Anda di halaman 1dari 8

A.

Kualifikasi Dan Jobdesk Staffing


1. Kepala Sekolah
Tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan
proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid
yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo, 2005). Di lembaga persekolahan, kepala sekolah atau yang lebih
popular sekarang disebut sebagai “guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah.” Bukanlah
mereka yang kebetulan mempunyai nasib baik senioritas, apalagi secara kebetulan. Direkrut untuk
menduduki posisi itu, dengan kinerja yang serba kaku dan mandul mereka diharapkan dapat menjadi sosok
pribadi yang tangguh handal dalam rangka pencapaian tujuan sekolah Dalam penjelasan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwasannya posisi kepala sekolah menentukan arah suatu lembaga. Kepala sekolah
merupakan pengatur dari program yang ada disekolah. Karena nantinya diharapkan kepala sekolah akan
membawa spirit kerja guru dan membangun kultur sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya
Ujian Nasional.
Kualifikasi Umum Kepala Sekolah/Madrasah adalahsebagai berikut:
a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau di-ploma empat (DIV) kependidikan atau nonkepen-
didikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi;
b. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusiasetinggi-tingginya 56 tahun;
c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah masing-ma-
sing, kecuali di Taman Kanak-kanak /Raudhatul Athfal(TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA; dan
d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS disetara-
kan dengan kepangkatan yang dikeluarkan olehyayasan atau lembaga yang berwenang (Permendiknas,
2007).
Menurut Daryanto, 2001 dalam bukunya “Administrasi Pendidikan” menyebutkan bahwa fungsi
kepala sekolah adalah sebagai berikut:
1) Perumusan tujuan kerja dan pembuat kebijakan sekolah.
2) Pengatur tata kerja sekolah, yang mengatur pembagian tugas dan mengatur pembagian tugas dan mengatur
petugas pelaksana, menyelenggaran kegiatan.
3) Pensupervisi kegiatan sekolah, meliputi: mengatur kegiatan, mengarahkan pelaksanaan kegiatan,
mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, membimbing dan meningkatkan kemampuan pelaksana
Tugas pokok dan fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan menurut Sudrajat (2004)
adalah:
1) Perecanaan sekolah dalam arti menetapkan arah sekolah sebagai lembaga pendidikan dengan cara
merumuskan visi, misi, tujuan dan strategi pencapaian.
2) Mengorganisasikan sekolah dalam arti membuat struktur organisasi, menetapkan staf dan menetapkan
tugas dan fungsi masing-masing staf.
3) Menggerakkan staf dalam artian memotivasi staf melalui internal marketing dan memberi contoh eksternal
marketing.
4) Mengawasi dalam arti melakukan supervisi, mengendalikan dan membimbing semua staf dan warga
sekolah.
5) Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan untuk dijadikan dasar pendidikan dan pertumbuhan kualitas,
serta melakukan problem solving baik secara analitis sistematis maupun pemecahan masalah secara kreatif
dan menghindarkan serta menanggulangi konflik.
Sebagai pemimpin pendidikan disekolahnya, seorang kepala sekolah mengorganisasikan sekolah dan
personilnya yang bekerja didalamnya dalam situasi yang efektif, efisien, demokratis, dan kerjasama tim
(team work) dibawah kepemimpinanya, program pendidikan untuk para siswa harus direncanakan,
diorganisasikan, dilaksanakan dan dievaluasi. Dalam pelaksanaan program kepala sekolah harus dapat
memimpin secara professional, para staf pengajar, bekerja secara ilmiah, penuh perhatian dan demokratis
dengan menekankan pada perbaikan proses belajar mengajar secara terus-menerus. Kepala Sekolah juga
mempunyai tugas pokok mengelola penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
Secara lebih operasional tugas pokok kepala sekolah mencakup kegiatan menggali dan mendayagunakan
seluruh sumber daya sekolah secara terpadu dalam kerangka pencapaian tujuan sekolah secara efektif dan
efisien.
Sedangkan menurut Mulyasa (2010), Secara garis besar tugas dan fungsi kepala sekolah dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) Pendidik (Educator)
Sebagai pendidik, kepala sekolah melaksanakan kegiatan perencanaan, pengelolaan, dan evaluasi
pembelajaran. Kegiatan perencanaan menuntut kapabilitas dalam menyusun perangkat-perangkat
pembelajaran; kegiatan pengelolaan mengharuskan kemampuan memilih dan menerapkan strategi
pembelajaran yang efektif dan efisien, dan kegiatan mengevaluasi mencerminkan kapabilitas dalam
memilih metode evaluasi yang tepat dan dalam memberikan tindak lanjut yang diperlukan terutama bagi
perbaikan pembelajaran. Sebagai pendidik, kepala sekolah juga berfungsi membimbing siswa, guru dan
tenaga kependidikan lainnya.
2) Pemimpin (leader)
Sebagai pemimpin, kepala sekolah berfungsi menggerakkan semua potensi sekolah, khususnya tenaga guru
dan tenaga kependidikan bagi pencapaian tujuan sekolah. Dalam upaya menggerakkan potensi tersebut,
kepala sekolah dituntut menerapkan prinsip-prinsip dan metode-metode kepemimpinan yang sesuai dengan
mengedepankan keteladanan, pemotivasian, dan pemberdayaan staf.
3) Pengelola (manajer).
Sebagai pengelola, kepala sekolah secara operasional melaksanakan pengelolaan kurikulum, peserta didik,
ketenagaan, keuangan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah-masyarakat, dan ketatausahaan sekolah.
Semua kegiatan-kegiatan operasional tersebut dilakukan melalui oleh seperangkat prosedur kerja berikut:
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Berdasarkan tantangan yang dihadapi
sekolah, maka sebagai pemimpin, kepala sekolah melaksanakan pendekatan-pendekatan baru dalam rangka
meningkatkan kapasitas sekolah.
4) Administrator.
Dalam pengertian yang luas, kepala sekolah merupakan pengambil kebijakan tertinggi di sekolahnya.
Sebagai pengambil kebijakan, kepala sekolah melakukan analisis lingkungan (politik, ekonomi, dan sosial-
budaya) secara cermat dan menyusun strategi dalam melakukan perubahan dan perbaikan sekolahnya.
Dalam pengertian yang sempit, kepala sekolah merupakan penanggung-jawab kegiatan administrasi
ketatausahaan sekolah dalam mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

5) Wirausahawan
Sebagai wirausahawan, kepala sekolah berfungsi sebagai inspirator bagi munculnya ide-ide kreatif dan
inovatif dalam mengelola sekolah. Ide-ide kreatif diperlukan terutama karena sekolah memiliki
keterbatasan sumber daya keuangan dan pada saat yang sama memiliki kelebihan dari sisi potensi baik
internal maupun lingkungan, terutama yang bersumber dari masyarakat maupun dari pemerintah setempat.
6) Pencipta Iklim Kerja
Sebagai pencipta iklim kerja, kepala sekolah berfungsi sebagai katalisator bagi meningkatnya semangat
kerja guru. Kepala sekolah perlu mendorong guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam bekerja di bawah
atmosfir kerja yang sehat. Atmosfir kerja yang sehat memberikan dorongan bagi semua staf untuk
bekerjasama dalam mencapai tujuan sekolah.

7) Penyelia (Supervisor)
Supervisi juga dapat diartikan sebagai pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf madrasah agar
mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar dengan lebih
baik sesuai dengan tujuanpendidikan. Kepala Madrasah sebagai supervisior mempunyai peran dan
tanggung jawab untuk membina, memantau dan memperbaiki proses pembelajaran aktif, kreatif dan
menyenangkan. Supervise kepala sekolah dapat dilakukan secara individu maupun kelompok.

2. Wakil Kepala Sekolah


Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Sekolah dapat mendelegasikan kepada Wakil Kepala
Sekolah pada bidangnya masing-masing. Wakil Kepala sekolah membantu kepala sekolah dalam kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :
a) Menyusun perencanaan membaut program kegiatan dan melaksanakan program
b) Pengorganisasian
c) Pengarahan
d) Ketenagaan
e) Pengoordinasian
f) Pengawasan
g) Penilaian
h) Identifikasi dan pengukuran data
i) Penyusunan laporan
Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 Tentang
Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah pada poin 2 menyebutkan
Kriteria untuk menjadi kepala dan wakil kepala sekolah/madrasah berdasarkan ketentuan dalam standar
pendidik dan tenaga kependidikan.
Pemerintah di bawah Kementerian Pendidikan tidak menyebutkan golongan tertentu yang boleh
menjadi calon wakil kepala sekolah, seperti menetapkan gol III/b, III/c, atau III/d sebagai batas
minimalnya. Guru yang memenuhi standar pendidik dan tenaga pendidikan boleh menjadi calon wakil
kepala sekolah. Diantara standar pendidik adalah minimal kualifikasi pendidikan sarjana (S1) atau setara
denganya.
Kepala SMA/MA dibantu minimal tiga wakil kepala sekolah/madrasah untuk bidang akademik,
sarana-prasarana, dan kesiswaan. Setiap wakil memiliki tugas-tugas tertentu dan saling kerja sama dalam
membantu kepala sekolah untuk mengembangkan semua kebutuhan positif setiap komponen sekolah sesuai
dengan aturan dan anggaran yang tersedia.
Menurut SMKN 3 Bintan Tahun 2015 tentang wakil kepala sekolah adalah sekolah dalam bertugas
membantu kepala sekolah dalam urusan-urusan terbagi menjadi beberapa bidang sebagai berikut :
a. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
1. Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan
2. Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran
3. Mengatur penyusunan program pengajaran, Program satuan pelajaran dan persiapan mengajar penjabaran
dan penyesuaian kurikulum
4. Mengatur pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstra kulikuler
5. Mengatur pelaksanaan program penilaian kreteria kenaikan kelas Kriteria kelulusan dan laporan kemajuan
belajar siswa serta pembagian rapor dan STTB
6. Mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengajaran
7. Mengatur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
8. Mengatur pengembangan MGMP dan koordinator mata pelajaran
9. Mengatur mutasi siswa
b. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
1) Mengatur program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling
2) Mengatur dan mengoordinasikan pelaksanaan 7k ( keamanan, kebersihanhan,ketertiban,keindahan,
kekeluargaan, kesehatan dan kerindangan)
3) Mengatur dan membina program kegiatan OSIS meliputi Kepramukaan, palang merah remaja, (PMR),
kelompok ilmiah remaja (KIR), usaha kesehatan sekolah (UKS), patroli keamanan sekolah (PKS),
Paskibra.
4) Mengatur program pasantren kilat
5) Menyusun dan mengatur pelaksanaan pemilihan siswa teladan sekolah
6) Menyelenggarakan cerdas cermat, olah raga prestasi
7) Menyeleksi calon untuk diusulkan mendapat beasiswa
c. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana Prasarana
1. Merencanakan kebutuhan sarana prasarana untuk menunjang proses belajar mengajar
2. Merencanakan program pengadaannya
3. Mengatur pemanfaatan sarana prasarana
4. Mengelola perawatan, perbaikan dan pengisian
5. Mengatur pembakuannya
6. Menyusun laporan
d. Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Dengan Masyrakat
1. Menyusun Program PRAKERIN dan membuat kerjasama dengan DU/DI
2. Mengatur dan mengembangkan hubungan dengan Bp3 dan peran BP3
3. Menyelenggarakan bakti sosial,. Karya wisata
4. Menyelenggarakan pameran hasil pendidikan disekolah (gebyar pendidikan)
5. Menyusun laporan
3. Guru Mapel
Setiap guru profesional harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggung jawab
dalam bidang pendidikan dan dalam waktu yang sama dia juga mengembang sejumlah tanggung jawab
dalam bidang pendi-dikan. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan norma-
norma kepada generasi muda sehingga terjadi proses pelestarian dan penerusan nilai. Bahkan melalui
proses pendidikan, diusahakan terciptanya nilai-nilai baru (Shabir, 2015).
Salah satu faktor yang paling menentukan dalam proses pembelajaran di kelas adalah guru. Tugas
guru yang paling utama adalah mengajar dan men-didik. Sebagai pengajar, guru berperanan aktif (medium)
antara peserta didik dengan ilmu pengetahuan. (Muhaimin dkk., 1996: 54). Secara umum dapat dikatakan
bahwa tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh guru adalah mengajak orang lain berbuat
baik. Guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat harus memiliki kualifikasi akademik
pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkandiampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi (Permendiknas Th.
2007 No 16).
Uraian jenis tugas guru sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2008 tentang Guru Pasal 52 dapat dikategorikan sebagai kegiatan tatap muka atau bukan tatap muka seperti
yang tercantum dalam Tabel 1. di bawah ini.

Tabel 2.1 Kegiatan tatap muka guru


1) Merencanakan Pembelajaran
Guru wajib membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada awal tahun atau awal
semester, sesuai dengan rencana kerja sekolah/madrasah.
2) Melaksanakan Pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran merupakan kegiatan interaksi edukatif antara peserta didik dengan
guru. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan tatap muka sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. Penjelasan kegiatan tatap muka adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan tatap muka atau pembelajaran terdiri dari kegiatan penyampaian materi pelajaran, membimbing
dan melatih peserta didik terkait dengan materi pelajaran, dan menilai hasil belajar yang terintegrasi dengan
pembelajaran dalam kegiatan tatap muka,
b. Menilai hasil belajar yang terintegrasi dalam proses pelaksanaan pembelajaran tatap muka antara lain
berupa penilaian akhir pertemuan atau penilaian akhir tiap pokok bahasan merupakan bagian dari kegiatan
tatap muka,
c. Kegiatan tatap muka dapat dilakukan secara langsung atau termediasi dengan menggunakan media antara
lain video, modul mandiri, kegiatan observasi/eksplorasi,
d. Kegiatan tatap muka dapat dilaksanakan antara lain di ruang teori/kelas, laboratorium, studio, bengkel atau
di luar ruangan,
e. Waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran atau tatap muka sesuai dengan durasi waktu yang tercantum
dalam struktur kurikulum sekolah/madrasah Sebelum pelaksanaan kegiatan tatap muka, guru diharapkan
melakukan persiapan, antara lain pengecekan dan/atau penyiapan fisik kelas/ruangan, bahan pelajaran,
modul, media, dan perangkat administrasi.
3) Menilai Hasil Pembelajaran
Menilai hasil pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan. Melalui penilaian hasil pembelajaran diperoleh informasi yang bermakna untuk
meningkatkan proses pembelajaran berikutnya serta pengambilan keputusan lainnya. Menilai hasil
pembelajaran dilaksanakan secara terintegrasi dengan tatap muka seperti ulangan harian dan kegiatan
menilai hasil belajar dalam waktu tertentu seperti ujian tengah semester dan akhir semester.
Pelaksanaan penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes. Penilaian nontes dapat
berupa pengamatan dan pengukuran sikap serta penilaian hasil karya dalam bentuk tugas, proyek fisik atau
produk jasa.
4) Membimbing dan Melatih Peserta Didik
Membimbing dan melatih peserta didik dibedakan menjadi tiga kategori yaitu membimbing atau melatih
peserta didik dalam proses tatap muka, intrakurikuler, dan ekstrakurikuler.
5) Melaksanakan Tugas Tambahan
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 24 ayat (7) menyatakan bahwa
guru dapat diberi tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan, wakil kepala satuan pendidikan, ketua
program keahlian satuan pendidikan, pengawas satuan pendidikan, kepala perpustakaan, kepala
laboratorium, bengkel, atau unit produksi. Selanjutnya, sesuai dengan isi Pasal 52 ayat (1) huruf e, guru
dapat diberi tugas tambahan yang melekat pada tugas pokok misalnya menjadi pembina pramuka,
pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket.
4. Wali Kelas
Wali Kelas adalah Guru yang membantu Kepala Sekolah untuk membimbing siswa dalam
mewujudkan disiplin kelas, sebagai manajer dan motivator untuk membangkitkan gairah /minat siswa
untuk beprestasi di kelas.14 Wali kelas merupakan salah satu pemilik peran penting dalam hubungan antara
sekolah, siswa dan orang tua. (Kusuma, 2007).Tugas pokok dan fungsi wali kelas adalah sebagai berikut :
a) Pengelola kelas
b) Mengenal dan memahami situasi kelasnya.
c) Menyelenggarakan Administrasikan kelas meliputi :
1. Denah tempat duduk siswa
2. Papan Absen siswa
3. Daftar Pelajaran di kelas
4. Daftar Piket Kelas,
5. Struktur Organisasi Pengurus Kelas
6. Tata Tertib siswa di kelas,
7. Buku Kemajuan Belajar.
8. Buku Mutasi Kelas.
9. Buku Peta Kelas
10. Buku Inventaris barang-barang di kelas
11. Buku Bimbingan kelas/ Kasus siswa
12. Buku Rapor
13. Buku Daftar Siswa Berprestasi di kelas
d) Memberikan motivasi kepada siswa agar belajar sungguh sungguh baik di sekolah maupun di luar sekolah.
e) Memantapkan siswa di kelasnya, dalam melaksanakan tatakrama, sopan santun, tata tertib baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
f) Menangani / mengatasi hambatan dan gangguan terhadap kelancaran kegiatan kelas dan atau kegiatan
sekolah pada umumnya.
Dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan formal, guru sebagai salah satu faktor penentu
tercapainya program pendidikan. Guru sebagai orang terdekat dengan anak didik dalam sebuah sekolah,
disamping sebagai pengajar, guru juga bertugas sebagai wali kelas. Tugas guru sebagai wali kelas
merupakan orang-orang tertentu yang bergelut dalam bidang pendidikan, yang senantiasa memberikan
perhatian yang lebih terhadap anak didiknya.
Singkatnya, tugas utama wali kelas adalah membuat kelas itu secara bersama-sama berhasil
menjalankan fungsi pembelajaran, yang kriterianya adalah bahwa semua siswa dikelas itu dapat naik kelas
dengan nilai yang baik pada akhir tahun (Koesoema, 2007). Dalam menjalankan fungsinya, wali kelas
bekerja sama dengan prefek kedisplinan, terutama untuk melihat data-data obyektif kedisplinan siswa
dikelasnya. Biasanya dari data-data inilah dapat dilihat bagaimana situasi pembelajaran, kesehatan siswa,
dan dinamika dalam kelas yang terjadi. Jika siswa dikelasnya sering alpa, membolos, wali kelas semestinya
segera bekerja sama dengan prefek disiplin mendampingi siswa ini, kalau perlu segera memanggil orang
tuanya. Kalau siswa dikelasnya sering absen karena sakit, wali kelas harus segera menindaklanjutinya
dengan orang tua untuk melihat bagaimana situasi kesehatan siswa ini dapat diatasi (Koesoema, 2007).
5. BK (Kualifikasi Konselor)
Suatu program bimbingan yang efektif menghendaki pelayanan seorang anggota staff yang cakap
dan berwenang disamping guru-guru biasa. Anggota staff yang dimaksud itu adalah guru penyuluh atau
konselor.
Untuk menghadapi kebutuhan dewasa ini seorang konselor harus memilki beberapa kualifikasi yang
memungkinkannya. Untuk dapat melaksanakan tugas penyuluhan dengan hasil yang baik, diantaranya:
a. Memiliki kecapakan scholastik
b. Memiliki minat terhadap pekerjaannya dan berpribadi baik.
c. Memahami prinsip-prinsip yang mendasari bimbingan individuil serta hubungannya dengan keseluruhan
program pendidikan.
d. Kemampuan untuk bertindak secara ramah dan bijaksana terhadap anak-anak dan orang dewasa selama
diadakan wawancara.
e. Kemampuan untuk memahami dan menghargai anak-anak.
f. Kemampuan untuk mendengarkan dan mendapatkan informasi dari murid-murid dari orang tua.
g. Pengetahuan yang memadai mengenai teori-teori perkembangan jiwa (Djumhur dan Surya, 1975)
Pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui
pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. Fungsi-fungsi tersebut adalah :
a. Fungsi pemahaman
Fungsi bimbingan dan konseling yang akanmenghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak
tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik pemahaman meliputi :
a) Pemahaman tentang diri sendiri peserta didik terutama oleh pesert didik sendiri, orang tua, guru pada
umumnya dan guru pembimbing.
b) Pemahaman tentang lingkungan peserta didik (termasuk didalamnya lingkungan keluarga dan sekolah)
terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing.
c) Pemahaman lingkungan yang lebih luas (termasuk didalamnya informasi jabatan/pekerjaan, informasi
social dan budaya/nilainilai) terutama oleh peserta didik.
b. Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya dan
terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu,
menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
c. Fungsi penuntasan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teratasinya berbagai
permasalahan yang dialami oleh peserta didik.
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka
perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai jenis layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana terkandung didalam masing-masing fungsi
itu. Setiap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan harus secara langsung
mengacu kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasilhasil yang dicapainya secara jelas dapat
diidentifikasi dan dievaluasi. (Depdiknas, 2008)
6. Tata Usaha
Tata Usaha adalah segenap rangkaian aktivitas menghimpun, mencatat, mengolah, mengganda,
mengirim dan menyimpan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam setiap organisasi (Gie, 1998).
Berdasarkan definisi tersebut, maka TU menurut intinya adalah tugas pelayanan di sekitar keterangan-
keterangan yang berwujud enam pola perbuatan, yaitu:
a) Menghimpun
Menghimpun adalah kegiatan-kegiatan mencari dan mengusahakan tersedianya segala keterangan yang
tadinya belum ada atau berserakan di mana-mana sehingga siap untuk dipergunakan jika diperlukan.
b) Mencatat
Kegiatan membubuhkan dengan berbagai peralatan tulis-mulis keterangan-keterangan yang diperlukan
sehingga berwujud tulisan yang dapat dibaca, dikirim, dan disimpan. Perkembangan teknologi modern
sekarang ini termasuk pula menyimpan keterangan-keterangan itu dengan alat-alat perekam suara sehingga
dapat didengar, misalnya ”pencatatan” pada pita rekaman.
c) Mengolah
Kegiatan menyajikan keterangan- keterangan dengan maksud menyajikannya dalam bentuk yang lebih
berguna.
d) Mengganda
Kegiatan memperbanyak dengan berbagai cara dan alat sebanyak jumlah yang diperlukan.
e) Mengirim
Kegiatan menyampaikan dengan berbagai cara dan alat dari satu pihak kepada pihak lain.
f) Menyimpan
Kegiatan menaruh dengan berbagai cara dan alat di tempat tertentu yang aman. Sasaran yang terkait dengan
enam pola sebagaimana tersebut di atas merupakan informasi. Informasi adalah pengetahuan tentang
sesuatu hal atau peristiwa yang diperoleh melalui pembacaan dan pengamatan. Informasi ini yang
dibutuhkan oleh pimpinan dalam rangka pengambilan keputusan. Enam pola kegiatan tersebut merupakan
isi dan ruang lingkup TU (Prasojo, 2011).
Adapun Kualifikasi Kepala Tenaga Administrasi SMP/MTs/SMPLB menurut Permendiknas Nomor
24 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah/ Madrasah adalah Kepala tenaga
administrasi SMP/MTs/SMPLB berkualifikasi sebagai berikut:
a. Berpendidikan minimal lulusan D3 atau yang sederajat, program studi yang relevan, dengan pengalaman
kerja sebagai tenaga administrasi Sekolah/Madrasah minimal 4 (empat) tahun.
b. Memiliki sertifikat kepala tenaga administrasi Sekolah/Madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh
pemerintah.
B. Manfaat Organisasi Sekolah
Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni dalam penyusunan/
penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan maksud menempatkan hubungan
antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-masing. Penentuan
struktur, hubungan tugas dan tanggung jawab itu dimaksudkan agar tersusun suatu pola kegiatan untuk
menuju ke arah tercapainya tujuan bersama.
Organisasi sekolah yang baik menghendaki agar tugas-tugas dan tanggung jawab dalam
menjalankan penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuannya dibagi secara merata dengan baik sesuai
dengan kemampuan dan wewenang yang telah ditentukan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan sesudah
semestinya mempunyai organisasi yang baik agar tujuan pendidikan formal ini tercapai sepenuhnya. Telah
diketahui bahwa unsur personal di dalam lingkungan sekolah adalah, kepala sekolah, guru, karyawan, dan
murid. Di samping itu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ada di bawah instansi atasan baik itu
kantor dinas atau kantor wilayah departemen yang bersangkutan. Di Negara Indonesia, kepala sekolah
adalah jabatan tertinggi di sekolah itu, sehingga ia berperan sebagai pemimpin sekolah dan dalam struktur
organisasi sekolah ia didudukkan pada tempat paling atas (Mulyono, 2008).
Melalui struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui apa tugas dan wewenang
kepala sekolah, apa tugas guru, apa tugas karyawan sekolah (yang biasa dikenal sebagai pengawai tata
usaha).
Demikian juga terlihat apakah di suatu sekolah dibentuk satuan tugas (unit kerja) tertentu seperti
bagian UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), bagian perpustakaan, bagian kepramukaan, dan lain-lain sehingga
keadaan ini tentunya akan memperlancar jalannya "roda" pendidikan di sekolah tersebut.
Dengan organisasi yang baik dapat dihindari tindakan kepala sekolah yang menunjukkan kekuasaan
yang berlebihan (otoriter). Suasana kerja dapat lebih berjiwa demokratis karena timbulnya partisipasi aktif
dari semua pihak yang bertanggung jawab. Partisipasi aktif yang mendidik (pedagogis) dapat digiatkan
melalui kegairahan murid sendiri yang bergerak dengan wadah OSIS (Organisasi Siswa Intra
Sekolah). Oleh karena itu di dalam memikirkan pembentukan organisasi sekolah, maka fungsi dan peranan
OSIS tidak boleh dilupakan.

Anda mungkin juga menyukai