60 Hz.
3. Arus pengenal
Arus pengenal dari circuit breaker harus disesuaikan dengan besarnya arus beban
yang dilewatkan oleh kabel, dan harus lebih kecil dari arus ambang yang diijinkan
lewat pada kabel.
4. Kapasitas pemutusan
Kapasitas pemutusan dari circuit breaker harus paling sedikit sama dengan arus
hubung singkat prospektif yang mungkin akan terjadi pada suatu titik instalasi
dimana circuit breaker tersebut dipasang.
5. Jumlah pole dari circuit breaker
6. Jumlah pole dari circuit breaker sangat tergantung kepada sistem pembumian
dari sistem.

Kebutuhan Kontinuitas Sumber Daya


Tergantung dari kebutuhan tingkat kontinuitas pelayanan sumber daya listrik,
dalam memilih circuit breaker harus diperhatikan :
1. Diskriminasi total dari dua circuit breakaer yang ditempatkan secara seri
2. Diskriminasi terbatas (sebagian), diskriminasi hanya dijamin sampai
tingkat arus gangguan tertentu.

https://duniatehnikku.wordpress.com/2011/10/05/arti-dan-fungsi-mcbmccb/

beban=16875wat
voltase=3phase
yang aku mau tanyakan
berapa amper MCCB 3phase yang harus saya pasang?
dan seperti apa rumus untuk menentukan besaran amper pada MCCB dengan
beban seperti di atas tersebut. tolong penjelasanya dong
Ikuti
2 jawaban
Laporkan Penyalahgunaan

Jawaban

Jawaban Terbaik: hitung arus listik yang mengalir pada beban penuh. kemudian
ukuran MCB nya diatasnya sedikit. Contoh kasus anda beban=16.875 watt untuk
voltase 3 phase tegangan jala-jala antar phase sebesar 380 volt ini sama dengan
(akar 3) x 220 volt (1 phase).

Kalau anda pakai tegangan 3 phase berarti formula yang berlaku P=V x I; I=P/V
maka I= 16.875 / 380;
= 44,40 Ampere.
dengan demikian maka anda menggunakan MCB dengan kekuatan lebih tinggi
sedikit, untuk mccb 3 phase yang ada dipasaran ukuran yang dekat dengan
hitungan itu=40A, 50A, dan 63A. Maka untuk aman nya anda memilih yang 50A.
kalau 40A jika beban puncak pasti trip, kalau 63A terlalu besar, sehingga jika
terjadi arus lebih akan membahayakan, bisa kebakaran.

Untuk harga, lain daerah beda harga...


https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20111016031400AAF6qWf&g
uccounter=1

Fuse cut out (FCO)

Fuse cut out atau biasa disingkat FCO adalah peralatan proteksi yang bekerja
apabila terjadi gangguan arus lebih. Alat ini akan memutuskan rangkaian listrik
yang satu dengan yang lain apabila dilewati arus yang melewati kapasitas
kerjanya.

Prinsip kerjanya adalah ketika terjadi gangguan arus maka fuse pada cut out akan
putus, seperti yang ada pada SPLN 64 tabung ini akan lepas dari pegangan atas,
dan menggantung di udara, sehingga tidak ada arus yang mengalir ke sistem.

Adapun cara perlindungannya adalah dengan melelehkan fuse link, sehingga


dapat memisahkan antara bagian yang sehat dan yang terganggu. Sedangkan fuse
link itu sendiri adalah elemen inti dari FCO yang terletak di dalam fuse holder dan
mempunyai titik lebur tertentu. Jika beban jaringan sesudah FCO menyentuh titik
lebur tersebut, maka fuse link akan meleleh dan akan memisahkan jaringan
sebelum FCO dengan jaringan sesudah FCO.

Cut out biasanya digunakan pada jaringan distribusi 20 kV untuk proteksi trafo
distribusi dari arus lebih akibat hubung singkat,dan juga diletakkan pada
percabangan untuk proteksi jaringan.

Namun ada kelemahan dari pengaman jenis ini, yaitu penggunaannya terbatas
pada penyaluran daya yang kecil, serta tidak dilengkapi dengan alat peredam
busur api yang timbul pada saat terjadi gangguan hubung singkat.
http://ajinurmawan45.blogspot.com/2015/02/pengertian-fco-fuse-cut-out.html
SOP PEMASANGAN FCO SESUDAH ARRESTER

SOP PEMASANGAN FCO SESUDAH ARRESTER

I. Jenis-Jenis Pemeliharaan

Jenis–jenis pemeliharaan peralatan adalah sebagai berikut :


a). Predictive Maintenance (Conditional Maintenance) adalah pemeliharaan
yang dilakukan dengan cara memprediksi kondisi suatu peralatan listrik, apakah
dan kapan kemungkinannya peralatan listrik tersebut menuju kegagalan. Dengan
memprediksi kondisi tersebut dapat diketahui gejala kerusakan secara dini. Cara
yang biasa dipakai adalah memonitor kondisi secara online baik pada saat
peralatan beroperasi atau tidak beroperasi. Untuk ini diperlukan peralatan dan
personil khusus untuk analisa. Pemeliharaan ini disebut juga pemeliharaan
berdasarkan kondisi (Condition Base Maintenance ).

b). Preventive Maintenance (Time Base Maintenance) adalah kegiatan


pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan
secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan unjuk kerja peralatan yang optimum
sesuai umur teknisnya. Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala dengan
berpedoman kepada : Instruction Manual dari pabrik, standar-standar yang ada (
IEC, CIGRE, dll ) dan pengalaman operasi di lapangan. Pemeliharaan ini disebut
juga dengan pemeliharaan berdasarkan waktu ( Time Base Maintenance ).
c). Corrective Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan
berencana pada waktu-waktu tertentu ketika peralatan listrik mengalami kelainan
atau unjuk kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya dengan tujuan untuk
mengembalikan pada kondisi semula disertai perbaikan dan penyempurnaan
instalasi. Pemeliharaan ini disebut juga Corective Maintenance, yang bisa berupa
Trouble Shooting atau penggantian part/bagian yang rusak atau kurang berfungsi
yang dilaksanakan dengan terencana.

d). Breakdown Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi


kerusakan mendadak yang waktunya tidak tertentu dan sifatnya darurat.

II. Fuse Cut Out

a. Pengertian

Fuse (pelebur) merupakan suatu peralatan pengaman yang telah

dirancang khusus dan akan akan bekerja (melebur) jika arus yang

melewatinya melebihi suatu nilai tertentu (arus nominal) yang telah

ditentukan. Apabila terjadi gangguan maka elemen pelebur yang terletak pada

tabung fiber akan meleleh dan terjadi busur api yang akan mengenai tabung fiber

sehingga menghasilkan gas yang akan memadamkan busur api. Jika sudah putus

FCO akan membuka dan menggantung di udara (SPLN 64).

Karakteristik waktu/arus dari sebuah fuse adalah I2t. Karakteristik arus waktu dari
berbagai sambungan fuse yang berbeda, elemen-elemennya berbeda dan
membutuhkan perhatian yang hati-hati untuk memakainya pada sebuah sistem.
Fuse cut out sendiri meupakan suatu alat pengaman yang melindungi jaringan

terhadap rus beban lebih (over load current) dan yang mengalir melebihi dari

batas maksimum. Konstruksi dari fuse cut out ni jauh lebih sederhana jika

dibandingkan dengan pemutus beban (circuit breaker) yang terdapat pada gardu

induk (sub-station). Akan tetapi fuse cut out ini memiliki kemampuan yang sama

dengan pemutus beban tadi. Fuse cut out ini hanya dapat memutuskan satu saluran

tiga fasa, maka dibutuhkan fuse cut out sebanyak tiga buah untuk saluran tiga

fasa. Selain itu Fuse cut out juga merupakan pengaman lebur yang ditempatkan

pada sisi TM yang gunanya untuk mengamankan jaringan TM dan peralatan

kearah GI terhadap hubungan singkat di trafo, atau sisi TM sebelum trafo tetapi

sesudah cut out. Untuk menentukan besarnya cut out yang harus dipasang, maka

harus diketahui arus nominal trafo pada sisi TM, sedangkan besarnya cut out

harus lebih besar dari arus nominal trafo sisi TM

a. Prinsip Kerja

Pada sistem distribusi FCO yang digunakan mempunyai prinsip melebur,

apabila dilewati arus yang melebihi batas arus nominalnya. Biasanya FCO

dipasang setelah PTS maupun LBS untuk memproteksi feeder dari gangguan

hubung singkat dan dipasang seri dengan jaringan yang dilindunginya. FCO juga

sering ditemukan pada setiap trafo.

Penggunaan FCO ini merupakan bagian yang terlemah di dalam jaringan

sistem distribusi karena FCO boleh dikatakan hanya berupa sehelai kawat yang

memiliki penampang yang disesuaikan dengan besarnya arus maksimum yang

diperkenankan mengalir di dalam kawat tersebut. Pemilihan kawat yang

digunakan pada fuse cut out ini didasarkan pada faktor lumer yang rendah dan
harus memiliki daya hantar (conductivity) yang tinggi. Faktor lumer ini

ditentukan oleh temperatur bahan tersebut. Biasanya bahan-bahan yang digunakan

untuk FCO adalah kawat perak, kawat tembaga, kawat seng, kawat timbel atau

kawat paduan dari bahan – bahan tersebut. Pada umumnya diantara kawat diatas,

yang sering digunakan adalah kawat logam perak, hal ini karena logam perak

memiliki Resistansi Spesifik (µΩ/cm) yang paling rendah dan Titik Lebur (oC)

yang rendah. Kawat ini dipasangkan di dalam tabung porselin yang diisi dengan

pasir putih sebagai pemadam busur api, dan menghubungkan kawat tersebut pada

kawat fasa, sehingga arus mengalir melaluinya.

Tabel 1. Tabel Titik Lebur dan Resistansi Spesifik Jenis Logam Penghantar Pada FCO

No Jenis Logam Titik Lebur (oC) Resistansi Spesifik (µΩ/cm)

1 Tembaga 1090 1,7

2 Aluminium 665 2,8

3 Perak 980 1,6

4 Timah 240 11,2

5 Seng 419 6,0

Jika arus beban lebih melampaui batas yang diperkenankan, maka kawat

perak di dalamtabung porselin akan putus dan arus yang membahayakan dapat

dihentikan. Pada waktu kawat putus terjadi busur api, yang segera dipadamkan

oleh pasir yang berada di dalam tabung porselin Karena udara yang berada di

dalam porselin itu kecil maka kemungkinan timbulnya ledakan akan berkurang
karena diredam oleh pasir putih. Panas yang ditimbulkan sebagian besar akan

diserap oleh pasir putih tersebut. Apabila kawat perak menjadi lumer karena

tenaga arus yang melebihi maksimum, maka waktu itu kawat akan hancur. Karena

adanya gaya hentakan, maka tabung porselin akan terlempar keluar dari

kontaknya. Dengan terlepasnya tabung porselin ini yang berfungsi sebagai saklar

pemisah, maka terhidarlah peralatan jaringan distribusi dari gangguan arus beban

lebih atau arus hubung singkat.

Umur dari fuse cut out initergantung pada arus yang melaluinya. Bila arus

yang melalui FCO tersebut melebihi batas maksimum, maka umur fuse cut out

lebih pendek. Oleh karena itu pemasangan FCO pada jaringan distribusi

hendaknya yang memiliki kemampuan lebih besar dari kualitas tegangan jaringan,

lebih kurang tiga sampai lima kali arus nominal yang diperkenankan. Fuse cut out

ini biasanya ditempatkan sebagai pengaman tansformator distribusi dan pengaman

pada cabang – cabang saluran feeder yang menuju ke jaringan distribusi sekunder.

b. Klasifikasi Pengaman Lebur

Fuse atau pengaman lebur tegangan tinggi menurut kekuatan dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Fuse Cut Out distribusi, mempunyai sifat:

a. Kekuatan isolasinya berada pada tingkat distribusi

b. Terutama digunakan dalam rangkaian distribusi

c. Konstruksi mekanis disesuaikan untuk dipasang diatas tiang

d. Batas tegangan operasinya berhubungan dengan tegangan sistem distribusinya


Cut out distribusi mempunyai penyangga yang bersifat menyekat dan

memegang pelebur yang dilapisi dengan bahan organik. Pemutusan karena arus

lebih, akan terjadi pada pemegang-pemegang oleh aksi ionisasi dari gas yang

dihasilkan oleh lapisan bahan organik sewaktu terkena busur panas api yang

timbul karena mencairnya sambungan pelebur.

Dalam jaringan distribusi ada beberapa tipe cut out pelebur, yaitu :

a. FCO tipe plug

b. FCO tipe pintu

c. FCO tipe terbuka

2. Pengaman lebur tembaga, mempunyai sifat:

a. Kekuatan isolasi berada pada tingkatan tenaga

b. Digunakan terutama pada gardu induk dan distribusi

c. Konstruksi mekanis di sesuaikan dengan pemasangan dalam gardu

d. Tegangan kerjanya sesuai dengan di gardu dan tegangan sistem transmisinya

Pengaman lebur tembaga rating tegangan, arus beban dan rating arus yang

lebih tinggi daripada FCO disisi busi. Ada dua jenis pengaman lebur tambaga,

yaitu:

a. Tipe ekspulsi, pemutusan arus lebih lewat arus diionisasi dari gas seperti pada

FCO

b. Tipe pembatas arus, pemutusan arus lebih terjadi pada waktu busur api yang

timbul karena melelehnya elemen lebur dikalahkan pembatas mekanik dan aksi

pendinginan dan pengisian pasir disekitar elemen lebur.

1. Rating Pengaman Lebur


Pengaman lebur memiliki rating tegangan, rating arus dan rating pemutus.

1. Rating direncanakan untuk beroperasi.tegangan

Adalah tegangan searah atau bolak-balik yang mana pengaman lebur

2. Rating arus

Adalah besarnya arus searah atau arus bolak-balik maksimum dalam Ampere pada

rating frekuensi yang mengalir tanpa menimbulkan kenaikan suhu yang

melampaui batas.

3. Rating pemutus

Adalah arus hubung singkat maksimum yang ditunjuk pada tegangan rated yang

dapat memutus pelebur dengan aman.

2. Karakteristik Pengaman Lebur

Pelebur atau fuse mempunyai dua karakteristik yaitu:

1. Karakteristik pengaman, yaitu hubungan antara arus hubung singkat simetri atau

asimetri dengan arus pemutusan pelebur (arus cut out).

2. Karakteristik pencairan (melting) dan pemutusan (clearing), yaitu hubungan

antara arus gangguan dengan waktu mulai mencair dan pemutusan fuse. Untuk ini

ada dua kurva yaitu maksimum clearing time dan minimum melting time.

Karakteristik dari Fuse Cut Out (FCO) ialah lamanya waktu pemutusan yang

tergantung dari besarnya arus yang mengalir pada peleburnya. Perbedaan kurva

antara kedua tipe didasarkan pada “speed ratio”, yaitu perbandingan antar arus

leleh minimum pada 0,1 detik dan arus leleh minimum pada 300 atau 600 detik.
Untuk fuse link tipe “K” (tipe cepat) speed ratio = 6-8. Untuk fuse link tipe “T”

(tipe lambat) speed ratio = 10-13.

Kurva karakteristik arus waktu memiliki dua macam karakteristik yaitu;

Minimum Melting (MM) dan Maximum Clearing atau Total Clearing (TC).

Karakteristik MM menunjukan kondisi link mengalami kerusakan sebagian, dan

TC adalah kondisi ketika link putus sempurna. Batas operasi minimum fuse link

dikenal sebagai rating arus kontinyu (continuous current), sedangkan batas

operasi maksimum adalah symmetrical interrupting rating .

Gambar 2.8 Konstruksi Fuse Cut Out

Keterangan:

1. Isolator porselin

2. Kontak tembaga (disepuh perak)

3. Alat pemadam/pemutus busur

4. Tutup yang dapat dilepas (dari kuningan)

5. Mata kait (dari perak)

6. Tabung pelebur (dari resin)

7. Penggantung (dari kuningan)


8. Klem pemegang (dari baja)

9. Klem terminal (dari kunin-gan)

1.

Secara umum komponen utama GTT adalah sebagai berikut :

1. Transformator : berfungsi sebagai trafo daya merubah tegangan menengah (20

kV) menjadi tegangan rendah (380/200) Volt.

2. Fuse Cut Out (CO) : sebagai pengaman penyulang, bila terjadi gangguan di gardu

(trafo) dan melokalisir gangguan di trafo agar peralatan tersebut tidak rusak. CO

di pasang pada sisi tegangan menengah (20 kV).

3. Arrester : sebagai pengaman trafo terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh

samabaran petir dan switching (SPLN se.002/PST/73).

4. NH Fuse : sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang di sisi

tegangan rendah (220 Volt), untuk melindungi trafo terhadap gangguan arus lebih

yang disebabkan karena hubung singkat dijaringan tegangan rendah maupun

karena beban lebih.

5. Grounding Arrester : untuk menyelurkan arus ketanah yang disebabkan oleh

tegangan lebih karena sambaran petir dan switching.

6. Graunding Trafo : untuk menghindari terjadi tegangan lebih pada phasa yang

sehat bila terjadi gangguan satu fasa ketanah mauoun yang disebutkan oleh beban

tidak seimbang.

7. Grounding LV Panel : sebagai pengaman bila terjadi arus bocor yang mengalir di

LV panel.

prosedur pemasangan dan pelepasan


http://juanghaikalpsha.blogspot.com/2013/04/sop-pemasangan-fco-sesudah-
arrester-i.html

KOMBINASI Pemasangan ARRESTER DAN FUSE CUT OUT

Pada realita di lapangan, seringkali dijumpai beberapa desain kombinasi


pemasangan FCO dan Arrester, di beberapa daerah ada konstruksi pemasangan
setelah SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah ) dipasang Arrester kemudian
FCO dan sebaliknya. Berikut kajian – kajian mengenai pemasangan konstruksi
tersebut :

1. Konstruksi Arrester sebelum FCO

Pemasangan Arrester sebelum FCO

Keuntungannya :

 Ketika ada gelombang petir yang merambat ke SUTM, maka gelombang


petir akan mencari pentanahan terdekat, dengan dipasangkan Arrester
diparallel dengan FCO maka arrester akan menchoping puncak gelombang
petir. Namun masih ada sisa gelombang petir yang masuk ke trafo. Arus
yang masuk ini sangat kecil dibandingkan BIL Trafo.

Kerugiannya :
 Kegagalan LA memadamkan sistem penyulang dan Penghantar LA lebih
panjang
 Jika ada arrester rusak atau bocor maka akan merusak trafo

2. Pemasangan Lightning Arrester setelah FCO

Pemasangan LA Sebelum FCO

Keuntungan :

 Bila ada gelombang petir yang merambat pada SUTM maka FCO akan
putus , jadi ketika LA rusak atau gagal akan diamankan oleh FCO

Kerugiannya :

 Fuse link rentan terhadap surja petir, ketika ada satu fasa Fco putus maka
akan ada beban tak seimbang, maka akan merusak/ memanaskan beban 3
fasa seperti motor induksi

Untuk saluran udara sangat panjang, pemasangan LA sesudah FCO dapat


dipertimbangkan dengan menggunakan fuse link type – H.
Untuk saluran udara pendek, pemasangan LA sebelum FCO lebih baik
sebagai pilihan
http://boneklistrik.blogspot.com/2015/07/kombinasi-pemasangan-arrester-dan-
fuse.html
CARA MENGHITUNG FUSE LINK UNTUK PENGAMAN
TRAFO

dalam peralatan listrik tentu ada berbagai macam pengaman beban lebih. di
antaranya adalah FUSE LINK. fuse link ini befungsi untuk pengaman arus lebih
pada TM (tegangan menengah) dan juga di gunakan pada pengaman trafo atau
transformator.

cara menghitung fuse link


contoh :
kapasitas : 50 kva
tegangan TM : 20 KV = 20.000 volt
jenis trafo : 3 fhase

jawab :

funse link = 50.000 / 20.000 x 1,73


= 5/3,46
= 1,44
= 2 ampere
ket : 1,73 diperoleh dari akar 3. karena trafo tersebut adalah trafo 3 fhase

http://iwanrifani.blogspot.com/2015/03/dalam-peralatan-listrik-tentu-ada.html
https://www.scribd.com/doc/283971193/Cara-menghitung-Ampere-Fuse-Link-
SU-NH-Fuse-Gardist-pdf
Gambar Ukuran Dan Fungsi Fuse Link Sebagai Pemutus Jaringan
Tegangan Menengah

Fuse link adalah kawat pemutus sejenis sikring yang digunakan pada pemutus
Jaringan Tegangan Menengah (JTM). Fuse link dipasangan pada tabung CO (cut
out) yang berfungsi sebagai pemutus jika ada arus yang melebihi kapasitas ukuran
fuse link.

CO atau cut out sendiri dipasang sebagai pemutus JTM ataupun pemutus sebelum
trafo gardu.
Ukuran fuse link yang sering digunakan adalah 2A, 3A, 5A, 6A, 8A, 10A, 15A,
20A, 25A, 30A.
Ukuran fuse link yang dipasang ditentukan dari beban tegangan yang ada, dengan
rumus.
I = Daya trafo / (tegangan TM x 1.73)
Missal beban pada jaringan TM atau trafo terpasang 200 KVA
I = 200/(20 x 1.73) = 5.8A
Maka fuse link yang digunakan adalah 6A

http://materiallistrik.blogspot.com/2014/06/gambar-ukuran-dan-fungsi-fuse-
link.html
Fuse/Pengaman Lebur Pada Instalasi Listrik Tegangan Tinggi/Menengah
Searches related to Fuse/Pengaman Lebur Pada Instalasi Listrik
Tegangan Tinggi/Menengah : standar konstruksi jaringan tegangan
tinggi, standar konstruksi jaringan tegangan rendah, konstruksi jaringan
tegangan menengah, komponen gardu distribusi dan fungsinya.

Jenis Fuse/Pengaman Lebur Pada Instalasi Listrik Tegangan


Tinggi/Menengah

Jenis Fuse/Pengaman Lebur Pada Instalasi Listrik Tegangan


Tinggi/Menengah berdasarkan cara kerjanya maka pelebur TT/TM dapat
dibedakan:
1) Pelebur Penungguan Arus Nol (the current a waiting zero type)
Pelebur arus ini menginterupsi sempurna setelah arus yang ditunggu
sama dengan nol. Pada saat tersebut medium/gas pemadam akan
memadamkan seluruh busur dengan sempurna.
Media/gas pemadam yang digunakan, antara lain basic acid, minyak
vakum. Pelebur ini menggunakan elemen lebur yang relatif pendek, untuk
merasakan adanya arus lebih dan sesaat dimulainya pembusur apian
(arching) yang diperlukan untuk pemutusan. Pelebur yang termasuk jenis
ini ialah explusion fuse, vakum fuse, oil fuse, cut out.
Keuntungan yang terdapat dalam penggunaan explusion fuse, antara lain:
a) dapat digunakan kembali dengan mengganti fuse link yang baru
b) pelepasan ujung fuse dan aksi expulsi dimanfaatkan untuk
menyatukan/membuka tangan. Pemegang fuse sehingga memudahkan
mengetahui fuse mana yang putus.
Vakum fuse mempunyai sifat yang sama dengan explusion fuse.

2) Pelebur Pergeseran Nol Arus (the current zero shifting type)


Pelebur arus ini dalam waktu singkat yang dapat mengubah faktor daya
yang rendah menjadi lebih tinggi dalam rangkaian, sehingga menggeser
titik "arus = 0" mendekati titik "tegangan = 0".
Yang termasuk jenis ini ialah (current limiting fuse) pelebur pembatas
energi/arus. Elemen lebur pelebur jenis ini dibuat panjang serta dikelilingi
oleh bahan pengisi (pasir silica khusus). Untuk mengisi bunga api dan
mempertahankan tekanan yang tinggi sepanjang daerah bunga api yang
disebabkan oleh elemen yang praktis meleleh seluruhnya. Hal ini
menyebabkan timbulnya tahanan resistansi yang tinggi dalam sirkuit
dalam waktu singkat.

Karakteristik Fuse/Pengaman Lebur Pada Instalasi Listrik


Tegangan Tinggi/Menengah

Karakteristik dari pelebur ialah lamanya waktu pemutusan bergantung dari


besarnya arus yang mengalir pada peleburnya. Untuk explusion fuse ada
2 tipe yaitu, tipe K dan tipe T. Perbedaan kurva antara kedua tipe
didasarkan pada "speed ratio", yaitu perbandingan antar arus leleh
minimum pada 0,1 detik dan arus leleh minimum pada 300 atau 600 detik.
Untuk fuse link tipe K (tipe cepat) speed ratio = 6-8. Untuk fuse link tipe T
(tipe lambat) speed ratio = 10-13.

Rating Fuse/Pengaman Lebur Pada Instalasi Listrik Tegangan


Tinggi/Menengah

Rating fuse yaitu angka yang memberikan batasan pada penampilan kerja
dan dasar bagi pengujiannya. Untuk melihat rating fuse yang perlu dilihat
ialah rating arus, rating tegangan, dan rating interupsi.
1) Rating arus
a) Pada pelebur pembatas energi/arus
1) Rating arus fuse link yang tersedia (menurut IEC): 1-1,25-1,6-2-2,5-
3,15-4-5-6,3-8 dan untuk rating selanjutnya masing-masing dikali 10.
2) Rating arus fuse base yang tersedia:
3) 10 -D 25 -D 63 -D 200 -D 400 A
b) Pada explusion fuse
1) Rating arus fuse link yang tersedia (menurut IEC): 1-1,25-1,6-2-2,5-
3,15-4-5-6,3-8 dan untuk rating selajutnya masing-masing di kali 10.
2) Rating arus fuse basenya yang tersedia: 50, 100, 200, dan 400 A.

2) Rating tegangan
a) pada pelebur pembatas energi/arus
Rating tegangan fuse link dipilih dengan mempertimbangkan hal-hal
berikut:
1) pada sistem 3 fasa yang ditanahkan, rating tegangan fuse link sama
dengan tegangan tertunggi fasa ke fasa.
2) pada sistem 1 fasa, rating tegangan fuse link paling sedikit sama
dengan 115% kali tegangan tertinggi fasa ke netral.
3) Rating interupsi
Rating interupsi seimbang (simetri) dari fuse adalah sama atau lebih besar
dari arus gangguan maksimum yang di hitung pada sisi beban fuse.
Besarnya rating interupsi yang tersedia (menurut IEC) dalam kA adalh 1 -
D 1,25 -D 1,6 -D 2 -D 2,5 -D 3,15 -D 4 -D 5 -D 6,3 -D 8 dan kelipatan 10-
nya
Rating interupsi ini bisa dipakai untuk expulsion fuse dan pelebur
pembatas energi/arus.

Bentuk Fuse/Pengaman Lebur Pada Instalasi Listrik


Tegangan Tinggi/Menengah

Berdasarkan bentuk fisiknya, maka pelebur dapat dibedakan menjadi:


1) Enclosed (tertutup)
2) Open (terbuka)
3) Fuse open link (elemen terbuka)
Fuse open link ini digunakan untuk jaringan distribusi arus gangguan
terbesar hanya berkisar antara 0,75 sampai dengan 1,25 kA seperti pada
kelistrikan desa, yang jaringannya panjang, sedang hantaran yang
digunakan kecil.

Penggunaan Fuse/Pengaman Lebur Pada Instalasi Listrik


Tegangan Tinggi/Menengah Pada Jaringan Distribusi

Penggunaan pelebur untuk pengamanan jaringan distribusi primer (JTM)


ialah:
1) pelebur sebagai pengaman trafo distribusi
2) pelebur sebagai pengaman jaringan cabang
3) koordinasi antara dua pelebur dalam hubungan seri

Relay Arus Lebih Fuse/Pengaman Lebur Pada Instalasi Listrik


Tegangan Tinggi/Menengah

Fungsi dan Prinsip Dasar Relay Pengaman


Rele adalah suatu alat yang menerima/merasakan ataupun mendeteksi
adanya suatu perubahan besaran listrik yang tidak normal. Dari suatu
sistem yang kemudian memberikan informasi tersebut langsung maupun
tidak langsung untuk memutuskan rangkaian yang terganggu atau
menghentikan alat yang terganggu ataupun memberi tanda sehingga
perubahan-perubahan tersebut dapat di ketahui.

Tujuan Relay Pengaman


a) mengurangi kerusakan gangguan pada alat yang terganggu.
b) menghindari kerusakan alat-alat yang dilalui arus gangguan.
c) menyelamatkan bagian sistem lainnya yang tidak terganggu, supaya
tetap bekerja terus, dengan cara melepaskan bagian sistem yang terlepas
itu sekecil mungkin.
Prinsip Kerja Relay Pengaman
Ik = arus kerja = pick up
Id = arus kembali = drop off
t2-t4 = waktu selama rele bekerja
I menjadi W -> flux magnetik mengalir melalui inti angker -> celah udara ->
timbul daya Fe (daya magnetik).
Fs = gaya pegas
Fe <- Fs rele tidak bekerja
I naik Fe naik, Fe <- Fs rele bekerja
k . W² k = konstan
Fe = k . W² / I²
k = konstan
W = jumlah lilitan

Ik dapat diatur dengan:


1. Gaya pegas Fs -- Fs -> Ik (lebih besar
2. Celah udara I -- I renggang -- Ik naik
3. Mengatur jumlah kumparan W
W lebih banyak -> Ik lebih kecil
4. Seri dan paralel kumparan W
Ik paralel = 2 x Ik seri

Syarat-syarat Relay Pengaman


1. Sensitif
2. Selektif
3. Keandalan (reliability)
4. Cepat

Klasifikasi Relay Pengaman


1. Kalsifikasi relay berdasarkan kecepatannya
a. Sesaat (instanious, moment)
Selesainya kerja rele sangat singkat.
b. Definite time lag
Selesainya rele di perpanjang dengan harga tertentu dan tidak bergantung
besarnya besaran listrik yang menggerakkanm
c. Inverse time lag
Jangka waktu di perpanjang dengan harga waktu yang barbandingan
berbalik dengan besarnya besaran listrik yang menggerakkanm
d. Inverse definite minimum time (IDMT)
di dalan praktek ada beberapa rele yang digabungkan, misalnya:
1) definite time dan sesaat
2) inverse time dan sesaat
3) inverse definite minimum time dan sesaat.

2. Klasifikasi relay arus terhadap pemasangannya


a. Rele primer
1) kumparan rele langsung mendapat sumber tegangan
2) rele mempunyai tegangan sama dengan tegangan sumber
b. Rele sekunder
Rele mendapat sumber dari trafo arus, di isolasi terhadap rangkaian
utama.
1) rele sekunder langsung
2) rele sekunder dengan tripping coil arus searah
3) rele sekunder dengan tripping coil arus bolak balik
4) rele sekunder dengan tripping coil arus searah dengan sumber arus
bolak balik.
https://halamanilmusekolah.blogspot.com/2016/10/fusepengaman-lebur-pada-
instalasi_17.html
Arrester pada 20 kv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem

distribusi yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen

atau untuk mendistribusikan tenaga listrik pada konsumen tegangan

menengah maupun konsumen tegangan rendah. Sehingga gardu

distribusi termasuk komponen terpenting dalam suatu sistem distribusi.

Komponen terpenting pada gardu distribusi adalah trafo. Trafo tersebut

berfungsi sebagai penurun tegangan (step down transformer), yang

menurunkan tegangan 20 kV (tegangan menengah) menjadi 400/230 V

(tegangan rendah). Karena trafo terhubung dengan saluran udara 20 kV

dan penempatannya di tempat terbuka sehingga pada trafo dapat terjadi

gangguan tegangan lebih akibat sambaran petir secara langsung atau

sambaran petir tidak langsung (induksi). Sambaran petir akan

menimbulkan tegangan lebih yang tinggi melebihi kemampuan isolasi trafo

sehingga dapat menyebabkan kerusakan isolasi yang fatal. Untuk

mencegah terjadinya hal tersebut maka setiap pemasangan trafo distribusi

20 kV pada setiap gardu distribusi selalu dilengkapi dengan lightning

arrester. Pemasangan lightning arrester pada setiap gardu berbeda

penempatan atau kedudukannya. Penempatan lightning arrester dapat

mempengaruhi kinerja lightning arrester tersebut dalam memproteksi trafo

dan peralatan lainnya pada gardu distribusi.


1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Syarat untuk memenuhi pelaksanaan proyek akhir pada jurusan teknik

elektro program diploma di sekolah tinggi teknik PLN

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari pemasangan lightning

arrester pada gardu distribusi dalam memproteksi peralatan yang ada di

gardu distribusi.

Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembahasan proyek akhir ini

adalah :

1. Menambah pengalaman dalam bidang kelistrikan yaitu dengan cara

membandingkan teori yang didapat di bangku kuliah dengan praktek yang

terjadi di lapangan

2. Memberikan sumbangan pikiran dan wawasan yang bermanfaat buat

orang lain.

1.3 Rumusan Masalah

Dari latar belakang didapatkan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana kinerja arrester dalam memproteksi peralatan yang terdapat

dalam gardu distribusi?

2. Apa saja yang harus diperhatikan dalam pemilihan Lightning Arrester ?

1.4 Batasan Masalah

Sistem pengaman pada gardu distribusi memiliki banyak macam jenis

pengaman. Ruang lingkup permasalahanya sangat luas, agar dalam


pembahasannya tidak terlalu meluas maka perlu adanya pembatasan

masalah.

Pada laporan akhir ini penulis membatasi masalah dan mengambil

pokok penulisan tentang penggunaan lightning arrester sebagai

pengaman gardu distribusi.

1.5 Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah:

a. Studi Literatur

Berupa studi kepustakaan dan kajian dari berbagai sumber pustaka yang

relevan mendukung dalam penulisan tugas akhir ini.

b. Studi Observasi

Terjun langsung ke lapangan untuk mempelajari obyek yang dipilih.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut, dalam pencarian dan pengumpulan

data-data dilakukan dengan cara:

a. Mengadakan wawancara dengan pihak yang bersangkutan

b. Memadukan data hasil penelitian dengan teori yang ada.

c. Studi Bimbingan

Dalam hal ini penulis melakukan diskusi tentang topik tugas akhir ini

dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak Jurusan

program DIII Teknik Elektro STT PLN Jakarta dan teman-teman sesama

mahasiswa.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan tugas akhir ini akan dibagi dalam beberapa bagian sebagai

berikut :
BAB I : PENDAHULUAN

Pembahasan mengenai pendahuluan yang menyangkut latar belakang,

tujuan dan manfaat, rumusan masalah, batasan masalah, metodologi dan

sistematika penulisan.

BAB II : GARDU DISTRIBUSI DAN SALURAN UDARA TEGANGAN

MENENGAH

Pada bab ini membahas tentang gardu distribusi dan saluran udara

tegangan menengah dan peristiwa sambaran petir.

BAB III : PEMASANGAN LIGHTNING ARRESTER PADA GARDU

DISTRIBUSI

Pembahasan mengenai Lightning Arrester, jenis – jenisnya,dan pemilihan

lightning arrester.

BAB IV : PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan dari penulisan proyek akhir ini

BAB II

GARDU DISTRIBUSI DAN SALURAN UDARA TEGANGAN

MENENGAH

2.1 Gardu Distribusi

2.1.1 Umum

Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal

adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi

perlengkapan hubung bagi tegangan menengah (PHB-TM), transformator

distribusi (TD) dan perlengkapan hubung bagi tegangan rendah (PHB-TR)


untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan

tegangan menengah (TM 20 kV) maupun tegangan rendah (TR

220/380V).

2.1.2 Macam-macam gardu distribusi

Dilihat dari fungsinya, secara garis besar gardu distribusi dapat

digolongkan kedalam :

1. Gardu umum

Gardu distribusi yang menyalurkan energi listrik untuk kepentingan umum.

Gambar 2.1 Gardu Distribusi Umum

2. Gardu khusus

Gardu distribusi yang menyalurkan energy listrik untuk konsumen tunggal.

Gambar 2.2 Gardu Distribusi Khusus Pelanggan TM

3. Gardu Hubung

Gardu hubung berfungsi menerima daya listrik dari gardu induk yang telah

diturunkan menjadi tegangan menengah dan menyalurkan atau membagi

daya listrik tanpa merubah tegangannya melalui jaringan distribusi primer

(JTM) menuju gardu atau transformator distribusi.

Gambar 2.3 Gardu Hubung (GH)

Lebih lanjut gardu distribusi umum dilihat dari konstruksinya dibagi

menjadi :

1. Gardu beton
Gardu distribusi jenis beton dibangun permanen pada lokasi yang telah

ditentukan. Umumnya gardu beton dibangun untuk konsumen khusus atau

daerah perkotaan yang sudah mantap planaloginya.

Seluruh komponen utama instalasi yaitu transformator dan peralatan

switching/proteksi, terangkai didalam bangunan sipil yang dirancang,

dibangun dan difungsikan dengan konstruksi pasangan batu dan beton

(masonrywall building).

Konstruksi ini dimaksudkan untuk pemenuhan persyaratan terbaik bagi

keselamatan ketenagalistrikan

Gambar 2.4 Bagan satu garis gardu distribusi beton.

2. Gardu kios

Gardu tipe ini adalah bangunan prefabricated terbuat dari konstruksi baja,

fiberglass atau kombinasinya, yang dapat dirangkai di lokasi rencana

pembangunan gardu distribusi. Pada mulanya gardu kios ini dibuat

dengan cara menutup semua peralatan gardu seperti trafo, alat pemisah,

pemutus dan perlengkapan TM/TR lainnya dalam kios metal sehingga

gardu ini juga dinamai dengan gardu metal enclosed. Terdapat beberapa

jenis konstruksi, yaitu kios kompak, kios modular dan kios bertingkat.

Gardu ini dibangun pada tempat-tempat yang tidak diperbolehkan

membangun gardu beton.

Karena sifat mobilitasnya, maka kapasitas transformator distribusi yang

terpasang terbatas. Kapasitas maksimum adalah 400 kVA, dengan 4

jurusan tegangan rendah.


Gambar 2.5 Denah Gardu Kios

3. Gardu Portal

Gardu portal adalah gardu trafo yang secara keseluruhan instalasinya

dipasang pada 2 buah tiang atau lebih.

Umumnya konfigurasi Gardu Tiang yang dicatu dari SUTM adalah T

section dengan peralatan pengaman Pengaman Lebur Cut-Out (FCO)

sebagai pengaman hubung singkat transformator dengan elemen pelebur

(pengaman lebur link type expulsion) dan Lightning Arrester (LA) sebagai

sarana pencegah naiknya tegangan pada transformator akibat surja petir.

Gambar 2.6 Gardu Portal

4. Gardu Cantol

Pada gardu distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang adalah

transformator dengan daya ≤ 100 kVA Fase 3 atau Fase 1. Transformator

terpasang adalah jenis CSP (Completely Self Protected Transformer) yaitu

peralatan switching dan proteksinya sudah terpasang lengkap dalam

tangki transformator. Perlengkapan perlindungan transformator tambahan

LA (Lightning Arrester) dipasang terpisah dengan penghantar

pembumiannya yang dihubung langsung dengan badan transformator.

Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) maksimum 2

jurusan.

Gambar 2.7. Gardu Tipe Cantol.


2.2 Transformator distribusi

2.2.1 Teori Dasar Transformator

Transformator adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan

dan mengubah energi listrik dari suatu rangkain listrik ke rangkaian listrik

yang lain melalui suatu gendengan/kopling magnit dan berdasarkan

perinsip elektromagnit.

Gambar 2.8. Transformator.

Transformator terdiri dari beberapa jenis yaitu transformator tegangan,

transformator arus, transformator distribusi, dan transformator daya.

transformator tegangan dan arus bisanya digunakan sebagai alat bantu

pengukuran dan sebagai alat bantu proteksi, yang penggunaanya

bersama-sama. sedangkan untuk pasokan beban menggunakan

transformator distribusi dan transformator daya.

2.2.2 Prinsip kerja transformator distribusi

Transformator merupakan suatu alat listrik / mesin listrik statis yang di

gunakan untuk mentransformasikan daya atau energi listrik arus bolak

balik dari tegangan menengah ke tegangan rendah atau sebaliknya pada

frekuensi yang sama melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan

prinsip induksi elektromagnet.

Prinsip kerja Transformator adalah berdasarkan hukum ampere dan

hukum faraday yaitu arus listrik dapat menimbulkan medan magnet dan

sebaliknya medan magnet dapat menimbulkan arus listrik, jika pada salah

satu kumparan pada Transformator diberi arus bolak balik maka jumlah

garis gaya magnet berubah – ubah akibatnya pada sisi primer terjadi
induksi, sisi sekunder menerima garis gaya magnet dari sisi primer yang

jumlahnya berubah ubah pula, maka disisi sekunder juga timbul induksi,

akibatnya antara dua ujung terdapat beda tegangan.

Transformator daya berfungsi untuk menyalurkan energi listrik

sekaligus menaikan atau menurunkan tegangan. Misalnya transformator

pada system pembangkit tenaga listrik adalah untuk menaikan tegangan

keluaran generator. Selanjutnya energy listrik tersebut disalurkan melalui

system transmisi ke gardu induk. Pada transformator di gardu induk,

tegangan tinggi di turunkan ke tegangan menengah yang kemudian

disalurkan ke gardu distribusi. Sedangkan di gardu distribusi transformator

berfungsi sebagai penurun tegangan dari tegangan menengah 20 Kv ke

tegangan rendah 380 v, sehingga bisa dipergunakan oleh konsumen

tegangan rendah.

2.3 Saluran Udara Tegangan Menengah

2.3.1 Umum

Jaringan distribusi yang tergelar di alam bebas dimana banyak

gangguan – gangguan listrik yang dialaminya seperti petir, pohon, atau

binatang. Saluran udara untuk dirancang dengan memperhatikan

keperluan listrik dan mekanis. Rancangan mekanis melibatakan tekanan

dan perhitungan lentur, rancangan penopang dan lengan-lengan

pemegang. Penopang harus cukup kokoh untuk menahan beban angin

yang bekerja pada penopang, penghantar, isolator, lengan pemegang dan

lain-lain. Rancangan listrik melibatkan pemilihan tegangan pemilihan

saluran, pengaturan tegangan dan pemilihan alat pengaman. Penentuan


tata letak diusahakan agar mudah mendekati untuk pengawasan dan

pemeliharaan sedapat mungkin hendaklah dipasang didekat jalan.

2.3.2 Proteksi Jaringan

Tujuan daripada suatu sistem proteksi pada saluran udara tegangan

menengah (SUTM) adalah mengurangi sejauh mungkin pengaruh

gangguan pada penyaluran tenaga listrik serta memberikan perlindungan

yang maksimal bagi operator, lingkungan dan peralatan dalam hal

terjadinya gangguan yang menetap (permanen).

Sistem proteksi pada SUTM memakai :

a. Relai hubung tanah dan relai hubung singkat fasa‐fasa untuk

kemungkinan gangguan penghantar dengan bumi dan antar penghantar.

b. Pemutus Balik Otomatis PBO (Automatic Recloser), Saklar Seksi

Otomatis SSO (Automatic Sectionaizer). PBO dipasang pada saluran

utama, sementara SSO dipasang pada saluran pencabangan, sedangkan

di Gardu Induk dilengkapi dengan auto reclosing relay.

c. Lightning Arrester (LA) sebagai pelindung kenaikan tegangan peralatan

akibat surja petir. Lightning Arrester dipasang pada tiang awal/tiang akhir,

kabel Tee–Off (TO) pada jaringan dan gardu transformator serta pada

isolator tumpu.

d. Pembumian bagian konduktif terbuka dan bagian konduktif extra pada

tiap‐tiap 4 tiang atau pertimbangan lain dengan nilai pentanahan tidak

melebihi 10 Ohm.
e. Kawat tanah (shield wire) untuk mengurangi gangguan akibat sambaran

petir langsung. Instalasi kawat tanah dapat dipasang pada SUTM di

daerah padat petir yang terbuka.

f. Penggunaan Fused Cut–Out (FCO) pada jaringan pencabangan.

g. Penggunaan Sela Tanduk (Arcing Horn)

2.4. Sambaran Petir

-
-
-
-
-
-
-

-
-
-
+

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
+
+
+
+
+
+

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+

-
-
- Muatan negatif

+ Muatan positif
+
+
+
+
AWAN
BUMI
Gambar 2.9. Peristiwa terjadinya petir

Petir adalah pelepasan muatan yang terjadi antara awan, dalam awan

atau antara awan dengan tanah. dimana dalam awan terdapat muatan

positif dan muatan negatif, jika muatan ini senama bertemu maka akan

terjadi tarik menarik yang dapat menimbulkan lendakan/kilat diawan,

begitu juga kalau muatan negatif dan muatan positif dekat akan terjadi

tolak menolak, juga akan terjadi ledakan/kilat.

Bumi adalah sebagai gudang muatan positif maupun negatif, jika

pelepasan muatan dari petir dekat dengan bumi, maka akan terjadi

sambaran petir kebumi. Seperti terlihat pada gambar 2.9. diatas.

Bila petir mengenai langsung kepenghantar SUTM, kemungkinan

besar penghantar tersebut akan putus karena gelombang petir yang

menimbulkan tegangan impuls melebihi BIL (Basic Insulation Level) dari

penghantar SUTM. Kalau petir yang mengenai SUTM bukan sambaran


langsung tetapi induksi dari petir, gerak dari gelombang petir itu menjalar

ke segala arah dengan perkataan lain terjadi gelombang berjalan

sepanjang Jaringan yang menuju suatu titik lain yang dapat menetralisir

arus petir tersebut yaitu menuju ketitik pentanahan.

Kelebihan tegangan yang disebabkan petir disebabkan oleh sambaran

langsung atau sambaran tidak langsung (induksi) dapat dijelaskan

sebagai berikut:

 Sambaran Langsung

Sambaran langsung yang mengenai rel dan peralatan Peralatan adalah

yang paling hebat diantara gelombang berjalan lainnya yang datang ke

Peralatan. Sambaran langsung menyebabkan tegangan lebih yang sangat

tinggi yang tidak mungkin dapat ditahan oleh isolasi yang ada (> BIL)

 Sambaran Induksi

Bila terjadi sambaran kilat ke tanah di dekat saluran maka akan terjadi

fenomena transien yang diakibatkan oleh medan elektromagnetis dari

kanal kilat. Fenomena kilat ini terjadi pada kawat penghantar. Akibat dari

kejadian ini timbul tegangan lebih dan gelombang berjalan yang merambat

pada kedua sisi kawat tempat sambaran berlangsung. Tegangan induksi

dapat berubah-ubah tergantung dari keadaannya, secara umum besar

tegangan lebih akibat sambaran induksi antara 100 – 200 kV, muka

gelombangnya (Wave front) lebih dari 10 μs dan ekor gelombang (wave

tail) 50 – 100 μs, dimana gelombang ini sebagai ancaman bagi peralatan

distribusi.
Bentuk gelombang surja petir (tegangan impuls) terlihat pada gambar

2.10. dibawah ini, dengan Tf (waktu muka gelombang) , Tt (waktu ekor

gelombang) dan U (tegangan puncak). Untuk sambaran langsung

besarnya Tf = 1.2 μs, Tf = 50 μs dan tegangan puncak U = mendekati

300 kV, sambaran induksi besar Tf = 10 μs ,Tt = 50 – 100 μs dan U = 100

– 200 kV

Gambar 2.10. Tegangan impuls petir standar(IEC Publ.60-2,1973)

Dimana :

Tf = waktu muka gelombang (OA) (μs) Tf = 1,2 μs

Tt = waktu ekor gelombang (OB) (μs) Tt = 50 μs

U = tegangan puncak (kV)

2.5 Tegangan Lebih dengan Frekuensi Jala-jala

Tegangan lebih dengan frekuensi jala-jala dibagi atas:

 Penutupan / pembukaan trafo yang tidak bersamaan

 Kenaikan tegangan dari fasa sehat pada waktu gangguan satu fasa ke

tanah pada sistem.

 Tegangan yang terjadi akibat beban lepas.

 Hubungan kabel tanpa beban

Meskipun banyak macamnya, tetapi pada umumnya tegangan

abnormal yang terjadi pada sistem tenaga listrik diperkirakan tidak

sebesar surja petir dan surja hubung, sehingga perencanaan isolasi

peralatan kebanyakan didasarkan pada kedua surja ini.

2.6 Kerusakan Akibat Kelebihan Tegangan


 Tegangan tembus luar (External Flashover) merusak isolator, bagian

permukaan peralatan. Ini disebabkan oleh amplitude gelombang datang.

 Tegangan tembus dalam ( Internal Flashover ), merusak isolasi utama

dari peralatan ketanah, merusak isolasi antara bagian-bagian dalam

peralatan (isolasi antara gulungan dari trafo). Ini disebabkan oleh

kecuraman gelombang datang.

 Tegangan tembus luar dan dalam ( Internal and External Flashover) yang

mungkin terjadi akibat osilasi yang terjadi pada peralatan. Ini disebabkan

oleh kecuraman gelombang datang dengan ekor gelombang yang

panjang.

2.7 Penanggulangan Kelebihan Tegangan

Untuk memberikan perlindungan pada peralatan terhadap kelebihan

tegangan berupa surja petir maka dipasang alat pelindung (Protective

Device).

Alat pelindung terhadap kelebihan tegangan berfungsi melindungi

peralatan sistem tenaga listrik dengan cara membatasi kelebihan

tegangan yang datang dan mengalirkan ke tanah. Berhubungan dengan

fungsinya itu, maka alat pelindung harus dapat menahan tegangan sistem

dalam waktu yang tak terbatas dan harus dapat melewatkan surja arus ke

tanah tanpa mengalami kerusakan.

Alat pelindung yang baik mempunyai perbandingan perlindungan atau

protective ratio yang tinggi, yaitu perbandingan antara tegangan surja

maksimum yang diperbolehkan sewaktu pelepasan (discharge) dan

tegangan sistem maksimum yang ditahan sesudah pelepasan terjadi.


BAB III

PEMASANGAN LIGHTNING ARRESTER PADA GARDU

DISTRIBUSI

3.1 Lightning Arrester

Lightning arrester adalah suatu alat yang digunakan untuk melindungi

peralatan listrik terhadap sambaran petir. Dipasang pada atau dekat

peralatan yang dihubungkan dari fasa konduktor ke tanah. Lightning

arrester membentuk jalan yang mudah dilalui petir atau surja, sehingga

tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Jalan pintas

tersebut harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran daya

sistem 50 Hz. Pada kerja normal, lightning arrester berfungsi sebagai

isolator dan bila terkena sambaran petir akan berlaku sebagai konduktor

yang mengalirkan petir ke bumi. Setelah petir hilang, lightning arrester

harus cepat kembali menjadi isolator, sehingga pemutus tenaga (PMT)

tidak sempat membuka. Pada kondisi normal (tidak terkena petir), arus

bocor lightning arrester tidak boleh melebihi 2 mA. Apabila melebihi angka

tersebut berarti kemungkinan besar lightning arrester mengalami

kerusakan.
Gambar 3.1. Lightning Arrester

Pemasangan lightning arrester yang dipergunakan untuk

mengamankan transformator tenaga:

(a) (b)

Gambar 3.2. a) pemasangan lightning arrester yang salah. b)

pemasangan lightning arrester yang benar.

 Pemasangannya seperti gambar 3.2.a diatas adalah salah karena kalau

terjadi gelombang berjalan karena petir di penghantar SUTM, akan

mengakibatkan pantulan antara penghantar yang masuk ke transformator

tenaga dan arrester.

 Pemasangan seperti terlihat pada gambar 3.2.b adalah betul, kalau terjadi

gelombang berjalan dari petir di penghantar SUTM, maka ada choping

dari arrester sehingga tegangan petir menjadi kecil yang masuk ke trafo,

choping arrester dapat dilihat pada gambar 3.3 dibawah ini. Sebaiknya

kawat tanah dari kabel di sambung dengan kawat pentanahan dari

arrester, kalau terjadi gelombang petir hasil choping dari arrester yang

masih masuk kesistem masih dibawah BIL trafo maupun generator, dan

pengaman generator terutama AVR tidak sempat bekerja

Chopping oleh Arrester.


dimana pada Arrester mengalir arus petir.
Gelombang petir
teg petir
Waktu (s)
Gambar 3.3. Tegangan Impuls Petir Di Choping Oleh Arrester

3.1.1 Jenis Lightning Arrester

Lightning arrester terdiri dari dua jenis yaitu jenis Ekspulasi dan jenis

Tahanan Tak Linear.

1. Expulsion Type Lightning Arrester (Protector Tube)


Arrester ini merupakan tabung yang terdiri dari :
 Dinding tabung yang terbuat dari bahan yang mudah menghasilkan gas
jika dilalui arus (bahan fiber).
 Sela batang (external series) yang biasanya diletakkan pada isolator
porselin, untuk mencegah arus mengalir dan membakar fiber pada
tegangan jala-jala setelah gangguan diatasi.
 Sela pemutus bunga api diletakkan didalam tabung salah satu elektroda
dihubungkan ketanah.
Gambar 3.4. Elemen-elemen lightning arrester jenis ekspulsi
Setiap kawat phasa mempunyai tabung pelindung. Pada waktu

tegangan terpa melalui sela batang dan sela bunga api maka impedansi

tabung akan menjadi rendah sehingga arus terpa dan arus sistem
mengalir ketanah. Tegangan diantara saluran dengan tanah turun setelah

tembus terjadi.

Bagaimanapun arus yang mengalir akan membakar fiber dan

menghasilkan gas yang bergerak cepat kearah lubang pembuangan

dibagian bawah arrester.Tekanan gas ini akan mematikan bunga api pada

saat arus melalui titik nol pertamanya. Waktu pemadaman busur api ini

hanya setengah atau satu siklus sehingga RRV (Rate of Recovering

Voltage) lebih lambat dari rate of rise kekuatan dielektrik isolasi. Beda

waktu ini cukup pendek untuk dapat dibaca oleh rele pelindung sehingga

CB (Circuit Breaker) tetap bekerja (tertutup) dan pelayanan daya tidak

terganggu. Segera setelah gas ditekan keluar dan api menjadi padam

sistem dapat bekerja kembali dengan normal.

a. Kelemahan dan kerugian lightning arrester type expulsi

 Terbatas pada sistem yang mempunyai besar arus sistem kurang dari 1/3

dari besarnya arus terpa. Karena arus yang sangat besar menyebabkan

fiber habis terbakar dan arus yang terlalu kecil tidak mampu menghasilkan

cukup gas pada tabung untuk mematikan busur api.

 Karena setiap arrester bekerja, permukaan tabung akan rusak karena

terbakar maka arrester ini mempunyai batasan pada jumlah operasinya

dimana arrester ini masih dapat berfungsi dengan baik.

 Walaupun termasuk pemotong terpa yang murah karena kemampuannya

memotong arus ikutan namun sama sekali tidak cocok untuk perlindungan
peralatan-peralatan gardu yang mahal karena V-T (Tegangan – Waktu)

karakteristiknya yang buruk.

b. Pemakaian lightning arrester jenis Expulsi:

 Umumnya dipakai untuk melindungi isolator transmisi. V-T

karakteristik dari arrester ini lebih datar daripada isolator sehingga dapat

mudah dikoordinasikan untuk melindungi isolator dari tembus permukaan.

 Dipakai pada tiang transmisi sebelum memasuki peralatan untuk

memotong arus terpa yang datang sehingga berfungsi mengurangi kerja

dari arrester di gardu.

 Pada trafo-trafo kecil di pedesaan dimana pemotong petir tipe tahanan

tak linear sangat mahal dan pemakaian sela batang akan memberikan

perlindungan yang cukup.

 Pada tiang transmisi tertentu yang sangat tinggi (misalnya

penyeberangan sungai) dimana kemungkinan disambar petir cukup tinggi.

c. Jenis-jenis lightning arrester type expulsi:

 Jenis Transmisi digunakan pada jaringan transmisi untuk melindungi

isolator

 Jenis Distribusi digunakan untuk melindungi trafo pada jaringan-jaringan

distribusi dan peralatan-peralatan distribusi.


2. Non Linear Type Lightning Arrester (Arrester Tipe Tahanan Tak

Linear).

a. Jenis Silicon Carbide ( SiC)

Arrester ini terdiri dari beberapa sela yang tersusun seri dengan

piringan-piringan tahanan, dimana tahanan ini mempunyai karakteristik

sebagai berikut: harga tahanannya turun dengan cepat pada saat arus

terpa mengalir sehingga tegangan antara terminal arrester tidak terlalu

besar dan harga tahanan naik kembali jika arus terpa sudah lewat

sehingga memotong arus ikutan pada titik nol pertamanya. Sela api

(sparks gap) dan tahanan disusun secara seri dan ditempatkan didalam

rumah porselen kedap air sehingga terlindung dari kelembapan,

pengotoran dan hujan.

Distribusi tegangan yang tidak merata diantara celah sela api (sparks

gap) menimbulkan masalah.Untuk mengatasi ini dipasang kapasitor dan

tahanan non linear paralel dengan sela api.Pada daerah tegangan yang

lebih tinggi kapasitor dan tahanan linear dihubungkan dengan paralel

dengan badan celah. Bila tegangan lebih menyebabkan loncatan bunga

api pada celah-celah yang diserikan, arus akan sangat tinggi untuk

mempercepat redanya tegangan lebih.

Tegangan tertinggi yang akan muncul pada penangkal petir adalah

tegangan loncatan atau tegangan yang terjadi pada tahanan tak linear

pada saat lonjakan arus mengalir. Tegangan loncatan bunga api terendah

dari penangkal disebut tegangan loncatan pulsa bunga api seratus persen

(Maximum 100% Impulse Spark Over Voltage). Tegangan yang


dibangkitkan tahanan non linear pada saat arus loncatan mengalir disebut

tegangan residu. Semakin rendah harga-harga ini semakin baik tingkat

perlindungan pada peralatan.

Arus bocor yang mengalir melalui tahanan dalam dalam keadaan

operasi normal dari sistem tidak melebihi 0,1 mA. Arus ini sudah cukup

untuk mempertahankan temperature dibagian dalam arrester lima derajat

lebih tinggi dari temperature sekeliling sehingga mencegah masuknya uap

air kebagian dalam arrester.Gambar arrester jenis ini diperlihatkan pada

gambar 3.5.

Gambar 3.5 Elemen-elemen arrester jenis Silicon Carbide

b. Jenis Metal Oxide ( MOV)

Gambar 3.6 Elemen-elemen arrester jenis Metal Okside

Arrester jenis Metal Oxide hanya terdiri dari unit-unit tahanan tak linear

yang terhubung satu sama lainnya tanpa memakai sela percik pada setiap

unit.

Untuk arrester jenis Metal Oxide material tahanan tak linear pada

dasarnya keramik yang dibentuk dari oksida seng ( ZnO) dengan

penambahan oksida lain. Bahan ini telah banyak dipakai untuk

perlindungan rangkaian-rangkaian yang bekerja pada beberapa kV

sampai dengan tegangan transmisi. Karena derajad ketidaklinearan yang


tinggi, bahan ini memungkinkan penyederhanaan dalam desain dan dapat

memperbaiki penampilan dalam lingkungan tertentu.

c. Jenis-jenis lightning arrester tipe tahanan tak linear

 Jenis Gardu (Station Type) , jenis ini merupakan penangkap petir paling

efisien dan mahal yang umumnya digunakan untuk melindungi peralatan-

peralatan penting pada gardu-gardu besar ( sistem dengan tegangan

diatas 70 kV).

 Jenis Hantaran (Line Type) , jenis ini lebih murah dan digunakan untuk

melindungi gardu dengan tegangan kerja dibawah 70 kV.

 Penangkap petir jenis gardu untuk melindungi motor/generator,

digunakan untuk sistem dengan tegangan 2,2 kV sampai 15 kV.

 Penangkap petir sekunder (Secondary Arrester) berguna untuk

melindungi peralatan-peralatan tegangan rendah dengan tegangan kerja

sistem antara 120 V sampai 750 V.

3.1.2 Tingkat Pengenal Dari Lightning Arrester (Rating Lightning Arrester)

1. Tegangan nominal atau tegangan pengenal

(Nominal Voltage Arrester) adalah tegangan dimana arrester masih

dapat bekerja sesuai dengan karakteristiknya. Arrester tidak dapat bekerja

pada tegangan maksimum sistem yang direncanakan, tetapi mampu


memutuskan arus ikutan dari sistem secara efektif. Tegangan pengenal

dari arrester harus lebih tinggi dari tegangan phasa sehat ketanah, jika

tidak demikian maka arrester akan melewatkan arus ikutan sistem terlalu

besar yang menyebabkan arrester rusak akibat beban lebih termis

(thermal overloading). Tegangan tertinggi sebagai berikut:

 Tegangan sistem tertinggi (system highest voltage), umumnya diambil

harga 110% dari harga tegangan nominal sistem.

 Koefisien pentanahan , didefenisikan sebagai perbandingan antara

tegangan rms phasa sehat ke tanah dalam keadaan gangguan pada

tempat dimana arrester dipasang, dengan tegangan rms phasa ke phasa

tertinggi dari sistem dalam keadaan tidak ada gangguan. Jadi tegangan

pengenal dari arrester (arrester rating) adalah tegangan rms phasa ke

phasa x 1.10 x koefisien pentanahan.

 Sistem yang ditanahkan langsung koefisien pentanahannya 0.8.Arrester

disebut arrester 80%. Sistem yang tidak ditanahkan langsung koefisien

pentanahannya 1,0 .Arrester ini disebut arrester 100%.

2. Arus Pelepasan Nominal ( Nominal Discharge Current )

Adalah arus pelepasan dengan harga puncak dan bentuk gelombang

tertentu yang digunakan untuk menentukan kelas dari arrester sesuai

dengan :

 Kemampuan melewatkan arus

 Karakteristik Perlindungan

Bentuk gelombang arus pelepasan tersebut adalah :


a. Menurut standar Inggris/Eropa (IEC) 8 μs / 20 μs

b. Menurut standar Amerika 10 μs/ 20 μs dengan kelas

 Kelas Arus 10 kA untuk perlindungan Peralatan besar dengan frekuensi

sambaran petir yang cukup tinggi dengan tegangan sistem diatas 70 kV.

 Kelas arus 5 kA untuk tegangan sistem dibawah 70 kV

 Kelas 2,5 kV untuk gardu-gardu kecil dengan tegangan sistem dibawah

22 kV.

 Kelas arus 1,5 kA untuk melindungi trafo-trafo kecil.

3. Tegangan Percik Impuls 100 % ( 100 % Impulse Spark Over Voltage)

Adalah tegangan gelombang impuls tertinggi yang terjadi pada

terminal arrester sebelum arrester itu bekerja. Bentuk gelombang impuls

petir seperti gambar 3.7 adalah 1,2 μs/ 50 μs. Hal ini menunjukkan bahwa

jika tegangan puncak terpa petir yang datang mempunyai harga yang

lebih tinggi atau sama dengan tegangan percik minimum dari penangkal

petir maka penangkap petir ini akan bekerja memotong terpa petir tersebut

dan mengalirkan ke tanah.

Gambar 3.7. Tegangan impuls petir standar(IEC Publ.60-2,1973)

4. Tegangan Sisa (Residual Voltage dari dischargeVoltage)/ Tegangan Kerja

Adalah tegangan yang timbul diantara terminal arrester pada saat arus

pelepasan mengalir ke tanah.Tegangan sisa dan tegangan nominal dari

suatu arrester tergantung kepada kecuraman gelombang arus yang

datang (di/dt dalam A/ μs) dan amplitudo dari arus pelepasan. Untuk

menentukan tegangan sisa ini digunakan impuls arus sebesar 8 μs/20 μs

(standar IEC) dengan harga puncak arus pelepasan 5 kA dan 10 kA.Untuk


harga arus pelepasan yang lebih tinggi maka tegangan sisa ini tidak akan

naik lebih tinggi lagi. Hal ini disebabkan karena karakteristik tahanan yang

tidak linear dari arrester.

Umumnya tegangan sisa tidak akan melebihi BIL (Basic Insulation

Level = Tingkat Isolasi Dasar = TID) dari peralatan yang dilindungi

walaupun arus pelepasan maksimum mencapai 65 kA hingga 100 kA.

5. Arus Pelepasan Maksimum (Maximum Discharge Current )

Adalah arus terpa maksimum yang dapat mengalir melalui penangkap

petir setelah tembusnya sela seri tanpa merusak atau merubah

karakteristik dari arrester.

6. Tegangan Percikan Frekuensi Jala-jala ( Power Frequency Spark

Over Voltage)

Arrester tidak boleh bekerja pada gangguan lebih dalam (internal over

voltage) dengan amplitude yang rendah karena dapat membahayakan

sistem.

Untuk alasan ini maka ditentukan tegangan percikan frekuensi jala-jala

minimum.

 Menurut standar Inggris tegangan percikan jala-jala minimum =

1.6 x tegangan pengenal arrester.

 Menurut Standar IEC (International Electrotechnical

Commision) tegangan percikan jala-jala minimum adalah = 1.5 x

tegangan pengenal arrester.

7. Tegangan Percikan Akibat Pensaklaran (Spark Over Voltage by

Switching Over Voltages)


Tegangan percik pada celah seri akibat terkenal gangguan tegangan

lebih oleh proses pensaklaran oleh peralatan penghubung

(switchgear).Karakteristik gelombang impuls surja hubung dinyatakan

dengan 250 / 2500 μs.

3.2 Koordinasi Isolasi

Korelasi antara kemampuan isolasi peralatan listrik dengan alat

pelindung (protective device) sehingga isolasi dari peralatan terlindung

dari bahaya tegangan lebih. Tujuan koordinasi isolasi ini adalah untuk

menciptakan suatu sistem yang bagian-bagiannya, masing-masing dan

satu sama lain mempunyai ketahanan isolasi yang sedemikian rupa

sehingga dalam setiap kondisi operasi kualitas pelayanan / penyediaan

tenaga listrik dapat dicapai dengan biaya seminimum mungkin.

Koordinasi isolasi yang baik akan mampu menjamin :

 Bahwa isolasi peralatan akan mampu menahan tegangan kerja sistem

yang normal dan tegangan tidak normal yang mungkin timbul dalam

sistem.

 Bahwa isolasi peralatan akan gagal hanya jika terjadi tegangan lebih luar.

 Bahwa jika kegagalan terjadi maka hanya pada tempat-tempat yang

menimbulkan kerusakan paling minimum.

Masalah koordinasi isolasi pada sistem tenaga menyangkut hal-hal

sebagai berikut:

1. Penentuan Isolasi Hantaran


Penentuan isolasi dari hantaran harus mempertimbangkan

kemungkinan terjadinya tegangan lebih petir (surja petir), tegangan lebih

switching dan tegangan lebih dengan frekuensi jala-jala. Dengan

bertambahnya pengetahuan akan fenomena petir maka dimungkinkan

untuk menentukan keandalan sistem berdasarkan parameter-parameter

petir yang telah diketahui tersebut.Isolasi hantaran udara harus cukup

tinggi untuk mencegah terjadi kegagalan oleh surja hubung dan tegangan

lebih frekuensi jala-jala dengan memperhitungkan pengaruh

lingkungan/alam yang dapat menurunkan tegangan tembus dari isolator.

Dalam praktek umumnya isolator hantaran udara masih dinaikkan

harga tahanan isolasinya dengan cara menambah beberapa piringan

isolator lagi untuk mencegah kemungkinan isolator rusak. Isolasi hantaran

udara tidak berhubungan langsung dengan tingkat isolasi peralatan

didalam gardu. Walaupun demikian sangat menentukan didalam

koordinasi isolasi karena tegangan tembus impuls pada isolator hantaran

udara menentukan tegangan impuls tertinggi yang masuk ke gardu berupa

gelombang berjalan.

2. Tingkat Isolasi Dasar Peralatan Peralatan

Tingkat Isolasi Dasar (Basic Insulation Level) merupakan daya tahan

terhadap tegangan impuls standar yang masih dapat ditahan isolasi.

Sebagian besar peralatan peralatan seperti transformator, pemutus daya,

saklar pemisah, transformator arus, transformator tegangan dibuat dengan

tingkat isolasi yang sama. Kecuali transformator yang diproduksi dengan


tingkat isolasi yang lebih rendah dengan alasan ekonomis dan

transformator umumnya dilindungi langsung oleh arrester.

Karena letaknya yang dekat dengan transformator, maka sebagian dari

peralatan di gardu akan terletak diluar daerah lindung dari arrester.

Daerah lindung ditentukan oleh: ketahanan isolasi dari peralatan,

tegangan kerja dari penangkap petir dan jarak antara penangkap petir

dengan peralatan tersebut.

Peralatan – peralatan yang terletak diluar dari daerah lindung

penangkap petir akan diberikan Tingkat Isolasi Dasar yang satu tingkat

lebih tinggi.Pada umumnya tingkat isolasi dari peralatan gardu seperti

pemutus daya busbar, saklar pemisah, trafo pengukuran mempunyai T.I.D

10 % lebih tinggi dari TID trafo.Tingkat isolasi antara kutub-kutub pada

saklar pemisah yang terbuka harus 10-15 % lebih tinggi dari tingkat isolasi

kutub tersebut ke tanah.

3.3 Pemilihan Lightning Arrester

Untuk penyederhanaan dalam pemilihan lightning arrester ditentukan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Penentuan besarnya tegangan lebih satu phasa ke tanah atau tegangan

lebih akibat kerja sistem yang tidak normal pada lokasi dimana arrester

dipasang. Tegangan lebih ini akibat gangguan satu phasa ke tanah dapat

menyebabkan kenaikan tegangan phasa sehat lainnya. Besarnya

tegangan ini tergantung dari karakteristik sistem dan jenis pentanahan

sistem pada waktu gangguan terjadi.


2. Perkiraan besarnya tegangan pengenal arrester pada frekuensi jala-jala.

Jika tegangan tinggi sistem dan koefisien pentanahan sudah diketahui

maka tegangan pengenal dari arrester sudah dapat dihitung secara kasar.

Tegangan pengenal tidak boleh lebih rendah dari perkalian kedua harga

diatas. Misal: Tegangan sistem 20 kV ditanahkan efektif maka tegangan

pengenal (110 % x 20 kV) x 0,8 = 17.6 kV. Tegangan pengenal standar

untuk sistem 20 kV adalah 17,6 kV.

3. Memilih besarnya arus impuls yang diperkirakan akan dilepas melalui

arrester. Untuk penangkap petir yang dipasang digardu berlaku :

................................................................(3.1)

dimana :

= arus pelepasan arrester

= tegangan gelombang datang/berdasarkan jumlah isolator terpasang.

= tegangan sisa /tegangan residual.

Z = impedansi saluran.

4. Tegangan Pelepasan (Tegangan Kerja/Sisa Arrester) adalah karakteristik

yang paling penting dari arrester untuk perlindungan di Peralatan.

Tegangan kerja penangkap petir ada dibawah T.I.D peralatan yang

dilindungi, maka dengan faktor keamanan yang cukup perlindungan

peralatan yang optimum dapat diperoleh. Tegangan kerja tergantung

pada arus pelepasan arrester dan kecuraman gelombang datang.


Tegangan kerja arrester akan naik dengan naiknya arus pelepasan tetapi

kenaikan ini sangat dibatasi oleh tahanan tak linear dari arrester.

5. Faktor perlindungan adalah besar perbedaan tegangan antara T.I.D dari

peralatan yang dilindungi dengan tegangan kerja dari arrester. Pada

waktu menentukan tingkat perlindungan peralatan yang dilindungi

oleh penangkap petir umumnya diambil harga 10 % diatas tegangan kerja

arrester tujuannya untuk mengatasi kenaikan tegangan pada kawat

penghubung dan toleransi pabrik.

Besarnya faktor perlindungan ini umumnya lebih besar atau sama dengan

20 % dari TID peralatan arrester yang dipasang dekat dengan peralatan

yang dilindungi.

Contoh:

Tegangan kerja arrester untuk sistem 220 kV adalah 649 kV perlindungan

ini ditambah 10 % untuk kawat penghubung, toleransi pabrik dan lain-lain

sehingga tingkat perlindungan arrester menjadi 713 kV, pilih TID peralatan

sebesar 950 kV. Faktor perlindungan = (950 – 713 ) kV = 237 kV. Faktor

perlindungan ini lebih besar dari 20% dari TID peralatan, sehingga

arrester ini sudah memberi faktor perlindungan yang baik.

6. Jarak Lindung Arrester

Jarak lindung dari arrester ke peralatan yang dilindungi (dalam hal ini

adalah transformator) adalah :

.......................................................................(3.2)

dimana :

L = Jarak antara arrester dengan peralatan yang dilindungi (m)


= Tegangan ketahanan terhadap gelombang impuls dari peralatan

yang dilindungi (kV)

= tegangan kerja arrester (kV)

du/dt = Kecuraman dari gelombang yang datang (kV/μs) nilai berkisar

antara 1000 kV/μs - 2000 kV/μs.

V = kecepatan propagasi geombang tegangan lebih ; 300 m/ μs untuk

saluran udara, 150 m/ μs untuk kabel.

7. Lokasi Pemasangan Arrester

Umumnya alat-alat pelindungan harus diletakkan sedekat mungkin

dengan peralatan yang akan dilindungi, terutama pada ujung distribusi

dimana terdapat gardu atau trafo.

Karena biaya yang mahal maka tidak mungkin memasang arrester

pada setiap peralatan di gardu untuk melindungi peralatan tersebut. Hal

ini tidak perlu dilakukan karena ada faktor perlindungan dari alat

pelindungan dari arrester, oleh karena itu hanya peralatan yang penting

saja yang dilengkapi dengan arrester. Transformator merupakan peralatan

yang paling mahal dan yang paling penting pada sebuah gardu. Jika trafo

rusak maka perbaikan / pergantiannya akan mahal, membutuhkan waktu

yang lama, dan juga kerugian akibat terputusnya daya cukup besar.

Selain itu trafo adalah ujung terminal dari suatu transmisi, tempat

paling sering terjadi pemantulan gelombang. Pada sistem diatas 220 kV

TID dari transformator dapat diperendah pada batas-batas yang diizinkan

untuk memperkecil biaya isolasi. Karena alasan-alasan tersebut diatas


maka arrester pada peralatan umumnya dipasang pada terminal trafo

daya.

Arrester berfungsi sebagai by-pass di sekitar lokasi yang membentuk

jalan dengan mudah dilalui oleh tegangan lebih ke sistim pentanahan

sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang tidak merusak peralatan

isolasi listrik. By-pass ini sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu

aliran frequensi 50 Hz.

Pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator, bila timbul

gangguan surja, alat ini berfungsi sebagai konduktor yang tahanannya

relative rendah agar dapat mengalirkan arus yang tinggi ke tanah. Setelah

surja hilang, arrester dengan cepat kembali menjadi isolasi.

3.4 Posisi Pemasangan Lightning Arrester

1. Pemasangan Lightning Arrester sebelum FCO

Keuntungannya :

 Pengamanan terhadap surja petir tidak dipengaruhi oleh kemungkinan

FCO putus.

Kerugiannya :

 Kegagalan LA memadamkan sistem penyulang

 Penghantar LA lebih panjang

2. Pemasangan Lightning Arrester setelah FCO


Keuntungan :

 Jika LA rusak atau gagal, FCO putus tidak memadamkan sistem

SUTM

Kerugiannya :

 fuse link rentan terhadap surja petir

Untuk saluran udara sangat panjang, pemasangan LA sesudah FCO

dapat dipertimbangkan dengan menggunakan fuse link type – H.

Untuk saluran udara pendek, pemasangan LA sebelum FCO lebih

baik sebagai pilihan


BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan :

 Lightning arrester merupakan suatu alat yang digunakan untuk

melindungi peralatan listrik terhadap sambaran petir.

 Pada kerja normal, lightning arrester berfungsi sebagai isolator dan

bila terkena sambaran petir akan berlaku sebagai konduktor yang

mengalirkan petir ke bumi.

 Lightning arrester terdiri dari dua jenis yaitu jenis Ekspulasi dan jenis

Tahanan Tak Linear.

 Dengan pertimbangan masalah gangguan pada SUTM, Pemasangan

Lightning Arester dapat saja dipasang sebelum atau sesudah FCO .

http://reza-fauzan.blogspot.com/2012/02/arrester-pada-20-kv.html

Anda mungkin juga menyukai