Anda di halaman 1dari 151

PENGARUH PENERAPAN KURIKULUM 2013 TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X


SEMESTER GENAP DI SMA NEGERI 01 BATU

SKRIPSI

OLEH :
FAHMI REZA ANSHORI
NIM. 11130032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
Januari, 2016

i
HALAMAN PENGAJUAN

PENGARUH PENERAPAN KURIKULUM 2013 TERHADAP HASIL


BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X
SEMESTER GENAP DI SMA NEGERI 01 BATU

SKRIPSI
Diajukan Kepada Dekan Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH :
FAHMI REZA ANSHORI
NIM. 11130032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
Januari, 2016

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH PENERAPAN KURIKULUM 2013 TERHADAP HASIL


BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X
SEMESTER GENAP DI SMA NEGERI 01 BATU

Oleh:
FAHMI REZA ANSHORI
NIM. 11130032

Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing

(Hj. Ni’matuz Zuhroh, M.Si)


NIP. 19731212 200604 2 001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN)
Maulana Malik Ibrahim Malang

Dr. H. Abdul Bashith, M.Si


NIP. 19761002 200312 1 003

iii
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH PENERAPAN KURIKULUM 2013 TERHADAP HASIL


BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X
SEMESTER GENAP DI SMA NEGERI 01 BATU

SKRIPSI
dipersiapkan dan disusun oleh
Fahmi Reza Anshori (11130032)
telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 14 Januari 2016 dan
dinyatakan
LULUS
serta diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Panitia Ujian Tanda Tangan

Sekretaris Sidang/ Pembimbing

Hj. Ni’matuz Zuhroh, M.Si


NIP. 19731212 200604 2 001 :
____________________________

Ketua Sidang

Dr. H. Wahidmurni, M.Pd, Ak.


NIP. 19690303 200003 1 002 :
___________________________

Penguji Utama

Samsul Susilawati, M.Pd :


NIP. 19760619 200501 2 005 ___________________________

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Dr. H. Nur Ali, M.Pd


NIP. 19650403 199803 1 002

iv
PERSEMBAHAN

“Saya persembahkan karya ini kepada keluarga, sanak saudara, serta

seluruh teman-teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan,

motivasi, serta doa restu kepada saya sehingga karya skripsi ini bisa

terselesaikan dengan baik”

v
MOTTO

“Didiklah anak-anak kamu, sesungguhnya mereka diciptakan untuk


menghadapi zaman yang berbeda dengan zaman kamu ini” (H.R.
Bukhari)

vi
Hj. Ni’matuz Zuhroh, M.Si
Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Fahmi Reza Anshori Malang, 28 Desember 2015


Lamp. : 4 Eksemplar

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah
UIN Maulana Malik
Ibrahim di
Malang

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa
maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa
tersebut dibawah ini:
Nama : Fahmi Reza Anshori
Nim : 11130032
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Judul Skripsi : Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 Terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X Semester
Genap di SMA Negeri 01 Batu
maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut
sudah layak diajukan untuk diujikan.
Demikian, mohon dimaklumi adanya.

Wassalamua’alaikum Wr.Wb.

Pembimbing,

Hj. Ni’matuz Zuhroh, M.Si


NIP. 19731212 200604 2 001

vii
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.

Malang, 28 Desember 2015

Fahmi Reza Anshori

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

tanpa ada hambatan yang yang berarti.

Shalawat dan salam penulis haturkan keharibaan sang pendidik sejati

Rasulullah SAW, yang telah memberiku kebanggaan dengan menjadi salah satu

umat yang terpilih.

Dengan terselesaikanya skripsi ini, maka penulis tak lupa mengucapkan

terima kasih yang setulus-tulusya kepada semua pihak yang telah memberikan

sumbangsih pemikiran maupun materi demi terselesaikanya skripsi ini.

Selanjutnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, selaku Rektor UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang.

2. Bapak Dr. H. Nur Ali, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana

Malik Ibrahim Malang.

3. Bapak Drs. H. Abdul Bashith, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial (PIPS) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

4. Ibu Hj. Ni’matuz Zuhroh, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya serta memberikan arahan, bimbingan dan motivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

ix
5. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Didik Supriyadi dan Ibunda Shofiatuz

Zahra, yang telah ikhlas memberikan doa restu, kasih sayang serta motivasi

baik berupa materiil maupun spirituil serta telah membesarkan, membimbing

dan membiayai penulis dalam menyelesaikan studi hingga kejenjang

perguruan tinggi.

6. Semua guru dan dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu

pengetahuan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan

ke jenjang yang lebih tinggi.

7. Seluruh teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat dan

motivasi kepada penulis agar tidak berputus asa dalam menghadapi

permasalahan yang dihadapi.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan baik

dari segi materi, sistematika pembahasan maupun dari segi analisa data. Untuk itu,

penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari para pembaca.

Akhir kata, kepada Allah jualah penulis memohon rahmat, taufik dan

hidayah-Nya, semoga tulisan sederhana ini bermanfaat bagi penulis pada

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.

Malang, 28 Desember 2015


Penulis

Fahmi Reza Anshori

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN ................................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v

HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vi

HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................... vii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... viii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii

ABSTRAK .......................................................................................................... xix

BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7

E. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 9

G. Originalitas Penelitian ....................................................................... 10

xi
H. Definisi Operasional .........................................................................11

I. Sistematika Pembahasan ...................................................................12

BAB II : KAJIAN TEORI .....................................................................................14

A. Kajian Tentang Kurikulum ...............................................................14

1. Pengertian Kurikulum .................................................................14

2. Kerangka Dasar Kurikulum ....................................................... 15

3. Struktur Kurikulum .................................................................... 18

B. Kajian Tentang Penerapan Kurikulum 2013 .................................... 22

1. Karakteristik Pembelajaran ........................................................ 22

2. Perencanaan Pembelajaran ........................................................ 24

3. Pelaksanaan Pembelajaran ........................................................ 27

4. Penilaian Hasil dan Proses Pembelajaran ................................. 31

C. Kajian Tentang Hasil Belajar ......................................................... 31

1. Pengertian Hasil Belajar .......................................................... 31

2. Tujuan Pendidikan dan Hasil Belajar ...................................... 34

3. Domain Hasil Belajar .............................................................. 35

4. Taksonomi Bloom ................................................................... 37

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Kurikulum 2013

........................................................................................................ 39

1. Perencanaan Pembelajaran ...................................................... 39

2. Pelaksanaan Pembelajaran ...................................................... 39

3. Penilaian Pembelajaran ........................................................... 40

E. Penerapan Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Sosiologi untuk

xii
Tingkat SMA/MA Kelas X .......................................................... 40

1. Pendekatan Pembelajaran ....................................................... 40

2. Strategi Pembelajaran ............................................................. 41

3. Metode Pembelajaran ............................................................. 43

4. Kaitan dengan Rancangan Pembelajaran ............................... 44

5. Model-Model Pembelajaran ................................................... 44

6. Pilihan Model Pembelajaran .................................................. 49

7. Kaitan Silabus dan Model Pembelajaran ............................... 51

8. Sistem Penilaian .................................................................... 53

9. Metode Penilaian .................................................................. 53

10. Teknik dan Instrumen Penilaian ........................................... 55

F. Dalil-Dalil Tentang Penerapan Kurikulum 2013 ....................... 56

BAB III : METODE PENELITIAN ............................................................... 58

A. Pendekatan dan Jenis Pendekatan ............................................ 58

B. Lokasi Penelitian ...................................................................... 58

C. Sumber Data ............................................................................. 60

1. Data Primer ........................................................................ 60

2. Data Sekunder .................................................................... 60

D. Populasi dan Sampel ................................................................ 60

E. Instrument Penelitian ............................................................... 62

1. Instrument Berupa Angket ................................................ 62

2. Instrument Berupa Dokumentasi ...................................... 62

3. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 63

xiii
4. Teknik Analisis Data/Pengolahan Data............................ 68

BAB IV : HASIL PENELITIAN ................................................................. 71

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 71

1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 1 Batu ......................... 71

2. Studium Et Virtus ........................................................... 72

3. SMA Negeri 1 Batu Masa Kini ...................................... 72

4. SMA Negeri 1 Batu yang Akan Datang ......................... 74

5. Visi dan Misi .................................................................. 75

6. Kurikulum ...................................................................... 77

B. Paparan Data ........................................................................ 85

1. Deskripsi Variabel Perencanaan Pembelajaran ............. 85

2. Deskripsi Variabel Pelaksanaan Pembelajaran ............. 90

3. Deskripsi Variabel Penilaian Pembelajaran .................. 95

4. Deskripsi Variabel Y (Hasil Belajar) ........................... 100

C. Pengujian Asumsi Klasik ................................................... 103

1. Uji Normalitas .............................................................. 104

2. Uji Linieritas ................................................................ 104

D. Pengujian Hipotesis ........................................................... 105

BAB V : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN .................................. 111

A. Pengaruh Antara Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Hasil

Belajar Siswa ..................................................................... 112

1. Pengaruh Antara Perencanaan Pembelajaran terhadap Hasil

Belajar Siswa ............................................................... 112

xiv
2. Pengaruh Antara Pelaksanaan Pembelajaran terhadap Hasil

Belajar Siswa ............................................................... 114

3. Pengaruh Antara Penilaian Pembelajaran terhadap Hasil

Belajar Siswa ............................................................... 115

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Kurikulum

2013 terhadap Hasil Belajar Siswa .................................... 116

1. Perencanaan Pembelajaran .......................................... 116

2. Pelaksanaan Pembelajaran .......................................... 118

3. Penilaian Pembelajaran ............................................... 119

BAB VI : PENUTUP ............................................................................... 122

A. Kesimpulan ........................................................................ 121

B. Saran .................................................................................. 124

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 125

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................... 128

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Sebelumnya ........................ 9

Tabel 2.1 Gradasi Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan ............................... 23

Tabel 2.2 Domain Hasil Belajar ....................................................................... 36

Tabel 3.1 Hasil Data Penentuan Sampel Siswa Kelas X IIS-1 s/d X IIS-5 ...........

........................................................................................................................... 62

Tabel 3.2 Kategori Jawaban pada Pernyataan Angket ..................................... 63

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Perencanaan Pembelajaran

........................................................................................................................... 65

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pelaksanaan Pembelajaran

........................................................................................................................... 66

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Penilaian Pembelajaran

........................................................................................................................... 68

Tabel 4.1 Kompetensi Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/Paket C ...........

............................................................................................................................82

Tabel 4.2 Kriteria Penilaian Kurikulum 2013 .................................................. 83

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Item Variabel Perencanaan Pembelajaran............

........................................................................................................................... 86

Tabel 4.4 Kategori Nilai Variabel Perencanaan Pembelajaran ........................ 89

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Item Variabel Pelaksanaan Pembelajaran............

........................................................................................................................... 91

Tabel 4.6 Kategori Nilai Variabel Pelaksanaan Pembelajaran ......................... 93

xvi
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Item Variabel Penilaian Pembelajaran................

........................................................................................................................... 96

Tabel 4.8 Kategori Nilai Variabel Penilaian Pembelajaran .............................. 98

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Item Variabel Hasil Belajar Siswa .......................

........................................................................................................................... 101

Tabel 4.10 Kategori Nilai Variabel Hasil Belajar Siswa................................... 102

Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Pengujian Normalitas ....................................... 104

Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Analisis Korelasi dan Regresi Berganda .................

............................................................................................................................ 105

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Model Hipotesis Penelitian ............................................................... 8

Gambar 4.1 Diagram Skor Variabel Perencanaan Pembelajaran ....................... 89

Gambar 4.2 Diagram Skor Variabel Pelaksanaan Pembelajaran ....................... 94

Gambar 4.3 Diagram Skor Variabel Penilaian Pembelajaran ............................ 99

Gambar 4.4 Diagram Skor Variabel Hasil Belajar Siswa ................................. 102

Gambar 4.5 Garis Persamaan Regresi ............................................................... 107

xviii
ABSTRAK

Fahmi Reza Anshori. 2016. Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 Terhadap


Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X Semester Genap di
SMA Negeri 01 Batu. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
Malang. Hj. Ni’matuz Zuhroh, M.Si.

Kata Kunci: Penerapan Kurikulum 2013, Hasil Belajar Siswa

Penerapan Kurikulum 2013 memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan


yang terwujud dalam proses pembelajaran yang salah satunya dengan pendekatan
saintifik yang menekankan pada pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah
saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah dengan pendekatan
saintifik. Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik bermanfaat bagi siswa
untuk lebih mandiri, aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah. Pada hasilnya
akan ada peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi
manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan
pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari anak didik yang meliputi
aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.
Adapun tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah; 1) Untuk
menjelaskan pengaruh yang signifikan antara penerapan Kurikulum 2013 terhadap
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi kelas X Semester Genap di
SMA Negeri 01 Batu; 2) Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
penerapan Kurikulum 2013 terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Sosiologi kelas X Semester Genap di SMA Negeri 01 Batu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif
dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data berupa angket dan
dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier
berganda dengan melakukan uji linieritas dan normalitas untuk mengukur
seberapa besar pengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat.
Hasil penelitian didapat bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
penerapan Kurikulum 2013 dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Sosiologi kelas X Semester Genap dengan besarnya koefisien determinasi (R²)
dari hasil perhitungan SPSS 13.0 for windows diketahui sebesar 0,823 atau
82,3%. Angka ini memberi arti bahwa variabel bebas (perencanaan, pelaksanaan
dan penilaian pembelajaran) yang dianalisis telah memberikan kontribusi atau
pengaruh sebesar 82,3% terhadap hasil belajar siswa. Sedangkan 17,7% dari hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.

xix
‫ملخص‬

‫فهمي رضا االنشوري‪ .‬ألفان و ست عشرة‪ .‬تأثير تنفيذ المناهج ألفان و ثالث عشرة ضد الطالب النتائج‬
‫على الموضوعات علم االجتماع الفئة عشرة فصل دراسي في مدرسة ثانوية حكومية واحدة باتو‪ .‬أطروحة‪.‬‬
‫وزارة التربية والتعليم في العلوم االجتماعية‪،‬كلية التربيةجامعة الدولة اإلسالمية موالنا مالك إبراهيم ماالنج‪.‬‬
‫الحاج‪ .‬ني'ماتوز زوهروه ‪ ،‬ماجستير‬

‫كلمات البحث‪ :‬تنفيذ المناهج عام ألفان و ثالث عشرة ‪،‬نتائج الطالب‬

‫تطبيق المناهج الدراسية في عام ألفان و ثالث عشرة لتحسين وتعزيز نوعية التعليم يتجسد في‬
‫عملية التعلم‪ ،‬واحدة منها مع نهج علمي يؤكد على التعلم اعتماد تدابير العلماء في بناء المعرفة من خالل‬
‫المنهج العلمي مع نهج علمي‪ .‬عملية التعلم مع نهج علمي مفيد للطالب ليكون أكثر استقالال ونشط واإلبداعي‬
‫في حل المشكالت‪ .‬في النتيجة سيكون هناك زيادة والتوازن بين القدرة على أن يكون رجال صالحا‬
‫(المهارات) والناس الذين لديهم المهارات والمعارف للعيش الئقة (مهارات الثابت) من الطالب أن يشمل‬
‫جوانب المواقف الكفاءة والمهارات والمعارف‪.‬‬

‫األهداف المراد تحقيقها في هذه الدراسة هي؛ واحد) لشرح تأثير كبير لتنفيذ المناهج ألفان و ثالث‬
‫عشرة لنتائج تعلم الطالب في مواضيع علم االجتماع الفئة عشرة فصل دراسي في المدرسة الثانوية العليا‬
‫نيجيري واحد باتو‪ .‬صفر) شرح العوامل التي تؤثر على تنفيذ مناهج ألفان و ثالث عشرة لنتائج تعلم الطالب‬
‫في الصف العاشر موضوعات علم االجتماع فصل دراسي في المدرسة الثانوية العليا نيجيري واحد باتو‪.‬‬

‫الطريقة المستخدمة في هذا البحث هو المنهج الكمي مع المنهج الوصفي‪ .‬تقنيات جمع البيانات مثل‬
‫االستبيانات والوثائق‪ .‬تقنية تحليل البيانات المستخدمة هي االنحدار الخطي المتعدد الختبار الخطي والحياة‬
‫الطبيعية لقياس مدى حجم تأثير بعض المتغيرات المستقلة على المتغير التابع‪.‬‬

‫والنتيجة هي أن هناك عالقة ذات داللة إحصائية بين تنفيذ المناهج ألفان و ثالث عشرة نتائج تعلم‬
‫الطالب في مواضيع علم االجتماع الفصل الدراسي الصف العاشر مع معامل التحديد (ر‪ ) ²‬من حساب‬
‫مجموعة من البرامج المستخدمة في التحليل اإلحصائي ثالث عشرة لنظام التشغيل نوافذ هو معروف عن‬
‫صفر فاصلة ثمانمئة و ثالث و عشرون أو إثنان و ثمانون ‪.٪‬هذا الرقم يعطي بمعنى أن المتغير المستقل‬
‫(تخطيط وتنفيذ وتقييم التعلم) ويتم تحليل ساهمت في التأثير أو إثنان و ثمانون ‪ ٪‬من نتائج تعلم الطالب‪ .‬في‬
‫حين تتأثر سبع عشرة فاصلة سبع ‪ ٪‬من نتائج تعلم الطالب من خالل المتغيرات األخرى خارج البحث‪.‬‬

‫‪xx‬‬
ABSTRACT

Fahmi Reza Anshori. 2016. The Effect of Adoption of Curriculum 2013 on


Student Learning Outcomes in Sociology Subject at the Class X Second Semester
of State Senior High School 01 Batu. Essay. Education Department of Social
Sciences, Faculty of Education, State Islamic University (UIN) Maulana Malik
Ibrahim Malang. Hj. Ni'matuz Zuhroh, M.Sc.

Keywords: Implementation of Curriculum 2013, Student Results

The implementation of curriculum 2013 is to improve and enhance the


quality of education. It is embodied in the learning process. one of the learning
processes is using a scientific approach that emphasizes on the learning using
scientific steps. They are used to build knowledge through scientific method with
a scientific approach. The learning process with a scientific approach is useful for
students to be more independent, active and creative in solving problems. As a
result there will be increasing and balance between the ability to be a good man
(soft skills) and to be a man who has the skills and knowledge to live a decent
(hard skills) . It includes aspects of attitude competence, skill competence and
knowledge competence.
The objectives of this study are; 1) To explain the significant influence of
the implementation of Curriculum 2013 on student learning outcomes in
Sociology subject at the class X second semester of state senior high school 01
Batu; 2) To explain the factors that affect the implementation of Curriculum 2013
on student learning outcomes in Sociology subject at the class X second
semester of state senior high school 01 Batu.
The method used in this research is quantitative approach with descriptive
methods. In collecting data the reseacher prepared some instruments. They are
questionnaires and documentation. Data analysis technique used is multiple linear
regression to test the linearity and normality to measure how big the influence of
some independent variables on the dependent variable.
From this study the writer conclude that there is a significant relationship
between the implementation of Curriculum 2013 and student learning outcomes in
Sociology subject at the class X second semester of state senior high school 01
Batu with a coefficient of determination (R ²) from the calculation of SPSS 13.0
for Windows is known for 0.823 or 82.3%. This figure gives the sense that the
independent variable (planning, implementation and assessment of learning) has
contributed or influenced for 82.3% of the student learning outcomes. Whereas
17.7% of student learning outcomes are influenced by other variables outside the
research.

xxi
‫ملخص‬

‫فهمي رضا االنشوري‪ .‬ألفان و ست عشرة‪ .‬تأثير تنفيذ المناهج ألفان و ثالث عشرة ضد الطالب النتائج على‬
‫الموضوعات علم االجتماع الفئة عشرة فصل دراسي في مدرسة ثانوية حكومية واحدة باتو‪ .‬أطروحة‪ .‬وزارة‬
‫التربية والتعليم في العلوم االجتماعية‪،‬كلية التربيةجامعة الدولة اإلسالمية موالنا مالك إبراهيم ماالنج‪ .‬الحاج‪.‬‬
‫ني'ماتوز زوهروه ‪ ،‬ماجستير‬

‫كلمات البحث‪ :‬تنفيذ المناهج عام ألفان و ثالث عشرة ‪،‬نتائج الطالب‬

‫تطبيق المناهج الدراسية في عام ألفان و ثالث عشرة لتحسين وتعزيز نوعية التعليم يتجسد في عملية‬
‫التعلم‪ ،‬واحدة منها مع نهج علمي يؤكد على التعلم اعتماد تدابير العلماء في بناء المعرفة من خالل المنهج العلمي‬
‫مع نهج علمي‪ .‬عملية التعلم مع نهج علمي مفيد للطالب ليكون أكثر استقالال ونشط واإلبداعي في حل المشكالت‪.‬‬
‫في النتيجة سيكون هناك زيادة والتوازن بين القدرة على أن يكون رجال صالحا (المهارات) والناس الذين لديهم‬
‫المهارات والمعارف للعيش الئقة (مهارات الثابت) من الطالب أن يشمل جوانب المواقف الكفاءة والمهارات‬
‫والمعارف‪.‬‬

‫األهداف المراد تحقيقها في هذه الدراسة هي؛ واحد) لشرح تأثير كبير لتنفيذ المناهج ألفان و ثالث‬
‫عشرة لنتائج تعلم الطالب في مواضيع علم االجتماع الفئة عشرة فصل دراسي في المدرسة الثانوية العليا‬
‫نيجيري واحد باتو‪ .‬صفر) شرح العوامل التي تؤثر على تنفيذ مناهج ألفان و ثالث عشرة لنتائج تعلم الطالب في‬
‫الصف العاشر موضوعات علم االجتماع فصل دراسي في المدرسة الثانوية العليا نيجيري واحد باتو‪.‬‬

‫الطريقة المستخدمة في هذا البحث هو المنهج الكمي مع المنهج الوصفي‪ .‬تقنيات جمع البيانات مثل‬
‫االستبيانات والوثائق‪ .‬تقنية تحليل البيانات المستخدمة هي االنحدار الخطي المتعدد الختبار الخطي والحياة‬
‫الطبيعية لقياس مدى حجم تأثير بعض المتغيرات المستقلة على المتغير التابع‪.‬‬

‫والنتيجة هي أن هناك عالقة ذات داللة إحصائية بين تنفيذ المناهج ألفان و ثالث عشرة نتائج تعلم‬
‫الطالب في مواضيع علم االجتماع الفصل الدراسي الصف العاشر مع معامل التحديد (ر‪ ) ²‬من حساب مجموعة‬
‫من البرامج المستخدمة في التحليل اإلحصائي ثالث عشرة لنظام التشغيل نوافذ هو معروف عن صفر فاصلة‬
‫ثمانمئة و ثالث و عشرون أو إثنان و ثمانون ‪.٪‬هذا الرقم يعطي بمعنى أن المتغير المستقل (تخطيط وتنفيذ وتقييم‬
‫التعلم) ويتم تحليل ساهمت في التأثير أو إثنان و ثمانون ‪ ٪‬من نتائج تعلم الطالب‪ .‬في حين تتأثر سبع عشرة‬
‫فاصلة سبع ‪ ٪‬من نتائج تعلم الطالب من خالل المتغيرات األخرى خارج البحث‪.‬‬
ABSTRAK

Fahmi Reza Anshori. 2016. Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 Terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X Semester Genap di SMA
Negeri 01 Batu. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas
Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Hj.
Ni’matuz Zuhroh, M.Si.

Kata Kunci: Penerapan Kurikulum 2013, Hasil Belajar Siswa

Penerapan Kurikulum 2013 memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan


yang terwujud dalam proses pembelajaran yang salah satunya dengan pendekatan
saintifik yang menekankan pada pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah
saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah dengan pendekatan
saintifik. Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik bermanfaat bagi siswa
untuk lebih mandiri, aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah. Pada hasilnya
akan ada peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi
manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan
pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari anak didik yang meliputi
aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.
Adapun tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah; 1) Untuk menjelaskan
pengaruh yang signifikan antara penerapan Kurikulum 2013 terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Sosiologi kelas X Semester Genap di SMA Negeri 01
Batu; 2) Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan
Kurikulum 2013 terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi kelas
X Semester Genap di SMA Negeri 01 Batu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif
dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data berupa angket dan
dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier
berganda dengan melakukan uji linieritas dan normalitas untuk mengukur seberapa
besar pengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat.
Hasil penelitian didapat bahwa ada pengaruh yang signifikan antara penerapan
Kurikulum 2013 dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi kelas X
Semester Genap dengan besarnya koefisien determinasi (R²) dari hasil perhitungan
SPSS 13.0 for windows diketahui sebesar 0,823 atau 82,3%. Angka ini memberi
arti bahwa variabel bebas (perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran)
yang dianalisis telah memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 82,3% terhadap
hasil belajar siswa. Sedangkan 17,7% dari hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
variabel lain diluar penelitian ini.

xix
ABSTRACT
Fahmi Reza Anshori. 2016. The Effect of Adoption of Curriculum 2013 on Student
Learning Outcomes in Sociology Subject at the Class X Second Semester of State
Senior High School 01 Batu. Essay. Education Department of Social Sciences,
Faculty of Education, State Islamic University (UIN) Maulana Malik Ibrahim
Malang. Hj. Ni'matuz Zuhroh, M.Sc.

Keywords: Implementation of Curriculum 2013 ,Student Results


The implementation of curriculum 2013 is to improve and enhance the
quality of education. It is embodied in the learning process. one of the learning
processes is using a scientific approach that emphasizes on the learning using
scientific steps. They are used to build knowledge through scientific method with
a scientific approach. The learning process with a scientific approach is useful for
students to be more independent, active and creative in solving problems. As a
result there will be increasing and balance between the ability to be a good man
(soft skills) and to be a man who has the skills and knowledge to live a decent (hard
skills) . It includes aspects of attitude competence, skill competence and knowledge
competence.
The objectives of this study are; 1) To explain the significant influence of
the implementation of Curriculum 2013 on student learning outcomes in Sociology
subject at the class X second semester of state senior high school 01 Batu; 2) To
explain the factors that affect the implementation of Curriculum 2013 on student
learning outcomes in Sociology subject at the class X second semester of state
senior high school 01 Batu.
The method used in this research is quantitative approach with descriptive
methods. In collecting data the reseacher prepared some instruments. They are
questionnaires and documentation. Data analysis technique used is multiple linear
regression to test the linearity and normality to measure how big the influence of
some independent variables on the dependent variable.
From this study the writer conclude that there is a significant relationship
between the implementation of Curriculum 2013 and student learning outcomes in
Sociology subject at the class X second semester of state senior high school 01
Batu with a coefficient of determination (R ²) from the calculation of SPSS 13.0 for
Windows is known for 0.823 or 82.3%. This figure gives the sense that the
independent variable (planning, implementation and assessment of learning) has
contributed or influenced for 82.3% of the student learning outcomes. Whereas
17.7% of student learning outcomes are influenced by other variables outside the
research.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar belakang perlunya perubahan kurikulum menurut Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan, Muhammad Nuh bahwa ditengah perubahan zaman, sistem

pendidikan di Indonesia juga harus selalu ikut menyesuaikan. Pengembangan

kurikulum 2013 diharapkan dapat menjadi jawaban untuk meningkatkan kemampuan

sumber daya manusia hadapi perubahan dunia. Pengembangan kurikulum 2013

sudah melalui proses panjang dan ditelaah sehingga saatnya disampaikan ke publik

agar dapat bisa memberi pandangan lebih sempurna. Dengan segala konsekuensinya,

perubahan kurikulum yang akan dimulai 2013 harus dilakukan jika tidak ingin

kualitas SDM Indonesia tertinggal.1

Terbitnya kurikulum 2013 untuk semua satuan pendidikan dasar dan

menengah, merupakan salah satu langkah sentral dan strategis dalam kerangka

penguatan karakter menuju bangsa Indonesia yang madani. Kurikulum 2013

dikembangkan secara komprehensif, integratif, dinamis, akomodatif, dan antisipatif

terhadap berbagai tantangan pada masa yang akan datang. Kurikulum 2013 didesain

berdasarkan pada budaya dan karakter bangsa, berbasis peradaban, dan berbasis pada

kompetensi. Dengan demikian, Kurikulum 2013 diyakini mampu mendorong

terwujudnya manusia Indonesia yang bermartabat, beradab, berbudaya, berkarakter,

1
http://www.hidayatjayagiri.net/2012/12/kurikulum-2013-latar-belakang-perubahan.html diakses
pada tanggal 22 Nopember 2014, pukul 10:13.

1
2

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis,

bertanggung jawab, serta mampu menghadapi berbagai tantangan yang muncul pada

masa depan.2

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(Kemendikbud) telah melakukan pengembangan kurikulum yang diberi nama

Kurikulum 2013 dan mulai berlaku pada tahun pelajaran 2013/2014. Dalam

pelaksanaannya, perubahan kurikulum tersebut menuai berbagai sikap dari

masyarakat baik pro maupun kontra.

Pihak yang mendukung kurikulum baru menyatakan, Kurikulum 2013

memadatkan pelajaran sehingga tidak membebani siswa. Pada pelaksanaan

Kurikulum 2013, siswa lebih fokus pada tantangan masa depan bangsa, dan tidak

memberatkan guru dalam penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pihak

yang kontra menyatakan, Kurikulum 2013 justru kurang fokus karena

menggabungkan mata Pelajaran IPA dengan Bahasa Indonesia. Ini terlalu ideal

karena tidak mempertimbangkan kemampuan guru serta tidak dilakukan uji coba

dulu di sejumlah sekolah sebelum diterapkan.3

Meskipun telah menuai berbagai pro dan kontra, pemerintah tetap

memberlakukan Kurikulum 2013 dengan alasan perbaikan kualitas pendidikan di

Indonesia seiring perubahan zaman akibat arus globalisasi. Dalam pelaksanaannya,

2
Pedoman Pemberian Bantuan Implementasi Kurikulum Tahun 2013, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan 2013.
3
http://airlangga-edu.com/?page=artikel_detail&&no=19 diakses pada tanggal 4 Agustus 2015, pukul
16:57.
3

Kurikulum 2013 memiliki beberapa perbedaan dengan kurikulum sebelumnya,

seperti KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

Pada KTSP, setiap mata Pelajaran dirancang berdiri sendiri dengan

kompetensi dasar sendiri pula. Pendekatan mata Pelajaran berbeda antara satu

dengan yang lainnya. Total ada sebelas mata Pelajaran yang harus dikuasai siswa.

Pada Kurikulum 2013, semua mata Pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang

sama (saintifik). Siswa diajak mengamati, menalar, bertanya dan mencoba. Setiap

mata Pelajaran saling terkait dan saling mendukung semua kompetensi pembelajaran

seperti sikap, keterampilan dan pengetahuan. Total, ada enam hingga tujuh mata

Pelajaran yang harus dikuasai siswa. Meski demikian, pada dasarnya pendekatan

saintifik juga sudah dipakai dalam KTSP. Hanya saja, istilah yang digunakan adalah

pendekatan inquiry. Selain itu, mata Pelajaran bahasa Indonesia dalam KTSP sejajar

dengan mata Pelajaran lain dan diperlakukan sebagai pengetahuan. Sedangkan dalam

Kurikulum 2013, Bahasa Indonesia menjadi alat komunikasi dan pembawa

pengetahuan. Begitu juga dengan mata Pelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK).4

Penerapan Kurikulum 2013 meliputi penyempurna perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi pembelajaran dalam Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2013 tentang

Standar Proses disebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

4
http://news.okezone.com/read/2014/12/08/65/1076314/perbedaan-ktsp-dan-kurikulum-2013 diakses
pada tanggal 4 Agustus 2015, pukul 17:13.
4

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang

yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap

satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.5

Penerapan Kurikulum 2013 memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan

yang terwujud dalam proses pembelajaran yang salah satunya dengan pendekatan

saintifik yang menekankan pada pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah

saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Dalam proses

pembelajaran menyentuh tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga

ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang

berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai,

menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas

“mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.

Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba,

menalar, menyaji, dan mencipta”.6

Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik bermanfaat bagi siswa

untuk lebih mandiri, aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah. Siswa bisa

mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang materi pembelajaran melalui

beragam referensi yang tidak hanya mengacu pada satu sumber belajar saja. Pada

5
Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, hlm. 1.

6
Ibid, hlm. 3.
5

hasilnya akan ada peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi

manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan

pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari anak didik yang meliputi

aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.7

Dengan demikian, sekolah sebagai tempat pembentukan siswa yang memiliki

kompetensi sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara.8

SMA Negeri 01 Batu adalah salah satu sekolah negeri favorit di Kota Batu

yang sudah menerapkan sistem Kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2013/2014 yang

sudah berjalan selama tiga semester. Sebagai contoh, pada mata Pelajaran Sosiologi

di salah satu kelas X jurusan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS), dalam menerapkan Kurikulum

2013 pada proses kegiatan pembelajaran, guru mencoba menggabungkan dua metode

yakni ceramah dan diskusi dengan pendekatan saintifik. Guru memberikan ceramah

kepada siswa selama 15 menit, kemudian siswa diminta untuk berdiskusi dengan

kelompok. Pada kegiatan diskusi ini guru memberikan sebuah surat kabar pada

masing-masing kelompok, kemudian siswa diminta untuk menganalisa informasi

7
https://donipengalaman9.wordpress.com/2014/08/18/pendekatan-saintifik-dalam-kurikulum-2013/,
diakses pada tanggal 13 Desember 2014, pukul 06:31.

8
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 1 ayat 1.
6

tentang fenomena-fenomena sosial yang terdapat di surat kabar yang berhubungan

dengan materi Sosiologi yang sedang dibahas di kelas. Dengan adanya metode ini,

guru mengharapkan siswa terlihat lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran Sosiologi di kelas.9

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini berusaha menganalisis pengaruh

Kurikulum 2013 terhadap hasil belajar siswa di sekolah yaitu di SMA Negeri 01

Batu pada mata Pelajaran Sosiologi kelas X. Maka dari itu penelitian ini mengambil

judul “Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Hasil Belajar Siswa pada

Mata Pelajaran Sosiologi kelas X Semester Genap di SMA Negeri 01 Batu”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah

sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara penerapan Kurikulum 2013

terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi kelas X Semester

Genap di SMA Negeri 01 Batu?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerapan Kurikulum 2013

terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi kelas X Semester

Genap di SMA Negeri 01 Batu?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai

berikut:

9
Wawancara dengan salah satu siswi Kelas X IIS-2 yang mengikuti pelajaran Sosiologi.
7

1. Untuk menjelaskan pengaruh yang signifikan antara penerapan Kurikulum

2013 terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi kelas X

Semester Genap di SMA Negeri 01 Batu.

2. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Kurikulum

2013 terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi kelas X

Semester Genap di SMA Negeri 01 Batu.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan bermanfaat

sebagai berikut:

a. Bagi Peneliti

Memberikan referensi bagi penulis tentang proses pelaksanaan Kurikulum

2013 di SMA Negeri 01 Batu, khususnya pada mata pelajaran Sosiologi

Kelas X Semester Genap yang diharapkan mampu mambantu memperlancar

proses penyusunan hingga selesai.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan oleh guru sebagai bahan

masukan dalam proses pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMA Negeri 01 Batu,

khususnya bagi guru Sosiologi Kelas X.

c. Bagi Siswa

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan baru tentang penerapan

Kurikulum 2013 di SMA Negeri 01 Batu, khususnya pada mata pelajaran

Sosiologi Kelas X.
8

E. Hipotesis Penelitian

Berkenaan dengan masalah yang diteliti, maka hipotesis penelitiannya adalah

sebagai berikut:

1. H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan

Kurikulum 2013 terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi

Kelas X Semester Genap.

2. Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan Kurikulum

2013 terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi Kelas X

Semester Genap

Adapun model hipotesis dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

X1: Perencanaan Pembelajaran pada


Penerapan Kurikulum 2013
Y: Hasil Belajar
X2: Pelaksanaan Pembelajaran pada
Siswa
Penerapan Kurikulum 2013

X3: Penilaian Pembelajaran pada


Penerapan Kurikulum 2013

Gambar 1.1. Model Hipotesis Penelitian


9

F. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Kurikulum

2013 terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi kelas X

Semester Genap di SMA Negeri 01 Batu”, dapat dirumuskan sub bagian ruang

lingkup sebagai berikut:

Ruang lingkup penelitian ini meliputi:

1. Tiga variabel bebas : Penerapan Kurikulum 2013 yang terdiri dari:


a. Perencanaan pembelajaran
b. Pelaksanaan pembelajaran
c. Penilaian pembelajaran
2. Satu variabel terikat : Hasil belajar siswa

G. Originalitas Penelitian

Tabel 1.1.
Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Sebelumnya

No Nama Peneliti Judul Tema Metodologi Hasil


dan Tahun Penelitian

1 Pengaruh Kurikulum Kurikulum Kuantitatif Adanya hubungan


Berbasis Kompetensi Berbasis yang positif dan
Terhadap Keberhasilan Kompetensi signifikan variabel
Pembelajaran PAI di dan kurikulum berbasis
MTs Surya Buana Pembelajaran kompetensi (X)
Malang (Anis Pendidikan terhadap
Trianawati, Agama Islam keberhasilan
Mahasiswi Fakultas (PAI) pembelajaran PAI
Tarbiyah Jurusan (Y).
Pendidikan Agama
Islam UIN Maliki
Malang, 2009)
10

2 Implementasi KTSP dan Kualitatif Adanya program-


Kurikulum Tingkat Mutu program sekolah
Satuan Pendidikan Pendidikan dalam rangka
(KTSP) Dalam implementasi KTSP
Meningkatkan Mutu antara lain :
Pendidikan di Madrasah sosialisasi mengenai
Aliyah Muhamadiyah I konsep-konsep dasar
Malang (Ahmad KTSP, Pembentukan
Syahirul, Mahasiswa kepanitiaan KTSP,
Fakultas Tarbiyah Adanya tim
Jurusan Pendidikan pengembang dan
Agama Islam UIN penyusun KTSP,
Maliki Malang, 2010) Setiap satu bulan
sekali dilakukan
evaluasi yang
dikemas dalam
briefeng atau rapat
dinas sekolah.
Adanya sistem
penilaian kinerja
terhadap guru dan
siswa dengan
menerapkan reward
(penghargaan) serta
punishment
(hukuman).

3 Implementasi Implementasi Kualitatif Implementasi


Pembelajaran IPS Pembelajaran pembelajaran IPS
Kurikulum 2013 di IPS Kurikulum 2013 di
SMP Negeri 2 Kurikulum SMPN 2 Ngariboyo
Ngariboyo Kabupaten 2013 yang sudah mulai
Magetan (Sumanto, diterapkan berjalan
Mahasiswa Fakultas dengan baik, namun
Tarbiyah Jurusan masih perlu
Pendidikan Ilmu peningkatan
Pengetahuan Sosial kompetensi guru dan
UIN Maliki Malang, kualifikasi guru.
2014)
11

4 Pengaruh Penerapan Penerapan Kuantitatif Terdapat pengaruh


Kurikulum 2013 Kurikulum yang signifikan
terhadap Hasil Belajar 2013 dan antara penerapan
Siswa pada Mata Hasil Belajar Kurikulum 2013
Pelajaran Sosiologi Siswa dengan hasil belajar
Kelas X Semester siswa pada mata
Genap di SMA Negeri Pelajaran Sosiologi
01 Batu (Fahmi Reza kelas X Semester
Anshori, Mahasiswa Genap.
Fakultas Tarbiyah
Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan
Sosial UIN Maliki
Malang, 2016)

H. Definisi Operasional

Menurut Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, definisi operasional merupakan

definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat

diamati. Secara tidak langsung definisi operasional akan menunjuk alat

pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu pada bagaimana mengukur

suatu variabel.

1. Penerapan Kurikulum 2013 adalah seperangkat rencana tentang proses

sistem pembelajaran yang meliputi perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran.

1) Perencanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang

dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema

tertentu yang mengacu pada silabus.


12

2) Pelaksanaan pembelajaran adalah implementasi dari perencanaan

pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.

3) Penilaian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan untuk

memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan

hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan.

2. Hasil belajar adalah output (produk) dari proses pembelajaran yang

dilaksanakan di kelas yang mengacu pada aspek penilaian pengetahuan,

sikap dan keterampilan yang tertuang dalam bentuk nilai.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan dan memberikan gambaran yang lebih jelas secara

menyeluruh mengenai penulisan isi penelitian ini, maka dibuat sistematika

penelitian sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan
Mencakup Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Hipotesis Penelitian, Ruang Lingkup Penelitian,
Originalitas Penelitian, Definisi Operasional dan Sistematika
Pembahasan.
Bab II Kajian Pustaka
Berisikan beberapa teori yang mencakup tentang penerapan
Kurikulum 2013 dan teori hasil belajar.
Bab III Metode Penelitian
Berisikan metode-metode yang digunakan dalam penelitian yang
mencakup: lokasi penelitian, pendekatan dan jenis penelitian, data dan
sumber data, populasi dan sampel, instrument penelitian, validitas dan
reliabilitas, teknik pengumpulan data dan analisis data.
13

Bab IV Hasil Penelitian


Berisikan tentang hasil penelitian berupa penyajian data dan
pengolahan data.
Bab V Pembahasan
Berisikan tentang analisa data yang telah diolah untuk menjawab
pertanyaan dalam perumusan masalah dalam penelitian.
Bab VI Penutup
Berisikan tentang pembahasan yang merupakan kesimpulan dari hasil
penelitian secara menyeluruh yang dilanjutkan dengan memberi
saran-saran serta perbaikan dari segala kekurangan.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Tentang Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu.1 Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang

pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran,

sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

1) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan


sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik;
2) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di
sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber
belajar;
3) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
5) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci
lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;
6) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)
kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan
dalam kompetensi inti;

1
UU nomor 20 Tahun 2003; PP nomor 19 Tahun 2005.

14
15

7) kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,


saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). 2
Tujuan dari penerapan Kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan
manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan
warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia.3

2. Kerangka Dasar Kurikulum

a) Landasan Filosofis

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan

kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari

kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil

belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di

sekitarnya.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang

memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik

menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan

pendidikan nasional.

Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat

digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat

menghasilkan manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut,

Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut:

2
Permendikbud Nomor 69 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SMA-MA, hlm. 3.

3
Ibid, hlm. 4.
16

1) Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan


bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia
yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan
untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa
depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan
selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa
kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan
kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas
mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu
kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan
peserta didik, Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar
yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai
kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa
depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan
mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap
permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.
2) Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut
pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di
masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum
untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses
yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan
kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang
dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan
makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat
kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Selain
mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam
akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut
dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan
dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di
masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.
3) Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini
menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran
adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini
mewajibkan kurikulum memiliki nama mata pelajaran yang sama
dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik.
4) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan
yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,
kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi
untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik
(experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini,
Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta
didik menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian
17

masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan


masyarakat demokratis yang lebih baik.

Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana


di atas dalam mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam
beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi
inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan
masyarakat, bangsa dan ummat manusia.
b) Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan
standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis
kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan
standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal
warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang
untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik
dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,
berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru
(taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa
kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2)
pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai
dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik.
Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar
bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil
kurikulum.
18

c) Landasan Yuridis

Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;4


2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
3) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan
4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 5

3. Struktur Kurikulum
a) Kompetensi Inti
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta
didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal
berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. 6
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap social;
3) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan dan
4) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti ketrampilan.

b) Mata Pelajaran
1) Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah
Untuk mewadahi konsep kesamaan muatan antara Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan, maka dikembangkan Struktur
Kurikulum Pendidikan Menengah, terdiri atas Kelompok Mata
pelajaran Wajib dan Mata pelajaran Pilihan. Isi kurikulum (KI dan KD)

4
Lihat pada pasal 31 ayat 1,2,3,4,5 dan pasal 32 ayat 1 dan 2 UUD 1945 tentang Pendidikan dan
Kebudayaan.
5
Permendikbud No. 69, op.cit, hlm. 6.
6
Ibid, hlm. 6.
19

dan kemasan substansi untuk mata pelajaran wajib bagi antara Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan adalah sama.
Mata pelajaran pilihan terdiri atas pilihan akademik untuk
antara Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah serta pilihan
akademik dan vokasional untuk Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan. Mata pelajaran pilihan ini
memberi corak kepada fungsi satuan pendidikan, dan didalamnya
terdapat pilihan sesuai dengan minat peserta didik. Struktur ini
menerapkan prinsip bahwa peserta didik merupakan subjek dalam
belajar yang memiliki hak untuk memilih mata pelajaran sesuai dengan
minatnya. 7
2) Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
terdiri atas (a)Kelompok Mata pelajaran Wajib yaitu kelompok A dan
kelompok B; (b)Kelompok Mata pelajaran C yaitu pilihan Kelompok
Peminatan terdiri atas Matematika dan Ilmu Alam, Ilmu-ilmu Sosial,
dan Ilmu-ilmu Bahasa dan Budaya; dan
(c)Khusus untuk MA, selain pilihan ketiga kelompok peminatan
tersebut, dapat ditambah dengan peminatan lainnya yang diatur lebih
lanjut oleh Kementerian Agama.
i. Kelompok Mata Pelajaran Wajib
Kelompok Mata pelajaran Wajib merupakan bagian dari
pendidikan umum yaitu pendidikan bagi semua warganegara
bertujuan memberikan pengetahuan tentang bangsa, sikap sebagai
bangsa, dan kemampuan penting untuk mengembangkan kehidupan
pribadi peserta didik, masyarakat dan bangsa.

7
Permendikbud No. 69, op.cit, hlm. 8.
20

ii. Kelompok Mata Pelajaran Peminatan


Kelompok mata pelajaran peminatan bertujuan (1) untuk
memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan
minatnya dalam sekelompok mata pelajaran sesuai dengan minat
keilmuannya di perguruan tinggi, dan (2) untuk mengembangkan
minatnya terhadap suatu disiplin ilmu atau ketrampilan tertentu.
iii. Pilihan Kelompok Peminatan dan Pilihan Mata Pelajaran Lintas
Peminatan
Kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah
(MA) dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta
didik belajar berdasarkan minat mereka. Struktur kurikulum
memperkenankan peserta didik melakukan pilihan dalam bentuk
pilihan Kelompok Peminatan dan pilihan Mata Pelajaran antar
kelompok Peminatan.
Kelompok Peminatan yang dipilih peserta didik terdiri atas
kelompok Matematika dan Ilmu Alam, Ilmu-ilmu Sosial, dan Ilmu
Budaya dan Bahasa. Sejak medaftar ke SMA, di Kelas X seseorang
peserta didik sudah harus memilih kelompok peminatan mana yang
akan dimasuki. Pemilihan Kelompok Peminatan berdasarkan nilai
rapor SMP/MTs, nilai ujian nasional SMP/MTs, rekomendasi guru
bimbingan dan konseling di SMP, hasil tes penempatan (placement
test) ketika mendaftar di SMA, dan tes bakat minat oleh psikokog.
Pada semester kedua di Kelas X, seorang peserta didik masih
mungkin mengubah Kelompok Peminatan, berdasarkan hasil
pembelajaran di semester pertama dan rekomendasi guru
bimbingan dan konseling.
Semua mata pelajaran yang terdapat pada satu Kelompok
Peminatan wajib diikuti oleh peserta didik. Selain mengikuti
seluruh mata pelajaran di Kelompok Peminatan, setiap peserta didik
harus mengikuti mata pelajaran tertentu untuk lintas minat dan/atau
pendalaman minat sebanyak 6 jam pelajaran di Kelas X dan 4 jam
21

pelajaran di Kelas XI dan XII. Mata pelajaran lintas minat yang


dipilih sebaiknya tetap dari Kelas X sampai dengan XII.
Di Kelas X, jumlah jam pelajaran pilihan antar Kelompok
Peminatan per minggu 6 jam pelajaran, dapat diambil dengan
pilihan sebagai berikut:
1) Dua mata pelajaran (masing-masing 3 jam pelajaran) dari satu
Kelompok Peminatan yang sama di luar Kelompok Peminatan
pilihan, atau
2) Satu mata pelajaran di masing-masing Kelompok Peminatan di
luar Kelompok Peminatan pilihan.
Khusus bagi Kelompok Peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya,
selain pola pilihan yang di atas, di Kelas X, peserta didik dapat
melakukan pilihan sebagai berikut:
1) Satu pilihan wajib mata pelajaran dalam kelompok Bahasa
Asing Lain (Arab, Mandarin, Jepang, Korea, Jerman, Perancis)
sebagai bagian dari mata pelajaran wajib Kelompok Peminatan
Ilmu Bahasa dan Budaya.
2) Dua mapel (masing-masing 3 jam pelajaran) dari mata pelajaran
Bahasa Asing Lainnya, atau
3) Satu mata pelajaran Bahasa Asing Lainnya (3 jam pelajaran)
dan satu mata pelajaran dari Kelompok Peminatan Ilmu Alam
dan Matematika atau Kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial,
atau
4) Satu mata pelajaran di kelompok peminatan Matematika dan
Ilmu Alam dan satu Mata pelajaran di kelompok Ilmu-ilmu
Sosial, atau
5) Dua mata pelajaran di salah satu kelompok peminatan
Matematika dan Ilmu Alam atau di kelompok peminatan Ilmu-
ilmu Sosial.

Di Kelas XI dan XII peserta didik Kelompok Peminatan Ilmu


Bahasa dan Budaya dapat memilih satu mata pelajaran (4 jam
pelajaran) dari Bahasa Asing Lainnya atau satu mata pelajaran di
Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam atau Ilmu-ilmu
Sosial. 8

8
Permendikbud No. 69, op.cit, hlm. 10.
22

c) Beban Belajar
Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti
peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun
pembelajaran. Untuk siswa kelas X, beban belajar di Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah adalah 42 jam pembelajaran. 9
Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan
paling banyak 40 minggu. Setiap satuan pendidikan boleh menambah jam
belajar per minggu berdasarkan pertimbangan kebutuhan belajar peserta
didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang
dianggap penting.
d) Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti.
Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata
10
pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai
dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:
1) kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka
menjabarkan KI-1;
2) kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka
menjabarkan KI-2;
3) kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka
menjabarkan KI-3; dan
4) kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka
menjabarkan KI-4.

B. Kajian Tentang Penerapan Kurikulum 2013

1. Karakteristik Pembelajaran

Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat


pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi
Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang

9
Ibid, hal. 14.
10
Permendikbud No. 69, op.cit, hal. 15.
23

harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan


belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang
lingkup materi.11
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran
mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut
memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh
melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas“ mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan
diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji,
dan mencipta”.
Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut
serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat
pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran),
dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran
berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk
mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual,
baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan
pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (project based learning).
Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

Tabel 2.1. Gradasi Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan


Sikap Pengetahuan Keterampilan
menerima mengingat mengamati
menjalankan memahami menanya
menghargai menerapkan mencoba
menghayati menganalisis menalar

11
Permendikbud No. 65, op.cit, hlm. 3.
24

mengamalkan mengevaluasi menyaji


mencipta

Secara umum pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori


tentang taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir yang
secara umum sudah dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi tersebut
capaian pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah
kognitif, affektif dan psikomotor. Penerapan teori taksonomi dalam tujuan
pendidikan di berbagai negara dilakukan secara adaptif sesuai dengan
kebutuhannya masing-masing. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi dalam
bentuk rumusan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga
ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu
tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya.Dengan demikian proses
pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan
keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
2. Perencanaan Pembelajaran
a. Desain Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar
Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat
penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus
dan RPP disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan.12
1) Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka
pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus
paling sedikit memuat:

12
Permendikbud No. 65, op.cit, hlm. 5.
25

i. identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket


B dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C
Kejuruan);
ii. identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan
kelas;
iii. kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial
mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu
jenjang sekolah,
iv. kelas dan mata pelajaran;
v. kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
terkait muatan atau mata pelajaran;
vi. tema(khusus SD/MI/SDLB/Paket A);
vii. materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-
butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi;
viii. tujuan pembelajaran,yaitu kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi
yang diharapkan;
ix. penilaian, merupakan proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil
belajar peserta didik;
x. alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam
struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan
xi. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan
elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang
relevan.

Silabus dikembangkan berdasarkan Standar


Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada
setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan
dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah
rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu
pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya
mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada
26

satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara


lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan
KD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan
atau lebih.13
Komponen RPP terdiri atas:
i. identitas sekolah, yaitu nama satuan pendidikan;
ii. identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
iii. kelas/semester;
iv. materi pokok;
v. alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk
vi. pencapaian KD dan beban belajar dengan
mempertimbangkan
vii. jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan
KD yang harus dicapai;
viii. tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD,
dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat
diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan;
ix. kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
x. materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-
butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian
kompetensi;
xi. metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk
mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik mencapai KD yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;
xii. media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran
untuk menyampaikan materi pelajaran;
xiii. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan
elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang
relevan;

13
Permendikbud No. 65, op.cit, hlm. 6.
27

xiv. langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui


tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; dan
xv. penilaian hasil pembelajaran.

3) Prinsip Penyusunan RPP


Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut.
i. Perbedaan individual peserta didikantara lain
kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi,
minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya
belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar
belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan
peserta didik.
ii. Partisipasi aktif peserta didik.
iii. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat
belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi,
inovasi dan kemandirian.
iv. Pengembangan budaya membaca dan menulisyang
dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca,
pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam
berbagai bentuk tulisan.
v. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat
rancangan program pemberian umpan balik positif,
penguatan, pengayaan, dan remedi.
vi. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduanantara KD,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar
dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
vii. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu,
keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan
keragaman budaya.
viii. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara
terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi
dan kondisi.

3. Pelaksanaan Pembelajaran

a. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran

1) Alokasi Waktu Jam Tatap Muka Pembelajaran

i. SD/MI : 35 menit
ii. SMP/MTs : 40 menit
iii. SMA/MA : 45 menit
iv. SMK/MAK : 45 menit
28

2) Buku Teks Pelajaran


Buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatan
efisiensi dan efektivitas yang jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik.
3) Pengelolaan Kelas

a) Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta


didik sesuai dengan tujuan dan karakteristik proses
pembelajaran.
b) Volume dan intonasi suara guru dalam proses
pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta
didik.
c) Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan
mudah dimengerti oleh peserta didik.
d) Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan
dan kemampuan belajar peserta didik.
e) Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan,
dan keselamatan dalam menyelenggarakan proses
pembelajaran.
f) Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap
respons dan hasil belajar peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung.
g) Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk
bertanya dan mengemukakan pendapat.
h) Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi.
i) Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada
peserta didik silabus mata pelajaran; dan
j) Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran
sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.

b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari
RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.14
1) Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk
mengikuti proses pembelajaran;

14
Permendikbud No. 65, op.cit, hlm. 8.
29

b) memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai


manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-
hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal,
nasional dan internasional;
c) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari;
d) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar
yang akan dicapai; dan
e) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus.

2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran,
metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber
belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan/atau
tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan
penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project
based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi
dan jenjang pendidikan.
a) Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu
alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari
menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga
mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi
pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk
melakukan aktivitas tersebut.
b) Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam
domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan
kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain
30

keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik,


tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk
menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta
didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik
individual maupun kelompok, disarankan menggunakan
pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya
berbasis pemecahan masalah (project based learning).
c) Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.
Seluruh isi materi (topik dan subtopik) mata pelajaran
yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong
siswa untuk melakukan proses pengamatan hingga
penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut
perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus
belajar berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery/inquirylearning) dan pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project
based learning).
3) Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik
secara individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk
mengevaluasi:
a) seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil
yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama
menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari
hasil pembelajaran yang telah berlangsung;
b) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran;
c) melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok;
dan
31

d) menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk


pertemuan berikutnya.

4. Penilaian Hasil dan Proses Pembelajaran


Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian
otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil
belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan
menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar siswa atau bahkan
mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak
pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.15
Hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan
program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan
konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik dapat digunakan sebagai bahan
untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian
Pendidikan. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran
dengan menggunakan alat: angket, observasi, catatan anekdot, dan refleksi.
C. Kajian Tentang Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk

pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang

mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Dalam siklus input-proses-

hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat perubahan oleh

proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar

siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya.16

15
Permendikbud No. 65, op.cit, hlm. 9.
16
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2013, hlm. 44.
32

Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada

individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi

hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia

berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada

taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan

Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan

pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar

yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang

kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah

perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam

himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari

suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar

di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.17

Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam

taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu domain

kognitif atau kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap, dan domain

psikomotor atau keterampilan. Sehubungan dengan itu, Gagne mengembangkan

kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain: (1) hasil belajar

intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingsikolastik;

17
Dimiyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hlm. 3.
33

(2) strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti

seluas-luasnya termaksuk kemampuan memecahkan masalah; (3) sikap dan nilai,

berhubungan dengan arah intensitas emosional dimiliki seseorang sebagaimana

disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang dan kejadian; (4)

informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta; dan (5)

keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup

serta memprestasikan konsep dan lambang.18

Untuk mengetahui hasil belajar seseorang dapat dilakukan dengan

melakukan tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat sebagai

pengumpul data yang disebut dengan instrumen penilaian hasil belajar. Menurut

Wahidmurni dkk, instrumen dibagi menjadi dua bagian besar, yakni tes dan non

tes.19 Selanjutnya, menurut Hamalik, memberikan gambaran bahwa hasil belajar

yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah

belajar dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar tampak terjadinya perubahan

tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan

sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya

peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan

sebelumnya.

18
Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, hlm.
22.
19
Wahidmurni, Alfin Mustikawan, dan Ali Ridho, Evaluasi Pembelajaran: Kompetensi dan Praktik,
Nuha Letera, Yogyakarta, 2010, hlm. 28.
34

Dengan memerhatikan berbagai teori diatas dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah perubahan perilaku mahasiswa akibat belajar. Perubahan

perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang

diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan

pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek

kognitif, afektif maupun psikomotorik.

2. Tujuan Pendidikan dan Hasil Belajar

Tujuan pendidikan direncanakan untuk dapat dicapai dalam proses belajar

mengajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang

mengikuti proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan bersifat ideal, sedang hasil

belajar bersifat aktual. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan

pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan

pendidikannya.20 Hasil belajar perlu dievaluasi. Evaluasi dimaksudkan sebagai

cermin untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan

apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk memperoleh hasil

belajar.

Meskipun pembelajaran dapat terjadi di lingkungan manapun namun satu-

satunya pembelajaran yang dilakukan secara sistematis dilakukan di sekolah.

Satu-satunya perbedaan antara pembelajaran yang dilakukan di sekolah dengan

lingkungan lainnya adalah adanya tujuan pendidikan yang direncanakan untuk

membuat perubahan perilaku. Tujuan pendidikan di sekolah mengarahkan semua

20
Purwanto, op.cit, hlm. 47.
35

komponen seperti metode mengajar, media, materi, alat evaluasi, dan sebagainya

dipilih sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar termasuk komponen

pendidikan yang harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan, karena hasil belajar

diukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar

mengajar.

3. Domain Hasil Belajar

Belajar menimbulkan perubahan perilaku dan pembelajaran adalah usaha

mengadakan perubahan perilaku dengan mengusahakan terjadinya proses belajar

dalam diri siswa. Perubahan dalam kepribadian ditunjukkan olehb adanya

perubahan perilaku akibat belajar. 21

Dalam usaha memudahkan memahami dan mengukur perubahan perilaku

maka perilaku kejiwaan manusia dibagi menjadi tiga domain atau ranah: kogntif,

afektif dan psikomotorik. Kalau belajar menimbulkan perubahan perilaku, maka

hasil belajar merupakan hasil perubahan perilakunya. Oleh karena perubahan

perilaku menunjukkan perubahan perilaku kejiwaan dan perilaku kejiwaan

meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Selanjutnya untuk

kepentingan pengukuran perubahan perilaku akibat belajar akan mencakup

pengukuran atau domain kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai hasil

belajarnya. Domain mana yang menjadi area untuk diukur sangat tergantung pada

tujuan pendidikannya.

21
Purwanto, op.cit, hlm. 48.
36

Domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan diubah

dalam proses pendidikan. Perilaku kejiwaan itu dibagi dalam tiga domain:

kognitif, afektif dan psikomotorik. Potensi perilaku untuk diubah, pengubahan

perilaku dan hasil perubahan perilaku dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 2.2.

Domain Hasil Belajar

INPUT PROSES OUTPUT

Siswa: Proses belajar Siswa:

1. Kognitif mengajar 1. Kognitif

2. Afektif 2. Afektif

3. Psikomotorik 3. Psikomotorik

Potensi perilaku yang Usaha mengubah Perilaku yang telah

dapat diubah perilaku berubah:

1. Efek pengajaran

2. Efek pengiring

Setiap siswa mempunyai potensi untuk dididik. Potensi itu merupakan

perilaku yang dapat diwujudkan menjadi kemampuan nyata. Potensi jiwa yang

dapat diubah melalui pendidikan meliputi domain kognitif, afektif dan

psikomotorik. Pendidikan atau pembelajaran adalah usaha mengubah potensi

perilaku kejiwaan agar mewujud menjadi kemampuan. Hasil belajar adalah

perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha

pendidikan. Kemampuan menyangkut domain kognitif, afektif dan psikomotorik.


37

Hasil belajar atau perubahan perilaku yang menimbulkan kemampuan

dapat berupa hasil utama pengajaran (instructional effect) maupun hasil

sampingan pengiring (nurturant effect). Hasil utama pengajaran adalah

kemampuan hasil belajar yang memang direncanakan untuk diwujudkan dalam

kurikulum dan tujuan pembelajaran. Sedang hasil pengiring adalah hasil belajar

yang dicapai namun tidak direncanakan untuk dicapai. Misalnya setelah

mengikuti pelajaran siswa menyukai pelajaran matematika yang semula tidak

disukai karena siswa senang dengan cara mengajar guru.

4. Taksonomi Bloom

Taksonomi berasal dari bahasa Yunani “tassein” yang berarti untuk

mengklasifikasi, dan “nomos” yang berarti aturan. Suatu pengklasifikasian atau

pengelompokan yang disusun berdasarkan ciri-ciri tertentu. Klasifikasi berhirarki

dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Klasifikasi bidang ilmu,

kaidah, dan prinsip yang meliputi pengklasifikasian objek.22

Taksonomi Bloom merupakan suatu kategorisasi tujuan pendidikan, yang

umumnya digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan kurikulum dan

tujuan pembelajaran. Taksonomi tujuan terdiri dari domain-domain kognitif,

afektif dan psikomotorik.23

Berbicara tentang taksonomi perilaku siswa sebagai tujuan belajar, saat ini

para ahli pada umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom

22
https://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi diakses pada tanggal 30 September 2015, pukul 08:36.
23
Arikunto dan Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2012, hlm. 127.
38

sebagai tujuan pembelajaran, yang dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom.

Menurut Bloom perilaku individu dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) ranah,

yaitu:

1) Ranah kognitif; ranah yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau

berfikir/nalar, di dalamnya mencakup: (a) pengetahuan (knowledge); (b)

pemahaman (comprehension); (c) penerapan (application); (d) penguraian

(analysis); (e) memadukan (synthesis); dan (f) penilaian (evaluation).

2) Ranah afektif; ranah yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan,

minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya

mencakup pandangan atau pendapat (opinion) dan sikap atau penilaian

(attitude or value).

3) Ranah psikomotorik; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan

yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan

fungsi psikis. Ranah ini terdiri dari : (a) kesiapan (set); (b) peniruan

(imitation); (c) membiasakan (habitual); (d) menyesuaikan (adaptation); dan

(e) menciptakan (origination).

Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk

mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya. Dalam setiap aspek

taksonomi terkandung kata kerja operasional yang menggambarkan bentuk perilaku

yang hendak dicapai melalui suatu pembelajaran.


39

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Kurikulum 2013

Pada penerapan Kurikulum 2013 terdapat 3 faktor yang saling mempengaruhi

antara lain:

1. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan

pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan

penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan

skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan dengan

pendekatan pembelajaran yang digunakan.24

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran diimplementasikan dalam penyusunan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP dikembangkan dari silabus untuk

mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai

Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan

berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran

berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang

yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun

24
Permendikbud No. 65, op.cit, hlm. 5.
40

berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau

lebih.25

3. Penilaian Pembelajaran

Penilaian pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan untuk

memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar

peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga

menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.26

E. Penerapan Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Sosiologi untuk Tingkat

SMA/MA Kelas X

1. Pendekatan Pembelajaran

Proses pembelajaran menekankan pada praktek pengetahuan Sosiologi ini

membutuhkan pendekatan pembelajaran khusus. Pendekatan pembelajaran yang

digunakan menekankan pentingnya peran guru selalu mendorong tumbuhnya rasa

ingin tahu siswa, karena pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu, dan sikap

terbuka serta kritis dan responsif terhadap permasalahan sosial. Pendekatan

pembelajaran yang dilakukan menekankan pentingnya pendekatan saintifik atau

pendekatan proses keilmuan melalui tahapan proses pembelajaran sebagai berikut:

(1) mengamati; (2) menanya; (3) mengumpulkan informasi; (4) menalar atau

mengasosiasi ; dan (5) mengomunikasikan.27

25
Permendikbud No. 65, op.cit, hlm. 6.
26
Trianto, Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, Jakarta, 2010,
hlm.252-253.
27
Lampiran III Peraturan Pemerintah No. 59 Tentang Kurikulum SMA, hlm. 1158.
41

1) Mengamati, peserta didik disini didorong mengamati gejala sosial di masyarakat


dengan melihat, membaca, mendengar dan mencermatinya melalui berbagai
sumber, seperti kunjungan lapangan, kajian pustaka, dan media dan sumber
informasi lainnya.
2) Menanya, peserta didik dalam hal ini didorong untuk bertanya atau memiliki rasa
ingin tahu lebih jauh tentang gejala sosial setelah melakukan pengamatan
terhadap berbagai gejala sosial tersebut. Dalam hal ini, pembekalan guru di kelas
dalam pembelajaran terhadap kemampuan peserta didik merumuskan pertanyaan
berdasarkan kaitan antar gejala sosial, pengaruh dan kecenderungannya sangat
penting dilakukan.
3) Mengeksplorasi, mengumpulkan informasi atau eksperimen, disini peserta didik
didorong melakukan pengumpulan data atau informasi, interpretasi data, analisis
data, dan berdasarkan analisis data itu ditarik kesimpulan-kesimpulan umum
berkaitan dengan obyek sosial yang dipelajari.
4) Mengasosiasi, peserta didik didorong menggunakan hasil analisis dalam kaitan
dengan konseptualisasi-konseptualisasi dan gagasan-gagasan yang diperlukan
dalam pemecahan masalah, serta mengajukan pendapat atau argumen dari
kesimpulan yang diperoleh, atau mengajukan jalan keluar pemecahan, atau
merumuskan rencana aksi dan strategi kegiatan disertai monitoring dan evaluasi
kegiatan.
5) Mengkomunikasikan, disini peserta didik didorong memresentasikan proses dan
hasil kegiatan dan pemecahan masalah sosial yang diajukan dengan kegiatan
pemaparan, diskusi, membuat laporan tertulis dan mempublikasikan.
Kemampuan peserta didik melakukan formulasi gagasan dan
mengkomunikasikan gagasan di depan umum sangat penting dikembangkan.

2. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran diperlukan untuk mengelola sumberdaya yang ada,

mulai dari guru, peserta didik, lembaga sekolah, orang tua dan masyarakat sekitar,

dalam proses pembelajaran. Kemampuan guru dalam mengelola sumberdaya atau

melakukan tata kelola pembelajaran sangat diperlukan baik dalam proses

pembelajaran di kelas maupun di dalam praktek lapangan.28

Dalam kaitan dengan pendayagunaan sumberdaya guru, kemampuan guru

dalam membuat rancangan pembelajaran, persiapan mengajar, memfasilitasi

28
Lampiran III Peraturan Pemerintah No. 59, op.cit, hlm. 1159.
42

peserta didik, bekerjasama dengan guru lain dari rumpun ilmu-ilmu sosial, serta

menjalankan praktek lapangan sangat ditekankan.

Berkaitan dengan sumberdaya peserta didik, guru di sini berperan penting


mendorong aktivitas peserta didik untuk melakukan berbagai aktivitas belajar,
menyusun rencana kegiatan belajar, mengumpulkan bahan, membaca bahan,
menggunakan media, menentukan pilihan sarana teknologi informasi, membentuk
kelompok belajar, dan mengembangkan berbagai sarana pendukung lain yang
diperlukan untuk proses belajar.
Khusus dalam kaitan dengan lembaga sekolah, guru berperan untuk
menjadikan sekolah sebagai aktivitas atau kultur belajar, dan mendayagunakannya
secara optimal untuk proses pembelajaran. Bersama dengan pengurus sekolah dan
guru-guru lainnya, khususnya guru dalam rumpun ilmu-ilmu sosial, guru Sosiologi
diharapkan mendorong sekolah semakin peduli dan memiliki rasa tanggungjawab
terhadap permasalahan sosial. Guru Sosiologi dalam hal ini bisa mengajak guru
dalam rumpun ilmu-ilmu sosial lainnya, seperti Ekonomi, Geografi, Sejarah, dan
lainnya membentuk konsorsium atau assosiasi profesi guru rumpun ilmu-ilmu
sosial untuk mendorong terbentuknya sekolah sebagai kultur belajar.
Selain itu, pentingnya praktek lapangan dalam pendekatan pembelajaran
ini, maka hubungan dan kerjasama dengan masyarakat sekitar harus
dikembangkan. Mengingat begitu beragamnya karakteristik masyarakat sekitar,
seperti masyarakat pertanian di pedesaan, industri di perkotaan, masyarakat
kelautan, nelayan, perikanan, masyarakat sungai, dan sebagainya, maka strategi
khusus pengembangan pendidikan masyarakat perlu dilakukan. Dalam hal ini,
masyarakat sekitar dilihat sebagai semacam laboratorium Sosiologi dalam praktek
pengetahuan.
Keseluruhan sumberdaya tersebut di atas dikelola dalam proses
pembelajaran dan selanjutnya dijadikan acuan guru Sosiologi dalam merancang
pembelajaran baik pembelajaran di kelas maupun dalam praktek lapangan. Ketika
di kelas, misalnya, pendayagunaaan potensi peserta didik dilakukan dengan
memperhatikan minat, kepedulian dan kapasitasnya . Dukungan guru di dalam
43

rumpun ilmu-ilmu sosial sangat penting. Sementara, ketika pembelajaran


dilangsungkan dalam praktek lapangan, jalinan hubungan dengan komunitas atau
masyarakat sekitar yang begitu beragam itu menjadi prasyarat penting dalam
praktek pengetahuan Sosiologi.
3. Metode Pembelajaran

Proses pembelajaran menekankan praktek pengetahuan Sosiologi yang


memiliki metode pembelajaran secara khusus. Penguasaan pengetahuan lebih
diorientasikan pada peningkatan keterampilan dan pembentukan sikap, maka guru
dalam proses pembelajaran tidak hanya memperkenalkan konsep-konsep atau
teori-teori abstrak atau Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan saja. Tetapi, lebih dari
itu, menekankan relevansi pengetahuan Sosiologi terkait kehidupan sosial.29
Dalam hal ini, praktek pengetahuan Sosiologi dijalankan dengan
menekankan pentingnya metode pembelajaran kritis dan emansipatoris dalam
proses pembelajaran. Kritis dalam arti bahwa, pengetahuan yang dipelajari akan
menumbuhkan sikap kritis terhadap realitas sosial atau permasalahan sosial di
masyarakat. Metode pembelajaran di sini dijalankan bukan hanya mencari tahu
atau jawaban tentang pertanyaan apa (what?) saja, tetapi juga mengapa sesuatu
gejala sosial itu terjadi (why?), dan bagaimana memecahkan masalah sosial
tersebut dalam praktek pengetahuan atau keterampilan sosial (how?).
Praktek pembelajaran demikian itu mengharuskan guru Sosiologi
melakukan kontekstualisasi pengetahuan yang dipelajari dalam masyarakat atau
kehidupan sosial sekitar dan menemukan relevansinya untuk menjawab masalah-
masalah sosial secara riil yang dihadapi masyarakat. Selain itu, juga perlu
ditekankan pentingnya pembelajaran bersifat induktif, dimulai dari pembahasan
kasus-kasus riil menuju ke konseptualisasi-konseptualiasi gagasan untuk
mengatasinya. Termasuk menemukan hikmah pembelajaran (lesson learned) dari
kegiatan proyek atau praktek lapangan, atau menemukan contoh-contoh kasus

29
Lampiran III Peraturan Pemerintah No. 59, op.cit, hlm. 1160.
44

praktek terbaik (the best practices), atau kisah-kisah sukses (success story) dalam
praktek pemberdayaan sosial atau komunitas.
4. Kaitan dengan Rancangan Pembelajaran

Desain pembelajaran ini penting digunakan guru Sosiologi sebagai acuan


dalam membuat rancangan pembelajaran. Ini artinya, rancangan pembelajaran
yang dibuat harus mencerminkan misi dan orientasi Kurikulum 2013 dengan
menekankan pentingnya praktek pengetahuan Sosiologi berorientasi pemecahan
masalah, untuk peningkatan keterampilan dan menumbuhkan sikap religius dan
etika sosial di kalangan peserta didik sebagai orang dewasa dan warga negara yang
bertanggungjawab.30
Mengikuti desain pembelajaran di atas, dalam membuat rancangan
pembelajaran guru harus merujuk pada desain pembelajaran ini, meliputi: (1)
kerangka pendekatan berisi kaitan pengetahuan, keterampilan sosial, dan sikap
religius serta etika sosial, sebagaimana terdapat dalam kaitan KD-3 dan KD-4
dengan KD-1 dan KD-2; (2) mengikuti pendekatan pembelajaran saintifik melalui
proses 5 pengalaman belajar; (3) merumuskan strategi pembelajaran yang
mendayagunakan sumberdaya atau tata kekola sumberdaya; dan (4) menggunakan
metode pembelajaran kritis dan emansipatoris. Keempatnya dijadikan acuan dan
harus tercermin dalam rancangan pembelajaran.
5. Model-Model Pembelajaran

Selama ini terdapat banyak model pembelajaran yang telah dikembangkan


para ahli dan relevan untuk dibahas di sini terkait dengan proses pembelajaran
dalam praktek pengetahuan Sosiologi berorientasi pengembangan keterampilan
sosial dan penumbuhan sikap religiusitas dan etika sosial. Berbagai model itu bisa
dijadikan acuan untuk menentukan pilihan model pembelajaran yang paling sesuai

30
Lampiran III Peraturan Pemerintah No. 59, op.cit, hlm. 1161.
45

atau paling ideal sejalan dengan misi dan orientasi Kurikulum 2013 sebagaimana
terdapat dalam silabus Sosiologi SMA 2013.31
Masing-masing model pembelajaran yang dikembangkan selama ini
memiliki kelebihan dan kelemahan dan karena itu perlu diadaptasi dengan misi dan
orientasi Kurikulum 2013 dan silabus Sosiologi SMA 2013. Setidaknya terdapat
tiga (3) model pembelajaran yang layak untuk dipertimbangkan; (1) model
pembelajaran berbasis keingintahuan (inquire-based learning); (2) model
pembelajaran berbasis-masalah (problem-based learning); dan (3) model
pembelajaran berbasis proyek (project-based learning).
a. Model pembelajaran berbasis keingintahuan (inquire-based learning)
Model pembelajaran berbasis keingintahuan (inquire) merupakan
model pembelajaran yang menekankan pentingnya penggunaan sumber-
sumber informasi dan perkembangan teknologi informasi untuk mendorong
keingintahuan atau rasa ingin tahu siswa. Berbasis sumber informasi yang ada,
peserta didik didorong untuk mengembangkan minat, mengasah minat,
kepekaan, kepedulian, dan kreativitas mereka, atau mempertanyakan sesuatu
peristiwa atau gejala sosial di sekitarnya, atau melakukan investigasi terhadap
sesuatu peristiwa atau gejala sosial.
Model ini dipergunakan agar peserta didik terbiasa belajar dan hidup
dalam masyarakat informasi dan menggunakan sumber-sumber informasi
yang kaya itu untuk keperluan belajar. Berbasis pada berbagai sumber
informasi itu, peserta didik didorong rasa ingin tahunya, dan didorong untuk
mendapatkan jawaban atas keingintahuan mereka itu serta meningkatkan dan
memperluas pemahaman dan wawasan mereka terhadap sesuatu isu, topik atau
masalah-masalah sosial.
Model pembelajaran berbasis keingintahuan ini tidak hanya
menekankan perolehan atau penemuan jawaban-jawaban atas keingintahuan
peserta didik saja. Melainkan, lebih dari itu, juga mendorong aktivitas peserta

31
Lampiran III Peraturan Pemerintah No. 59, op.cit, hlm. 1162.
46

didik melakukan penelusuran, pencarian (searching), penemuan, penelitian


dan pengembangan studi atau kajian dan analisis sosial lebih lanjut.
Selain itu, model pembelajaran ini juga tidak hanya berdiri sendiri dan
semata untuk keperluan belajar peserta didik, atau hanya berkaitan dengan
implementasi silabus atau pembelajaran terkait materi-materi pokok tertentu
saja. Tetapi, lebih dari itu, juga untuk menghubungkan atau menjadi media
bagi peserta didik berhubungan dengan dunia luar, atau dengan isu-isu atau
masalah sosial yang berkembang di masyarakat. Hal itu selain secara
individual akan mendorong rasa ingin tahu, kreativitas dan aktivitas peserta
didik dalam pencarian informasi, juga, di sisi lain, akan mendorong peserta
didik terlibat aktif dalam komunitas belajar di luar kelas dan dalam aktivitas
sosial lebih luas di masyarakat.
Model pembelajaran berbasis pusat informasi (information learning
center), seperti aktivitas belajar memanfaatkan pusat-pusat informasi, baik di
pedesaan, perkotaan, atau menggunakan majalah atau koran dinding, warung
internet (warnet), pusat layanan informasi, serta media sosial lainnya, bisa
disebut sebagai salah satu model pembelajaran berbasis keingintahuan.
Dengan memanfaatkan pusat-pusat layanan informasi tersebut, peserta didik
akan terdorong rasa ingin tahunya, dan mengembangkan minat dan
kepeduliannya terhadap masyarakat.
b. Model pembelajaran berbasis-masalah (problem-based learning)
Model pembelajaran ini secara khusus diselenggarakan berbasis
masalah yang ada di masyarakat (problem-based learning). Berpijak pada
masalah-masalah yang ada, peserta didik didorong untuk mengamati, meneliti,
dan mengkaji serta memecahkan masalah-masalah tersebut sehingga
memperkaya pemahaman dan pengetahuan mereka. Selain bertujuan untuk
mendapatkan pengetahuan khusus terkait dengan masalah yang ada, model ini
juga dikembangkan untuk menumbuhkan kepedulian dan rasa tanggungjawab
siswa terhadap pemecahan masalah sosial (problem-solving approach).
Model pembelajaran berbasis masalah ini menekankan, pertama-tama,
minat peserta didik terhadap sesuatu masalah yang ada di masyarakat. Sesudah
47

itu, mereka menentukan masalah yang akan dipelajari sebagai obyek belajar.
Masalah-Masalah tersebut bisa berasal dari kepedulian peserta didik secara
individual, atau bisa juga berasal dari kepedulian kelompok, respon terhadap
masalah publik atau masyarakat pada umumnya. Selanjutnya, berpijak pada
masalah tersebut, kegiatan pembelajaran dilakukan, mulai dari pengumpulan
informasi, assesmen lapangan, penelitian lapangan, pengolahan data, analisis
dan kesimpulan serta pemecahannya, sehingga dengan itu diperoleh
pemahaman sebagai sebuah pengetahuan baru.
Kegiatan belajar memahami konflik dan belajar perdamaian, misalnya,
dapat disebut sebagai salah satu contoh model pembelajaran berbasis masalah.
Kegiatan dimulai dari membahas masalah konflik sosial yang dihadapi,
kemudian melakukan pengamatan, assesmen, pemetaan dan analisis terhadap
konflik sosial tersebut, dan selanjutnya menemukan resolusi atau jalan keluar
dari konflik sosial atau pembangunan perdamaian yang sedang berlangsung
sebagai obyek pembelajaran. Dalam kasus ini, guru memandu proses
pembelajaran, mulai dari menentukan masalah, mendiskusikan masalah,
melakukan pemetaan dan analisis, mengidentifikasi pemecahan atau resolusi
konflik atau pembangunan perdamaian, dan menarik kesimpulan atau
pembelajaran dari resolusi konflik dan pembangunan perdamaian yang sedang
berlangsung.
c. Model pembelajaran berbasis proyek (project-based learning)
Model pembelajaran berbasis proyek (project-based learning)
merupakan proses pembelajaran menjadikan kegiatan proyek sebagai obyek
studi sekaligus sarana belajar. Sebagai obyek studi dalam arti, dilakukan
ketika kegiatan proyek dijadikan sumber pengetahuan dalam proses belajar.
Tahapan-tahapan kegiatan dalam proyek, mulai dari petentuan masalah,
perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi, dan identifikasi hasil-
hasil yang dicapai dan rekomendasi untuk kegiatan proyek berikutnya, disini
dilihat sebagai siklus aktivitas sosial yang bisa dijadikan sumber pengatahuan
dalam proses pembelajaran.
48

Selain menjadikannya sebagai obyek belajar, model pembelajaran


berbasis proyek juga bisa berupa kegiatan peserta didik melakukan proyek
sendiri atau mandiri. Dimulai dari minat atau ketertarikan peserta didik
terhadap sesuatu aktivitas sosial, dimulai dari inisiatif individual membentuk
kelompok dan kemudian merancang kegiatan proyek dan menjalankan serta
menjadikannya sebagai sarana pembelajaran. Selain bersumber dari inisiatif,
minat dan kepedulian peserta didik, bekal pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki peserta didik untuk menjalankan proyek kegiatan sosial sangat
ditekankan. Hal itu bisa dilakukan di dalam kelas melalui proses pembelajaran
merancang kegiatan proyek atau praktek lapangan.
Keduanya, baik menjadikan kegiatan proyek sebagai obyek kajian
maupun sebagai sarana belajar, model pembelajaran berbasis proyek
menekankan pentingnya keterlibatan peserta didik dalam kegiatan proyek atau
aktivitas pembangunan. Melalui keterlibatan itu, peserta didik akan
mendapatkan hikmah pembelajaran (lesson learned) atas praktek yang
dilakukan. Selain hal itu menumbuhkan kepedulian peserta didik terhadap
masalah-masalah sosial di sekitarnya, juga akan memberikan hikmah
pembelajaran tersendiri terhadap peserta didik dalam proses belajar. Berbeda
dengan model pembelajaran berbasis masalah yang hanya menekankan pada
pemahaman atas masalah tertentu, model ini lebih menekankan pentingnya
hikmah pembelajaran dari kegiatan proyek yang dilakukan.
Salah satu contoh paling dikenal luas dari model pembelajaran ini
adalah model pembelajaran proyek berbasis pemberdayaan komunitas
(community empowerment-based learning). Dalam model pembelajaran
berbasis proyek pemberdayaaan komunitas ini, peserta didik didorong
memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap masalah-masalah ketimpangan
sosial di masyarakat, dan kemudian didorong melakukan pemberdayaan
komunitas atau mengatasi dominasi yang tidak memberdayakan atau
bersumber dari ketimpangan. Selain menumbuhkan kepedulian peserta didik
terhadap ketimpangan sosial dan keterpinggiran kelompok-kelompok rentan.
Peserta didik juga didorong memiliki sikap dan tanggungjawab mengatasi
49

ketimpangan, dominasi, dan marginalisasi sosial dengan melakukan aktivitas


pemberdayaan masyarakat.
6. Pilihan Model Pembelajaran

Berbagai model diatas relevan untuk dijadikan acuan dalam menentukan


pilihan model pembelajaran sesuai misi dan orientasi Kurikulum 2013. Pilihan
model pembelajaran didasarkan pada dua pertimbangan penting. Pertama,
memperhatikan karakteristik dari model-model pembelajaran tersebut diatas.
Kedua, memperhatikan relevansinya dengan misi dan orientasi Kurikulum 2013,
yaitu penguasaan pengetahuan berorientasi pada pengembangan keterampilan
sosial dan penumbuhan sikap religiusitas dan etik sosial.32
Model pembelajaran yang manakah paling sesuai atau sejalan dengan misi
dan orientasi Kurikulum 2013? Memperhatikan karakteristik model-model
pembelajaran diatas, kita menemukan bahwa ketiganya relevan dengan misi dan
orientasi Kurikulum 2013. Hanya saja, masing-masing memiliki tekanan yang
berbeda-beda.
Model pembelajaran berbasis keingintahuan (inquire) menekankan pada
pemanfaatan sumber-sumber informasi untuk menumbuhkan rasa ingin tahu
peserta didik, atau menjadikan peserta didik lebih beradaptasi dengan
perkembangan masyarakat informasi (well-informed society). Sementara, model
pembelajaran berbasis masalah (problem-based) lebih berpijak pada masalah, atau
mendalami masalah khusus serta pemecahannya. Sedangkan, model pembelajaran
berbasis proyek (project-based) lebih menjadikan kegiatan proyek sebagai basis
pengetahuan baik berbasis masalah dan maupun pemecahannya dalam siklus
kegiatan proyek.
Melihat karakteristik tersebut, ketiga model pembelajaran itu dapat
dijalankan sendiri-sendiri secara terpisah, maupun dapat dikombinasikan satu
sama lain sesuai dengan tujuan pembelajaran. Apabila diinginkan penguasaan
pengetahuan secara khusus atau pemahaman atas sesuatu masalah secara khusus

32
Lampiran III Peraturan Pemerintah No. 59, op.cit, hlm. 1164.
50

(particulars), maka pilihan terhadap masing-masing model bisa dilakukan.


Misalnya, kalau proses pembelajaran ditekankan pada pengenalan dan pemahaman
sangat awal, maka model pembelajaran berbasis keingintahuan lebih tepat diambil.
Demikian pula, ketika pembelajaran dimaksudkan untuk mengenali sesuatu
masalah secara khusus, maka pilihan model pembelajaran berbasis masalah lebih
ditekankan.
Sebaliknya, ketika tujuannya adalah untuk mencapai kapasitas penguasaan
pengetahuan dalam praktek secara umum (generale), maka kombinasi ketiga
model diperlukan. Misalnya, model pembelajaran berbasis masalah (problem-
based) bisa dikombinasikan dengan model pembelajaran berbasis proyek (project-
based) ketika pembelajaran berbasis aktivitas sosial lebih ditekankan. Dalam
praktek resolusi konflik, pembangunan perdamaian dan pemberdayaan sosial,
misalnya, hal itu memerlukan selain penguasaan masalah, juga pemecahan
masalah yang dihadapi dan bagaimana menjalankannya dalam rencana aksi dan
strategi resolusi konflik atau pemberdayaan sosial.
Pilihan model pembelajaran berdimensi kombinasi demikian itu
memerlukan koherensi kaitan pengetahuan (knowledge) dan nilai (values) atau
pilihan etik (ethics) dalam praktek tindakan atau aktivitas sosial. Dalam hal ini,
terdapat tiga jenis pengetahuan penting diketahui dalam kaitannya dengan
pendayagunaan nilai dan pembentukan etika sosial.
1) Pertama, pengetahuan bersifat empirik atau positivistis, yaitu ketika
pengetahuan dipandang bebas nilai (value free), atau hanya didasarkan pada
realitas atau fakta-fakta empiris saja. Hasilnya, berupa pengetahuan konseptual
dan teoritik berdasar abstraksi fakta-fakta empiris. Dimensi nilai dan etik disini
tidak begitu ditekankan, karena yang dikembangkan adalah pengetahuan demi
pengembangan penguasaan pengetahuan.
2) Kedua, pengetahuan bersifat emansipatoris, yaitu ketika nilai lebih
mengarahkan pembentukan pengetahuan, seperti dilakukan kalangan aktivis
sosial dan LSM yang melihat pengetahuan tidak bebas nilai, dan karena itu tidak
begitu mementingkan teori, tetapi lebih mementingkan perubahan sosial
didorong oleh komitmen nilai tertentu. Disini, pengetahuan berfungsi untuk
perubahan sosial sangat ditekankan, meski dalam hal ini seringkali lemah basis
keilmuannya.
3) Ketiga, pengetahuan bersifat kritis dan emansipatoris, yaitu penguasaan
pengetahuan untuk mengkritisi atau mengungkap masalah dengan tidak
mengabaikan dimensi nilai etik didalamnya sebagai landasan etik melakukan
51

tindakan. Ini mempunyai makna bahwa pengetahuan dipandang tidak bebas


nilai, dan bahkan nilai dipergunakan untuk membentuk pengetahuan, atau teori
dan sekaligus prakteknya, atau pengetahuan sebagai konstruksi sosial. Proses
pembelajaran ini selain menekankan penguasaan pengetahuan, juga bagaimana
menjalankan pengetahuan dalam praktek, sehingga mendorong sikap atau
tumbuhnya etika sosial untuk mengambil tindakan.

Memperhatikan kaitan pengetahuan dengan nilai di atas, jenis pengetahuan


yang ketiga, yaitu pengetahuan bersifat kritis dan emansipatoris tampak lebih
sesuai dengan misi dan orientasi Kurikulum 2013. Proses pembelajaran yang
hanya mengandalkan pengetahuan empirik dan positivistik, akan cenderung
menghasilkan pengetahuan bersifat faktual dan prosedural, dan dengan itu miskin
dimensi nilai dan etik didalamnya. Demikian pula, proses pembelajaran yang
hanya mengandalkan pengetahuan emansipatoris, akan cenderung menekankan
aktivisme sosial, namun kemudian kurang bersifat konstruktif.
Sebaliknya, proses pembelajaran bersifat kritis dan emansipatoris akan
cenderung menghasilkan pengetahuan berdimensi praktis dan beorientasi pada
pilihan etik dalam melakukan tindakan. Sebagaimana ditekankan dalam silabus
Kurikulum Sosiologi 2013 untuk SMA, penguasaan pengetahuan berdimensi
praktek untuk pengembangan keterampilan sosial dan menumbuhkan sikap etik
sosial sangat ditekankan. Disini, proses pembelajaran diarahkan agar peserta didik
tidak hanya menguasai dasar-dasar Sosiologi sebagai pengetahuan, atau mengkaji
fakta-fakta empiris saja. Tetapi, lebih dari itu, menjalankan praktek pengetahuan
Sosiologi untuk mengembangkan keterampilan sosial dan menumbuhkan sikap
religiusitas dan etik sosial dalam praktek kehidupan sosial.
7. Kaitan Silabus dan Model Pembelajaran

Model-model pembelajaran di atas serta pilihan model yang dilakukan


dalam proses pembelajaran penting untuk dijadikan acuan guru Sosiologi dalam
membuat rancangan pembelajaran. Terutama dalam menerjemahkan silabus atau
materi-materi pembelajaran ke dalam rancangan pembelajaran. Pilihan ini bisa
dilakukan terhadap satu model maupun kombinasi dari beberapa model tergantung
materi pokok yang ditekankan dalam silabus. Kaitan materi-materi pokok yang
terdapat dalam silabus dan pilihan model pembelajaran yang digunakan harus
52

dikembangkan secara koheren atau dalam konektivitas yang tepat sehingga bisa
dijalankan proses pembelajaran yang ideal sesuai dengan misi dan orientasi
Kurikulum 2013.33
Dalam membuat rancangan pembelajaran dan persiapan mengajar, baik
dalam keseharian maupun kurun waktu per semester atau tahunan, guru Sosiologi
diharuskan mengacu pada dua bahan utama. Pertama, materi-materi pembelajaran
yang terdapat dalam silabus. Kedua, pilihan model pembelajaran yang akan
dipakai untuk menerjemahkan materi-materi pembelajaran tersebut dalam proses
pembelajaran.
Proses pembelajaran dijalankan dengan menerjemahkan materi-materi
pembelajaran melalui pilihan model pembelajaran paling ideal untuk dilaksanakan.
Sebagai contoh, ketika materi pembelajarannya adalah pengenalan hubungan
sosial, individu, hubungan antar individu, kelompok, hubungan antar kelompok
(kelas X), maka model pembelajaran berbasis keingintahuan lebih ditekankan.
Pada pemilihan model pembelajaran ini, guru dapat mendesain agar peserta
didik mau dan mampu untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya. Peserta
didik dapat diberikan tugas untuk membaca buku referensi, menggunakan
perangkat teknologi informasi dan komunikasi, dan atau berdiskusi dengan sumber
belajar yang ada. Guru dapat menggunakan bahan ajar yang mampu mendorong
peserta didik untuk lebih mendalami materi pembelajaran secara luas dengan
berbasis pada ragam sumber informasi.
Tekanan berbeda dalam proses pembelajaran tergantung materinya itu, dan
kombinasi model pembelajaran yang cocok dan diperlukan untuk itu, akan
menghasilkan proses pembelajaran bukan hanya berdimensi penguasaan
pengetahuan saja. Tetapi, juga berdimensi praktek pengetahuan berorientasi pada
pengembangan keterampilan sosial dan penumbuhan sikap etika sosial
sebagaimana ditekankan misi dan orientasi Kurikulum 2013.

33
Lampiran III Peraturan Pemerintah No. 59, op.cit, hlm. 1166.
53

8. Sistem Penilaian

Kurikulum 2013 mengedepankan capaian kompetensi yang utuh. Hal itu


akan berimplikasi pada perlunya sistem penilaian yang utuh atau integral pula.
Kompetensi integral tersebut mencakup tiga aspek penting yaitu; penguasaan
pengetahuan, pengetahuan dalam praktek atau keterampilan, dan perubahan sikap.
Cakupan penilaian untuk masing-masing aspek tersebut tertuang di dalam empat
Kompetensi Inti (KI) sebagaimana ingin dicapai Kurikulum 2013, yaitu: 34
(1) sikap religius (KI-1);
(2) sikap etika sosial (KI-2);
(3) penguasaan pengetahuan (KI-3);
(4) pengetahuan dalam praktek atau keterampilan sosial (KI-4).

Kompetensi sikap religius, memuat didalamnya sikap religiusitas peserta


didik meliputi komponen kualitas keberagamaan pribadi peserta didik dan
penghormatan terhadap agama lain. Sementara, sikap etika sosial meliputi
kemampuan siswa menghadirkan etika sosial ditengah keberagaman sosial yang
ada, seperti ditunjukkan pada penghormatan terhadap perbedaan dan sikap
toleransi dalam kehidupan sosial.
Selanjutnya, kompetensi penguasaan pengetahuan ditunjukkan oleh
kemampuan peserta didik mengenali dan mengetahui serta memahami dasar-dasar
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan termasuk metode penelitian yang digunakan
dalam belajar Sosiologi. Sedangkan, kompetensi penguasaan pengetahuan
Sosiologi dalam praktek atau keterampilan sosial ditunjukkan oleh kemampuan
peserta didik menggunakan pengetahuan Sosiologi berorientasi pemecahan
masalah dan pemberdayaan sosial.
9. Metode Penilaian
Sistem penilaian utuh atau integral di atas menekankan pentingnya
penilaian berkesinambungan atau berangkaian antara aspek penguasaan
pengetahuan, praktek pengetahuan atau keterampilan sosial dan sikap religiusitas
dan etika sosial dimiliki peserta didik. Penilaian terhadap ketiga aspek atau dimensi

34
Lampiran III Peraturan Pemerintah No. 59, op.cit, hlm. 1168.
54

itu dilakukan dengan menggunakan metode penilaian khusus yang mencerminkan


kualitas ketiga aspek.35
Penilaian terhadap aspek sikap religius (KI-1) dan sikap etika sosial (KI-2)
dapat dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung (ongoing-test), atau
secara informal, maupun bisa juga sesudah proses pembelajaran berlangsung
(post-test), atau secara formal. Penilaian pada saat pembelajaran berlangsung, atau
secara informal, dilakukan sebagai bagian dari interaksi guru dan peserta didik,
atau peserta didik dengan peserta didik lainnya, dan dilakukan penilaian atas sikap
menurut persepsi atau pandangan guru dan antar peserta didik. Dalam memberikan
penilaian, guru penting melakukan pembentukan situasi atau setting untuk
merepresentasikan sikap generik yang dimiliki peserta didik terkait kedua aspek
dan dimensi sikap tersebut.
Sementara itu, penilaian sesudah proses pembelajaran berlangsung, atau
secara formal, guru melakukan penilaian seperti dilakukan pada penilaian
konvensional pada umumnya, yaitu melakukan penilaian melalui ujian formal.
Penilaian disini dilakukan secara tertulis terhadap hasil pembelajaran sebagaimana
tercermin pada terbentuknya sikap yang bisa diukur atau terukur dari instrumen
penilaian yang digunakan terkait pembentukan sikap.
Hal yang sama juga bisa dilakukan dalam memberikan penilaian terhadap
aspek penguasaan pengetahuan. Dalam hal ini, metode penilaian bersifat formal,
atau ujian formal, atau sesudah proses pembelajaran usai lebih tepat digunakan.
Penilaian dilakukan terhadap penguasaan pengetahuan peserta didik setelah proses
pembelajaran selesai.
Berbeda dengan penilaian terhadap kedua aspek diatas, penilaian terhadap
aspek praktek pengetahuan atau keterampilan sosial akan lebih tepat bila
menggunakan kombinasi keduanya; yaitu metode informal dan ujian formal.
Penilaian informal dilakukan dengan mengamati atau melihat performa atau unjuk
kebolehan keterampilan sosial peserta didik sebagai bentuk penguasaan
pengetahuan dalam praktek. Misalnya ditunjukkan dalam praktek mediasi dalam

35
Lampiran III Peraturan Pemerintah No. 59, op.cit, hlm. 1168.
55

resolusi konflik, atau keahlian berkomunikasi dalam pemecahan masalah.


Sedangkan penilaian bersifat formal bisa dilakukan terhadap kualitas praktek
pengetahuan atau keterampilan yang diharapkan sesuai kompetensi, seperti
misalnya dalam hal kualitas dan efektivitas memecahkan masalah.
10. Teknik dan Instrumen Penilaian
Berdasarkan metode penilaian di atas, selanjutnya bisa ditentukan teknik
penilaian, yaitu seperangkat alat atau instrumen yang digunakan untuk
mendapatkan hasil penilaian. Seperangkat alat atau instrumen itu ditentukan
dengan mempertimbangkan hal-hal berikut: (1) metode penilaian atau jenis dan
bentuk penilaian; (2) karakteristik siswa; (3) kemampuan atau ketersediaan
sumberdaya; dan (4) efektivitas penilaian.36
Dalam menentukan teknik penilaian, guru dapat menentukan jenis
penilaian mana yang cocok untuk melakukan penilaian proses belajar dan
kemajuan belajar peserta didik. Bentuknya bisa tertulis, yaitu menggunakan
instrumen tertulis, seperti digunakan pada saat ujian tertulis. Bisa juga instrumen
tidak tertulis, seperti melalui proses pengamatan, atau meminta pendapat dan
persepsi peserta didik tentang aspek penilaian yang dimaksud. Dalam menentukan
instrumen atau alat yang digunakan, guru perlu mempertimbangkan karakteristik
siswa, ketersediaan sumberdaya, dan efektivitas instrumen atau alat yang
digunakan.
Penggunaan instrumen atau alat penilaian bisa dilakukan pada saat sebelum
proses pembelajaran dimulai (pre-test), pada saat pembelajaran berlangsung
(ongoing-test), dan pada saat pembelajaran telah selesai (post-test), tergantung
pada metode penilaian yang digunakan. Penilaian pada saat proses pembelajaran
sedang berlangsung akan lebih tepat menggunakan ketiganya, terutama untuk
menilai kemajuan belajar peserta didik (progress learning). Sementara, metode
penilaian sesudah proses pembelajaran usai, atau menggunakan ujian tertulis, akan
lebih tepat menggunakan instrumen tertulis diberikan pada saat ujian tertulis.

36
Lampiran III Peraturan Pemerintah No. 59, op.cit, hlm. 1169.
56

F. Dalil-Dalil Tentang Penerapan Kurikulum 2013

1. Surah Al-Baqarah: 164

Artinya:

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan

siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia,

dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia

hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala

jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan

bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum

yang memikirkan."

2. Surah Ar-Rahman: 33
57

Artinya:

“Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)

penjuru langit dan bumi, maka tembuslah! Kamu tidak akan mampu

menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah SWT)”.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Pendekatan

Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini

adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini dipilih berdasarkan tujuan dari

penelitian ini yang menjelaskan pengaruh penerapan Kurikulum 2013 terhadap hasil

belajar siswa. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa

angka-angka dan analisis menggunakan statistik.1

Berdasarkan tujuan penelitian yang pada dasarnya adalah untuk menjelaskan

hubungan dan pengaruh sejumlah variabel bebas yang merupakan faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas paritipasi masyarakat dalam pembangunan maka penelitian

yang digunakan termasuk dalam penelitian jenis explanatory yang mengungkapkan

bahwa penelitian penjelasan menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian

melalui menguji hipotesis yang telah dirumuskan atau testing research. Walaupun

uraiannya juga mengandung diskripsi, tetapi sebagai penelitian relational fokusnya

terletak pada penjelasan hubungan antar variabel.2

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 01 Batu, dengan waktu penelitian

dilakukan pada tahun pelajaran 2014/2015. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2011, hlm. 7.
2
Singarimbun, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Yogyakarta, 1989, hlm. 3.

58
59

dengan alasan bahwa di lokasi tersebut kaya akan data yang dimaksud dalam

penelitian ini, dimana dalam lokasi ini prestasi belajar siswa jika dibandingkan

dengan SMA Negeri di wilayah lain sangat bagus, baik secara akademik maupun

non-akademik. Prestasi yang diperoleh SMA Negeri 01 Batu mampu dipertahankan

dari tahun ke tahun. Pada tahun pelajaran 2012/2013 saja, SMA Negeri 01 Batu

memiliki daya saing yang cukup tinggi. Dari sisi akademik, lulusan SMA Negeri 01

Batu dengan rata-rata NUN 7,6 dengan tingkat kelulusan 100%.3

Dari sisi non akademis, prestasi siswa SMA Negeri 01 Batu juga menduduki

peringkat di Kota Batu. Berbagai perlombaan seni, olahraga, dan olimpiade mata

pelajaran tingkat kota mayoritas kejuaraannya direbut oleh siswa SMA Negeri 01

Batu. Pada tahun 2010/2011 tim Paduan Suara SMA Negeri 01 Batu meraih medali

emas dan perak pada 4th youth Choir Festival Pattaya di Thailand serta

berkesempatan tampil dalam acara Internasional yang diselenggarakan Kedutaan RI

di Bangkok Thailand. Sedang pada setiap tahun, siswa SMA Negeri 01 Batu

mewakili Kota Batu untuk beberapa mata lomba pada kegiatan OSN, O2SN tingkat

provinsi. Peningkatan daya saing dan daya jual tersebut berdampak pada

peningkatan kualitas input di SMA Negeri 01 Batu. Pada tahun 2013/2014, siswa

yang masuk ke SMA Negeri 01 Batu memiliki nilai rata-rata NUN 8,1 dan memiliki

prestasi non akademik.

Di samping itu di sekolah ini juga menyediakan entry yang baik bagi peneliti

dan peneliti juga sangat mengenal karakteristik dari sekolah ini, sehingga peneliti

3
http://www.sman1batu.sch.id/2014/02/Prestasi-Tahun-2012-2013.html diakses pada tanggal 29
Agustus 2015, pukul 09:36.
60

memiliki keyakinan akan keakuratan data yang dihasilkan dengan melakukan

penelitian di tempat tersebut.

C. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung

dengan menggunakan angket yang disebarkan kepada siswa SMA Negeri 01

Batu kelas X selaku responden dan data nilai rapor semester genap pada mata

pelajaran Sosiologi kelas X Jurusan IPS. Kemudian dikumpulkan, diolah dan

disajikan.

2. Data Sekunder

Yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen

Kurikulum KTSP SMA Negeri 01 Batu, perangkat pembelajran Sosiologi

kelas X dan hasil evaluasi mata pelajaran Sosiologi kelas X.

D. Populasi dan Sampel

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa program

jurusan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) kelas X tahun pelajaran 2014/2015 berjumlah 147

siswa. Alasan yang mendasari peneliti menentukan yang menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah bahwa di SMA Negeri 01 Batu kelas X merupakan angkatan

kedua yang menerapkan Kurikulum 2013. Peneliti tidak memilih siswa kelas XI

sebagai populasi karena sebagai angkatan pertama yang menerapkan Kurikulum

2013, siswa masih harus banyak beradaptasi dengan sistem Kurikulum 2013 karena

kurikulum ini masih tergolong baru.


61

Dari pihak guru sendiri pun harus banyak melakukan penyesuaian melalui

kegiatan sosialisasi penerapan Kurikulum 2013 di sekolah agar guru lebih mudah

memahami bagaimana menerapkan Kurikulum 2013 terhadap siswa sehingga guru

lebih beradaptasi dalam menerapkan kurikulum tersebut. Dengan alasan itulah

peneliti memilih kelas X sebagai populasi karena guru sudah banyak belajar dari

tahun sebelumnya ketika penerapan Kurikulum 2013 pertama kali dilakukan.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari siswa program jurusan IPS

kelas X IIS-1, X IIS-2, X IIS-3, X IIS-4, dan X IIS-5 yang diambil secara acak

masing-masing kelas sebanyak 103 orang. Jadi sampel adalah bagian dari populasi.

Jumlah sampel diambil berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menetapkan besarnya jumlah sampel. Untuk mengambil besarnya sampel

ditentukan dengan menggunakn tabel krejicie.4 Dari populasi 147 siswa maka

diperoleh jumlah sampel 103 siswa.

2. Menetapkan jumlah sampel siswa tiap kelas dilakukan dengan menggunakan

teknik proporsional random sampling.5 Cara ini dilakukan untuk penarikan

sampel yang tersebar, agar terwakili secara merata maka pengambilan sampel

siswa pada tiap kelas ditentukan dengan menggunakan perhitungan sebagai

berikut:

 siswa tiap kelas x  Total Sampel  sampel siswa tiap kelas


 populasi IPS kelas X

4
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 1999, hlm. 63.
5
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, loc.cit, hlm. 64.
62

Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel tiap-tiap

siswa sesuai dengan proporsinya masing-masing. Untuk menentukan mana yang

terpilih sebagai sampel maka ditentukan dengan cara undian yang diberikan pada

setiap siswa cara penentuannya melalui undian. Hasil dari penentuan sampel

dengan menggunakan teknik proporsional random sampling dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 3.1.

Hasil Data Penentuan Sampel Siswa Kelas X IIS-1 s/d X IIS-5

Kelas ∑ populasi ∑ sampel


X IIS-1 28 20
X IIS-2 28 20
X IIS-3 30 21
X IIS-4 31 21
X IIS-5 30 21
∑ 147 103
Sumber: Data diolah

E. Instrument Penelitian

1. Instrument Berupa Angket

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian ini

adalah dengan menggunakan angket pernyataan tertutup. Pengumpulan data

dengan menggunakan angket pada responden untuk mengisi daftar

pernyataan tentang penerapan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran

Sosiologi SMA Kelas X Semester Genap.

2. Instrument Berupa Dokumentasi

Pengumpulan data dengan metode dokumentasi dalam penelitian ini

adalah profil SMA Negeri 01 Batu, sejarah berdirinya SMA Negeri 01 Batu,
63

peraturan-peraturan dan dokumen penting yang terkait dengan variabel yang

diteliti.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

dengan cara menggunakan pernyataan yang harus dijawab oleh siswa yang

menjadi subjek data melalui angket. Adapun pemberian skor terhadap

jawaban dari beberapa pernyataan yang dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 3.2.

Kategori Jawaban pada Pernyataan Angket

No. Jawaban Skor


favourable unfavourable
1 Sangat Setuju 5 1
2 Setuju 4 2
3 Cukup Setuju 3 3
4 Tidak Setuju 2 4
5 Sangat Tidak Setuju 1 5

Pernyataan favourable yaitu pernyataan yang berisi tentang hal-hal

positif mengenai obyek sikap. Sedangkan unfavourable yaitu pernyataan

yang berisi hal-hal yang negatif mengenai obyek sikap, yaitu bersifat tidak

mendukung atau kontra terhadap obyek sikap yang hendak diungkap.

Angket tersebut menggunakan skala likert dengan bentuk checklist.

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial. Dengan skala likert,

maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.


64

Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun

item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.6

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa angket dengan

tiga variabel yaitu: (1) perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan

pembelajaran, dan (3) penilaian pembelajaran, yang disusun sendiri oleh

peneliti. Instrumen yang disusun, diujicobakan terlebih dahulu untuk

menguji tingkat validitas dan realibilitas.

1) Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument

Uji instrument ini dilakukan untuk mengetahui tingkat

validitas dan reliabilitas angket dalam penelitian. Uji instrument

dilakukan pada angket untuk variabel perencanaan, pelaksanaan dan

penilaian pembelajaran.

a) Uji Validitas Instrument

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang

valid atau sahih memiliki validitas yang tinggi. Sebuah instrument

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang kita inginkan

dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Dikatakan valid apabila kesalahan < 5 % atau 0.05 %. Selanjutnya

perhitungan dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS

13 For Windows.

6
Sugiyono, op.cit, hlm. 134.
65

b) Uji Reliabilitas Instrument

Reliabilitas adalah istilah untuk menunjukkan sejauh mana

suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran

diulangi dua kali atau lebih. Pengukuran reliabilitas bertujuan

untuk mengetahui ketetapan instrument atau data yang diteliti.7

Menurut Arikunto (1998), penggunaan teknik Alpha-

Cronbach akan menunjukkan bahwa suatu instrumen dapat

dikatakan handal (reliabel) bila memiliki koefisien reliabilitas atau

alpha sebesar 0,6 atau lebih.8 Selanjutnya perhitungan dilakukan

dengan bantuan program komputer SPSS 13 For Windows.

2) Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Perencanaan Pembelajaran

(X1)

Pada tabel dibawah ini akan menjelaskan tentang hasil uji validitas

dan reliabilitas pada variabel perencanaan pembelajaran.

Tabel 3.3.

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Perencanaan


Pembelajaran (X1)

No Hubungan Koef. Korelasi r Kritis Keterangan

1 X1.1 – X1 0.782 0.195 Valid

2 X1.2 – X1 0.776 0.195 Valid

3 X1.3 – X1 0.782 0.195 Valid

7
Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 147.
8
Hadi dan Sutrisno, Metode Penelitian (Pendekatan Penelitian), Rineka Cipta, Jakarta, 1998, hlm.
193.
66

4 X1.4 – X1 0.766 0.195 Valid

5 X1.5 – X1 0.510 0.195 Valid

6 X1.6 – X1 0.710 0.195 Valid

7 X1.7 – X1 0.605 0.195 Valid

8 X1.8 – X1 0.759 0.195 Valid

9 X1.9 – X1 0.652 0.195 Valid

10 X1.10 – X1 0.428 0.195 Valid

Alpha Cronbach 0.761 Reliabel

Sumber: Data primer yang diolah


Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa seluruh item dari hasil

uji validitas dan reliabilitas pada variabel perencanaan pembelajaran

(X1) menunjukkan hasil yang valid. Dikatakan valid jika > 0.3, dan

dikatakan drop jika < 0.3. Dari hasil perhitungan di atas juga diketahui

koefisien Alpha Cronbach  0.6 yang berarti instrumen kuesioner

yang digunakan reliable/handal (0.761  0.6).

3) Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pelaksanaan Pembelajaran

(X2)

Pada tabel dibawah ini akan menjelaskan tentang hasil uji

validitas dan reliabilitas pada variabel pelaksanaan pembelajaran.

Tabel 3.4.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pelaksanaan Pembelajaran
(X2)

No Hubungan Koef. Korelasi r Kritis Keterangan

1 X2.1 – X2 0.423 0.195 Valid

2 X2.2 – X2 0.431 0.195 Valid


67

3 X2.3 – X2 0.630 0.195 Valid

4 X2.4 – X2 0.628 0.195 Valid

5 X2.5 – X2 0.609 0.195 Valid

6 X2.6 – X2 0.840 0.195 Valid

7 X2.7 – X2 0.731 0.195 Valid

8 X2.8 – X2 0.797 0.195 Valid

9 X2.9 – X2 0.643 0.195 Valid

10 X2.10 – X2 0.734 0.195 Valid

11 X2.11 – X2 0.434 0.195 Valid

Alpha Cronbach 0.755 Reliabel

Sumber: Data primer yang diolah


Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa seluruh item dari hasil

uji validitas dan reliabilitas pada variabel pelaksanaan pembelajaran

(X2) menunjukkan hasil yang valid. Dikatakan valid jika > 0.3, dan

dikatakan drop jika < 0.3. Dari hasil perhitungan di atas juga diketahui

koefisien Alpha Cronbach  0.6 yang berarti instrumen kuesioner

yang digunakan reliable/handal (0.755  0.6).

4) Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Penilaian Pembelajaran

(X3)

Pada tabel dibawah ini akan menjelaskan tentang hasil uji

validitas dan reliabilitas pada variabel penilaian pembelajaran.


68

Tabel 3.5.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Penilaian Pembelajaran (X3)

No Hubungan Koef. Korelasi r Kritis Keterangan

1 X3.1 – X3 0.426 0.195 Valid

2 X3.2 – X3 0.639 0.195 Valid

3 X3.3 – X3 0.293 0.195 Valid

4 X3.4 – X3 0.598 0.195 Valid

5 X3.5 – X3 0.419 0.195 Valid

6 X3.6 – X3 0.628 0.195 Valid

7 X3.7 – X3 0.448 0.195 Valid

8 X3.8 – X3 0.746 0.195 Valid

Alpha Cronbach 0.710 Reliabel

Sumber: Data primer yang diolah


Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa seluruh item dari hasil

uji validitas dan reliabilitas pada variabel penilaian pembelajaran (X3)

menunjukkan hasil yang valid. Dikatakan valid jika > 0.3, dan

dikatakan drop < 0.3. Dari hasil perhitungan di atas juga diketahui

koefisien Alpha Cronbach  0.6 yang berarti instrumen kuesioner

yang digunakan reliable/handal (0.710  0.6).

4. Teknik Analisis Data/Pengolahan Data

a. Analisis Regresi

Analisis regresi adalah suatu teknik yang digunakan untuk

membangun suatu persamaan yang mengubungkan antara dua variabel tidak

bebas (Y) dan variabel bebas (X) dan sekaligus untuk menentukan nilai
69

ramalan atau dugaannya. Persamaan regresi adalah suatu persamaan

matematika yang mendefinisikan hubungan antara dua variabel.

Dalam rangka mencocokkan persamaan garis dan titik kombinasi

dapat disimpulkan bahwa semakin banyak titik kombinasi mendekati

persamaan garis, menunjukkan hubungan yang semakin erat yang ditandai

dengan besarnya nilai koefisien korelasi, dan sebaliknya apabila titik

kombinasi menyebar jauh dari persamaan garis, maka hubungannya

semakin lemah dan nilai koefisien korelasinya juga rendah.9

Persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Yˆ = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + c


Dimana:
Yˆ : Hasil Belajar Siswa
b0 : Intersep
b1…b5 : Koefisien regresi
X1 : Perencanaan Pembelajaran
X2 : Pelaksanaan Pembelajaran
X3 : Penilaian Pembelajaran
c : Nilai faktor pengganggu

b. Uji Linieritas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel

mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Uji ini

digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linier. Uji

9
Suharyadi dkk, Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, Salemba Empat, Jakarta, 2009,
hlm. 168.
70

linier dilakukan dengan mencari persamaan garis regresi variabel bebas X

terhadap variabel terikat Y.

Langkah dalam menyusun uji linieritas:

a) Menyusun table kelompok data variabel X dan Y

b) Persamaan regresi linieritas dengan rumus Ŷ = α + bX

c) Mencari nilai b dengan rumus b = n (ΣXY) – (ΣX) (ΣY)

nΣx² - (Σx)²

d) Mencari nilai a dengan rumus α = Ŷ – bX

c. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

baik versi dependen ataupun independen, keduanya mempunyai distribusi

normal atau tidak, model regresi yang baik adalah regresi yang mempunyai

distribusi normal atau mendekati normal.10 Uji normalitas diperlukan untuk

regresi linier berganda untuk mengetahui apakah data tersebut normal atau

tidak, yang menjadikannya syarat dari regresi linier berganda.

Metode yang digunakan untuk menguji normalitas adalah dengan

menggunakan uji test of goodness of fit dengan ketentuan bila probabilitas

dari hasil uji chi square hitung lebih kecil dari chi square tabel maka data

yang terdistribusi secara normal dan sebaliknya, jika chi square hitung lebih

besar dari chi square tabel maka data tidak terdistribusikan secara normal.11

10
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS19, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang, 2011, hlm. 160.
11
Gujarati, Teori Ekonometrika, Bina Ilmu, Jakarta, 1995, hlm. 112.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 1 Batu

Kalau kita menengok 30 tahun yang lalu, maka kita tidak dapat

melupakan sejarah bahwa SMA Negeri 1 Batu ini didirikan berkat perjuangan

para Pejabat Daerah di Batu yang gigih yang berharap agar di Batu dibuka

Sekolah Menengah Lanjutan Tingkat Atas.

Pada awal tahun 1978 saat itu tahun pelajaran baru dimulai pada bulan

Januari 1978, maka kantor Wilayah Depdikbud Propinsi Jawa Timur telah

menunjuk SMA Negeri IV Malang untuk mempersiapkan berdirinya SMA

Negeri Batu yang dimulai pada tanggal 16 Januari 1978. Sebelum gedung SMU

Negeri 1 Batu didirikan, tahun pertama kegiatan belajar mengajar menempati

gedung SMP Jl. Sudarso 26 Batu (sekarang SMK / STM Brawijaya).

Akhirnya keluarlah Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

RI No. 0292/0/1978, tanggal 2 September 1978 tentang dibukanya SMA

Negeri Batu dan selesainya pembangunan gedung di Jl. K.H. Agus Salim no.

57, maka kegiatan belajar mengajar menempati gedung yang baru sampai

sekarang ini.1

1
http://www.sman1batu.sch.id/p/blog-page.html diakses pada tanggal 06 Juni 2015, pukul 08:07.

71
72

2. Studium Et Virtus

Untuk melengkapi perangkat suatu organisasi maka dirumuskan suatu

lambang SMA Negeri 1 Batu yang dirancang oleh Bapak Drs. Muhammad

Puguh, pada tahun 1978 dengan motto Studium Et Virtus.

Menurut beliau kata-kata itu berasal dari bahasa Latin yang bermakna

belajar dan kebajikan. Studium berarti belajar, dan Virtus berarti kebajikan.

Beliau bertutur bahwa Et berarti dan, Virtus berarti kebajikan (keutamaan yang

melahirkan serangkaian sikap yang baik). Beliau bertutur bahwa Studium

memiliki makna kegiatan yang dominan di sekolah adalah belajar/berlatih

dalam segala bidang untuk insan yang mulia berdasarkan Pancasila dan UUD

1945.

Akhirnya Studium Et Virtus digunakan terus-menerus di SMA Negeri

1 Batu sebagai motto untuk menyemangati seluruh komponen sekolah dalam

meraih cita-cita.2

3. SMA Negeri 1 Batu Masa Kini

Hingga akhir Tahun Pelajaran 2012/2013, SMA NEGERI 1 BATU

memiliki daya saing yang cukup tinggi. Dari sisi akademik, lulusan SMA

NEGERI 1 BATU dengan rata-rata NUN 7,6 dengan tingkat kelulusan 100%.3

Dari sisi non akademis, prestasi siswa SMA NEGERI 1 BATU juga

menduduki peringkat di Kota Batu. Berbagai perlombaan seni, olahraga, dan

olimpiade mata pelajaran tingkat kota mayoritas kejuaraannya direbut oleh

2
Buku Panduan MOPDB SMA Negeri 1 Batu (2014-2015), hlm. 24.
3
http://www.sman1batu.sch.id/p/blog-page.html diakses pada tanggal 06 Juni 2015, pukul 08:22.
73

siswa SMA Negeri 01 Batu. Pada tahun 2010/2011 tim Paduan Suara SMA

Negeri 1 Batu meraih medali emas dan perak pada 4th youth Choir Festival

Pattaya di Thailand serta berkesempatan tampil dalam acara Internasional yang

diselenggarakan Kedutaan RI di Bangkok Thailand. Sedang pada setiap tahun,

siswa SMA NEGERI 1 BATU mewakili Kota Batu untuk beberapa mata lomba

pada kegiatan OSN, O2SN tingkat provinsi.

Peningkatan daya saing dan daya jual tersebut berdampak pada

peningkatan kualitas input di SMA Negeri 01 Batu. Pada tahun 2013/2014,

siswa yang masuk ke SMA NEGERI 1 BATU memiliki nilai rata-rata NUN

8,1 dan memiliki prestasi non akademik.

Berbagai prestasi di segala bidang pernah diraih oleh siswa, Guru dan

Karyawan baik tingkat regional maupun nasional. Prestasi ini cukup banyak

tidak mungkin disebutkan satu-persatu. Semua kemajuan dan prestasinya tidak

dapat dilepaskan dari keberhasilan para Kepala Sekolah dalam memimpin dan

mengelola SMA Negeri 1 Batu, yaitu:

1) Bapak Drs. Soeyitno Hadisepoetra 0 – 1978


2) Bapak Drs. Mochammad Chotib 1978 – 1983
3) Bapak Abdul Sukur, BA 1983 – 1988
4) Bapak Soewardjo 1988 – 1992
5) Bapak Koentjono, BA 1992 – 1995
6) Ibu Dra. Hj Affah Widijarni 1995 – 1997
7) Bapak Drs. H. Agus Sutjipto 1997 – 2002
8) Ibu Dra. Mistin (Juni – September 2001)
9) Bapak Drs. Muhammad Puguh 2002 – 2005
10) Bapak Drs. Suprantiyo, MM 2005 - sekarang
74

4. SMA Negeri 1 Batu yang Akan Datang

Dalam jangka waktu satu tahun ke depan, SMA NEGERI 1 BATU

berusaha secara optimal dalam pengembangan program sebagai Rintisan

Sekolah Katagore Mandiri (RSKM). Upaya tersebut dilakukan dengan

mengoptimalkan peningkatan standar pendidikan yang mengarah pada

pencapaian Standar Nasional Pendidikan, mencakup pengembangan standar isi

kurikulum, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan

tenaga kependidikan, standar sarana prasarana, standar pembiayaan, standar

pengelolaan, dan standar penilaian yang dikembangkan secara bertahap ke arah

Sekolah Katagori Mandiri (SKM).

Pengembangan Standar Isi menuju SKM perlu difokuskan pada kegiatan

penyusunan Kurikulum Sekolah Katagori Mandiri, SMA NEGERI 1 BATU

Tahun Pelajaran 2013/2014 yang melibatkan seluruh warga/stakeholders

sekolah secara aktif dan partisipatif. Pengembangan Standar Proses menuju

Sekolah Katagori Mandiri diarahkan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan

pengawasan proses pembelajaran berstandar Nasional. Pengembangan standar

kompetensi lulusan dititikberatkan pada peningkatan kompetensi lulusan yang

berstandar Nasional dalam aspek kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

akhlak mulia, serta keterampilan dan kecakapan hidup. Upaya peningkatan

kompetensi, kepala sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan dalam

kemampuan bahasa Inggris, IT, serta inovasi pembelajaran berstandar

Nasional merupakan prioritas program peningkatan Standar Pendidik dan

Tenaga Kependidikan.
75

Pengembangan Standar Sarana dan Prasarana terus diupayakan melalui

program-program penambahan sarana dan prasarana pembelajaran berbasis IT.

Pengembangan Standar Pengelolaan diarahkan pada penerapan MBS yang

transparan, akuntabel, dan partisipatif sesuai dengan Standar Nasional, PAS ,

serta optimalisasi pengawasan dan evaluasi. Pengembangan Standar

Pembiayaan dioptimalkan melalui penggalangan dana investasi, operasional,

dan personal yang pengelolaannya dilakukan secara transparan, akuntabel, dan

partisipatif. Dalam Pengembangan Standar Penilaian, SMA NEGERI 1 BATU

berupaya untuk melaksanakan penilaian baik oleh pendidik, sekolah, dan

pemerintah dengan mengedepankan prinsip penilaian otentik, jujur, dan

akuntabel berbasis IT.

Diharapkan satu tahun ke depan siswa SMA NEGERI 1 BATU akan lebih

kompetitif dalam prestasi akademik dan nonakademik pada tingkat provinsi,

nasional bahkan Internasional serta optimal dalam pengembangan kecakapan

hidup dan budi pekerti melalui pengembangan pendidikan berbasis keunggulan

lokal dan global (teknologi informasi dan komunikasi).

5. Visi dan Misi

Visi

Terwujudnya Sekolah Bertaraf Internasional dengan Sumber Daya Manusia

yang Mampu Menghadapi Tantangan Jaman Berdasarkan Keimanan dan

Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Dilandasi Semangat Nasionalisme

serta Berbudaya Lingkungan.


76

Indikator Visi

a. Sekolah yang mempunyai standar kompetensi lulusan Nasional plus


adopsis dan adaptasi SKL Internasional (Cambridge).
b. Sekolah yang memiliki kurikulum nasional (KTSP) plus adopsi dan
adaptasi kurikulum Internasional (Cambridge).
c. Guru memiliki kemampuan mengembangkan proses belajar mengajar
berbasis IT melalui pembelajaran bilingual.
d. Sekolah yang mampu bersaing dibidang akademik dan non akademik pada
tingkat regional, nasional maupun internasional.
e. Sekolah memiliki kemampuan membentuk jejaring dengan lembaga-
lembaga regional, nasional maupun internasional.
f. Sekolah mampu melaksanakan system manajemen berstandar
internasional.
g. Warga sekolah yang taat melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
h. Warga sekolah yang mencintai tanah air.
i. Warga sekolah memiliki kepedulian dan kepekaan terhadap kelestarian
lingkungan.

Misi

a. Melaksanakan kurikulum nasional (KTSP) yang diperkaya dengan


kurikulum Negara maju (Cambidge).
b. Meningkatkan keunggulan inovasi pembelajaran berbasis IT dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris.
c. Meningkatkan keunggulan prestasi akademik dengan pembelajaran efektif,
efisien dan menyenangkan dengan memanfaatkan multi resources yang
berbasis IT.
d. Meningkatkan keunggulan prestasi non akademik melalui pembinaan
pengembangan diri yang berkualitas, efektif dan efisien.
e. Melaksanakan kerja sama dengan lembaga-lembaga sektoral, lintas
sektoral, regional, nasional dan regional.
f. Melaksanakan manajemen berstandar Internasional melalui sertifikasi ISO
9001:2008.
g. Menumbuhkan penghayatan dan penerapan ajaran agama dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
h. Mendorong dan membantu siswa mengenal dan mengembangkan potensi
diri, dengan semangat keunggulan local dan global bernuansa tanah air.
i. Menumbuhkan kepedulian terhadap potensi dan konservasi serta
pengembangan lingkungan hidup.
j. Menyediakan sarana prasarana yang berstandar internasional.
77

6. Kurikulum

a. Kondisi Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Batu

Pengembangan Kurikulum 2013 yang mengacu pada delapan standar

nasional pendidikan khususnya pada standar isi, standar proses, kompetensi

lulusan dan penilaian maka SMA Negeri 1 Batu memiliki tanggung jawab

pengembangan sistem sekolah yang dapat menyiapkan generasi/lulusannya

selaras dengan visi misi pendidikan nasional dengan membudayakan

pendidikan karakter bangsa.4

Visi pendidikan nasional menyatakan terwujudnya sistem pendidikan

sebagai pranata sosial yang kuat dan beribawa untuk memberdayakan semua

warga negara Indonesia untuk berkembang menjadi manusia yang berkualitas

sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Visi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam misi pendidikan nasional sebagai

berikut:

1) Meningkatkan mutu pendidikan sehingga memiliki daya saing di tingkat


nasional, regional dan internasional;
2) Meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan
tantangan global;
3) Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara
utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan
masyarakat belajar;
4) Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan
sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman,
sikap dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global.

Memperhatikan visi misi pendidikan nasional, maka SMA Negeri 1

Batu berusaha mengembangkan visi dan misi sekolah yang selaras dengan visi

4
Dokumen Kurikulum 2013 SMA Negeri 1 Batu Tahun Pelajaran 2014/2015.
78

misi pendidikan nasional yang esensinya adalah untuk mewujudkan sekolah

unggul agar dapat mencetak generasi/lulusan yang mampu merespon dan

adaptasi terhadap kemajuan era global yang berkepribadian dan ber-akhlaq

mulia sesuai karakter bangsa serta ikut mengembangkan potensi-potensi

daerah yang memiliki keunggulan lokal dan global.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU

20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional

Pendidikan, dinyatakan bahwa evaluasi kurikulum merupakan upaya

mengumpulkan dan mengolah informasi dalam rangka meningkatkan

efektivitas pelaksanaan kurikulum pada tingkat nasional, daerah, dan satuan

pendidikan. Penyusunan Kurikulum SMA Negeri 1 Batu juga mengikuti

ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP

32/2013 serta mengacu pada Permendikbud nomor 69 tahun 2013.

Pengembangan Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Batu dilakukan

antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk:

1) Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2) Belajar untuk memahami dan menghayati;
3) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif;
4) Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, pada tingkat
nasional, regional atau internasional;
5) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri sesuai karakter
kebangsaan dan budaya Indonesia melalui proses belajar yang aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan;
6) Belajar mengenal dan mengembangkan potensi diri, dengan semangat
keunggulan lokal dan global berbasis karakter dan budaya kebangsaan
melalui muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri;
79

7) Memiliki daya juang untuk berkompetisi secara sehat ditingkat regional,


nasional, dan internasional.

Dalam proses pembelajaran aspek yang dikembangkan dengan

merancang berbagai strategi pembelajaran yang berbasis IT dengan

pendekatan saintifik. Disamping itu, kegiatan tutor teman sebaya bagi peserta

didik terus dioptimalkan, yang diharapkan memiliki nilai lebih di dalam

pencapaian kompetensi pembelajaran.

Dari hasil analisis konteks dan kondsi riil SMA Negeri 1 Batu, maka

tim pengembang Kurikulum 2013 SMA Negeri 1 Batu mengembangkan

kurikulum melalui penyempurnaan sebelumnya menjadi Kurikulum 2013

untuk memenuhi ketercapaian indikator mutu pendidikan secara bertahap,

yang meliputi komponen input, proses, dan output. Komponen input meliputi

kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, peserta didik, bahan ajar, alat

bantu pembelajaran, teknologi, ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan,

kondisi lingkungan fisik maupun psikis, manajemen sekolah, serta kendali

mutu. Adapun komponen proses mencakup peningkatan efektivitas

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Kriteria output pada

standar kompetensi lulusan harus di atas standar nasional serta berkeunggulan

dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi serta memiliki

prestasi.

b. Karakteristik Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Batu

SMA Negeri 1 Batu mempunyai karakteristik dalam menerapkan

Kurikulum 2013. Pada Tahun Pelajaran 2014/2015 SMA Negeri 1 Batu


80

menerapkan SKS (Sistem Kredit Semester). Sedangkan peminatan yang

diselenggarakan adalah IBB (Ilmu Bahasa dan Budaya), IIS (Ilmu-Ilmu

Sosial), MIA (Matematika dan Ilmu Alam), untuk Lintas Minat dibuka

seluruh peminatan sesuai dengan kemauan dan potensi peserta didik.

Prakarya dan Kewirausahaan SMA Negeri 1 Batu membuka Rekayasa,

Budidaya dan Kerajinan. Untuk seni SMA Negeri 1 Batu mengembangkan

seni rupa, seni musik modern dan musik tradisional (Karawitan).

c. Tujuan Pengembangan Kurikulum

Kurikulum SMA Negeri 1 Batu tahun 2013 merupakan pedoman

proses pembelajaran di sekolah. Kurikulum ini akan terus dikembangkan

sesuai kondisi sekolah. Pengembangan kurikulum merupakan proses yang

dinamis yang akan terus terjadi berkaitan dengan perubahan kebijakan baik

pada tingkat mikro maupun makro.

Pengembangan kurikulum SMA Negeri 1 Batu saat ini merupakan

penyempurnaan dari kurikulum tahun sebelumnya dikembangkan dalam

rangka adanya perubahan kebijakan pada tingkat sekolah, daerah atau

pusat, khususnya yang terkait dengan kebijakan dikeluarkannya Inpres

Nomor 1 tahun 2010 tentang perlunya pendidikan karakter bangsa yang

harus diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran dan budaya sekolah,

peraturan Gubernur Jatim No. 19 tahun 2014 tertanggal 3 April 2014

tentang mata pelajaran bahasa daerah sebagai muatan lokal wajib di

sekolah/madrasah. Selain dari pada itu berpedoman pada Permendikbud


81

No. 65 tahun 2013 yang menekankan proses pembelajaran berbasis

scientific dan penilaian autentik.

Karena itu dipandang perlu sekolah untuk mengembangkan

kurikulum dalam rangka merespon kebijakan tersebut sekaligus

memberikan pedoman pelaksanaannya bagi seluruh unsur sekolah.

Kurikulum dikembangkan dan diimplementasikan secara kontekstual

untuk merespon kebutuhan peserta didik SMA Negeri 1 Batu.

1) Tujuan Pendidikan Nasional

Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia

beriman & bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis dan bertanggung jawab.

2) Tujuan Pendidikan Menengah

Penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah (peraturan

pemerintah no. 17 tahun 2010) tentang pengelolaan dan

penyelenggaraan pendidikan bertujuan membangun landasan bagi

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang:

a) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak


mulia, dan berkepribadian luhur;
b) Berilmu, bercakap, kritis, kreatif, dan inovatif;
c) Sehat, mandiri, dan percaya diri; dan
d) Toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.

d. SKL SMA Kurikulum tahun 2013

Kompetensi Lulusan SMA tahun 2013 memiliki sikap, pengetahuan, dan

keterampilan sebagai berikut.


82

Tabel 4.1.

Kompetensi Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/Paket C

Dimensi Kualifikasi Kemampuan

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang

beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri,

dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta

dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa

dalam pergaulan dunia.

Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural, dan metakognitif dalam ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,

dan peradaban terkait penyebab serta dampak

femonena dan kejadian.

Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif

dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai

pengembangan dari yang dipelajari di sekolah

secara mandiri.

e. Ketuntasan Belajar Kurikulum 2013

1) Penilaian setiap mata pelajaran meliputi kompetensi pengetahuan,

kompetensi keterampilan, dan kompetensi sikap. Kompetensi

pengetahuan dan kompetensi keterampilan menggunakan 1-4


83

(kelipatan 0,33), sedangkan kompetensi sikap menggunakan skala

Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K), yang dapat

dikonversi ke dalam Predikat A – D seperti pada di bawah ini.

Tabel 4.2.

Kriteria Penilaian Kurikulum 2013

Predikat Kompetensi

Pengetahuan Keterampilan Sikap

A 4,00 4,00 SB

A- 3,66 3,66

B+ 3,33 3,33 B

B 3,00 3,00

B- 2,66 2,66

C+ 2,33 2,33 C

C 2,00 2,00

C- 1,66 1,66

D+ 1,33 1,33 K

D 1,00 1,00

2) Ketuntasan minimal untuk seluruh kompetensi dasar pada kompetensi

pengetahuan dan kompetensi keterampilan yaitu 2.66 (B-).

3) Pencapaian minimal untuk kompetensi sikap adalah B.

4) Untuk kompetensi yang belum tuntas, kompetensi tersebut dituntaskan

melalui pembelajaran remedial sebelum melanjutkan pada kompetensi

berikutnya. Untuk mata pelajaran yang belum tuntas pada semester


84

berjalan, dituntaskan melalui pembelajaran remedial sebelum

memasuki semester berikutnya.

5) Penentuan Indeks Prestasi (IP) merupakan rata-rata dari gabungan hasil

penilaian kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan yang

masing-masing dihitung dengan rumus sebagai berikut:

IP = ∑ N x sks

jumlah sks

Keterangan:

IP : Indeks Prestasi

∑N : Jumlah mata pelajaran

sks : Satuan kredit semester yang diambil untuk setiap mata

pelajaran

Jumlah sks : Jumlah sks dalam satu semester

6) Peserta didik pada semester 2 dan seterusnya dapat mengambil

sejumlah mata pelajaran dengan jumlah sks berdasarkan IP semester

sebelumnya dengan ketentuan sebagai berikut:

a) IP < 2.66 dapat mengambil maksimal 24 sks.

b) IP 2.66 – 3.32 dapat mengambil maksimal 28 sks.

c) IP 3.33 – 3.65 dapat mengambil maksimal 32 sks.

d) IP > 3.65 dapat mengambil maksimal 36 sks.

Selain itu, nilai kompetensi sikap paling rendah B.


85

f. Upaya untuk Peningkatan KKM

Di dalam upaya meningkatkan KKM agar dapat mencapai KKM

maksimal adalah sebagai berikut:

1) Menganalisis hasil ulangan tiap mata pelajaran oleh guru mata


pelajaran masing-masing.
2) Menerapkan sistem tutor sebaya, agar memudahkan dalam belajar.
3) Melengkapi buku-buku referensi di perpustakaan.
4) Memfasilitasi sumber belajar dari internet.

B. Paparan Data

1. Deskripsi Variabel Perencanaan Pembelajaran

Paparan data pada variabel pertama membahas tentang perencanaan

pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan rencana pembelajaran

yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu

yang indikatornya meliputi beberapa komponen, yakni penyusunan silabus,

RPP, bahan ajar, media pembelajaran dan alokasi waktu. Pada data variabel

perencanaan pembelajaran, responden adalah siswa jurusan IPS kelas X-IIS 1

sampai dengan X-IIS 5 dengan jumlah sampel sebanyak 103 orang. Paparan

data tersebut disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi yang disajikan pada

tabel berikut ini.


86

Tabel 4.3.

Distribusi Frekuensi Item Variabel Perencanaan Pembelajaran


(X1)

Frekuensi Skor
Sangat
Sangat Cukup Tidak JUMLAH
No Item Setuju Tidak
Setuju Setuju Setuju
Setuju
f f% f f% f f% f f% f f% f f%
1. Guru 30 29,1 40 38,8 24 23,3 9 8,7 0 0 103 100
menunjukkan % % % % % %
silabus
2. Guru 39 37,9 30 29,1 31 30,1 3 2,9 0 0 103 100
menjelaskan % % % % % %
silabus
3. Guru 34 33 52 50,5 12 11,7 5 4,9 0 0 103 100
mempersiapkan % % % % % %
RPP
4. Guru 32 31,1 57 55,3 14 13,6 0 0% 0 0 103 100
memahami isi % % % % %
RPP
5. Guru 36 35 45 43,7 19 18, 3 2,9 0 0 103 100
mempersiapkan % % 4% % % %
bahan ajar
6. Guru 16 15,5 69 67 18 17,5 0 0% 0 0 103 100
memanfaatkan % % % % %
bahan ajar
7. Penggunaan 31 30,1 59 57,3 10 9,7 3 2,9 0 0 103 100
media % % % % % %
pembelajaran
yang menarik
8. Pemanfaatan 26 25,2 58 56,3 19 18,4 0 0% 0 0 103 100
media % % % % %
pembelajaran
9. Kesesuaian 15 14,6 61 59,2 20 19,4 0 0% 7 6,8 103 100
kegiatan % % % % %
mengajar
dengan alokasi
waktu
10. Guru pernah 13 12,6 33 32 29 28,2 18 17,5 10 9,7 103 100
meninggalkan % % % % % %
kegiatan
mengajar diluar
waktu yanng
ditentukan

Sumber: Data primer diolah


87

Dari hasil pengolahan data item pernyataan terkait silabus, maka dapat

dijelaskan bahwa guru di kelas selalu memberikan penjelasan silabus kepada

siswa agar siswa bisa memahami tentang materi-materi pokok dari silabus yang

akan dibahas ketika proses pembelajaran dimulai. Terkait dengan item tentang

RPP, pada hasil data diatas menjelaskan bahwa guru di kelas sebelum

mempersiapkan materi pembelajaran kepada siswa selalu menyusun RPP

terlebih dahulu kemudian memahami isi dari RPP yang disusun guna

memberikan kemudahan bagi guru ketika akan melaksanakan proses kegiatan

belajar-mengajar.

Dari hasil pengolahan data item pernyataan terkait dengan bahan ajar ,

maka dijelaskan bahwa guru di kelas selalu mempersiapkan bahan ajar serta

memanfaatkannya dengan baik sebelum proses pembelajaran berlangsung. Hal

tersebut penting karena bahan ajar merupakan salah satu komponen rencana

pembelajaran yang sangat penting guna memudahkan guru dalam menjelaskan

materi pembelajaran di kelas. Terkait dengan item media pembelajaran, pada

hasil data diatas menjelaskan bahwa guru di kelas mampu menggunakan media

pembelajaran di kelas dengan menarik serta memanfaatkan media tersebut

dengan baik sehingga siswa di kelas tidak mudah bosan dalam menerima

materi pembelajaran yang disampaikan.

Dari hasil pengolahan data item pernyataan terkait dengan alokasi

waktu, maka dijelaskan bahwa guru selalu menyesuaikan alokasi waktu

kegiatan mengajar yang sudah dicantumkan dalam silabus. Namun, guru juga
88

sering meninggalkan meninggalkan kegiatan mengajar diluar jam efektif

karena beberapa alasan mendesak yang membuat guru yang bersangkutan tidak

bisa mengajar di hari itu seperti ketika sakit atau ada kegiatan dinas diluar

sekolah.

Selanjutnya untuk mengetahui kategorisasi dari variabel perencanaan

pembelajaran dapat dilakukan dengan mengklasifikasikan data ke dalam tiga

kategori yaitu baik, cukup baik dan tidak baik. Pengklasifikasian data ini dapat

dicari dengan berpedoman pada Mean dan Standar Deviasi pada variabel

perencanaan pembelajaran, dengan rumus perhitungan sebagaimana yang

dinyatakan Sugijono sebagai berikut:5

a. Untuk kategori baik dengan rumus (M + 1.SD)

b. Untuk kategori tidak baik dengan rumus (M – 1.SD)

Hasil perhitungan komputer SPSS 13.0 for windows diperoleh nilai

Mean sebesar 39,0388 dan standar deviasi sebesar 5,44297. Sehingga

diperoleh hasil untuk kategori baik adalah responden yang mempunyai nilai

diatas 44,4, kategori cukup baik dengan nilai antara 33-44, dan kategori tidak

baik dengan nilai dibawah 33,5. Dengan demikian responden yang menilai

perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam kategori cukup

baik sejumlah 67 orang atau sebesar (65%) dan dalam kategori tidak baik

sejumlah 17 orang atau sebesar (16,5%), sehingga dapat disimpulkan bahwa

5
Sugijono, op.cit, hlm. 162.
89

siswa kelas X Jurusan IPS menilai guru Sosiologi memiliki perencanaan

pembelajaran dalam kategori cukup baik. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.4. Kategori Nilai Variabel Perencanaan Pembelajaran


SKOR KATEGORI FREKUENSI PERSENTASE (%)
44 - 49 Baik 19 18,4 %
33 - 44 Cukup Baik 67 65 %
28 - 32 Tidak Baik 17 16,5 %
Total 103 100%
Sumber Data : Diolah Penulis

Kemudian berdasarkan hasil kategorisasi pada tabel diatas, jika

digambarkan dalam bentuk diagram akan tampak seperti pada gambar berikut.

Hasil Kategorisasi Variabel Perencanaan


Pembelajaran

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Baik Cukup Baik Tidak Baik

Gambar 4.1. Diagram Hasil Kategorisasi Variabel Perencanaan

Pembelajaran

Berikut adalah hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Sosiologi

Kelas X, Bapak Subari, S.Pd, mengenai perencanaan pembelajaran dengan


90

menggunakan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Sosiologi kelas X-IIS 1

sampai X-IIS 5, menyatakan sebagai berikut:

Dalam penerapan Kurikulum 2013, terdapat beberapa perubahan-perubahan.


Yang pertama, perubahan tentang pola mengajarnya. Kalau dulu, pola
mengajarnya adalah guru memberitahu. Namun sekarang, siswa yang lebih
kreatif dalam mencari tahu, sementara guru hanya sebagai pemandu dan
memberikan arahan kepada siswa. Adapun tentang pelaksanaan di kelas,
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan dan guru hanya
menjelaskan konsep dasar saja. Untuk penilaiannya, aktivitas siswa dinilai dari
sikap, bagaimana cara mengecek tiap-tiap siswa secara individu, kemudian
bagaimana proses kerjasama kelompok dalam menyelesaikan tugasnya.
(Wawancara, tanggal 17 Januari 2015, pukul 10.00 WIB di ruang guru)

Dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa guru telah

mempersiapkan perencanaan pembelajaran sesuai dengan sistem penerapan

Kurikulum 2013 terkait dengan pola mengajar, proses pembelajaran, serta

sistem penilaiannya yang dituangkan dalam RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran).

2. Deskripsi Variabel Pelaksanaan Pembelajaran

Paparan data pada variabel kedua membahas tentang pelaksanaan

pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari

perencanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan

penutup. Pada variabel pelaksanaan pembelajaran dibagi menjadi beberapa

indikator, yakni kegiatan pembuka, pendekatan saintifik, metode

pembelajaran, dan kegiatan penutup. Pada data variabel pelaksanaan

pembelajaran, responden adalah siswa jurusan IPS kelas X-IIS 1 sampai

dengan X-IIS 5 dengan jumlah sampel sebanyak 103 orang. Paparan data
91

tersebut disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi yang disajikan pada tabel

berikut ini.

Tabel 4.5.

Distribusi Frekuensi Item Variabel Pelaksanaan Pembelajaran


(X2)

Frekuensi Skor
Sangat
Sangat Cukup Tidak JUMLAH
No Item Setuju Tidak
Setuju Setuju Setuju
Setuju
f f% f f% f f% f f% f f% f f%
11. Appersepsi 13 12,6 58 56,3 29 28,2 3 2,9 0 0 103 100
% % % % % %
12. Motivasi 37 35,9 46 44,7 20 19,4 0 0% 0 0 103 100
% % % % %
13. Mengamati 18 17,5 73 70,9 8 7,8 4 3,9 0 0 103 100
% % % % % %
14. Menanya 32 31,1 59 57,3 12 11,7 0 0% 0 0 103 100
% % % % %
15. Mengumpulkan 13 12,6 52 50,5 34 33 0 0% 4 3,9 103 100
informasi % % % % %
16. Mengasosiasika 7 6,8 48 46,6 38 36,9 3 2,9 7 6,8 103 100
n % % % % % %
17. Mengkomunika 21 20,4 45 43,7 30 29,1 7 6,8 0 0 103 100
sikan % % % % % %
18. Kesesuaian 16 15,5 65 63,1 16 15,5 6 5,8 0 0 103 100
metode dengan % % % % % %
media
pembelajaran
19. Kesesuaian 15 14,6 61 59,2 20 19,4 0 0% 7 6,8 103 100
metode dengan % % % % %
alat/bahan ajar
20. Umpan balik 11 10,7 65 63,1 21 20,4 6 5,8 0 0 103 100
% % % % % %
21. Kesimpulan 46 44,7 40 38,8 16 15,5 1 1% 0 0 103 100
% % % %

Sumber: Data primer diolah

Dari hasil pengolahan data item pernyataan terkait kegiatan pembuka

yang terdiri dari appersepsi dan motivasi, maka dapat dijelaskan bahwa di awal

kegiatan pembelajaran, guru selalu menyampaikan tujuan pembelajaran serta


92

memberikan motivasi kepada siswa agar siswa lebih bersemangat dan serius

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Dari hasil pengolahan data item pernyataan terkait dengan

pembelajaran 5 M , maka dijelaskan bahwa guru telah memenuhi ketentuan 5

M dalam menggunakan pendekatan saintifik ketika proses pembelajaran. Hal

ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah siswa yang memberikan jawaban setuju

pada angket yang disediakan. Terkait dengan item pernyataan pemanfaatan

media pembelajaran dan bahan ajar, data diatas menunjukkan bahwa guru di

kelas mampu menyesuaikan penggunaan alat/bahan ajar dan media

pembelajaran dengan metode pembelajaran yang diterapkan ketika mengajar

di kelas.

Dari hasil pengolahan data item pernyataan terkait dengan kegiatan

penutup, maka dijelaskan bahwa guru di kelas selalu memberikan umpan balik

serta memberikan kesimpulan berkaitan dengan materi yang telah dipelajari

ketika pembelajaran akan berakhir.

Selanjutnya untuk mengetahui kategorisasi dari variabel pelaksanaan

pembelajaran dapat dilakukan dengan mengklasifikasikan data ke dalam tiga

kategori yaitu baik, cukup baik dan tidak baik. Pengklasifikasian data ini dapat

dicari dengan berpedoman pada Mean dan Standar Deviasi pada variabel
93

pelaksanaan pembelajaran, dengan rumus perhitungan sebagaimana yang

dinyatakan Sugijono sebagai berikut:6

c. Untuk kategori baik dengan rumus (M + 1.SD)

d. Untuk kategori tidak baik dengan rumus (M – 1.SD)

Hasil perhitungan komputer SPSS 13.0 for windows diperoleh nilai

Mean sebesar 42,9320 dan standar deviasi sebesar 5,17206. Sehingga

diperoleh hasil untuk kategori baik adalah responden yang mempunyai nilai

diatas 48,10, kategori cukup baik dengan nilai antara 37-47, dan kategori tidak

baik dengan nilai dibawah 37,7. Dengan demikian responden yang menilai

pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam kategori cukup baik

sejumlah 80 orang atau sebesar (77,6%) dan dalam kategori tidak baik sejumlah

9 orang atau sebesar (8,7%), sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa kelas X

Jurusan IPS menilai guru Sosiologi memiliki pelaksanaan pembelajaran dalam

kategori cukup baik.

Tabel 4.6. Kategori Nilai Variabel Pelaksanaan Pembelajaran


SKOR KATEGORI FREKUENSI PERSENTASE (%)
48 - 54 Baik 14 13,5 %
37 - 47 Cukup Baik 80 77,6 %
28 - 36 Tidak Baik 9 8,7 %
Total 103 100%
Sumber Data : Diolah Penulis

Kemudian berdasarkan hasil kategorisasi pada tabel diatas, jika

digambarkan dalam bentuk diagram akan tampak seperti pada gambar berikut.

6
Sugijono, op.cit, hlm. 162.
94

Hasil Kategorisasi Variabel Pelaksanaan


Pembelajaran

60

50

40

30

20

10

0
Baik Cukup Baik Tidak Baik

Gambar 4.2. Diagram Hasil Kategorisasi Variabel Pelaksanaan

Pembelajaran

Berikut adalah hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Sosiologi

Kelas X, Bapak Subari, S.Pd, mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Sosiologi kelas X-IIS 1

sampai X-IIS 5, menyatakan sebagai berikut:

Disini saya contohkan salah satu materi kelas X tentang gejala sosial dalam
masyarakat. Dalam proses pembelajarannya, guru meminta siswa untuk
mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di lingkungan masyarakat.
Setelah itu, siswa diminta untuk menganalisis faktor-faktor penyebab masalah
tersebut, sumber-sumber masalahnya, lalu dampak yang ditimbulkan, serta
solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Setelah siswa menganalisis seperti
itu, guru meminta siswa untuk membacakan hasil kerja mereka. Misalnya,
siswa membacakan hasil kerja tentang masalah kemiskinan, lalu siswa
menjelaskan penyebab-penyebab kemiskinan seperti pendidikan yang kurang,
keterampilan yang kurang mumpuni, sumber daya manusia yang rendah, dan
faktor bencana alam seperti banjir yang mengakibatkan mereka kehilangan
harta benda sehingga mengalami kemiskinan. Setelah siswa membacakan hasil
kerjanya, kemudian guru melakukan evaluasi terhadap hasil kerja siswa.
(Wawancara, tanggal 17 Januari 2015, pukul 10.00 WIB di ruang guru)
95

Dari hasil wawancara tersebut, dapat menunjukkan bahwa guru telah

berhasil menerapkan pembelajaran 5M sehingga siswa terdorong untuk lebih

berpikir aktif, kreatif, dan mandiri dalam proses pembelajaran di kelas didukung

dengan hasil pengamatan yang dilakukan tampak pada materi tentang gejala

sosial. Dalam proses 5M pada materi gejala sosial, guru meminta siswa untuk

mengamati artikel yang berkaitan dengan materi gejala sosial.

Kemudian pada kegiatan menanya, guru meminta siswa untuk

melakukan aktivitas tanya-jawab terkait dengan artikel yang diamati. Kemudian

siswa mengumpulkan informasi dengan mengidentifikasi masalah-masalah

yang berhubungan dengan artikel yang sudah diperoleh. Setelah itu, siswa

diminta untuk menganalisis faktor-faktor penyebab masalah terkait dengan

artikel tersebut. Terakhir, guru meminta siswa untuk menjelaskan artikel yang

berkaitan dengan materi gejala sosial di depan kelas.

3. Deskripsi Variabel Penilaian Pembelajaran

Paparan data pada variabel ketiga membahas tentang penilaian

pembelajaran. Penilaian pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan untuk

memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil

belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Pada

variabel penilaian pembelajaran dibagi menjadi beberapa indikator, yakni

penilaian yang transparan, jenis-jenis penilaian, dan teknik penilaian. Pada

data variabel penilaian pembelajaran, responden adalah siswa jurusan IPS

kelas X-IIS 1 sampai dengan X-IIS 5 dengan jumlah sampel sebanyak 103
96

orang. Paparan data tersebut disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi yang

disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.7.

Distribusi Frekuensi Item Variabel Penilaian Pembelajaran (X3)

Frekuensi Skor
Sangat
Sangat Cukup Tidak JUMLAH
No Item Setuju Tidak
Setuju Setuju Setuju
Setuju
f f% f f% f f% f f% f f% f f%
22. Reward 71 68,9 32 31,1 0 0% 0 0% 0 0 103 100
% % % %
23. Ulangan 33 32 28 27,2 41 39,8 1 1% 0 0 103 100
Harian/UTS % % % % %
24. Remedial 43 41,7 34 33 25 24,3 0 0% 1 1 103 100
% % % % %
25. Penilaian 41 39,8 46 44,7 13 12,6 3 2,9 0 0 103 100
individual % % % % % %
26. Penilaian 49 47,6 41 39,8 13 12,6 0 0% 0 0 103 100
kelompok % % % % %
27. Tes lisan 5 4,9 34 33 40 38,8 20 19,4 4 3,9 103 100
% % % % % %
28. Pekerjaan 2 1,9 27 26,2 22 21,4 19 18,4 33 32 103 100
rumah % % % % % %
29. Penilaian sikap, 49 47,6 27 26,2 22 21,4 5 4,9 0 0 103 100
karakteristik, % % % % % %
dan kepribadian
siswa
Sumber: Data primer diolah

Dari hasil pengolahan data item pernyataan terkait penilaian yang

transparan, maka dapat dijelaskan bahwa adanya penilaian reward yang

dilakukan guru di kelas mampu memotivasi siswa untuk lebih aktif ketika

pembelajaran. Hanya saja, ketika guru mengumumkan hasil nilai ulangan baik

ulangan harian maupun UTS, banyak siswa yang terlihat tegang ketika guru

akan mengumumkan hasil ulangan mereka.


97

Hal ini bisa dilihat dari banyaknya responden yang dalam hal ini adalah

siswa sendiri yang menjawab cukup setuju ketika guru mengumumkan hasil

ulangan yang dalam hal ini siswa masih bimbang jika guru melakukan hal itu.

Namun, guru selalu memberikan remedial untuk siswa yang nilainya kurang

dari KKM sehingga siswa tidak perlu khawatir dengan hasil ulangan mereka

yang belum tuntas.

Dari hasil pengolahan data item pernyataan terkait jenis-jenis penilaian,

maka dapat dijelaskan bahwa dengan adanya penilaian individual, siswa bisa

mengetahui tingkat kemampuan diri dalam memahami materi pelajaran,

sementara untuk penilaian kelompok siswa lebih termovitasi dalam kegiatan

diskusi.

Dari hasil pengolahan data item pernyataan terkait dengan teknik

penilaian , maka dijelaskan bahwa betapa pentingnya dilakukannya tes lisan

sebagai penilaian kuis guna membantu nilai siswa yang belum memenuhi

standar KKM. Selain itu, sangat penting juga bagi siswa ketika guru melakukan

penilaian sikap, karakteristik dan kepribadian siswa karena siswa sadar bahwa

mereka bersekolah tidak hanya dituntut untuk pandai namun juga menjadi

siswa yang memiliki sikap, karakter dan kepribadian yang berbudi luhur serta

bermoral. Hanya saja dalam hal pekerjaan rumah, banyak siswa yang keberatan

ketika guru memberikan pekerjaan rumah secara rutin. Padahal, pemberian

tugas rumah sangat penting bagi siswa untuk meningkatkan kualitas belajar

mereka.
98

Selanjutnya untuk mengetahui kategorisasi dari variabel penilaian

pembelajaran dapat dilakukan dengan mengklasifikasikan data ke dalam tiga

kategori yaitu baik, cukup baik dan tidak baik. Pengklasifikasian data ini dapat

dicari dengan berpedoman pada Mean dan Standar Deviasi pada variabel

penilaian pembelajaran, dengan rumus perhitungan sebagaimana yang

dinyatakan Sugijono sebagai berikut:7

a. Untuk kategori baik dengan rumus (M + 1.SD)

b. Untuk kategori tidak baik dengan rumus (M – 1.SD)

Hasil perhitungan komputer SPSS 13.0 for windows diperoleh nilai

Mean sebesar 31,0971 dan standar deviasi sebesar 3,81821. Sehingga

diperoleh hasil untuk kategori baik adalah responden yang mempunyai nilai

diatas 34,9, kategori cukup baik dengan nilai antara 27-34, dan kategori tidak

baik dengan nilai dibawah 27,2. Dengan demikian responden yang menilai

penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam kategori cukup baik

sejumlah 62 orang atau sebesar (60%) dan dalam kategori tidak baik sejumlah

22 orang atau sebesar (21,3%), sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa kelas

X Jurusan IPS menilai guru Sosiologi memiliki penilaian pembelajaran dalam

kategori cukup baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.8. Kategori Nilai Variabel Penilaian Pembelajaran


SKOR KATEGORI FREKUENSI PERSENTASE (%)
35 - 37 Baik 19 18,4 %
27 - 34 Cukup Baik 62 60 %
22 - 26 Tidak Baik 22 21,3 %
Total 103 100%

7
Sugijono, op.cit, hlm. 162.
99

Sumber Data : Diolah Penulis

Kemudian berdasarkan hasil kategorisasi pada tabel diatas, jika

digambarkan dalam bentuk diagram akan tampak seperti pada gambar berikut.

Hasil Kategorisasi Variabel Penilaian


Pembelajaran

60

50

40

30

20

10

0
Baik Cukup Baik Tidak Baik

Gambar 4.3. Diagram Hasil Kategorisasi Variabel Penilaian

Pembelajaran

Berikut adalah hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Sosiologi

Kelas X, Bapak Subari, S.Pd, mengenai penilaian pembelajaran dengan

menggunakan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Sosiologi kelas X-IIS 1

sampai X-IIS 5, menyatakan sebagai berikut:

Untuk sistem penilaian KKM tergantung dari kemampuan siswa di kelas. Jadi
tidak bisa disamaratakan. Karena tingkat kemampuan siswa pada setiap
periode/angkatan cenderung berbeda. Apalagi dalam pelajaran Sosiologi,
karena bentuk soalnya kebanyakan bersifat kontekstual, menentukan nilai
KKMnya menjadi tidak mudah. Tidak seperti mata pelajaran yang bersifat
eksak. Karena Sosiologi merupakan mata pelajaran yang terkait dengan
perilaku manusia yang cenderung berbeda-beda dan bisa berubah-ubah.
(Wawancara, tanggal 17 Januari 2015, pukul 10.00 WIB di ruang guru)
100

Dari hasil wawancara diatas, menunjukkan bahwa sistem penilaian pada

penerapan Kurikulum 2013, khususnya pada mata pelajaran Sosiologi

ditentukan sesuai dengan kemampuan siswa. Karena bentuk-bentuk soal pada

umumnya bersifat kontektual, maka untuk menentukan KKM pun tidak bisa

serta-merta karena harus melihat kondisi kemampuan siswa terlebih dahulu.

Dari aspek pengetahuan, guru melakukan penilaian kepada siswa dalam bentuk

kuis berupa tanya jawab. Dari aspek keterampilan, guru melakukan penilaian

kepada siswa dalam bentuk presentasi di depan kelas. Kemudian pada aspek

sikap, guru melakukan penilaian kepada siswa dalam bentuk kedisiplinan dan

ketertiban siswa selama mengikuti pembelajaran.

4. Deskripsi Variabel Y (Hasil Belajar)

Paparan data pada variabel Y membahas tentang hasil belajar. Hasil

belajar merupakan output (produk) dari proses pembelajaran yang

dilaksanakan di kelas yang mengacu pada aspek penilaian pengetahuan,

keterampilan dan sikap yang tertuang dalam bentuk nilai. Pada data variabel

Y, responden adalah siswa jurusan IPS kelas X-IIS 1 sampai dengan X-IIS 5

dengan jumlah sampel sebanyak 103 orang. Paparan data tersebut disajikan

dalam bentuk distribusi frekuensi nilai rapor Semester Genap mata pelajaran

Sosiologi siswa kelas X-IIS 1 sampai dengan X-IIS 5 yang disajikan pada tabel

berikut ini.
101

Tabel 4.9.

Distribusi Frekuensi Item Variabel Hasil Belajar Siswa (Y)

Frekuensi Skor
No Aspek Penilaian <3 3 – 3,3 3,3 – 3,5 > 3,5 JUMLAH
f f% f f% f f% f f% f f%
1. Pengetahuan 0 0% 71 68,9 31 30,1 1 1% 103 100 %
% %
2. Keterampilan 0 0% 68 66 35 34 0 0% 103 100 %
% %
3. Sikap 0 0% 51 49,5 0 0 % 52 50,5 103 100 %
% %

Sumber: Data primer diolah

Selanjutnya untuk mengetahui kategorisasi dari variabel hasil belajar

siswa dapat dilakukan dengan mengklasifikasikan data ke dalam tiga kategori

yaitu baik, cukup baik dan tidak baik. Pengklasifikasian data ini dapat dicari

dengan berpedoman pada Mean dan Standar Deviasi pada variabel hasil belajar

siswa, dengan rumus perhitungan sebagaimana yang dinyatakan Sugijono

sebagai berikut:8

a. Untuk kategori baik dengan rumus (M + 1.SD)

b. Untuk kategori tidak baik dengan rumus (M – 1.SD)

Hasil perhitungan komputer SPSS 13.0 for windows diperoleh nilai

Mean sebesar 10,0606 dan standar deviasi sebesar 0,56712. Sehingga

diperoleh hasil untuk kategori baik adalah responden yang mempunyai nilai

diatas 10,62, kategori cukup baik dengan nilai antara 9,49 - 10,62, dan kategori

8
Sugijono, op.cit, hlm. 162.
102

tidak baik dengan nilai dibawah 9,49. Dengan demikian hasil belajar siswa

dalam kategori cukup baik sejumlah 56 orang atau sebesar (54,3%) dan dalam

kategori tidak baik sejumlah 28 orang atau sebesar (27,1%), sehingga dapat

disimpulkan bahwa siswa kelas X Jurusan IPS pada Semester Genap memiliki

hasil belajar dalam kategori cukup baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 4.10. Kategori Nilai Variabel Hasil Belajar Siswa


SKOR KATEGORI FREKUENSI PERSENTASE (%)
10,64 – 10,88 Baik 19 18,4 %
9,49 – 10,62 Cukup Baik 56 54,3 %
9,28 – 9,48 Tidak Baik 28 27,1 %
Total 103 100%
Sumber Data : Diolah Penulis

Kemudian berdasarkan hasil kategorisasi pada tabel diatas, jika

digambarkan dalam bentuk diagram akan tampak seperti pada gambar berikut.

Hasil Kategorisasi Variabel Hasil Belajar Siswa

60

50

40

30

20

10

0
Baik Cukup Baik Tidak Baik

Gambar 4.4. Diagram Hasil Kategorisasi Variabel Hasil Belajar

Siswa
103

Berikut adalah hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Sosiologi

Kelas X, Bapak Subari, S.Pd, mengenai hasil belajar siswa dengan

menggunakan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Sosiologi kelas X-IIS 1

sampai X-IIS 5, menyatakan sebagai berikut:

Saya mengharapkan dengan adanya penerapan Kurikulum 2013 tersebut, siswa


menjadi lebih sering membaca. Karena siswa kurang berminat dalam hal
membaca, sangat sulit diharapkan siswa bisa menguasai materi pembelajaran
di kelas. Apalagi anak-anak sekarang cenderung kurang membaca dan
cenderung ingin yang serba instan. Padahal dalam mata pelajaran Sosiologi
dengan penerapan Kurikulum 2013 materinya sangat luas karena kita bisa
belajar dari masyarakat, media, buku, dan bahkan bisa belajar dari teman.
Dengan siswa menjadi rajin membaca, diharapkan siswa memiliki penguasaan
materi yang luas sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
(Wawancara, tanggal 17 Januari 2015, pukul 10.00 WIB di ruang guru)

Dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa

akan meningkat dengan baik jika mereka rajin membaca karena dalam mata

pelajaran Sosiologi, membaca adalah salah satu hal penting lantaran konteks

ilmu Sosiologi sangat luas sehingga budaya membaca sangat diperlukan untuk

siswa. Dengan budaya membaca, maka siswa mampu menambah wawasan

yang lebih luas terkait dengan Sosiologi karena Sosiologi sebagai ilmu yang

mempelajari tentang masyarakat dan permasalahannya.

C. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, agar diperoleh nilai pemerkira yang

tidak bias dan efisien dari model persamaan regresi linear dengan melakukan

pengujian terhadap asumsi klasik sebagai berikut.


104

1. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah nilai residual itu tersebar secara normal atau

tidak perlu dilakukan uji normalitas, dengan ketentuan Ho diterima jika p <

0,05 dan Ho ditolak jika p  0,05.

Dari hasil perhitungan (pada lampiran 5) dengan menggunakan Chi

Square (2) diperoleh nilai 2 = 5,360 untuk variabel X1, 2 = 4,080 untuk

variabel X2, 2 = 7,080 untuk variabel X3, serta 2 = 8,800 untuk variabel Y

dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05), dengan demikian Ho diterima, yang

berarti residual terdistribusi secara normal. Hal ini diartikan bahwa data untuk

ketiga variabel telah terdistribusi normal.

Secara lebih jelas hasil pengujian normalitas tersebut disajikan dalam

tabel berikut.

Tabel 4.11. Rekapitulasi Hasil Pengujian Normalitas


Chi Chi
square square
Variabel (²) Df (²) Signifikan (1-tailed)

Hitung Tabel
Perencanaan Pembelajaran 5,360 18 37,156 0,006
Pelaksanaan Pembelajaran 4,080 17 35,718 0,007
Penilaian Pembelajaran 7,080 11 26,757 0,000
Hasil Belajar Siswa 8,800 18 37,156 0,009
Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 6)

2. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah Y merupakan fungsi

linier X’s dapat dilakukan melalui pendekatan grafis. Ho diterima apabila

hubungan antara nilai residu dengan nilai prediksi merupakan titik-titik


105

koordinat yang tersebar dengan tidak mengikuti pola tertentu (acak). Ho

ditolak dalam kondisi yang lain.

Berdasarkan scatterplot pada lampiran 7 menunjukkan bahwa hubungan

antara nilai residu dengan nilai prediksi tidak membentuk pola tertentu.

Dengan demikian Ho diterima dan Y merupakan fungsi linier dari X’s.

D. Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan untuk melihat sejauh mana

pengaruh antara penerapan Kurikulum 2013 yang terdiri dari variabel perencanaan

pembelajaran (X1), variabel pelaksanaan pembelajaran (X2) dan variabel penilaian

pembelajaran (X3) terhadap hasil belajar siswa (Y) pada mata pelajaran Sosiologi

kelas X Semester Genap di SMA Negeri 1 Batu.

Berdasarkan hasil perhitungan regresi linier sederhana dengan dibantu

komputer program SPSS 13.0 for windows dapat diketahui apakah hipotesis yang

diajukan terbukti atau tidak. Adapun hasil perhitungan regresi linier berganda

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.12.
Rekapitulasi Hasil Analisis Korelasi dan Regresi Berganda
Variabel Koefisien Koefisien thitung P r2 parsial ttabel pada
korelasi Regresi = Df = 103
0,05
X1 0,632 0,623 21,064 0,003 0,549 1,663
X2 0,716 0,725 20,949 0,003 0,386 1,663
X3 0,803 0,825 22,567 0,003 0,636 1,663
Constant 8,640
R 0,809
Rsquared 0,823
Adj. Rsquared 0,714
Fratio 8,255
P 0,000
106

Sumber : Hasil Perhitungan SPSS 13.0 For Windows (Lampiran 8)

Keterangan:
b = besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
thitung = hasil signifikansi korelasi sederhana variabel bebas dengan
variabel terikat
ttabel = nilai ketetapan signifikansi hasil thitung
P = Probabilitas koefisien regresi
Fratio = hasil signifikansi regresi sederhana variabel bebas dengan variabel
terikat
Ftabel = nilai ketetapan signifikansi hasil FRatio
R = Koefisien Korelasi Berganda Variabel Bebas Terhadap Variabel
Terikat
r2 Parsial = besarnya korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat
secara parsial untuk mengetahui variabel mana yang dominan
mempengaruhi variabel terikat
X1 = Variabel Perencanaan Pembelajaran
X2 = Variabel Pelaksanaan Pembelajaran
X3 = Variabel Penilaian Pembelajaran
RSquared = Koefisien Determinasi (besarnya kontribusi variabel bebas
terhadap variabel terikat)
Constant = nilai tetap yang tidak dipengaruhi oleh variabel manapun
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka diperoleh persamaan

regresi linier berganda sebagai berikut :

Yˆ = 8,640 + (0,623) X1 + (0,725) X2 + (0,825) X3 + e

Berdasarkan persamaan regresi tersebut jika digambarkan dengan

normalplot persamaan tersebut, berikut ini digambarkan sebagai berikut.


107

Gambar 4.5. Garis Persamaan Regresi

Berdasarkan garis persamaan regresi tersebut dan bila digambarkan

dengan normalplot persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa titik-titik

yang ada membentuk trend garis lurus dari kiri bawah ke kanan atas. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa persamaan regresi tersebut layak digunakan

sebagai dasar dalam membuat sebuah pengambilan keputusan.

Dari hasil persamaan regresi diatas dapat diinterpretasikan bahwa dari

ketiga variabel bebas yang dianalisis dapat dilihat bahwa variabel penilaian

pembelajaran (X3) mempunyai pengaruh atau koefisien korelasi yang dominan

terhadap hasil belajar siswa yaitu sebesar 0,636 kemudian diikuti dengan

variabel perencanaan pembelajaran (X1) dan pelaksanaan pembelajaran (X2)

dengan koefisien korelasi (r partial) masing-masing sebesar 0,549 dan 0,386.

Sedangkan interpretasi dari masing-masing variabel bebas diatas

adalah sebagai berikut:

a) Variabel perencanaan pembelajaran mempunyai nilai koefisien regresi

sebesar 0,623, artinya setiap kenaikan 1% dari perencanaan pembelajaran

akan meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 62,3%.


108

b) Variabel pelaksanaan pembelajaran mempunyai nilai koefisien regresi

sebesar 0,725, artinya setiap kenaikan 1% dari pelaksanaan pembelajaran

akan meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 72,5%.

c) Variabel penilaian pembelajaran mempunyai nilai koefisien regresi sebesar

0,825, artinya setiap kenaikan 1% dari penilaian pembelajaran akan

meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 82,5%.

Secara umum tujuan dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu;

pertama, untuk mengetahui berapa besar pengaruh dari masing-masing

variabel bebas secara sendiri terhadap variabel terikat. Kedua, adalah untuk

mengetahui berapa besar pengaruh variabel-variabel bebas secara bersama-

sama terhadap variabel terikat, serta variabel bebas mana yang paling besar

pengaruhnya.

Untuk menganalisis tujuan yang pertama, digunakan korelasi

sederhana. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh digunakan uji t.

Sedangkan untuk mengukur tujuan yang kedua tersebut, digunakan model

persamaan linier berganda. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh

digunakan uji F.

Penjelasan pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah “terdapat

pengaruh yang signifikan antara penerapan Kurikulum 2013 terhadap hasil

belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi kelas X Semester Genap di SMA

Negeri 1 Batu”.
109

Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai FRatio (Fhitung) adalah

sebesar 8,255 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan df (derajat

kebebasan) sebesar 3 dan 46 diketahui Ftabel sebesar 2,84.

Dari hasil analisis juga diketahui koefisien determinasi (R²). sebesar

0,823 atau 82,3%, sedangkan koefisien korelasi (multiple R) menunjukkan

angka 0.809 atau 80,9%. Dengan hasil Fhitung lebih besar dari Ftabel dan nilai

probabilitas sebesar 0,000 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5% maka

keputusan statistik yang diambil adalah hipotesis kerja (H0) ditolak dan

hipotesis alternatif (Ha) di terima. Dengan demikian dapat dikatakan terdapat

korelasi yang signifikan antara penerapan Kurikulum 2013 terhadap hasil

belajar siswa.

Hasil penelitian ini memberikan gambaran secara empirik bahwa untuk

meningkatkan hasil belajar siswa, penerapan Kurikulum 2013 yang mencakup

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian

pembelajaran harus diperhatikan secara serius.

Sedangkan besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat

dapat diketahui dari besarnya koefisien determinasi (R²). Sebagaimana tertera

pada tabel 4.45, besarnya koefisien determinasi (R²) dari hasil perhitungan

SPSS 13.0 for windows diketahui sebesar 0,823 atau 82,3%. Angka ini

memberi arti bahwa variabel bebas (perencanaan, pelaksanaan dan penilaian

pembelajaran) yang dianalisis telah memberikan kontribusi atau pengaruh

sebesar 82,3% terhadap hasil belajar siswa. Sedangkan 17,7% dari hasil belajar

siswa dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.


110

Koefisien korelasi (multiple R) menunjukkan angka 0,809 atau 80,9%.

Hal ini menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara penerapan

Kurikulum 2013 terhadap hasil belajar siswa mempunyai hubungan atau

korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.


BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Pengaruh Antara Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Hasil Belajar Siswa

Dari hasil pengujian hipotesis menyatakan, koefisien determinasi (R²). sebesar

0,823 atau 82,3%, sedangkan koefisien korelasi (multiple R) menunjukkan angka

0.809 atau 80,9%. Dengan hasil Fhitung lebih besar dari Ftabel dan nilai probabilitas

sebesar 0,000 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5% maka keputusan statistik yang

diambil adalah hipotesis kerja (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) di terima.

Dengan demikian dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan

Kurikulum 2013 terhadap hasil belajar siswa.

Hasil hipotesis di atas memberikan gambaran secara empirik bahwa untuk

meningkatkan hasil belajar siswa, penerapan Kurikulum 2013 yang mencakup

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran

harus diperhatikan secara serius terutama bagi siswa yang belum terbiasa melakukan

kegiatan pembelajaran dengan penerapan Kurikulum 2013. Hal ini sangat penting

karena dalam penerapannya, Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik yang

pada penerapannya memuat 5 M (mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasikan). Pendekatan

tersebut sangat penting karena memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa

dalam proses pembelajaran.

Hal tersebut diperkuat oleh buku yang ditulis Hosnan (2014), yang

menjelaskan bahwa dalam pendekatan saintifik, proses pembelajaran yang dirancang

sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau

111
112

prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati bentuk, mengidentifikasi atau

menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan

dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.1 Dalam teori

lain juga dijelaskan bahwa kurikulum memiliki lima pengertian yaitu kurikulum

sebagai suatu program kegiatan yang terencana, hasil belajar yang diharapkan,

reproduksi cultural, kumpulan tugas dan konsep diskrit, agenda rekonstruksi sosial,

dan sebagai currere.2

Dari penjelasan tersebut, maka disimpulkan bahwa dengan pendekatan

saintifik, siswa mampu memiliki kemampuan sikap, keterampilan dan pengetahuan

yang kuat dan mantap. Jika semua berjalan sesuai dengan ketentuan, maka hasil belajar

siswa juga akan semakin baik.

1. Pengaruh Antara Perencanaan Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Siswa

Dari hasil pengujian hipotesis minor pertama yang menyatakan, bahwa

koefisien korelasi rxy untuk variabel perencanaan pembelajaran dengan hasil belajar

siswa (X1 dengan Y) sebesar 0,632 yang berarti antara variabel perencanaan

pembelajaran dengan hasil belajar siswa terdapat hubungan atau korelasi yang

cukup kuat atau cukup tinggi. Kemudian untuk koefisien korelasi parsial ( r2

partial) diketahui sebesar 0,549 atau 54,9% yang menunjukkan bahwa variabel

1
Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 2014, hlm. 34.
2
Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm. 5.
113

perencanaan pembelajaran memberikan kontribusi sebesar 54,9% terhadap variabel

hasil belajar siswa.

Hasil hipotesis tersebut diperkuat oleh penelitian Wijayanti (2009) yang

menjelaskan bahwa hasil belajar siswa yang diperoleh tidak terlepas dari peran guru

dalam proses pembelajaran. Jika guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan

tepat siswa pun akan termotivasi juga untuk belajar sehingga memperoleh hasil

belajar yang maksimal. Penyusunan RPP harus dirancang dengan berpusat pada

peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi,

kemandirian, dan semangat belajar karena dalam RPP juga terdapat perencanaan

penilaian hasil belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.3

Dalam perencanaan pembelajaran, guru juga harus membiasakan siswa

untuk menggunakan buku-buku dan sumber belajar yang lain agar pengetahuan

siswa terhadap materi pelajaran tidak hanya terpaku pada LKS yang sudah 112

ditentukan guru, sehingga pengetahuan siswa terhadap materi-materi pelajaran juga

semakin luas.

Dari penjelasan di atas, maka disimpulkan bahwa perencanaan

pembelajaran di samping berpengaruh terhadap proses kegiatan pembelajaran di

kelas, juga akan berpengaruh langsung terhadap hasil belajar siswa. Jika guru

mampu menyusun perencanaan pembelajaran dengan baik dan benar, maka dengan

sendirinya hasil belajar siswa akan meningkat pula.

3
Wijayanti, Penerapan Lesson Study Dalam Proses Pembelajaran Ekonomi Kelas XII Program Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) di SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang, Malang, Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Malang.
114

2. Pengaruh Antara Pelaksanaan Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Siswa

Dari hasil pengujian terhadap hipotesis minor kedua yang menyatakan, bahwa

koefisien korelasi rxy untuk variabel pelaksanaan pembelajaran dengan hasil belajar

siswa (X2 dengan Y) sebesar 0,716 yang berarti antara variabel pelaksanaan

pembelajaran dengan hasil belajar siswa terdapat hubungan atau korelasi yang kuat

atau tinggi. Kemudian untuk koefisien korelasi parsial ( r2 partial ) diketahui sebesar

0,386 atau 38,6% yang menunjukkan bahwa variabel pelaksanaan pembelajaran

memberikan kontribusi sebesar 38,6% terhadap variabel hasil belajar siswa.

Hasil hipotesis tersebut diperkuat oleh buku yang ditulis Hamalik (1994) yang

menjelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari

perencanaan yaitu RPP. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus mampu

mengkondisikan kelas sebaik mungkin sehingga tercipta suasana pembelajaran yang

nyaman dan menyenangkan. Jika pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik dan

sesuai dengan perencanaan maka akan memupuk kerja sama yang harmonis antara

siswa dan guru.4

Hamalik juga mengemukakan bahwa siswa memberikan respon dan

berperilaku baik jika guru bersifat menunjang dan membantu selama berlangsungnya

pembelajaran. Motivasi siswa dipengaruhi secara positif oleh guru yang bersemangat

dan antusias terhadap isi/materi yang diajarkannya. Guru juga perlu memberikan

umpan balik yang positif sepanjang berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Untuk

itu, guru perlu menciptakan suasana lingkungan kelas yang menyenangkan dan

4
Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung, Bumi Aksara, 1994, hlm. 87.
115

menunjang sehingga membangkitkan motivasi siswa untuk mencapai hasil belajar

yang positif.

3. Pengaruh Antara Penilaian Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Siswa

Dari hasil pengujian terhadap hipotesis minor ketiga yang menyatakan,

koefisien korelasi rxy untuk variabel penilaian pembelajaran dengan hasil belajar siswa

(X3 dengan Y) sebesar 0,803 yang berarti antara variabel penilaian pembelajaran

dengan hasil belajar siswa terdapat hubungan atau korelasi yang kuat atau tinggi.

Kemudian untuk koefisien korelasi parsial ( r2 partial ) diketahui sebesar 0,636 atau

63,6% yang menunjukkan bahwa variabel penilaian pembelajaran memberikan

kontribusi sebesar 63,6% terhadap variabel hasil belajar siswa.

Hasil hipotesis tersebut sejalan dengan apa yang dituliskan dalam

Permendikbud No. 104 Tahun 2014 yang menjelaskan bahwa penilaian merupakan

proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil

belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan untuk memantau

proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara

berkesinambungan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki peran antara lain

untuk membantu peserta didik mengetahui capaian pembelajaran.5

Berdasarkan penilaian hasil belajar oleh pendidik, pendidik dan peserta didik

dapat memperoleh informasi tentang kelemahan dan kekuatan pembelajaran dan

belajar. Dengan mengetahui kelemahan dan kekuatannya, pendidik dan peserta didik

5
Permendikbud Nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. hlm. 2.
116

memiliki arah yang jelas mengenai apa yang harus diperbaiki dan dapat melakukan

refleksi mengenai apa yang dilakukannya dalam pembelajaran dan belajar. Selain itu

bagi peserta didik memungkinkan melakukan proses transfer cara belajar tadi untuk

mengatasi kelemahannya (transfer of learning).

Sedangkan bagi guru, hasil penilaian hasil belajar oleh pendidik merupakan

alat untuk mewujudkan akuntabilitas profesionalnya, dan dapat juga digunakan

sebagai dasar dan arah pengembangan pembelajaran remedial atau program pengayaan

bagi peserta didik yang membutuhkan, serta memperbaiki rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dan proses pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Dari penjelasan di atas, maka disimpulkan bahwa penilaian pembelajaran

memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap hasil belajar siswa. Jika guru bisa

memberikan penilaian pembelajaran yang sesuai dengan prosedur yang telah

ditentukan, maka hasil belajar siswa juga akan semakin baik.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Kurikulum 2013 terhadap

Hasil Belajar Siswa

1. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan

pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan

penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan


117

skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan dengan

pendekatan pembelajaran yang digunakan.6

Di dalam penelitian ini diperoleh hasil untuk kategori baik adalah

responden yang mempunyai nilai diatas 44,28 kategori cukup baik dengan nilai

antara 33-44, dan kategori tidak baik dengan nilai dibawah 33,76. Dengan

demikian responden yang menilai perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh

guru dalam kategori cukup baik sejumlah 31 orang atau sebesar (62%) dan dalam

kategori tidak baik sejumlah 7 orang atau sebesar (14%), sehingga dapat

disimpulkan bahwa siswa kelas X Jurusan IPS menilai guru Sosiologi memiliki

perencanaan pembelajaran dalam kategori cukup baik.

Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa betapa pentingnya seorang guru

dalam menyusun rencana pembelajaran yang matang guna menghadapi kesiapan

guru dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di kelas. Karena baik-

buruknya perencanaan pembelajaran yang disusun oleh guru nantinya akan

berpengaruh terhadap penggunaan metode & strategi pembelajaran, alat & sumber

belajar, media pembelajaran dan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yang

akan diterapkan di kelas. Jika seorang guru mampu menyusun perencanaan

pembelajaran yang sesuai dengan prosedur yang jelas, maka akan menghasilkan

sistem pembelajaran yang lebih sistematis dan efektif kepada siswa.

6
Permendikbud No. 65 Tahun 2013, op.cit, hlm. 5.
118

Sebagaimana yang dikutip dari Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang

Pembelajaran pada Pendidikan dasar dan Menengah yang ada pada bagian Bab II,

dijelaskan bahwa setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban

menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup

bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran diimplementasikan dalam penyusunan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP dikembangkan dari silabus untuk

mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai

Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban

menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup

bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan

KD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.7

Di dalam penelitian ini diperoleh hasil untuk kategori baik adalah

responden yang mempunyai nilai diatas 47,8 kategori cukup baik dengan nilai

7
Permendikbud No. 65, op.cit, hlm. 6.
119

antara 37-47, dan kategori tidak baik dengan nilai dibawah 37,83. Dengan

demikian responden yang menilai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh

guru dalam kategori cukup baik sejumlah 38 orang atau sebesar (76%) dan dalam

kategori tidak baik sejumlah 4 orang atau sebesar (8%), sehingga dapat

disimpulkan bahwa siswa kelas X Jurusan IPS menilai guru Sosiologi memiliki

pelaksanaan pembelajaran dalam kategori cukup baik.

Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk bisa melaksanakan

kegiatan pembelajaran dengan efektif, maka perlu adanya kesinambungan antara

pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan rencana pembelajaran yang telah

disusun. Dan yang lebih penting dalam pelaksanaan pembelajaran dengan sistem

Kurikulum 2013, guru harus menggunakan pendekatan saintifik 5M (mengamati,

menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengkomunikasikan)

sebagaimana yang tertuang dalam Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang

Pembelajaran pada Pendidikan dasar dan Menengah. Jika guru melaksanakan

pendekatan ini dengan baik, maka akan menghasilkan sistem pembelajaran yang

lebih berkualitas.

3. Penilaian Pembelajaran

Penilaian pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan untuk

memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar

peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga

menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.8

8
Trianto, op.cit, hlm.252.
120

Di dalam penelitian ini diperoleh hasil untuk kategori baik adalah

responden yang mempunyai nilai diatas 34,3 kategori cukup baik dengan nilai

antara 27-34, dan kategori tidak baik dengan nilai dibawah 27,2. Dengan demikian

responden yang menilai penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam

kategori cukup baik sejumlah 31 orang atau sebesar (62%) dan dalam kategori

tidak baik sejumlah 9 orang atau sebesar (18%), sehingga dapat disimpulkan

bahwa siswa kelas X Jurusan IPS menilai guru Sosiologi memiliki penilaian

pembelajaran dalam kategori cukup baik.

Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa penilaian pembelajaran yang

dilakukan oleh guru memiliki tujuan yang sangat penting untuk mengukur

kapasitas kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran yang dalam hal ini

meliputi 3 aspek yakni pengetahuan, keterampilan dan sikap. Namun yang perlu

diperhatikan disini adalah cara guru dalam membuat instrumen penilaian yang

disusun melalui RPP, apakah sesuai dengan tuntutan Kompetensi Dasar atau tidak.

Karena dalam pembuatan instrumen penilaian harus ada kesinambungan dengan

Kompetensi Dasar yang dibahas dan setiap Kompetensi Dasar instrumen

penilaiannya berbeda-beda.

Hal ini sebagaimana yang dikutip dalam Permendikbud No. 104 Tahun

2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan

Menengah yang menjelaskan bahwa hasil penilaian hasil belajar oleh pendidik

merupakan alat untuk mewujudkan akuntabilitas profesionalnya, dan dapat juga

digunakan sebagai dasar dan arah pengembangan pembelajaran remedial atau

program pengayaan bagi peserta didik yang membutuhkan, serta memperbaiki


121

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan proses pembelajaran pada

pertemuan berikutnya.

Dalam konteks pendidikan berdasarkan standar (standard-based

education), kurikulum berdasarkan kompetensi (competency-based curriculum),

dan pendekatan belajar tuntas (mastery learning) penilaian proses dan hasil belajar

merupakan parameter tingkat pencapaian kompetensi minimal. Untuk itu, berbagai

pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran perlu dikembangkan

untuk memfasilitasi peserta didik agar mudah dalam belajar dan mencapai

keberhasilan belajar secara optimal.

Kurikulum 2013 mempersyaratkan penggunaan penilaian autentik

(authentic assesment). Secara paradigmatik penilaian autentik memerlukan

perwujudan pembelajaran autentik (authentic instruction) dan belajar autentik

(authentic learning). Hal ini diyakini bahwa penilaian autentik lebih mampu

memberikan informasi kemampuan peserta didik secara holistik dan valid.9

9
Lampiran Permendikbud No. 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada
Pendidikan Dasar dan Menengah
BAB VI

PENUTUP

Pada bagian ini yang merupakan penutup dari penelitian ini terdiri dari 1)

kesimpulan dan 2) saran sebagai berikut.

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat ditarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan Kurikulum 2013 dengan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi kelas X Semester Genap

dengan besarnya koefisien determinasi (R²) dari hasil perhitungan SPSS 13.0 for

windows diketahui sebesar 0,823 atau 82,3%. Angka ini memberi arti bahwa

variabel bebas (perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran) yang

dianalisis telah memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 82,3% terhadap

hasil belajar siswa. Sedangkan 17,7% dari hasil belajar siswa dipengaruhi oleh

variabel lain diluar penelitian ini.

2. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Kurikulum 2013 terhadap

hasil belajar siswa antara lain perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian

pembelajaran dengan hasil penelitian sebagai berikut:

a. Di dalam penelitian perencanaan pembelajaran, diperoleh hasil untuk kategori

baik adalah responden yang mempunyai nilai diatas 44,28 kategori cukup

baik dengan nilai antara 33-44, dan kategori tidak baik dengan nilai dibawah

33,76. Dengan demikian responden yang menilai perencanaan pembelajaran

122
123

yang dilakukan oleh guru dalam kategori cukup baik sejumlah 31 orang atau

sebesar (62%) dan dalam kategori tidak baik sejumlah 7 orang atau sebesar

(14%), sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa kelas X Jurusan IPS menilai

guru Sosiologi memiliki perencanaan pembelajaran dalam kategori cukup

baik.

b. Di dalam penelitian pelaksanaan pembelajaran, diperoleh hasil untuk kategori

baik adalah responden yang mempunyai nilai diatas 47,8 kategori cukup baik

dengan nilai antara 37-47, dan kategori tidak baik dengan nilai dibawah

37,83. Dengan demikian responden yang menilai pelaksanaan pembelajaran

yang dilakukan oleh guru dalam kategori cukup baik sejumlah 38 orang atau

sebesar (76%) dan dalam kategori tidak baik sejumlah 4 orang atau sebesar

(8%), sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa kelas X Jurusan IPS menilai

guru Sosiologi memiliki pelaksanaan pembelajaran dalam kategori cukup

baik.

c. Di dalam penelitian penilaian pembelajaran, diperoleh hasil untuk kategori

baik adalah responden yang mempunyai nilai diatas 34,3 kategori cukup baik

dengan nilai antara 27-34, dan kategori tidak baik dengan nilai dibawah 27,2.

Dengan demikian responden yang menilai penilaian pembelajaran yang

dilakukan oleh guru dalam kategori cukup baik sejumlah 31 orang atau

sebesar (62%) dan dalam kategori tidak baik sejumlah 9 orang atau sebesar

(18%), sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa kelas X Jurusan IPS menilai

guru Sosiologi memiliki penilaian pembelajaran dalam kategori cukup baik.


124

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, beberapa saran yang dapat diajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Kepala Sekolah

Dalam rangka menerapkan sistem Kurikulum 2013 dalam kegiatan belajar

mengajar, maka kepala sekolah diharapkan dapat lebih meningkatkan mutu

pembelajaran serta pembinaan terhadap para guru dan siswa yang pada akhirnya

dapat meningkatkan kualitas sistem pendidikan yang lebih baik.

2. Bagi Guru

Diharapkan setiap guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan sistem

Kurikulum 2013 semaksimal mungkin agar kualitas proses belajar mengajar yang

dilakukan dapat berhasil dengan baik.

3. Bagi Peneliti yang Lain

Diharapkan bagi peneliti lain untuk mengembangkan hasil penelitian ini

dengan mengadakan penelitian lain yang berkaitan dengan penerapan Kurikulum

2013 dengan menambah variabel lain seperti prestasi belajar, motivasi belajar dan

lain-lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini serta dalam ruang lingkup yang lebih

luas.
DAFTAR PUSTAKA

Anindyo Pradipto, 2013 Pro Kontra Kebijakan Kurikulum 2013, airlangga-


edu.com/?page=artikel_detail&&no=19

Buku Panduan MOPDB SMA Negeri 1 Batu Tahun Pelajaran 2014/2015.

Dokumen Kurikulum 2013 SMA Negeri 1 Batu Tahun Pelajaran 2014/2015.

Doni, 2014 Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013,


donipengalaman9.wordpress.com/2014/08/18/pendekatan-saintifik-dalam-
kurikulum-2013

Floberita. 2013. Buku Lengkap Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahannya.


Jakarta: Gradien Mediatama.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM


SPSS19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati. 1995. Teori Ekonometrika. Jakarta: Bina Ilmu.

Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:


Remaja Rosda Karya.

Hamalik. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Bumi Aksara.

Hidayat Jaya Giri, 2012 Kurikulum 2013 dan Latar Belakang Perubahan,
www.hidayatjayagiri.net/2012/12/kurikulum-2013-latar-belakang-perubahan

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad


21. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mudjiono dkk. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nazir. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Republik Indonesia, 2003 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Standar Nasional


Pendidikan Pasal 1 ayat 1, Jakarta. Sekretariat Negara.
Republik Indonesia, 2003 UU nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Jakarta. Sekretariat Negara.

125
Republik Indonesia, 2005 Permendikbud Nomor 69 tahun 2013 tentang
Kompetensi Dasar dan Struktur Kurikulum SMA-MA, Jakarta. Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Republik Indonesia, 2005 PP nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Jakarta. Sekretariat Negara.
Republik Indonesia, 2013 Pedoman Pemberian Bantuan Implementasi Kurikulum
Tahun 2013, Jakarta. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Republik Indonesia, 2013 Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Republik Indonesia, 2014 Permendikbud No. 104 Tahun 2014 tentang Penilaian
Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Rifa Nadia Nurfuadah, 2014 Perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013,
news.okezone.com/read/2014/12/08/65/1076314/perbedaan-ktsp-dan-
kurikulum-2013

Singarimbun. 1989. Metode Penelitian Survey. Yogyakarta: LP3ES.

SMA Negeri 1 Batu, 2014 Daftar Prestasi Tahun 2012-2013,


www.sman1batu.sch.id/2014/02/Prestasi-Tahun-2012-2013.html

Sudjana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suharsimi dkk. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka


Cipta.

Suharyadi dkk. 2009. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta:
Salemba Empat.

Sutrisno dkk. 1998. Metode Penelitian (Pendekatan Penelitian). Jakarta: Rineka


Cipta.

126
Trianto. 2010. Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana.

Wahidmurni dkk. 2010. Evaluasi Pembelajaran: Kompetensi dan Praktik.


Yogyakarta: Nuha Letera.

Wijayanti. Penerapan Lesson Study Dalam Proses Pembelajaran Ekonomi Kelas


XII Program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMA Laboratorium Universitas
Negeri Malang. Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.

127

Anda mungkin juga menyukai