Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KGD II

“Kegawatdaruratan pada kehamilan: Sepsis Post Partum, Perdarahan


Antenal ”

I ILM
GG U
IN K
E
T

S
EH
A
S EKO L

AT A N
SY E NT I K A
D Z A SA I

Dosen Pembimbing : Ns. Tiurmaida Simandalahi, M. Kep

Oleh Kelompok 4

Nama Anggota :

1. Dewi Permata sari


2. Dini Islami
3. Febrio Esa Putra
4. Gita Anggalia
5. Qorry Ramadhania

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

TAHUN AJARAN 2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. Yang telah


memberikan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mengenai “Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Sepsis post
Partum, Perdarahan antenatal”.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas yang diberikan kepada
kami sebagai bahan diskusi dalam mata kuliah KGD II. Semoga dengan
terselesaikannya makalah ini dapat menjadi pembelajaran yang lebih baik
bagi kami dalam pembuatan makalah yang berikutnya.
Makalah ini dibuat dengan sebagaimana mestinya, dan kami berharap
makalah ini dapat memberikan wawasan baru bagi kami maupun bagi yang
membacanya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan maka
dari itu kami membutuhkan kritikan dan saran serta masukan, sehingga
kedepanya kami bisa membuat makalah dengan lebih baik lagi.

Padang, 17 juli 2018

Penulis

i
Kata Pengantar

Puji beserta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt karena
berkat rahmat dan karunia-Nya kita bisa menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini kami buat guna memenuhi tugas dari dosen mata
kuliah Manajemen Bencana.

Didalam makalah ini membahas tentang “Mitigasi Longsor”, semoga


dengan makalah yang kami susun ini, kita sebagai mahasiswa atau pun
pembaca dapat memahami dan memperluas ilmu pengetahuan kita.

Kami sebagai pembuat tahu bahwa makalah yang kami buat ini masih
jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran
dari Bapak/Ibu selaku dosen pembimbing kami, karena kritik dan saran itu
dapat membangun kami dari yang salah menjadi benar.

Kami berharap bahwa makalah yang kami susun ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya atau partisipasi dosen atau teman-teman seperjuangan
dalam membantu menyusun makalah ini.

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah.............................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN

SEPSIS POST PARTUM

A. Pengertian Sepsis Post Partum .......................................................... 6


B. Etiologi Sepsis Post Partum ............................................................... 6
C. Mekanisme Klinis Sepsis Post Partum .............................................. 7
D. Patofisiologi Sepsis Post Partum ....................................................... 8
E. Komplikasi Sepsis Post Partum ......................................................... 9
F. Pencegahan atau Pengobatan Sepsis Post Partum ............................. 9

PERDARAHAN ANTENATAL

A. Pengertian Perdarahan Antenatal...................................................... 10


B. Etiologi Perdarahan Antenatal .......................................................... 11
C. Patofisiologi Perdarahan Antenatal .................................................. 12
D. Manifestasi Klinis Perdarahan Antenatal ......................................... 13
E. Komplikasi Perdarahan Antenatal .................................................... 14
F. Penanganan Gawat Darurat Perdarahan Antenatal ........................... 14

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

A. Pengkajian Teoritis........................................................................... 17
B. Contoh Kasus Gawat Darurat Perdarahan antenatal ........................ 19

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 23

B. Saran ................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut definisi WHO “kematian maternal ialah kematian seorang
wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan
oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang
dilakukan untuk mengakhiri kehamilan”. Sebab-sebab kematian ini dapat
dibagi dalam 2 golongan, yakni yang langsung disebabkan oleh
komplikasi-komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, dan sebab-sebab
yang lain seperti penyakit jantung, kanker, dan sebagainya (associated
causes). Angka kematian maternal(maternal mortality rate) ialah jumlah
kematian maternal diperhitungkan terhadap 1000 atau 100.000 kelahiran
hidup.
Angka kematian yang tinggi setengah abad yang lalu umumnya
mempunyai tiga sebab pokok: (1) masih kurangnya pengetahuan
mengenai sebab-musabab dan penanggulangan komplikasi-komplikasi
penting dalam kehamilan, persalinan, serta nifas; (2) kurangnya
pengertian dan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi; dan (3)
kurang meratanya pelayanan kebidanan yang baik bagi semua yang hamil.
Salah satu yang termasuk ke dalam sebab-sebab penting kematian
maternal ialah sepsis puerperalis.
Berkat usaha-usaha ini peranan sepsis puerperalis yang dahulu
merupakan sebab kematian maternal yang sangat penting, kini sudah
banyak berkurang. Walaupun demikian, bahaya laten tetap ada dan
pencegahan terhadap timbulnya penyakit ini perlu terus-menerus
diadakan. Perlu dikemukakan bahwa abortus yang dilakukan oleh tenaga-
tenaga bukan ahli dengan kurang atau tidak mengindahkan asepsis masih
merupakan faktor penting dalam terjadinya sepsis dalam hubungan
dengan kehamilan.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Sepsis Post partum?
2. Apa etiologi dari sepsis post partum?
3. Apa saja patofisiologi dari sepsis post partum?
4. Apa saja manifestasi klinis dari sepsis post partum/
5. Apa komplikasi dari sepsis post partum?
6. Apa penanganan yang dilakukan pada sepsis post partum?
7. Apa itu Perdarahan Antenatal?
8. Apa etiologi dari perdarahan antenatal?
9. Apa patofisiologis dari perdarahan antenatal?
10. Apa manifestasi klinis dari perdarahan antenatal?
11. Apa komplikasi dari perdarahan antenaral?
12. Apa penanganan dari perdarahan antenatal?
C. Tujuan
1. Menjelakan dan memaparkan masalah tentang sepsis post partum
pada ibu hamil
2. Menjelaskan tentang etiologi,patofisiologi,manifestasi
klinis,komplikasi sampai penanganan yang dilakukan pada ibu
dengan sepsis post partum
3. Menjelaskan dan memaparkan masalah tentang perdarahan antenatal
pada ibu hamil
4. Menjelaskan tentang etiologi,patofisiologi,manifestasi
klinis,komplikasi sampai penanganan yang dilakukan pada ibu
dengan perdarahan antenatal
5. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan gawat darurat pada ibu
dengan sepsis post partum dan juga pada masalah ibu dengan
perdarahan antenatal

5
BAB II
PEMBAHASAN

SEPSIS POST PARTUM

A. Pengertian Sepsis Post Partum


Sepsis adalah suatu sindrom yang berlangsung progresif, yang
menyebabkan disfungsi dan disregulasi tubuh. Meskipun telah
dilakukan identifikasi dini,treatment,dan intervensi yang
agresif,tetapi angka mortalitas tetap mencapai 20% sampai 50% bagi
pasien yang mengalami perburukan kondisi menjadi severe sepsis dan
syok.
Infeksi Post Partum atau sepsis post partum merupakan
morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca bersalin.(Saifudin,2006).
Infeksi Post Partum atau Purperalis adalah semua peradangan yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genitalia
pada waktu persalinan dan perawatan masa post partum. Infeksi
purperalis adalah keadaan yang mencangkup semua peradangan alat-
alat genetalia dalam masa post partum (Prawirohardjo,2007).
Jadi yang dimaksud dengan infeksi purperalis adalah infeksi
bakteri pada traktus genetalia yang telah melahirkan, ditandai dengan
kenaikan suhu diatas 38C. Infeksi post partum atau purperalis ialah
infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah
persalinan (Bobak,2004)

B. Etiologi
Penyebab infeksi purperalis ini melibatkan mikroorganisme
anaerob dan aerob patogen yang merupakan flora normal servik dan
jalan lahir, atau mungkin juga dari luar. Penyebab yang terbanyak dan
lebih dari 50% adalah steptococus anaerob yang sebenarnya tidak
patogen, sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang
sering menyebabkan infeksi purperalis antara lain:

6
a) Steppcocus Haematilicus Aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang
ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak steril, tangan
penolong dan sebagainya.
b) Staphylococus Aurelis
Masuk secara Eksogen,infeksinya sedang, banyak ditemukan
ditemukan sebagai infeski dirumah sakit.
c) Escherechia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum penyebab infeksi
terbatas.
d) Clostridium Welchii
Kuman aerobic yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada
abortus triminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah
sakit

C. Manifestasi Klinis
Infeksi atau sepsis ditandai dengan kalor(panas atau demam),
rubor(merah), dolor(nyeri), tumor(bengkak atau benjolan) functio
lesa(fungsi terganggu).
Adapun Tanda dan Gejala yang timbul pada infeksi post partum antara
lain demam, nyeri didaerah infeksi, terdapat tanda kemerahan pada
daerah yang terinfeksi,fungsi organ terganggu. Gambaran klinis
infeksi post partum adalah sebagai berikut:
a) Infeksi lokal
Warna kulit berubah, timbul nanah,bengkak pada luka,lokea
bercampur nanah,mobilitas terbatas, suhu tubuh meningkat.
b) Infeksi Umum
Sakit dan lemah,suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi
meningkat, pernafasan meningkat dan juga sesak, penurunan
kesadaran hingga koma,gangguan involusi uteri, lokea berbau,
bernanah dan kotor.

7
D. Patofisiologis
Setelah kala 3, daerah bekas insersio plasenta merupakan
sebuah luka dengan diameter kira-kira 4cm. Permukaannya tidak rata,
terdapat benjolan-benjolan karena banyak vena yang ditutupi
trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya
kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh
wanita. Servik sering mengalami perlukaan pada persalinan, demikian
juga vulva, vagina dan perineum yang semuanya merupakan tempat
masuknya kuman-kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada
luka-luka tersebut atau menyebar diluar luka asalnya. Adapun infeksi
dapat terjadi sebagai berikut:
a) Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada
dalam vagina kedalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung
tangan atau alat-alat yang dimasukan jalan lahir tidak sepenuhnya
bebas dari kuman-kuman.
b) Droplet infeksi. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi
bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas
kesehatan lainnya yang berada diruang tersebut. Oleh karena itu,
hidung dan mulut petugas yang bekerja dikamar bersalin harus ditutup
dengan masker dan penderita infeksi saluran pernafasan dilarang
memasuki kamar bersalin.
c) Dalam ruamah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen,berasal
dari penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman
ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana, antara lain kehidung,
kain-kain yang tidak steril, dan alat-alat yang digunakan untuk
merawat wanita dalam persalinan ataupun waktu post partum.
d) Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting,
apabila akibatnya pecahnya ketuban.
e) Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada
waktu berlangsungnya persalinan. Infeksi intra partum biasanya

8
berlangsung pada waktu partus lama, apabila jika ketuban sudah lama
pecah dan beberapa kali dilakukan pemeriksaan dalam. Gejala
gejalanya antara lain, kenaikan suhu tubuh biasanya disertai dengan
leukositosis dan takikardi, denyut jantung janin dapat meningkat pula.
Air ketuban biasanya menjadi keruh dan berbau.pada infeksi intra
partum kuman-kuman memasuki dinding uterus pada waktu
persalinan, dan dengan melewati amnion dapat menimbulkan infeksi
pula pada janin.

E. Komplikasi
1. Peritonitis(peradangan selaput rongga perut)
2. Tromboflebitis velvika(bekuan darah didalam vena panggul), dengan
resiko terjadinya emboli pulmoner
3. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri
didalam darah. Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang
berat dan bahkan bisa menyebabkan kematian.

F. Pencegahan dan pengobatan


a) Pencegahan infeksi selama post partum antara lain:
 Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik
 Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah
genetalia harus steril.
 Penderita dengan infeksi post partum sebaiknya di isolasi
dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu post
partum yang sehat.
 Membatasi tamu yang berkunjung
 Mobilisasi diri
b) Pengobatan infeksi pada masa post partum antara lain:
 Segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka
operasi dan darah, serta uji kepekaan mendapatkan antibiotika
yang tetap

9
 Memberi dosis yang cukup dan adekuat.
 Memberikan antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil
laboraturium.
 Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh serta infus,
transfusi darah, makanan yang mengandung zat-zat yang
diperlukan tubuh serta perawatan lainnya sesuai komplikasi
yang ada.
c) Penanganan gawat darurat pada sepsis yaitu:
 Tindakan umum seperti memantau tanda-tanda vital
 Pemberian oksigen atau juga membebaskan jalan nafas,
oksigen juga tidak perlu diberikan jika kondisi klien stabil dan
kecil resiko mengalami syok sepsis
 Apabila kondisi klien menjadi tidak stabil, oksigen dapat
diberikan dalam kecepatan 6-8L/menit
 Pemberian cairan intravena diberikan apabila diperhitungkan
terlebih dahulu dan hati-hati
 Pemberian antibiotik harus diberikan jika terdapat infeksi
misalnya kasus sepsis, syok sepsis, cedera intraabdominal dan
perforasi uterus.
 Pemeriksaan laboraturium seperti pemeriksaan
darah,AGD,dll.

PERDARAHAN ANTENATAL

A. Pengertian Perdarahan Antenatal


Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan
terakhir dari kehamilan. Batas teoritis antara kehamilan muda
dan kehamilan tua adalah kehamilan 28 minggu tanpa melihat berat
janin, mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus. Perdarahan
setelah kehamilan 28 minggu biasanya lebih banyak dan lebih

10
berbahaya daripada sebelum kehamilan 28 minggu, oleh karena itu
memerlukan penanganan yang berbeda.
Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu
dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta, karena
perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada
kelainan plasenta, sedangkan kelainan serviks tidak seberapa
berbahaya.
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester 3 dalam hal
ini perdarahan antepartum, masih merupakan penyebab kematian ibu
yang utama. Oleh karena itu, sangat penting bagi tenaga
kesehatan mengenali tanda dan komplikasi yang terjadi pada
penderita agar dapat memberikan tindakan secara baik dan benar,
sehingga angka kematian ibu yang disebabkan perdarahan dapat
menurun. Perdarahan kehamilan muda adalah perdarahan pada usia
kehamilan kurang dari 22 minggu atau kurang dari usia kehamilan 5
bulan (Maulana : 2008).
Perdarahan kehamilan lanjut adalah perdarahan dari saluran
genital di akhir kehamilan setelah usia gestasi 24 minggu dan sebelum
awitan persalinan (Fraser Cooper : 2009).

B. Etiologi
Perdarahan antepartum dapat disebabkan oleh:
a) Bersumber dari kelainan plasenta
 Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (osteum uteri internal).
Plasenta previa diklasifikasikan menjadi 3 :
1) Plasenta previa totalis : seluruhnya ostium internus ditutupi
plasenta.

11
2) Plasenta previa lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup
oleh plasenta.
3) Plasenta previa marginalis : hanya pada pinggir ostium terdapat
jaringan plasenta.
 Solusi Plasenta
Solusi plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya
normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya
dihitung kehamilan 28 minggu.
Solusi plasenta dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan tingkat
gejala klinik antara lain :
1) Solusi plasenta ringan
a) Tanpa rasa sakit
b) Pendarahan kurang 500cc
c) Plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian
d) Fibrinogen diatas 250 mg %
2) Solusi plasenta sedang
a) Bagian janin masih teraba
b) Perdarahan antara 500 – 1000 cc
c) Plasenta lepas kurang dari 1/3 bagian
3) Solusi plasenta berat
a) Abdomen nyeri-palpasi janin sukar
b) Janin telah meninggal
c) Plasenta lepas diatas 2/3 bagian
d) Terjadi gangguan pembekuan darah

C. Patofisiologi
a) Plasenta previa
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-
kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah
uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena
segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan

12
persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak,
pemisahan plasenta dari dinding usus sampai tingkat tertentu tidak
dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.
b) Solusi plasenta
Perdarahan dapat terjadi pada pembuluh darah plasenta atau uterus
yang membentuk hematom pada desisua, sehingga plasenta terdesak
akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil itu
hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara uterus
dan plasenta belum terganggu dan tanda serta gejalanya pun tidak
jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir yang pada
pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya
dengan bekuan darah lama yang warnanya kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena otot
uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mempu untuk
lebih berkontraksi menghentikan pendarahannya. Akibatnya,
hematom retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan
akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus.

D. Manifestasi Klinis
a) Plasenta previa
 Perdarahan terjadi tanpa rasa sakit pada trimester III
 Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan S.B.R
 Perdarahan dapat terjadi sedikit atau banyak sehingga menimbulkan
gejala
 Perdarahan berwarna merah segar
 Letak janin abnormal

b) Solusi plasenta
 Perdarahan disertai rasa sakit
 Jalan asfiksia ringan sampai kematian intrauterin
 Gejala kardiovaskuler ringan sampai berat

13
 Abdomen menjadi tegang
 Perdarahan berwarna kehitaman
 Sakit perut terus menerus
 Perdarahan yang disertai nyeri.
 Anemi dan syok.
 Rahim keras seperti papan dan nyeri pinggang.
 Palpasi sukar karena rahim keras.
 Fundus uteri makin lama makin naik.
 Bunyi jantung biasanya tidak ada.

E. Komplikasi

1. Plasenta previa
 Prolaps tali pusat
 Prolaps plasenta
 Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu
dibersihkan dengan kerokan
 Robekan-robekan jalan lahir
 Perdarahan post partum
 Infeksi karena perdarahan yang banyak
 Bayi prematuritas atau kelahiran mati
2. Solusio Plasenta
a) Komplikasi LangsungPerdarahan
 Infeksi
 Emboli dan obstetrik syok
b) Komplikasi tidak langsung
 Couvelair uterus kontraksi tak baik, menyebabkan pendarahan post
partum.
 Adanya hipo fibrinogenemia dengan perdarahan post jartum.
 Nekrosis korteks renalis, menyebabkan anuria dan uremia.

14
F. Penanganan gawat darurat pada perdarahan
Manajemen pasien syok hipovolemik diarahkan untuk
mencegah kehilangan cairan lebih lanjut dan memulihkan volume
sirkulasi. Perdarahan berkontribusi terhadap persentase terbesar
mortalitas pada satu jam pertama dan 50% kematian pada hari pertama
setelah trauma.
 Intervensi untuk syok hipovolemik termasuk manajemen jalan nafas
yang agresif. Pasien mungkin memerlukan intubasi endotrakeal dan
ventilasi mekanik. Ventilasi positif pressure(tekanan postif) yang
berlebihan harus dihindari karena dapat mengurangi aliran balik vena
ke jantung.
 Kontrol perdarahan merupakan prioritas pada pasien dalam fase
perdarahan aktif. Tekanan langsung ke area perdarahan tetap
merupakan intervensi awal yang penting.
 Dukungan sirkulasi memerlukan resusitasi cairan dengan dua kateter
intravena(IV kateter)dengan lumen yang besardan infus larutan
kristaloid yang hangat. Memulai dengan IV kristaloid isotonik yang
hangat biasanya 1 sampai 2 L bolus untuk orang dewasa atau 20mL/kg
untuk pasien pediatrik. Adapun akses intraosseus dapat diindikasikan
jika akses perifer tidak dapat dilakukan atau jika pasien dalam kondisi
cardiopulmonary arrest(cardiac arrest) atau syok berat.
 Pasang monitor jantung pada pasien dan kaji adanya disritmia.
 Selanjutnya siapkan pasien untuk prosedur diagnostik dan
kemungkinan intervensi surgical.
 Pasang kateter urin dan memonitor keluaran urin perjam
 Mncegah hipotermia dengan menggunakan selimut hangat,pemanas
lampu atau konveksi.

“Klasifikasi Syok Hipovolemik”

15
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Kehilangan <750 750-1500 1500-2000 >2000


darah(mL)
Kehilangan <15% 15%-30% 30%-40% >40%
darah
Denyut <100 100-120 120-140 >140
(detak/menit)
Tekanan darah Normal Normal Menurun Menurun

Pernafasan 14-20 20-30 30-40 >40


(nafas/menit)
Output urin >30 20-30 5-20 Negligible
(mL/jam)
Sistem saraf Sedikit cemas Agak Cemas, Bingung,
pusat cemas Bingung Letargi
Penggantian Crystaloid Crystaloid Crystaloid Crystaloid
cairan dan darah dan darah

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

A. Pengkajian Teoritis
1. Primary survey
 Airway
Akumulasi cairan/ darah, benda asing/ sisa makanan, lidah jatuh ke
belakang kaji sumbatan jalan nafas.
 Breathing
Ada nafas spontan apa tidak, kesimetrisan dada, kedalaman frekuensi
serta irama pernafasan, retraksi otot pernafasan
 Circulation
Nadi radialis cepat, jelas, tidak teraturan tekanan darah, heart rate
tinggi
 Disability
Kesadaran, GCS
 Eksposure
Suhu lingkungan, terdapatnya udema/ tidak , ekspresi wajah.

2. Secondary survey
 Kepala.
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat
trauma, adanya keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo kelang
ataupun hilang kesadaran.
 Mata.
Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres
yang di rasakan klien. Serta riwayat penyakit mata lainya.
 Hidung
Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung,rinitis alergi dan
fungsi olfaktori
 Mulut dan laring

17
Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan
mengunyah, dan sakit pada tenggorok serta sesak atau perubahan
suara
 Leher
Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesran tiroid
serta penggunaan otot-otot pernafasan.
 Thorak
Paru :
Inspeksi : Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan
adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot
Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
Palpasi : Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil
fremitus.
Perkusi : Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor
sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.
Auskultasi : Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan
expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi
pernafasan dan Wheezing.
 Jantung .
Jantung di kaji adanya pembesaran jantung atau tidak, bising nafas
dan hyperinflasi suara jantung melemah. Tekanan darah dan nadi
yang meningkat serta adanya pulsus paradoksus.
 Abdomen.
Perlu di kaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-tanda infeksi
karena dapat merangsang serangan asthma frekwensi pernafasan,
serta adanya konstipasi karena dapat nutrisi.
 Ekstrimitas.
Di kaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada
extremitas karena dapat merangsang serangan asthma.

18
B. Contoh Kasus Gawat Darurat Perdarahan antenatal

Ny.A berumur 30tahun dengan kehamilan ke 2 dibawa ke pelayanan


kesehatan oleh keluarganya dengan keluhan ibu mengalami adanya keluar
darah dari vagina, perutnya terasa sakit dan juga terasa kencang,
mengeluarkan darah segar,satu softek penuh,ada gumpalan-gumpalan
darah. Klien mengeluhkan nyeri dikepala disertai pusing dan juga klien
merasa lemas. Adapun sebelum hamil diketahui bahwa tekanan darah
Ny.A yaitu berkisar lebih kurang 130/90mmHg dan kadang bahkan lebih.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Ny.A diketahui bahwa
tampak adanya keluar darah segar dan menggumpal dari vagina. Ny.A
tampak sesak dan pucat. Ny.A juga tampak lemas. Ketika dilakukan
pemeriksaan diketahui TD: 70/60mmHg, N:90x/menit, RR:26x/menit
dan juga S:36C dan akral teraba dingin dan juga bibir sianosis.
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primary Survey
NO PENGKAJIAN DATA
1 AIRWAY -Tidak ada sumbatan jalan nafas
2 BREATHING -Ny.A tampak sesak nafas cepat dan
dangkal
-RR:26x/i
3 CIRCULATION -Ny.A mengeluhkan nyeri perut dan
keluar darah dari vagina, darah segar dan
juga darah menggumpal
-TD:70/60mmHg
-N:90x/menit
-klien tampak pucat dan lemah
-klien mengeluh pusing
-Ada sianosis
4 DISABILITY

19
5 EKSPOSURE

2. Pengkajian Secondary survey


 Kepala.
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat
trauma, adanya keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo kelang
ataupun hilang kesadaran.
 Mata.
Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres
yang di rasakan klien. Serta riwayat penyakit mata lainya.
 Hidung
Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung,rinitis alergi dan
fungsi olfaktori
 Mulut dan laring
Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan
mengunyah, dan sakit pada tenggorok serta sesak atau perubahan
suara
 Leher
Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesran tiroid
serta penggunaan otot-otot pernafasan.
 Thorak
Paru :
Inspeksi : Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan
adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot
Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
Palpasi : Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil
fremitus.
Perkusi : Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor
sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.

20
Auskultasi : Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan
expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi
pernafasan dan Wheezing.
 Jantung .
Jantung di kaji adanya pembesaran jantung atau tidak, bising nafas
dan hyperinflasi suara jantung melemah. Tekanan darah dan nadi
yang meningkat serta adanya pulsus paradoksus.
 Abdomen.
Perlu di kaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-tanda infeksi
karena dapat merangsang serangan asthma frekwensi pernafasan,
serta adanya konstipasi karena dapat nutrisi.
 Ekstrimitas.
Di kaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada
extremitas karena dapat merangsang serangan asthma.
“ANALISA DATA”

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: Penurunan oksigen Ketidakefektifan pola
-klien mengeluhkan didalam tubuh akibat nafas
nafasnya sesak banyaknya pendarahan
menyebabkan
DO: terjadinya penurunan
-Ny.A tampak sesak oksigen. Sehingga
-RR;28x/menit dengan begitu paru2
akan bekerja keras
mengambil oksigen
dari luar dengan cara
meningkatkan
pernafasan
DS: Perdarahan disebabkan Resiko
oleh plasenta previa, syok(hipovolemik)

21
-klien mengatakan yang mana letak janin
keluar darah dari berada dibawah dan
vaginanya beresiko terjadinya
pendarahan yang hebat
DO:
-tampak pengeluaran
darah segar dan
menggumpal dari
vagina dan penuh di
duk klien
DS; Ketidakefektifan Resiko
-Klien mengeluhkan peredaran darah pada Ketidakefektifan
pusing dan sakit pembuluh darah ke perfusi jaringan otak
kepala jaringan menyebabkan
hipoksia jaringan
DO;
-Klien tampak pucat
dan juga akral teraba
dingin
-Tampak adanya
sianosis

Diagnosa primary survey yang mungkin muncul dari kasus

1. Ketidakefektifan pola nafas


2. Resiko syok(hipovolemik)
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

Diagnosa secondary survey yang mungkin muncul dari kasus

1. Nyeri akut
2. Penurunan curah jantung
3. Intoleransi aktivitas

22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi Post Partum merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu
pasca bersalin.(Saifudin,2006). Infeksi Post Partum atau Purperalis
adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-
kuman kedalam alat-alat genitalia pada waktu persalinan dan perawatan
masa post partum. Infeksi purperalis adalah keadaan yang mencangkup
semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa post partum
(Prawirohardjo,2007).
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir
dari kehamilan. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua
adalah kehamilan 28 minggu tanpa melihat berat janin, mengingat
kemungkinan hidup janin diluar uterus. Perdarahan setelah kehamilan 28
minggu biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada
sebelum kehamilan 28 minggu, oleh karena itu memerlukan penanganan
yang berbeda.
B. Saran
Kami sebagai penulis makalah dengan judul “Gawat Darurat Ibu
hamil dengan sepsis post partum dan perdarahan antenatal” menyadari
bahwasanya makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari pada itu
kami mohon kritik dan saran agar kedepannya kami lebih baik dalam
membuat makalah berikutnya, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.

23
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gde . 1998 . Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan . Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono . 2005 . Ilmu Kebidanan . Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka – Sarwono Prawiroharjo
Saifudin, Abdul Bari . 2002 . Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan neonatal . Jakarta : JNPKKR – POGI

24

Anda mungkin juga menyukai