Anda di halaman 1dari 2

HASIL PENGAMATAN

Bilangan Peroksida

Sampel : Minyak Baru = 5 gram, Volume = 1 ml

Minyak bekas = 5 gram, Volume = 1,7 ml

Blangko = 30 ml, Volume = 0 ml

N Na2SO2O3 = 0,1 N

- Minyak Baru
Bilangan Peroksida = 1 ml x 0,1 N x 8 x 100
5 gram
= 16 mg / 100 g

- Minyak Bekas
Bilangan Peroksida = 1,7 ml x 0,1 N x 8 x 100
5 gram
= 27,2 mg/100 g

- Blangko
Bilangan Peroksida = 0 ml x 0,1 N x 8 x 100
5 gram
=0

PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan penentuan mutu minyak goring baru, minyak goring
bekas dan blangko secara kuantitatif yaitu dengan menentukan bilangan peroksidanya.
Bilangan peroksida di definikan sebagai jumlah meq peroksida dalam setiap 1000 g ( 1
kg) minyak atau lemak. Bilangan peroksida menunjukan derajat kerusakan pada minyak
atau lemak. Asam lemak tak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya
membentuk peroksida dan selanjutnya terbentuk senyawa aldehid, senyawa lakton,
maupun senyawa akrolein. Hal inilah yang menyebabkan baud an rasa tidak enak serta
ketengikan minyak. Semakin besar nilai bilangan peroksida berarti semakin banyak
peroksida yang terdapat pada sampel. Pada minyak bekas diperlukan banyak larutan
Na2S2O3 untuk menitrasi I2 yang terbentuk. Berarti sangat banyak peroksida yang
terbentuk. Semakin besar bilangan peroksida yang didapat, maka semakin besar
kerusakan yang terjadi pada minyak tersebut. Dengan reaksi :
Pembentukan bau tengik yang disebabkan oleh reaksi hidrolisis. Derajat pembentukan
bau tengik lemak yang rusak di pengaruhi oleh jenis asam lemak yang di bebaskan.
Metode yang digunakan untuk menentukan angka peroksida adalah dengan metode titrasi
iodometri. Produser pertama pada percobaan ini digunakan untuk menentukan bilangan
peroksida dari minyak bekas penggorengan, yaitu mengambil 5 gram sampel minyak
yang berwujud cair berwarna hitam kecoklatan dicampur dengan 30 ml larutan asam
asetat dan kloroform yang berwujud cair tak berwarna, melarutkan hingga sempurna dan
warna larutan berubah menjadi kuning muda. Fungsi dari penambahan kloroform adalah
sebagai pelarut. Karena minyak merupakan kelompok yang masuk pada golongan lipid,
yaitu senyawa organic yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut organic non-polar misalnya, kloroform (CHCL3), benzene dan hidrokarbon
lainnya, lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut tersebut karena minyak mempunyai
polaritas yang sama dengan pelarut tersebut. Sedangkan digunakan pelarut asam asetat
karena alkali iodide akan bereaksi sempurna dalam larutan bersuasana asam.

Anda mungkin juga menyukai