Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BENIH
“UJI VIGOR BENIH”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Teknologi Benih

Disusun oleh:
Nama : Renata Bintang Ramadhan
NIM : 4442170087
Kelas : 3C
Kelompok : 6 (Enam)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit
sekali yang kitaingat.Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas hasil laporan Praktikum Botani dan Sistematika
Tanaman ini.
Laporan yang berjudul “Uji Vigor Benih” Meskipun penulis berharap isi dari
laporan praktikum saya ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu
ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar tugas Laporan praktikum ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih, semoga hasil laporan praktikum
ini bermanfaat.

Serang, September 2018

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................................1
1.2. Tujuan ...................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Vigor ....................................................................................................2
2.2. Media Tanam ........................................................................................4
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................6
3.2. Alat dan Bahan ......................................................................................6
3.3. Cara Kerja .............................................................................................6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil ......................................................................................................7
4.2. Pembahasan ...........................................................................................7
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan .........................................................................................15
5.2. Saran ....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pengamatan Tinggi Tanaman.........................................................7


Tabel 2. Pengamatan Panjang Akar Tanaman ...........................................7

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Benih Jagung .........................................................................................3


Gambar 2. Media Tanam .........................................................................................4

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Informasi tentang daya kecambah benih yang di tentukan di Laboratorium
adalah pada kondisi yang optimun. Padahal kondisi lapangan yang sebennarnya
jarang didapati berada pada keadaan yang optimum. Keadaan sub optimum yang
tidak menguntungkan di lapangan dapat menambah segi kelemahan benih dan
mengakibatkan turunnya persentase perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan
selanjutnya (Sutopo, 2010).
Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi,
sehingga bila di tanam pada kodisi tanaman yang beraneka ragam akan tetap
tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik (Sutopo,
2010).
Dalam bidang pertanian kualitas benih yang digunakan menjadi salah satu
faktor yang sangat penting dalam memperoleh hasil produksi. Sehingga kami
selaku mahasiswa pertanian diharuskan memahami mengenai kualitas dari benih
tersebut.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengujian vigor pada benih.
2. Mahasiswa mampu mengetahui macam-macam vigor.
3. Mahasiswa mampu mengetahui komponen yang diamati dalam pengujian
vigor benih.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vigor
Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing
“kekuatan tumbuh” dan “daya simpan” benih. Kedua nilai fisiologi ini
menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi
tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub optimal atau
sesudah benih melampaui suatu periode simpan yang lama. Tanaman dengan
tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari performasi fenotip kecambah
atau bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan pokok
untuk ketahanannya terhadap berbagai unsur musibah yang menerpa (Sutopo,
2010).
Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik
adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda, sedangkan vigor
fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar ( pada “Read Brick
Test” yang digunakan untuk ketahanan terhadap kekeringan), pada plumula atau
koleoptilnya (pada “Deep Soil Test” terhadap kedalaman tanam), ketahanan
terhadap serangan penyakit (“Corn Cold Test” terhadap serangan Pythium sp.),
warna kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test. Menurut Sutopo
(2010), vigor dibedakan atas:
1. Vigor benih
2. Vigor kecambah
3. Vigor bibit
4. Vigor tanam
Pada hakikatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya
dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi.
Vigor benih tinggj dicirikan antara lain oleh:
1. Tahan disimpan lama
2. Taham terhadap serangan hama dan penyakit
3. Cepat dan merata tumbuhnya

2
4. Mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi
baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang suboptimal.
Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karna terlalu
sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karanaa
itu digunakan kaidah korelasi, misal: dengan mengukur kecepatan berkecambah
sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara kecepetan
berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman (Sutopo, 2010).

Gambar 1. Benih Jagung


Menurut Sutopo (2010), rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh
beberapa hal:
1. Genetis
Pada kultivar- kultivar tertentu yang lebih peka terhadap, keadaan
lingkungan yang kurang menguntungkan, ataupun tidak mampu
tumbuh cepat dibandingkan dengan kultivar lainnya.
2. Fisiologis
Kondisi fisiologis dari benih yang dapat menyebabkan rendahnya
vigor adalah “immaturity” atau kekurangan masakan benih pada saat
panen dan kemunduran benih pada selama penyimpanan.
3. Morfologis
Dalam mutu kultivar biasanya terjadi pristiwa bahwa benih-benih yang
lebih kecil menghasilkan bibit yang kurang memiliki kekuatan tumbuh
dibandingkan benih yang besar.
4. Sitologis
Kemunduran benih yang disebabkan antara lain oleh aberasi
khromosome.

3
5. Mekanis
Kerusakan mekanis terjadi pada benih baik pada saat panen, prosesing
ataupun penyimpanan, sering pula mengakibatkaan rendahnya vigor
pada benih.
6. Mikroba
Mikroorganisme seperti cendawan atau bakteri yang terbawa oelh
benih pada kondisi penyimpanan yang tidak memenuhi syarat ataupun
pada kondisi lapangan yang memungkinkan berkembangnya patogen-
patogen tersebut. Hal ini mengakibatkan penurunan vigor benih.

2.1 Media Tanam


Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam.
Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang
akan ditanam. Secara umum, dalam menentukan media tanam yang tepat, media
tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup
udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara (Dalimoenthe, 2013).
Ketersediaan hara dapat diberikan berupa pupuk organik dan atau diberi
campuran pupuk organik. Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan
organik umumnya berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari
tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Sedangkan media
tanam anorganik biasanya dari pasir, pecahan batu bata, kapas, spons, abu sekam
(Dalimoenthe, 2013).

Gambar 2. Media Tanam


Kesuburan media yang baik untuk mendukung pertumbuhan dan
perkambangan benih tergantung pada komposisi media tanam. Media tanam yang

4
baik adalah media tanam yang porous sehingga akar dapat memperoleh udara dan
air yang cukup, serta mampu menyediakan unsur-unsur yang diperlukan oleh
tanaman (Ilyas, 2013).

5
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 20 September 2018 pukul 13.20-
14.40 WIB. Bertempat di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah paku, label, gelas beaker,
gelas plastik 3 buah, alat tulis. Adapun bahan yang digunakan adalah benih jagung
baru, kacang hijau, pecahan batu bata, pasir, tanah, dan air.

3.3 Cara Kerja


1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum.
2. Bagian bawah gelas plastik dilubangi sekitar 3 sampai 5 lubang
menggunakan paku.
3. Benih jagung direndam dalam gelas beaker yang berisi air selama 5 menit.
4. Wadah diisi dengan 3 buah ulangan. Ulangan pertama diisi dengan pasir,
ulangan kedua diisi dengan pecahan batu bata, sedangkan ulangan ketiga
diisi dengan tanah.
5. Benih kacang hijau dan jagung dimasukkan ke dalam media tanam kurang
lebih 5 buah benih.
6. Diamati tinggi kecambah dan panjang akar pada hari ke-4.

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Pengamatan Tinggi Tanaman
Media
Pasir Tanah Pecahan Batu Bata
Benih
Jagung Baru 3,025 cm 0,2 cm 0 cm
Jagung Kadaluarsa 8,06 cm 0 cm 0 cm
Kacang Hijau 0 cm 0,42 cm 0 cm

Tabel 2. Pengamatan Panjang Akar Tanaman


Media
Pasir Tanah Pecahan Batu Bata
Benih
Jagung Baru 5,75 cm 3,785 cm 0 cm
Jagung Kadaluarsa 9,5 cm 0 cm 0 cm
Kacang Hijau 0 cm 0,52 cm 0 cm

4.2 Pembahasan
Pada praktikum uji vigor ini dilakukan pengujian pada benih jagung dengan
menggunakan berbagai macam media tanam, diantaranya adalah pasir, tanah,
dan batu bata. Menurut Sutopo (2010), vigor adalah kemampuan benih untuk
tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi
sub optimal atau sesudah benih melampaui suatu periode simpan yang lama. Uji
vigor benih dilakukan selama 4 HST, dan dilakukan pengamatan tinggi
kecambah dan panjang akar. Percobaan dilakukan terhadap dua kondisi benih
jagung yaitu kondisi benih tidak kadaluarsa dan kondisi benih kadaluarsa.
Dari hasil pengamatan dan pengukuran diperoleh data hasil pengukuran
terhadap benih jagung baru dari kelompok 2. Pada media tanam pasir didapati
tinggi kecambah 3,025 cm dan panjang akar 5,75 cm. Pada media tanam tanah
didapati tinggi kecambah 0,2 cm dan panjang akar 3,875 cm. Pada media batu
bata didapati tinggi kecambah 0 cm dan panjang akar 0 cm atau tidak tumbuh.

7
Dari hasil pengamatan dan pengukuran diperoleh data hasil pengukuran
terhadap benih jagung kadaluarsa dari kelompok 4. Pada media tanam pasir
didapati tinggi kecambah 8,06 cm dan panjang akar 9,5 cm. Pada media tanam
tanah didapati tinggi kecambah 0 cm dan panjang akar 0 cm. Pada media batu
bata didapati tinggi kecambah 0 cm dan panjang akar 0 cm. Pada benih jagung
kedaluarsa ini hanya mampu tumbuh pada media pasir.
Dari hasil pengamatan dan pengukuran diperoleh data hasil pengukuran
terhadap benih kacang hijau dari kelompok 6. Pada media tanam pasir didapati
tinggi kecambah 0 cm dan panjang akar 0 atau tidak tumbuh. Sedangkan pada
media tanam tanah didapati tinggi kecambah 0,42 cm dan panjang akar 0,52 cm.
dan pada media tanam batu bata tidak terjadi pertumbuhan dan perkembangan
benih.
Pada bercobaan kali ini didapati bahwa benih jagung baru dapat tumbuh
dengan baik dan cepat pada media tumbuh pasir dan pada media tanah
perkecambahan cenderung lama. Sedangkan pada jagung kadaluarsa justru
memiliki daya perkecambahan lebih cepat di media pasir dari pada pertumbuhan
benih jagung baru, namun pada media tanah benih jagung kedaluarasa tidak
mengalami perkecambahan. Pada media batu bata kedua benih, benih jagung
baru maupun benih jagung kedaluarsa sama sekali tidak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Hasil dari percobaan pada benih kacang hijau
hanya mampu tumbuh cukup baik pada media tanam tanah, pada media pasir
dan batu bata kacang hijau tidak mampu berkecambah.
Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Subantoro dan
Prabowo (2013), bahwa suatu biji dapat berkecambah jika memenuhi syarat-
syarat seperti embrio biji tersebut masih hidup, biji tidak dalam keadaan dorman
dan faktor lingkungan menguntungkan untuk melakukan perkecambahan. Pada
percobaan kali ini dapat diketahui bahwa bukan hanya media tanam yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, tetapi ada juga faktor-faktor lain yang
mendukung dalam proses pertumbuhan tanaman.
Adapun faktor lain yang mendukung perkecambahan benih menurut
Subantoro dan Prabowo (2013), adalah vigor biji yang baik memberikan
pertumbuhan bibit yang baik sehingga mampu berperan dalam proses

8
metabolisme bibit untuk menghasilkan senyawa organik yang akan
mengakibatkan bobot kering bibit lebih tinggi. Menurut Gardner (1991),
menyatakan bahwa bobot kering bibit menunjukkan salah satu faktor dalam
pertumbuhan yang menentukan hasil tanaman. Bobot kering yang rendah pada
biji lama menunjukkan rendahnya persediaan makanan yang ada dalam biji
yang seharusnya mendukung awal perkecambahan sebelum daun berfungsi
sebagai organ fotosintesis.

9
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Vigor adalah kemampuan benih untuk tumbuh menjadi tanaman normal
meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub optimal atau sesudah benih
melampaui suatu periode simpan yang lama. Dari percobaan yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman bukan hanya dipengaruhi oleh
media tanam, tetapi juga faktor-faktor lain seperti embrio biji tersebut masih
hidup, biji tidak dalam keadaan dorman dan faktor lingkungan menguntungkan
untuk melakukan perkecambahan, serta bobot kering pada biji. Dan juga pada
benih jagung yang kedaluarsa memiliki daya perkecambahan lebih baik dari pada
benih jagung baru, cara perlakuan pada benih pun dapat berpengaruh dalam
perkecambahan benih.

5.2 Saran
Kehati-hatian sangat penting dilakukan agar tidak terjadi kesalahan saat
melakukaan percobaan

10
DAFTAR PUSTAKA

Dalimoenthe, Salwa Lubnan. 2013. Pengaruh Media Tanam Organik terhadap


Pertumbuhan dan Perakaran pada Fase Awal Benih Teh di Pembibitan.
Jurnal Penelitian Teh dan Kina. Vol. 16. No. 1.
Gardner, F.P., RB. 1991. Physiology of Crop Plants. (Terjemahan Susilo, H dan
Subiyanto). Jakarta: UI Press.
Ilyas, Yusran. Dkk. 2013. Pengaruh Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit
Jabon Merah (Anthocephalus machrophyllus (Roxb) Havil). Jurnal
Pembibitan. Vol. 8. No. 1.
Subantoro, Renan dan Prabowo, Rossi. 2013. Pengaruh Berbagai Metode
Pengujian Vigor Terhadap Pertumbuhan Benih Kedelai. Jurnal Mediagro.
Vol. 9. No. 1.
Sutopo, Lita. 2010. Teknologi Benih. Jakarta: Rajawali Pers.

11

Anda mungkin juga menyukai