Anda di halaman 1dari 3

Penyakit Menular Seksual dan Infertilitas

IKHTISARI

Infertiltas yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk hamil setelah >12 bulan
hubungan seksual tanpa kondom teratur adalah masalah kesehatan masyarakat yang umum di
selurruh dunia secara global, 9% dari wanita usia repriduktif, termasuk hampir 1,5 juta wanita
di negara Amerika tidak subur. Tingkat kemandulan jauh lebih tinggi perempuan di negara
berkembang, di beberapa wilayah selatan dan tengah asia, sub sahara dan afrika utara, timur
tengah dan eropa timur. Jumlah infertilitas bisa mencapai hingga 30% pada wanita usia
reproduktif. Ketidakmampuan untuk hamil tidak hanya menciptakan beban biaya yang cukup
besar bagi pasien dan sistem perawatan kesehatan tapi juga tekanan psikologis utama bagi
jutaan orang dari pasangan. Dibanyak wilayah di dunia, terutama dikalangan negara
berpenghasilan rendah dan menengah dimana memliki anak biologis sangat dihargai dan
diharapkan bagi beberapa pasangan, tanpa disadari infertiltas dapat menyebabkan suatu celaan,
perampasan ekonomi, isolasi sosial dan hilangnya status, rasa malu dimuka umum dan
diupermalukan, dan dibeberapa kasus juga mengalami kekerasan. Kemandulan wanita
mungkin terjadi karena sejumlah faktor, biasanya dibagi menjadi faktor endokrin, vagina,
seviks, uterus, tuba, dan pelvic peritoneal, dan meskipun perkiraan bervariasi, sekitar 15-30%
dari kasus masih tetap tidak dapat dijelaskan. Penyebab infertilitas ini diperlukan untuk
membantu meringankan faktor-faktor penyebab dan mengurangi beban masyarakat.

Infertilitas faktor tuba berada pada peingkat diantara penyebab paling umum
ketidaksuburan, terhitung 30% perempuan tidak subur di Amerika Serikat, dan bahkan lebih
banyak dikomunitas tertentu. Sepert yang telah disebutkan oleh Disparitas Infertilitas Global,
infertilitas akibat faktor tuba tidak umum terjadi pada wanita di negara berkembang, itu telah
ditunjukan perhitungan bahwa >85% kasus infertilitas wanita didaerah sub sahar afrika,
dibandingkan dengan 33% kasus diseluruh dunia sebagian kasus infertilitas akibat tuba adalah
karena salpingitis, dan perdangan permukaan epitel tuba falopi, dan hingga adanya adesi
dipanggul peritoneal, keduanya paling banyak umumnya disebabkan kekambuhan atau infeksi
persisten. Bakteri naik disepanjang permukaan mukosa dari serviks ke endometrium dan
akhirnya ke tuba fallopi. Jalur kausal ini menghadirkan dirinya secara klinis sebagai penyakit
radanng panggul akut (PRPA), yang pada gilirannya sangat terkait pada infertilitas Akibat
Faktor Tuba (IAFT) beikutnya. Faktanya, kira-kira 15% wanita dengan PRPA
mengembangkan IAFT, dan jumlah episode PRPA yang dialami wanita berbanding lurus
dengan resiko infertilitasnya. Namun, justru mengembangkan salpingitis tanpa gejala atau
sedikit gejala sebagai akibat infeksi saluran genital atas. Hal ini didapat dari memeriksa efek
dari infeksi tersebut, terutama yang terjadi tanpa adanya PRPA yang terbukti secara klinis,
sangat penting untuk memahami IAFT.

Beberapa penyakit menular seksual (PMS), termasuk Chlamydia trachomatis dan


Neisseria gonorrhoeae, telah banyak dipelajari untuk memahami peran mereka dalam
salpingitis dan infertilitas. Selain itu, beberapa patogen lain seperti Mycoplasma genitalium,
Trichomonas vaginalis, dan mikroorganisme lainnya di dalam mikroba vagina, juga dapat
beperan dalam kerusakan tuba dan penyebab ketidaksuburan potensial lainnya. Namun, data
menunjukan bahwa tidak semua infeksi menghasilkan efek janngka panjang yang sama. Peran
patogen PMS yang berbeda, koinfeksi, dan interaksi dengan karakteristik inang, termasuk
mikrobioma vagina masing-masing, semuanya dapat mempengaruhi kemampuan wanita untuk
hamil. Sementara upaya skrining dan pengobatan untuk C trachomatis dan N gonorrhoeae telah
dikembangkan untuk mengurangi kejadian PMS dan selanjutnya IAFT, diperlukan data
tambahann untuk menentukan peran patogen potensial lainnya dan apakah deteksi dini dapat
mencegah kerusakan tuba. Pada artikel ini, kita membahas patogen C trachomatis, N
gonorrhoeae, Mycoplasma genitalium, T vaginalis dan organisme potensial lainnnya yang
dapat mempengaruhi kesuburan wanita, dan kami menangani secara klinis penyaringan dan
mencegah penyebaran infeksi tersebut.

METODE

Kami melakukan pencarian literatur yang komprehensif untuk mengidentifikasi artikel


dengan menggunakan database MEDLINE, Embase, Web of Science, dan CINAHL, selain itu
tambahan referensi dari artikel yang teridentifikasi. Dalam setiap database, kami
menggabungkan istilah infertilitas wanita dengan 4 istilah yang berbeda: “Clamydia
trachomatis,” “Neisseria gonorrhoeae,” “Mycoplasma genitalium,” “dan Trichomonas
vaginalis.” Dalam database MEDLINE, kami memperbaiki pencarian dengan mengecualikan
subjek medis yang tidak terkait dengan infertilitas wanita dan setidaknya 1 dari 4 organisme.
Dalam penccarian Embase, kami menggunakan Emtree untuk mengidentifikasi istilah, dan
menggunakan kedua “infertilitas wanita” dan “oklusi tabung uterus” sebagai istilah pencarian
terfokus untuk digabungkan dengan setiap infeksi. Hasil yang disaring hanya mencakup artikel
yang dipublikasikan dalam bahasa inggris antara tahun 1975 dan April 2016 artikel tambahan
yang relevan diidentifikasi dari bibiliografi dan rekomendasi ahli medis. Dimasukannya artikel
yang digunakan dalam analisis didasarkan pada kualitas studi dan relevansi dengan ulasan ini:
penelitian dikecualikan jika dilakukan dengan sedikit peserta, tidak memiliki kelompok
pembanding, atau merupakan laporan kasus. Studi yang tidak melaporkan data yang cukup
untuk menentukan hubungan dengan infertilitas wanita atau morbiditas reproduksi
dikecualikan karena kurangnya relevansi dengan topik tinjauan.

Anda mungkin juga menyukai