Anda di halaman 1dari 21

I.

PENDAHULUAN

TIU: Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat mengetahui maksud dan
tujuan kuliah Teknologi Bahan I dan mengetahui berbagai macam bahan
teknik.

TIK: Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat :


1) Menyatakan kembali masalah dan tujuan kuliah Teknologi Bahan
2) Menunjukkan daerah pertambangan sebagai sumber bahan.
3) Menyebutkandan menjelaskan berbagai macam bahan teknik.
4) Membedakan penggolongan bahan teknik tersebut.

1.1 Maksud dan Tujuan

Penggunaan bahan tidak terlepas dari beberapa kriteria pemilihan.


Melalui berbagai penelitian, percobaan, dan pengujian, sifat-sifat bahan dapat
diketahui dan ditingkatkan, tetapi tidak mungkin menggunakan suatu bahan
yang hanya memiliki salah satu sifat saja. Seperti halnya dalam rekayasa
permesinan, pemilihan bahan adalah suatu proses penyelesaian masalah yang
memerlukan pengetahuan tersendiri.
Sebagai ahli teknik atau seorang perancang dalam lingkup teknik mesin
harus mengetahui sifat bahan yang umumnya dipakai. Disamping itu ia juga
harus bisa memilih bahan yang paling sesuai untuk suatu kebutuhan khusus.
Hal itu berarti bahwa selain aspek teknologi juga harus mempertimbangkan
aspek yang lain, misalnya aspek ekonomi sehingga tidak boros.
Mata kuliah ini akan memberikan pengetahuan dasar Teknologi Bahan
dalam ruang lingkup teknik mesin, mulai dari pengolahan bahan baku hingga
menjadi produk jadi maupun setengah jadi dan mengenal sifat-sifat serta
penggunaanya yang cocok.

1
1.2 Pertambangan di Indonesia

Negara tercinta Indonesia ini, kaya akan bahan galian atau mineral,
disebut juga bahan tambang. Perkembangan sektor pertambangan di
Indonesia, di luar industri minyak memberikan harapan yang cukup baik.
Namun perlu pengelolaan yang bijak agar tidak merusak lingkungan.
Beberapa tambang yang dimilki Indonesia antara lain:

Aspal Alam

Aspal alam berbeda dari aspal turunan minyak bumi (aspal minyak).
Batuan beraspal langsung diperoleh dari dalam tanah, disebut aspal alam
ditambang di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara sejak sebelum Perang Dunia II,
ditemukan tahun 1926 oleh seorang geolog Belanda bernama Hetzel. Semua
terletak pada jalur bersesar yang terbentang dari Teluk Lawele di timur laut
hingga Teluk Sampolawa di barat daya. Tambang ini diusahakan selain PT
Perusahaan Aspal Negara, kemudian BUMN PT Sarana Karya dan
selanjutnya beberapa perusahaan swata.
Aspal Buton dapat diolah menjadi aspal cair sehingga memiliki kualitas
seperti aspal minyak. Jika diolah menjadi aspal butiran, kualitasnya masih
rendah, sehingga hanya digunakan untuk jalan kelas rendah. Cadangan aspal
di pulau Buton diperkirakan sekitar 650 juta ton, apabila ditambang 1 juta ton
tiap tahun, maka akan habis dalam waktu 650 tahun.

Batubara

Batu bara adalah batu yang dapat terbakar, merupakan bahan bakar
fosil, terbentuk dari endapan. Batuan organik yang terdiri dari unsur utama,
yaitu karbon, hidrogen dan oksigen, serta unsur yang lain, misalnya sulfur.
Batu bara terbentuk dari tumbuhan yang telah berubah oleh pengaruh
kombinasi dari tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga membentuk

2
lapisan batuan. Batu bara yang berumur tua akan menjadi antrasit, atau kokas
alam.
Tambang batubara yang sudah lama bekerja, yaitu di Ombilin Sumatera
Barat dan di Bukit Asam Sumatera Selatan. Sekarang telah bermunculan
tambang batu bara di daerah Kalimantan Timur. Namun produksinya
diekspor, belum diolah menjadi kokas, gas dan ter atau produk-produk
turunannya.

Bauksit

Bauksit (bauxite) merupakan bahan baku logam aluminium dan paduannya.


Endapan bauksit di daerah Bintan Provinsi Kepulauan Riau awalnya
ditemukan tahun 1924 Belanda, diusahakan oleh NV Nederlansch Indische
Bauxiet Exploitatie Maatschapij (NV NIBEM). Selama penjajahan Jepang
melalui perusahaan Furukawa Co Ltd, dan dalam pemerintahan Republik
Indonesia sekarang ini dilakukan oleh PT. Aneka Tambang (Persero). Bahan
bauksit berasal dari pelapukan batuan granit bersifat laterit, sienit kuarsa
dengan kadar kuarsa rendah, batuan vulkanik yang bersifat riolit dan juga filit
(Al2O3 SiO2). Di Provinsi Bangka-Belitung juga terdapat tambang bauksit
yang diusahakan oleh perusahaan swasta.

Emas dan Perak

Emas adalah logam mulia warnanya kuning mencorong, sebagian besar


digunakan untuk perhiasan dan harganya mahal. Di Indonesia emas dan perak
dihasilkan oleh PT. (Persero) Aneka Tambang dari tambangnya di Banten
Selatan, Provinsi Banten. Emas diperoleh juga dari pengolahan bijih tembaga
yang ditambang di Irian Jaya. PT Freeport Indonesia (PTFI) menambang bijih
tembaga, yang mengandung emas dalam jumlah besar. Cadangan emas ini
mula-mula diperoleh dari laporan seorang geolog Belanda, Jean Jacques
Dozy pada 1936. PT Newmont Minahasa Raya juga beroperasi menambang

3
emas di daerah Minahasa Provinsi Sulawesi Utara, dan di Sumbawa Provinsi
Nusa Tenggara Barat oleh PT Newmont Nusa Tenggara. Penambangan emas
di berbagai daerah dilakukan oleh masyarakat setempat secara tradisional
dengan cara sederhana, antara lain di Sungai Tahi Ite, Kecamatan Mataosu,
Kabupaten Bombana, sekitar 230 km Selatan Kota Kendari, Provinsi
Sulawesi Tenggara.

Manggan

Produksi manggan Indonesia hanya kecil, terdapat dalam batu gamping


di dalam maupun di atas bahan volkanik yang terdiri dari breksi dan tufa
andesit. Produksi manggan Indonesia berasal dari pelapukan batuan ultrabasa
seperti peridotit dan serpentit dan di Sulawesi juga dari endapan sejenis
molasa yang tersusun dari rombakan batuan ultrabasa.

Nikel

Bijih nikel mula-mula ditemukan tahun 1901 oleh seorang Belanda


bernama Kruyt pada saat meneliti bijih besi di pegunungan Verbeek,
Sulawesi. Bijih nikel (saprolit) ditemukan tahun 1909 di Kecamatan Pomalaa,
Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) oleh EC Abendanon,
geolog asal Belanda. Eksplorasinya baru dilaksanakan pada tahun 1934 oleh
Oost Borneo Maatschappij (OBM) dan Bone Tole Maatschappij.
Saat ini bijih nikel di daerah Pomalaa ditambang oleh perusahaan
swasta PT International Nickel Indonesia (INCO) dan BUMN PT. Aneka
Tambang (Persero), di Pulau Gebe, Provinsi Maluku Utara oleh PT. INCO.

Pasir Besi

Pasir besi sekitar tahun 1975 dihasilkan oleh PT. (Persero) Aneka
Tambang dari penggaliannya di dua tempat pantai selatan Jawa yaitu Cilacap

4
Provinsi Jawa Tengah dan Pelabuhan Ratu Provinsi Jawa Barat. Sekarang
sudah tidak beroperasi.

Bijih Tembaga

Batu Hijau merupakan mineral tembaga ditemukan pada tahun 1990 di


Kabupaten Sumbawa Barat. PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) mulai
produsi secara komersial tahun 2000, konstruksi proyek dimulai awal tahun
1997. Produksi bijih tembaga juga dikelola oleh PT Freeport Indonesia
(PTFI), mengelola tambang Grasberg yang merupakan Gunung Emas di
Timika, Papua.

Bijih Timah

Kasiterit adalah bijih timah oksida (SnO2) yang paling banyak diolah,
selain itu ada bijih stanit (Cu2FeSnS4). Bijih timah adalah salah satu
komoditas mineral tertua yang ditambang di Indonesia. Bijih itu ditambang di
beberapa pulau dan laut di dekat: Bangka, Belitung, Singkep, Karimun-
Kundur dan di daerah Bangkinang di daratan Sumatera. Penambangnya
adalah PT.Timah (Persero) Tbk , dan beberapa perusahaan swasta lainnya.

5
1.3 Pembagian Bahan Teknik

Bahan Teknik

Logam Bukan Logam

Logam Besi Bukan Besi Bahan Sintetis Bahan Alami


(Plastik) Olahan

Besi Tempa
Thermo Plastik Selulose
Baja Karbon
Thermo Setting Keramik
Besi Cor

Elastomer Pelumas dll.

Logam Berat Logam Ringan Logam Refraktori Logam Mulia

- Wolfram - Emas
Logam Murni Logam Murni - Molibden - Perak
- Cobalt - Platina
Fe, Cu, Ni, Pb Al, Zn, Mg, Ti

Logam Paduan Logam Paduan

- Perunggu - Duraluminium
- Kuningan - Silumin
- Baja tahan karat - Babbit
- dan lain-lain - dan lain-lain

Gambar 1.1 Bagan Pembagian Bahan Teknik


6
1.4 Ringkasan

Pemilihan bahan untuk rekayasa, harus mengetahui sifat-sifat bahan


yang sesuai dengan penggunaannya dan tidak boros. Selain minyak dan gas
Indonesia kaya akan bahan tambang, misalnya : aspal alam, batu bara,
bauksit, emas dan perak, nikel, pasir besi, tembaga dan timah.
Bahan teknik digolongkan dalam kelompok besar, yaitu : logam dan
bukan logam. Logam dikelompokkan lagi berdasarkan logam besi dan bukan
besi, logam berat dan logam ringan, logam murni dan logam paduan, logam-
logam tahan panas (refractory). Bukan logam meliputi, bahan sintetis
(plastik) dan bahan alami olahan.

1.5 Contoh Soal/Pertanyaan


 Jelaskan apa yang anda peroleh dengan mempelajari Teknologi Bahan?

Jawaban
Dengan mempelajari Teknologi Bahan akan memperoleh pengetahuan
dasar tentang teknologi bahan, mulai dari pengolahan bahan baku atau bijih
hingga menjadi barang jadi maupun setengah jadi dan mengenal sifat-sifat
kelemahan dan keunggulan, perlakuan bahan dan penggunaannya dalam
rekayasa permesinan khususnya. Dengan demikian pemilihan bahan
disesuaikan dengan sifat bahan dan penggunaannya sehingga konstruksi aman
dan tidak boros. Kegagalan konstruksi bisa terjadi akibat pemilihan bahan
yang tidak tepat.

1.6 Soal/Pertanyaan

1) Sebutkan macam-macam bahan tambang yang dimiliki Indonesia dan


tunjukkan dimana lokasinya masing-masing.
2) Jelaskan penggolongan material berdasarkan: logam dan non logam, fero
dan non fero, logam murni dan paduan, logam berat dan ringan

7
II. BIJIH-BIJIH

TIU: Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat mengetahui berbagai


macam bijih sebagai asal logam, pengerjaan awal dan proses metalurgi.

TIK: Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat:


1) Menyebutkan dan memberi contoh penggolongan bijih.
2) Menjelaskan cara-cara pengerjaan awal bijih
3) Menjelaskan proses Pirometalurgi dan Hidrometalurgi

2.1 Pengerjaan Awal Bijih

Bijih secara umum adalah bahan yang diperoleh dari hasil penambangan
yang biasanya masih berbentuk butiran-butiran atau gumpalan-gumpalan.
Bijih merupakan bakalan (bahan dasar) logam, sehingga masih diperlukan
proses pengolahan yang panjang.
Bijih logam yang diperoleh dari penambangan biasanya masih
bercampur dengan bahan ikutan (tailing). Prosentase berat dari unsur-unsur
yang terkandung didalam bijih ini bergantung pada kedalaman lapisan tanah
dari mana bijih tersebut diperoleh.
Logam yang terdapat pada bijih biasannya masih dalam keadaan terikat
dengan unsur-unsur lain, membentuk senyawa, yaitu : (1) oksida, contohnya :
Fe, Mn, Cr, Sn, (2) karbonat, contohnya : Zn, Cu, Fe, (3) sulfida contohnya :
Pb, Zn, Cu. Sebelum diproses lebih lanjut (proses metalurgi) dilakukan
terhadap bijih, maka terlebih dahulu bijih tersebut mengalami pengerjaan
awal, antara lain dengan cara pemecahan, pengayakan, pencucian dan
pemilihan. Jika bijih berupa pasir ada kalanya dilakukan penggumpalan
(dijadikan briket).

8
2.1.1 Pemecahan bijih

Bijih-bijih yang diperoleh dari penambangan biasanya mempunyai


ukuran melintang 1200 – 1500 mm. Dalam proses metalurgi ada kalanya
dibutuhkan ukuran bijih-bijih yang cukup halus, kadang sampai 0,1 mm,
sehingga bijih yang diperoleh dari penambangan tersebut harus diperkecil
atau dipecah terlebih dahulu.
Berdasarkan ukuran bongkahan yang masuk (feed) dan ukuran produk
dari pemecahan, maka proses pemecahan ini ditunjukkan pada Tabel 1
berikut :

Tabel 2.1 Proses Pemecahan Bijih


Pengerjaan Ukuran masukan Ukuran produk
(mm) (mm)
Pemecahan awal 1500 – 300 300 – 100
Pemecahan kedua 300 – 100 50 – 10
Pemecahan halus 50 – 1 10 – 2
Penggerindaan 10 0,05

Berikut ini ditunjukkan beberapa Gambar mesin pemecah batu atau


bijih yang banyak digunakan.

9
Gambar 2.1 Pemecah Rahang (Jaw Crusher)

Gambar 2.2 Pemecah Kerucut (Gyratory Crusher)

10
Gambar 2.3 Pemecah Palu (Beater Mill)

Gambar 2.4 Pemecah Bola (Ball Mill)

11
2.1.2 Pengayakan (Sizing)
Bijih yang dipecah kemudian dipisah-pisahkan menurut ukuran butiran,
proses pemisahan ini dinamakan pengayakan atau sizing. Pengayakan ini
perlu dilakukan agar jangan sampai terjadi pemecahan bijih yang terlalu kecil,
lebih kecil dari ukuran yang diperlukan.
Berikut ini diberikan gaftar (flowchart) proses pemecahan dan
pengayakan bijih sampai diperoleh ukuran bijih yang diinginkan.

Bijih

-150mm +150mm

- Pemecah
- Ayakan kisi-kisi

-30mm +30mm

- Penghancur I
- Ayakan getar

- 5mm +5mm

- Penghancur II
- Ayakan getar

Penggerindaan

Klasifikasi

Debu (- 0,15 mm) Pasir (+ 0,15mm)

Gambar 2.5 Gaftar Pemecahan dan Pengayakan

12
Pengayakan biasanya dilakukan dengan menggunakan ayakan berupa
batang-batang besi yang terbentuk kisi-kisi (bar screen), berupa jejaring atau
anyaman kawat (vibrating screen, dan ayakan yang berupa silinder, yaitu
(revolving/cylinder screen).

13
14
Gambar 2.6 Ayakan Getar (Vibrating Screen)

Gambar 2.7 Ayakan Tromol Bertingkat (Cylinder Screen).

2.1.3 Pencucian bijih

Bila bijih telah dipecah sebesar tinju, dengan penampang ± 60 mm


banyak mengandung pasir dan tanah liat, maka bijih tersebut terlebih dahulu
dicuci dengan menggunakan air. Pencucian dilakukan dengan mencelupkan
bijih yang telah dimasukkan saringan (semacam keranjang) ke dalam saluran
air yang mengalir deras, sambil menaik turunkan keranjang maka pasir, tanah
liat dan lumpur yang melekat pada bijih dapat larut terbawa oleh air yang
mengalir.

15
Gambar 2.8 Pencuci Penggetar Jig

Pencucian bijih dapat juga dilaksanakan dalam mesin penggetar jig


yang terdiri atas dua buah silinder berisi air yang berhubungan satu sama lain.
Di dalam silinder yang satu terdapat pelat saringan, diatasnya diletakkan bijih
yang akan dibersihkan. Sedangkan silinder yang lain terdapat torak yang
dapat bergerak naik-turun mengocok air sehingga kotoran-kotoran terlepas
dari bijih.

2.1.4 Pembenahan bijih

Pembenahan bijih (ores dressing) dimaksudkan adalah pemrosesan bijih


dengan tidak merubah sifat-sifat kimia atau fisik dari bijih-bijih tersebut.
Tujuannya adalah untuk memisahkan bijih dari bahan-bahan ikutan (tailing),
sehingga akan diperoleh bijih dengan prosentase atau kadar logam yang lebih
tinggi (concentrate) yang siap diproses secara metalurgi.
Pembenahan bijih sangat penting dalam proses metalurgi karena
dengan proses ini dapat mengurangi biaya, dan menyederhanakan pengerjaan
lebih lanjut. Dibawah ini diberikan cara-cara yang biasa digunakan untuk
pemisahan bijih yang berkadar tinggi dari bahan ikutan:
1) Bijih yang berharga dipilih/disortir antara lain berdasarkan warna
dan bentuk bijihnya. Pemilihan ini biasanya dilakukan pada permukaan
yang datar atau pada konveyor sortir.
2) Pemisahan berdasarkan perbedaan kekerasan/kerapuhan bijih-bijih.
3) Pemisahan berdasarkan sifat gesekan bijih-bijih. Dalam hal ini bijih-
bijih diluncurkan pada bidang miring, sehingga bahan-bahan yang
koefisien geseknya lebih rendah akan meluncur lebih cepat.
4) Pemisahan secara elektrostatik, yaitu pemisahan bijih berdasarkan
konduktivitas listriknya, kapasitas dan sifat-sifat kelistrikannya.

16
5) Pemisahan secara magnetis, bahan tambang dipisahkan berdasarkan
perbedaan sifat magnetiknya, ditunjukkan dalam Gambar 2.9

kadar besi nihil sedikit kadar besi tinggi

Gambar 2.9 Pemisah Magnetik Tipe Tromol

6) Pemisahan berdasarkan gravitasi, bijih dibedakan berdasarkan


kecepatan tenggelam atau jatuhnya bijih tersebut dalam suatu cairan atau
udara.
7) Pemisahan dengan menggunakan suatu medium cairan, dalam hal
ini akan terdapat bijih yang mengapung dan yang tenggelam tergantung
pada masa jenis bijih dan masa jenis medium yang digunakan. Medium
yang biasa digunakan antara lain adalah berupa cairan organik atau
larutan-larutan.
8) Flotasi atau pengapungan, bijih yang sudah berbentuk bubuk dengan
bantuan peniupan udara terhadap bijih tersebut.

2.1.5 Pemanggangan

Tujuannya adalah untuk mengurangi berat bijih dengan menghilangkan


unsur-unsur yang mudah menguap dan menjadi gas, misalnya air dan sulfur.

17
Dengan cara ini beratnya susut 30% sehingga biaya pengangkutan dapat
berkurang.

Gambar 2.10 Dapur Pemanggang

Pemanggangan dilakukan di dalam sebuah sebuah dapur pemanggang,


ditunjukkan dalam Gambar 2.10. Bijih-bijih dipanaskan tetapi tidak sampai
lebur, hal ini dilakukan dengan jalan memasukkan atau menghembuskan
udara panas yang berlebihan melalui lubang-lubang udara. Air yang
terkandung dalam bijih akan cepat menjadi uap dan jika bijih banyak
mengandung belerang maka akan segera bereaksi menjadi gas SO 2 yang
ditampung.

2.2 Proses Metalurgi

Proses metalurgi dimaksudkan adalah proses pemisahan, pemurnian


atau pengambilan logam dari bijihnya. Proses pemisahan ini secara umum

18
dibagi atas dua golongan, yaitu : (1) pirometalurgi (pyrometallurgy), dan (2)
hidrometalurgi (hydrometallurgy).

2.2.1 Pirometalurgi

Pada proses pirometalurgi, pemisahan logam dilakukan dengan cara


menaikkan temperature bijih. Proses dasar dari pirometalurgi ini adalah
pemanggangan, peleburan, dan destilasi (proses panas).
Pada peleburan, bijih dipanaskan sampai temperature tertentu sehingga
cukup untuk mencairkan logam yang dikehendaki dari bijih-bijih tersebut.
Dengan demikian bahan yang sudah melebur tersebut akan terpisah dengan
sendirinya dengan bahan lainnya, hal ini dimungkinkan oleh perbedaan berat
jenis dari bahan-bahan yang terdapat dalam bijih. Dalam proses peleburan
akan terjadi reduksi maupun oksidasi, bergantung pada jenis bijih yang
diolah. Misalnya untuk bijih-bijih yang bersifat oksida (Fe, Mn, Cr, Sn)
dipisahkan dengan cara reduksi, dan untuk bijih yang bersifat karbonat dan
sulfida (Zn,Cu, Fe) dilakukan dengan cara oksidasi kemudian diikuti reduksi.
Pada proses pemanggangan, temperaturnya tidak sampai meleburkan
logam yang dipanggang. Pemanggangan bertujuan untuk mempersiapkan
bijih sebelum dikerjakan lebih lanjut, misalnya untuk menghilangkan gas dan
kelembaban. Dalam proses pemanggangan dapat terjadi reduksi, oksidasi,
klorisasi, sulfatisasi dan lain-lain.
Keadaan bijih diantara temperature pemanggangan dan temperature
peleburan disebut sintering. Dalam hal ini permukaan bijih sudah mencair,
jika didinginkan kembali bagian yang sudah mencair akan memadat dan
bersatu dengan partikel-partikel lain yang belum cair. Tujuan sintering ini
adalah untuk merubah bijih yang dipecah terlalu kecil atau halus menjadi
gumpalan yang lebih besar.
Pada destilasi, bijih dilebur hingga logam atau senyawanya dijadikan
gas dan terpisah dari logam yang sukar terbentuk gas yang terdapat pada

19
bijih tersebut. Gas logam kemudian didinginkan hingga terjadi pengembunan,
sehingga didapat cairan logam dan dibiarkan membeku hingga mendingin.

2.2.2 Hidrometalurgi

Prinsip dasar hidrometalurgi adalah pelarutan bijih atau pelindian


(leaching) menggunakan asam atau basa yang sesuai dengan jenis logam
yang terdapat pada bijih yang dikerjakan. Hasil larutan logam yang didapat
tersebut dipisahkan dengan cara elektrolisis atau dengan cara pengendapan.
Proses pemisahan seperti ini biasa diakukan untuk logam-logam ringan,
misalnya : Al, Mg, Na, K, Ca.

2.3 Ringkasan

Bijih adalah hasil tambang yang merupakan bakalan logam, masih


berupa senyawa misalnya senyawa oksida, senyawa sulfida dan senyawa
karbonat. Sebelum dilakukan proses metalurgi, bijih mengalami proses
pendahuluan, yaitu dipecah-pecah atau dijadikan briket (jika bijihnya halus),
diayak, dicuci, dipilih-pilih dan dipanggang. Proses metalurgi adalah proses
pengambilan atau pemurnian logam dari bijihnya, yaitu pirometalurgi disebut
proses panas/kering dan hidrometalurgi adalah proses basah.
2.4 Contoh Soal/Pertanyan

 Apa yang anda ketahui tentang “bijih” jelaskan!

Jawaban:
Bijih adalah suatu bahan pelikan atau mineral yang diperoleh dari
penambangan yang merupakan bakalan/calon logam. Apabila diproses lebih
lanjut maka diperoleh logam yang diinginkan. Bijih biasanya berbentuk
senyawa dan bercampur dengan unsur pengotor atau ikutan (tailing).
Senyawa bijih dapat berupa:
- oksida contohnnya Fe2O3,MnO

20
- sulfida contohnya PbS, ZnS
- karbonat contohnya FeCO3, CuCO3

2.5. Soal-soal/Pertanyaan

1) Apa yang anda ketahui tentang “logam”. Jelaskan !


2) Jelaskan proses pengerjaan awal bijih sebelum dilakukan proses
metalurgi!
3) Mengapa proses pemanggangan bijih lebih menguntungkan dilakukan
dilokasi penambangan dari pada dilakukan di dalam pabrik metalurgi
4) Apabila bijih berupa serbuk dan akan dijadikan briket maka serbuk
tersebut harus dipadatkan dan dilakukan sintering. Apa yang
dimaksudkan dengan sintering tersebut?
5) Apa yang dimaksud dengan proses Pirometalurgi dan Hidrometalurgi.
Bagaimana keunggulan dan kelemahannya masing-masing?

21

Anda mungkin juga menyukai